title
stringlengths
3
13k
url
stringlengths
26
465
content
stringlengths
61
81.8k
summary_content
stringlengths
49
7.5k
Kisah Rasulullah SAW dan Uang 8 Dirham Miliknya
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-7316299/kisah-rasulullah-saw-dan-uang-8-dirham-miliknya
Rasulullah SAW menjalani hidup dengan sederhana. Bahkan ada kisah yang menceritakan dirinya dalam keadaan apa adanya, namun dalam kondisi serba terbatas, Rasulullah SAW merupakan sosok yang dermawan. Banyak kisah yang menggambarkan kedermawanan Rasulullah SAW. Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Abbas yang menceritakan, "Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah SAW melebihi angin kencang yang bertiup." Salah satu kisah dermawan Rasulullah SAW diceritakan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah karya Fuad Abdurrahman. Dikisahkan suatu hari Rasulullah SAW hendak belanja. Beliau membawa bekal uang delapan dirham untuk membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Sebelum tiba di pasar, beliau melihat seorang wanita sedang menangis. "Mengapa kau menangis? Apakah kau sedang ditimpa musibah?" tanya Rasulullah SAW. Wanita itu mengatakan bahwa ia adalah seorang budak. Ia menangis karena kehilangan uang dua dirham dan takut akan dipukuli majikannya. Setelahnya, Rasulullah SAW mengeluarkan dua dirham dan diberikan kepada budak wanita itu. Kini, uang beliau tinggal enam dirham lagi untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Rasulullah SAW bergegas membeli sebuah gamis, pakaian kesukaannya. Namun, saat hendak beranjak pulang, seorang laki-laki tua berteriak, "Barangsiapa memberiku pakaian, Allah SWT akan mendandaninya kelak." Rasulullah SAW memperhatikan orang itu. Ternyata pakaiannya compang-camping dan sudah rusak dimana-mana. Pakaian tersebut tak pantas lagi dikenakan. Untuk itu, Rasulullah SAW memberikan gamis yang baru dibelinya itu dengan suka rela kepadanya. Rasulullah SAW lalu meneruskan langkahnya untuk membeli kebutuhan lainnya. Lagi-lagi beliau harus bersabar. Kali ini, budak wanita tadi mendatanginya dan mengeluh bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum majikannya karena terlambat pulang. Pada masa itu, seorang budak wanita diperlakukan dengan semena-mena. Hukuman fisik sudah lazim diterima. Akhirnya, Rasulullah SAW dengan senang hati mengantarkan budak wanita itu ke rumah majikannya. Sampai di rumah orang itu, Rasulullah SAW mengucapkan salam, tetapi tidak ada yang menjawab. Beliau kembali mengucapkan salam. Baru pada kali ketiga, penghuni rumah menjawabnya. Tampaknya, semua penghuni rumah adalah perempuan. "Kenapa salam pertama dan keduaku tidak kalian jawab?" tanya Rasulullah SAW. "Kami sengaja diam karena ingin didoakan olehmu, wahai Rasulullah, dengan tiga kali salam," jawab penghuni rumah. Kemudian beliau menyerahkan budak wanita itu kepada pemiliknya dan menjelaskan persoalannya seraya berpesan, "Jika budak wanita ini salah dan perlu dihukum, biarlah aku yang menerima hukumannya." Mendengar penuturan Rasulullah SAW yang begitu tulus dan ikhlas, penghuni rumah terkesima dan terharu. la berkata, "Budak ini sekarang bebas karena Allah." Tentu saja Rasulullah SAW sangat senang mendengarnya. Beliau bersyukur sambil berkata, "Tidak ada delapan dirham yang begitu besar berkahnya daripada delapan dirham ini. Dengannya Allah SWT telah memberi rasa aman kepada orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak." Rasulullah SAW tidak mendapatkan barang kebutuhannya namun beliau justru bersyukur karena bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada banyak orang. Masya Allah!
Rasulullah SAW menjalani hidup dengan sederhana. Bahkan ada kisah yang menceritakan dirinya dalam keadaan apa adanya, namun dalam kondisi serba terbatas, Rasulullah SAW merupakan sosok yang dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan AlQuran. Dikisahkan suatu hari Rasulullah SAW hendak belanja. Beliau membawa bekal uang delapan dirham untuk membeli pakaian dan peralatan rumah tangga. Mengapa kau menangis Apakah kau sedang ditimpa musibah tanya Rasulullah SAW. Wanita itu mengatakan bahwa ia adalah seorang budak. Ia menangis karena kehilangan uang dua dirham dan takut akan dipukuli majikannya. Setelahnya, Rasulullah SAW mengeluarkan dua dirham dan diberikan kepada budak wanita itu. Rasulullah SAW bergegas membeli sebuah gamis, pakaian kesukaannya. Namun, saat hendak beranjak pulang, seorang lakilaki tua berteriak, Barangsiapa memberiku pakaian, Allah SWT akan mendandaninya kelak. Ternyata pakaiannya compangcamping dan sudah rusak dimanamana. Kali ini, budak wanita tadi mendatanginya dan mengeluh bahwa ia takut pulang. Sampai di rumah orang itu, Rasulullah SAW mengucapkan salam, tetapi tidak ada yang menjawab. Baru pada kali ketiga, penghuni rumah menjawabnya. Tampaknya, semua penghuni rumah adalah perempuan. Kenapa salam pertama dan keduaku tidak kalian jawab tanya Rasulullah SAW. Mendengar penuturan Rasulullah SAW yang begitu tulus dan ikhlas, penghuni rumah terkesima dan terharu. Beliau bersyukur sambil berkata, Tidak ada delapan dirham yang begitu besar berkahnya daripada delapan dirham ini. Dengannya Allah SWT telah memberi rasa aman kepada orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak.
Mahram: Siapa Saja Yang Tidak Boleh Dinikahi?
https://bimbinganislam.com/mahram-orang-yang-tidak-boleh-dinikahi/
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan pembahasan tentang Mahram: Siapa Saja Yang Tidak Boleh Dinikahi?(Bagian 1). Silahkan membaca. Mahram: Orang Yang Haram Untuk Dinikahi Para pembaca yang budiman, beberapa waktu yang lalu penulis mendapatkan kabar yang tertulis via email yang justru membuat hati penulis teriris-iris pedih. Bagaimana tidak karena ada seorang muslimah yang mencintai pamannya (adik ibunya) & ingin menikah dengannya, padahal ibunya tidak merestuinya, sang ibu menolak bukan karena tahu bahwasanya seseorang itu haram menikah dengan anak saudaranya, akan tetapi dikarenakan sebab lain. Kemudian muslimah tadi melarikan diri & menikah dengan pamannya dan sudah memiliki anak, dan wanita muslimah tadi meminta saran apa yang seharusnya dilakukan karena ia ingin meminta maaf pada ibunya. Sampai sejauh ini penyimpangan yang terjadi dan kesemuanya tidak terlepas dari eksistensi kejahilan & kelalaian atas ilmu islam yang banyak menimpa masyarakat kaum muslimin hari ini. Karena jauhnya kita dari majelis-majelis ilmu. Yang maknanya : Ya Allah sesungguhnya kami telah menzalimi diri-diri kami, apabila Engkau tidak mengampuni & menyayangi kami, niscaya kami adalah termasuk orang-orang yang merugi. (QS Al Araf : 23). Dalil Mahram Dalam Al-Quran Pembahasan kita kali ini tentang wanita-wanita yang haram untuk dinikahi atau sering disebut mahram. Dalil secara umum tentang mahram adalah firman Allah taala, Yang maknanya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan. (QS An Nisa : 22) Allah juga berfirman, Diharamkan atas kamu menikahi ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu menikahinya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS An Nisa : 23). Sebagian kita salah faham didalam menyebut orang-orang yang haram untuk dinikahi, lalu kita mengatakan muhrim untuk orang yang haram kita nikahi, padahal ini sebuah kesalahan, karena muhrim adalah maknanya orang yang melakukan ihram, sedangkan mahram adalah orang yang haram untuk kita nikahi. (Lihat shahih fiqih sunnah : 3/76 oleh Syaikh Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim). Wanita yang Selamanya Haram Dinikahi (Mahram Permanen) Berdasarkan ayat-ayat QS An Nisa : 22-23 diatas kita simpulkan (sebagaimana hal ini disebutkan oleh para ulama di dalam kitab-kitab fiqih) bahwa wanita-wanita yang haram dinikahi itu secara global ada dua, yang haram secara permanen dan haram sementara. Yang haram secara permanen adalah sebagai berikut : 1. Tidak Boleh Dinikahi Dikarenakan Nasab Tujuh orang yang haram dinikahi dikarenakan sebab pertalian nasab mereka adalah : Ibu ke atas (maksudnya termasuk nenek dari jalur ayah maupun ibu, nenek buyut dari ayah maupun ibu, dan seterusnya). anak perempuan ke bawah (maksudnya termasuk juga cucu, cicit, dan seterusnya), termasuk pula anak dari hasil perzinaan, ia haram bagi ayahnya. Meskipun secara hukum syari ia bukan anaknya tapi secara biologis ia tetap anaknya. saudara perempuan secara mutlak. anak-anak/keturunan saudara perempuan ke bawah (keponakan & keturunannya). anak-anak/keturunan saudara lelaki ke bawah (keponakan & keturunannya). lalu bibi dari jalur ayah, terus ke atas (maksudnya termasuk juga bibinya ayah kita, bibinya kakek kita maupun bibinya ibu kita atau bibinya nenek kita, dan seterusnya). bibi dari jalur ibu terus ke atas ( maksudnya termasuk juga bibinya ayah, bibinya kakek, maupun bibinya ibu atau bibinya nenek, terus keatas). (Lihat Asy Syarhul Mumti syarah zaadil mustaqni : 12/110 oleh Al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah) 2. Tidak Boleh Dinikahi Disebabkan Persusuan Rincian dari 7 point ini adalah sama dengan ke 7 point yang sebelumnya. Hanya saja yang membedakannya, yang pertama karena sebab pertalian nasab sedang yang kedua karena persusuan. Dalil akan hal ini adalah sabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, Diharamkan untuk persusuan itu sebagaimana apa yang diharamkan karena pertalian nasab. (HR Bukhari : 2645). Berkata Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin rahimahullah ketika menjelaskan 7 orang yang haram dinikahi karena sebab persusuan : Maksudnya adalah, termasuk haram dinikahi dengan keharaman yang permanen adalah 7 orang yang haram dinikahi karena sebab persusuan, rinciannya sebagai berikut : Wanita yang menyusui kita maka menjadi ibu kita & haram dinikahi. Anak wanita yang menyusu pada istri kita maka menjadi anak kita & haram dinikahi. Anak wanita yang menyusu pada ibu kita maka ia menjadi saudari kita & haram dinikahi. Anak wanita yang menyusu pada istri saudara lelaki kita maka menjadi keponakan kita & haram dinikahi. Anak wanita yang menyusu pada saudara perempuan kita (entah kakak kita atau adik kita) maka menjadi keponakan kita & haram dinikahi Anak wanita yang menyusu pada nenek kita dari jalur bapak, maka menjadi bibi kita & haram dinikahi. Anak wanita yang menyusu pada nenek kita dari jalur ibu, maka me njadi bibi kita & haram dinikahi. (Lihat Ibhajul muminin syarah manhajis salikin : 2/224-225 oleh Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin rahimahullah) Syarat Wanita Persusuan Menjadi Mahram Akan tetapi ada hal yag harus kita perhatikan terkait sah & tidaknya sebuah proses penyusuan itu. Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh rahimahullah (beliau adalah mufti umum kerajaan arab saudi sebelum Syaikh Ibnu Baaz ) menyatakan bahwa para ulama menganggap sah proses penyusuan itu & bisa menyebabkan adanya pertalian darah apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Proses menyusui tersebut minimal lima kali susuan dengan tempat & waktu yang berlainan. Berdasarkan hadis Aisyah Al quran menetapkan bahwa susuan yang membuat seseorang menjadi mahram itu 10x susuan, lalu hal tersebut dinasakh/dirubah menjadi 5x susuan saja. (HR Muslim : 1452 & dishahihkan oleh Al Imam Al Albani rahimahullah dalam irwaul gholil : 7/218 hadis no : 2147). b. Proses menyusui tersebut terjadi ketika si anak berusia kurang dari dua tahun. Berdasarkan firman Allah taala, Yang maknanya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (QS Al Baqarah : 233). c. Proses menyusui tadi memang memberikan pengaruh bagi pertumbuhan jasad si anak. Berdasarkan sabda nabi shalallahu alaihi wa sallam, Susuan itu adalah yang mengenyangkan usus & terjadi sebelum anak disapih. (HR Tirmidzi : 1152 & beliau berkata, Hadis hasan shahih, hadis ini dishahihkan oleh Al Imam Al Albani dalam irwaul gholil : 7/221 hadis no 2150, lihat pula majmu fatawa war rasaail Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu syaikh : 10/126). 3. Mahram Dikarenakan Pernikahan Empat orang dikarenakan sebab pernikahan, mereka adalah : Ibu dari istri kita terus ke atas (mertua atau ibunya mertua dst). Dan seseorang akan menjadi mertua kita apabila telah terjadi akad nikah walaupun kita belum menyetubuhi istri kita. Ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmu berdasarkan keumuman ayat Dan ibu dari istri-istri kalian. Ini berbeda dengan anak tiri yang baru menjadi mahram kita setelah kita menyetubuhi ibunya (istri kita). Jadi seandainya kita menikahi seorang wanita yang memiliki anak, dan wanita tadi mati dalam keadaan kita belum menyetubuhinya, maka diperbolehkan bagi kita menikahi anaknya. Sebaliknya bila kita sudah menyetubuhi wanita tadi maka anaknya menjadi haram kita nikahi selamanya & ini adalah kesepakatan para ulama. (Lihat jami ahkamin nisa : 3/87 oleh Syaikh Mustofa Al Adawi). Anak dari istri kita/anak tiri apabila kita telah menyetubuhi ibunya (istri kita) terus ke bawah (maksudnya termasuk juga anak dari anak tiri kita, atau cucu dari anak tiri kita dst). Al Imam Ahmad pernah ditanya, Seorang lelaki menikahi seorang wanita yang telah memiliki anak, lalu wanita tadi mati, apakah boleh lelaki tadi menikahi anak tirinya ? beliau menjawab, Tidak boleh, tidak boleh pula menikah dengan keturunan anak tiri. (Lihat Masail imam Ahmad : 2/29 tahqiq Syaikh Fadhlurrahman bin Muhammad). Istri dari bapak kita/ibu tiri kita terus keatas (maksudnya termasuk juga istri kakek dari jalur ayah maupun istri kakek dari jalur ibu dst semuanya adalah mahram bagi kita). Walaupun ia telah diceraikan ayah kita ia tetap menjadi mahram bagi kita selamanya. Istri dari anak-anak kita/menantu terus kebawah (maksudnya termasuk juga istri dari cucu kita, istri dari cicit kita dst), merupakan mahram kita. (Lihat Ibhajul muminin syarah manhajis salikin : 2/226-227 oleh Syaikh Abdullah Al Jibrin rahimahullah). 4. Para Istri Rasulullah Tidak Boleh Kita Nikahi Para istri Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam hal ini berdasarkan firman Allah taala, Dan tidak boleh kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak (pula) menikahi isteri-isterinya selama-lamanya sesudah ia wafat. Sesungguhnya perbuatan itu adalah amat besar (dosanya) di sisi Allah. (QS Al Ahzab : 53). Berkata Al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah, Mereka haram untuk kita nikahi sampai hari kiamat, hanya saja bagi kita waktu tersebut telah habis karena seluruh istri-istri nabi telah wafat. (Asy syarhul mumti syarah zaadil mustaqni : 12/107-108 oleh Al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah). 5. Wanita Yang Di LIAN Oleh Suaminya Wanita yang dituduh berzina oleh suaminya tapi ia tidak mau mengakuinya, dan suaminya tidak bisa mendatangkan bukti & saksi. Kemudian bila si istri minta ditegakkan hukum qodhaf maka menjadi maka Qodhi memanggil mereka dan meminta pada suami untuk bersumpah lima kali bahwa istrinya telah berdusta & pada sumpah yang ke-5 ia menyatakan bahwa laknat Allah akan menimpanya bila ia berdusta. Lalu qodhi meminta si istri untuk bersumpah lima kali, pada sumpah yang ke-5 si istri menyatakan bahwa kemurkaan Allah akan menimpa dirinya bila suaminya benar dalam tuduhannya. Apabila ini sudah dilakukan maka keduanya dipisahkan & haram untuk menikah lagi selamanya. (Lihat Asy Syarhul mumti : 12/111). Pembaca yang budiman sampai disini pembahasan kita tentang wanita-wanita yang haram kita nikahi untuk selama-lamanya, adapun wanita yang haram untuk dinikahi dalam jangka waktu tertentu akan kita bahas pada lain waktu insyaAllah. Terhadap mereka inilah kita mengatakan Aku tidak akan menikahi kamu. Wallahu alam bish showab, semoga bermanfaat & akhir dari seruan kami adalah anil hamdulillahi rabbil alamin. Disusun oleh: Ustadz Abul Aswad al Bayati (Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com) Ustadz Abul Aswad al Bayati, BA Beliau adalah Alumni Mediu, Dewan konsultasi BimbinganIslam, dan dai di kota Klaten. Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Abul Aswad al Bayati, BA klik disini
Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki adab dan akhlak yang luhur berikut kami sajikan pembahasan tentang Mahram Siapa Saja Yang Tidak Boleh DinikahiBagian 1. Bagaimana tidak karena ada seorang muslimah yang mencintai pamannya adik ibunya ingin menikah dengannya, padahal ibunya tidak merestuinya, sang ibu menolak bukan karena tahu bahwasanya seseorang itu haram menikah dengan anak saudaranya, akan tetapi dikarenakan sebab lain. Sampai sejauh ini penyimpangan yang terjadi dan kesemuanya tidak terlepas dari eksistensi kejahilan kelalaian atas ilmu islam yang banyak menimpa masyarakat kaum muslimin hari ini. Karena jauhnya kita dari majelismajelis ilmu. Yang maknanya Ya Allah sesungguhnya kami telah menzalimi diridiri kami, apabila Engkau tidak mengampuni menyayangi kami, niscaya kami adalah termasuk orangorang yang merugi. Dalil secara umum tentang mahram adalah firman Allah taala, Yang maknanya Dan janganlah kamu menikahi wanitawanita yang telah dinikahi oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburukburuk jalan. Wanita yang Selamanya Haram Dinikahi Mahram Permanen Berdasarkan ayatayat QS An Nisa 2223 diatas kita simpulkan sebagaimana hal ini disebutkan oleh para ulama di dalam kitabkitab fiqih bahwa wanitawanita yang haram dinikahi itu secara global ada dua, yang haram secara permanen dan haram sementara. Yang haram secara permanen adalah sebagai berikut 1. Meskipun secara hukum syari ia bukan anaknya tapi secara biologis ia tetap anaknya. anakanakketurunan saudara perempuan ke bawah keponakan keturunannya. Hanya saja yang membedakannya, yang pertama karena sebab pertalian nasab sedang yang kedua karena persusuan. Anak wanita yang menyusu pada istri saudara lelaki kita maka menjadi keponakan kita haram dinikahi. Lihat Ibhajul muminin syarah manhajis salikin 2224225 oleh Syaikh Abdullah bin Abdirrahman Al Jibrin rahimahullah Syarat Wanita Persusuan Menjadi Mahram Akan tetapi ada hal yag harus kita perhatikan terkait sah tidaknya sebuah proses penyusuan itu. HR Muslim 1452 dishahihkan oleh Al Imam Al Albani rahimahullah dalam irwaul gholil 7218 hadis no 2147. b. Proses menyusui tersebut terjadi ketika si anak berusia kurang dari dua tahun. Ini adalah pendapat mayoritas ahli ilmu berdasarkan keumuman ayat Dan ibu dari istriistri kalian. Sebaliknya bila kita sudah menyetubuhi wanita tadi maka anaknya menjadi haram kita nikahi selamanya ini adalah kesepakatan para ulama. Lihat Masail imam Ahmad 229 tahqiq Syaikh Fadhlurrahman bin Muhammad. Istri dari bapak kitaibu tiri kita terus keatas maksudnya termasuk juga istri kakek dari jalur ayah maupun istri kakek dari jalur ibu dst semuanya adalah mahram bagi kita. Asy syarhul mumti syarah zaadil mustaqni 12107108 oleh Al Imam Ibnu Utsaimin rahimahullah. Kemudian bila si istri minta ditegakkan hukum qodhaf maka menjadi maka Qodhi memanggil mereka dan meminta pada suami untuk bersumpah lima kali bahwa istrinya telah berdusta pada sumpah yang ke5 ia menyatakan bahwa laknat Allah akan menimpanya bila ia berdusta. Apabila ini sudah dilakukan maka keduanya dipisahkan haram untuk menikah lagi selamanya. Wallahu alam bish showab, semoga bermanfaat akhir dari seruan kami adalah anil hamdulillahi rabbil alamin. Disusun oleh Ustadz Abul Aswad al Bayati Dewan Konsultasi Bimbinganislam.com Ustadz Abul Aswad al Bayati, BA Beliau adalah Alumni Mediu, Dewan konsultasi BimbinganIslam, dan dai di kota Klaten. Untuk melihat artikel lengkapdariUstadz Abul Aswad al Bayati, BA klik disini
Tafsir Surat al-Kahfi Ayat 13-14: Kisah Pemuda Ashabul Kahfi Berani Melawan Kediktatoran
https://islami.co/tafsir-surat-al-kahfi-ayat-13-14-kisah-pemuda-ashabul-kahfi-berani-melawan-kediktatoran/
Ashabul Kahfi yang berdiam di dalam gua itu masih berusia muda. Mereka mengorbankan jiwanya untuk tidak hidup mewah dan rakus atas kesenangan dunia. Mereka sibuk menjaga agama mereka sejak kecil supaya menjadi panutan bagi para pemuda mukmin di setiap masa dan tempat. Para pemuda itu pemuda yang menjaga iman dan akidahnya. Inilah yang disampaikan Syekh al-Syarawi dalam tafsirnya. Itulah mengapa keimanan Ashabul Kahfi dijaga oleh Allah dan ditambahkan hidayah yang menguatkan keimanan mereka. Allah SWT berfirman: () Nahnu naqushshu alaika nabaahum bil haqq, innahum fityatun amanu bi robbihim wa zidnahum huda (13) wa robathna ala qulubihim idz qomu fa qolu robbuna robbus samawati wal ardh, lan naduwa min dunihi ilahal laqod qulna idzan syathotho Artinya: Kami berkisah padamu mengenai cerita fantastik yang nyata. Mereka itu memang benar-benar para pemuda yang beriman pada Tuhan mereka. Kami pun menambahkan petunjuk untuk mereka () Kami meneguhkan hati mereka saat mereka berdiri, lalu mereka pun berikrar, Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran (QS: Al-Kahfi Ayat 13-14) Menurut Imam al-Razi dalam Mafatihul Gaib, setelah dibangkitkan dari tidur berabad-abad, pemuda Ashabul Kahfi itu menjadi pemimpin negerinya dan mengumpulkan masyarakat untuk menyaksikan pengikraran mereka mengenai tuhan yang mereka percayai. Namun, dalam riwayat lain, menurut Imam al-Razi, pemuda Ashabul Kahfi ini mengikrarkan ketuhanan Allah SWT di hadapan penguasa zalim, Dikyanus. Mereka menyucikan Allah dan berlepas diri dari penyembahan berhala yang masih dilakukan masyarakat setempat. Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran, itulah ikrar mereka di hadapan masyarakat Raja Dikyanus. Senada dengan pendapat kedua dari Imam al-Razi, al-Baidhawi menjelaskan dalam tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Tawil bahwa Allah itu menguatkan hati dan keimanan para pemuda Ashabul Kahfi dengan kesabaran meninggalkan tempat tinggal, keluarga, harta. Selain itu, setelah dibangkitkan dari tidur, mereka itu berani tampil dan melawan Dikyanus yang diktator dan zalim.
Ashabul Kahfi yang berdiam di dalam gua itu masih berusia muda. Mereka mengorbankan jiwanya untuk tidak hidup mewah dan rakus atas kesenangan dunia. Mereka sibuk menjaga agama mereka sejak kecil supaya menjadi panutan bagi para pemuda mukmin di setiap masa dan tempat. Para pemuda itu pemuda yang menjaga iman dan akidahnya. Inilah yang disampaikan Syekh alSyarawi dalam tafsirnya. Itulah mengapa keimanan Ashabul Kahfi dijaga oleh Allah dan ditambahkan hidayah yang menguatkan keimanan mereka. Allah SWT berfirman Nahnu naqushshu alaika nabaahum bil haqq, innahum fityatun amanu bi robbihim wa zidnahum huda 13 wa robathna ala qulubihim idz qomu fa qolu robbuna robbus samawati wal ardh, lan naduwa min dunihi ilahal laqod qulna idzan syathotho Artinya Kami berkisah padamu mengenai cerita fantastik yang nyata. Mereka itu memang benarbenar para pemuda yang beriman pada Tuhan mereka. Kami pun menambahkan petunjuk untuk mereka Kami meneguhkan hati mereka saat mereka berdiri, lalu mereka pun berikrar, Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran QS AlKahfi Ayat 1314 Menurut Imam alRazi dalam Mafatihul Gaib, setelah dibangkitkan dari tidur berabadabad, pemuda Ashabul Kahfi itu menjadi pemimpin negerinya dan mengumpulkan masyarakat untuk menyaksikan pengikraran mereka mengenai tuhan yang mereka percayai. Namun, dalam riwayat lain, menurut Imam alRazi, pemuda Ashabul Kahfi ini mengikrarkan ketuhanan Allah SWT di hadapan penguasa zalim, Dikyanus. Mereka menyucikan Allah dan berlepas diri dari penyembahan berhala yang masih dilakukan masyarakat setempat. Tuhan kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi kami tidak akan pernah memohon pada selain Dia. Jika demikian, sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran, itulah ikrar mereka di hadapan masyarakat Raja Dikyanus. Senada dengan pendapat kedua dari Imam alRazi, alBaidhawi menjelaskan dalam tafsir Anwar alTanzil wa Asrar alTawil bahwa Allah itu menguatkan hati dan keimanan para pemuda Ashabul Kahfi dengan kesabaran meninggalkan tempat tinggal, keluarga, harta. Selain itu, setelah dibangkitkan dari tidur, mereka itu berani tampil dan melawan Dikyanus yang diktator dan zalim.
Bacaan Takbir 7x Sholat Idul Adha, Muslim Harus Tahu!
https://www.inews.id/lifestyle/muslim/bacaan-takbir-7x-sholat-idul-adha-muslim-harus-tahu
JAKARTA, iNews.id - Bacaan takbir 7x sholat Idul Adha dinanti banyak orang. Sebentar lagi umat Islam akan rayakan Idul Adha 1445 H. Di Indonesia, Kementerian Agama sudah memutuskan bahwa Idul Adha 1445 H/2024 M jatuh pada tanggal 17 Juni 2024. Hal tersebut berdasarkan penetapan 1 Dzulhijjah 1445 H lewat sidang isbat yang digelar beberapa waktu lalu. Untuk itu, penting bagi kaum muslimin dan muslimat mengetahui tata cara sholat Idul Adha. Dilansir iNews.id dari laman NU Online, berikut bacaan takbir 7x sholat Idul Adha: Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar, wa lâ haula walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil azhîm. Dalam sholat Idul Adha, umat Islam disunnahkan untuk mengucapkan takbir tambahan sebanyak tujuh kali setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surah Al-Fatihah. Praktik ini, yang juga diikuti oleh Ibnu ‘Umar sebagai bentuk keteladanan dari Nabi Muhammad SAW, memperbolehkan pengangkatan tangan saat bertakbir seperti yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim. Tidak ada doa atau dzikir khusus yang harus diucapkan di antara takbir-takbir tersebut, namun Ibnu Mas’ud menyarankan untuk memuji dan mengagungkan Allah. Sebagai contoh, bisa diucapkan bacaan, . “Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii Artinya: Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku. Namun, bacaan ini tidak wajib dan boleh diganti dengan pujian lain yang mengagungkan kebesaran Allah Ta’ala. Itulah penjelasan tentang bacaan takbir 7x sholat Idul Adha. Selamat menyambut Hari Raya Idul Adha 1445 H. Editor : Komaruddin Bagja
JAKARTA, iNews.id Bacaan takbir 7x sholat Idul Adha dinanti banyak orang. Sebentar lagi umat Islam akan rayakan Idul Adha 1445 H. Di Indonesia, Kementerian Agama sudah memutuskan bahwa Idul Adha 1445 H2024 M jatuh pada tanggal 17 Juni 2024. Hal tersebut berdasarkan penetapan 1 Dzulhijjah 1445 H lewat sidang isbat yang digelar beberapa waktu lalu. Untuk itu, penting bagi kaum muslimin dan muslimat mengetahui tata cara sholat Idul Adha. Dilansir iNews.id dari laman NU Online, berikut bacaan takbir 7x sholat Idul Adha Subhânallâh, walhamdulillâh, walâ ilâha illallâh, wallâhu akbar, wa lâ haula walâ quwwata illâ billâhil aliyyil azhîm. Dalam sholat Idul Adha, umat Islam disunnahkan untuk mengucapkan takbir tambahan sebanyak tujuh kali setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca surah AlFatihah. Praktik ini, yang juga diikuti oleh Ibnu Umar sebagai bentuk keteladanan dari Nabi Muhammad SAW, memperbolehkan pengangkatan tangan saat bertakbir seperti yang dijelaskan oleh Ibnul Qayyim. Tidak ada doa atau dzikir khusus yang harus diucapkan di antara takbirtakbir tersebut, namun Ibnu Masud menyarankan untuk memuji dan mengagungkan Allah. Sebagai contoh, bisa diucapkan bacaan, . Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii Artinya Maha suci Allah, segala pujian bagiNya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku. Namun, bacaan ini tidak wajib dan boleh diganti dengan pujian lain yang mengagungkan kebesaran Allah Taala. Itulah penjelasan tentang bacaan takbir 7x sholat Idul Adha. Selamat menyambut Hari Raya Idul Adha 1445 H. Editor Komaruddin Bagja
50 Kitab Tentang Tauhid yang Bisa Kalian Pelajari
https://dalamislam.com/landasan-agama/tauhid/kitab-tentang-tauhid
Tauhid ( ) merupakan ilmu yang sangat penting dalam Islam. Tauhid memiliki pengertian yang cukup luas. Namun, secara sederhana Tauhid didefinisikan sebagai konsep dalam akidah Islam yang berkaitan dengan keesaan Allah subhanahu wa ta’ala.Ilmu Tauhid terbagi menjadi tiga bagian, yakni:Tauhid Rububiyah, yaitu beriman hanya kepada Allah sebagai satu-satunya Rabb yang menciptakan alam semesta beserta isinya.Tauhid Uluhiyah, yaitu beribadah hanya kepada Allah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu apapun.Tauhid Asma wa Sifat, yaitu beriman kepada Allah bahwa Dia memiliki 99 nama dan sifat yang baik atau yang disebut dengan asma’ul husna.Begitu pentingnya ilmu tauhid sehingga setiap umat Islam baik laki-laki maupun perempuan wajib mempelajarinya. Sebab tauhid berhubungan erat dengan keimanan terhadap Allah subhanahu wa ta’ala. dapat Anda raih insya Allah jika mampu mempelajari dan mengamalkannya dengan baik dan benar. Hal ini tentu menjadi suatu konsekuensi bagi Anda yang menyatakan diri sebagai umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913)Cara Mempelajari Ilmu TauhidMeskipun internet dan sosial media telah viral di berbagai segmen masyarakat, namun bukan berarti segala sesuatu dapat dipelajari secara online. Sebab segala hal butuh sumber dan narasumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Buku misalnya, masih menjadi sumber yang dianggap dapat dipercaya karena ditulis oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya. Karena itulah, kaum akademika memprioritaskan buku sebagai sumber kepenulisannya.Bagi Anda yang ingin mempelajari ilmu tauhid secara lebih mendalam, maka Anda bisa mempelajarinya melalui kitab-kitab tauhid yang ditulis oleh ulama yang ahli di bidangnya. Kitab tauhid ini tidak hanya ada satu seri, tetapi diterbitkan dalam beberapa seri. Anda diharapkan dapat mempelajarinya mulai dari seri awal.Apa sajakah kitab tauhid itu? Berikut ini beberapa referensi kitab tauhid yang dapat Anda pelajari.Kitābut tauḥīd allażī Huwa Ḥaqqullāh ‘alal ‘Abīd karya ulama tauhid yakni Syaikh Muḥammad At-Tamīmī raḥimahullāh. Beliau merupakan seorang ulama ternama yang lahir di Al-‘Uyainah KSA pada tahun 1115 H dan wafat pada usia 91 tahun di kota Ad-Dir‘iyyah KSA pada tahun 1206 H.Kitab ini berisi mengenai hak Allah subhanahu wa ta’ala atas hamba-Nya. Melalui kitab ini, beliau ingin mengajak kepada seluruh pembacanya untuk kembali pada ajaran Islam yang murni. Kitab ini terdiri atas beberapa bab yang mengulas tauhid hingga ke seluk beluknya secara mendetail. Selain kitab di atas, masih ada kitab lainnya yang membahas tentang tauhid, antara lain yaitu:Ushulu As-Sunnah karya Al-Humaidiy (wafat 219 H)Ushulu As-Sunnah karya Al-Imam Ahmad (wafat 241 H)Ushulu As-Sunnah karya Ibni Abi Zamanainiy (324-399 H)Syarhu As-Sunnah karya Al-Muzani (175-264 H)Syarhu As-Sunnah karya Al-Imam Al-Barbahariy (233-329 H)Shariihu As-Sunnah karya Ath-Thabariy (224-310 H)Al Mandhumatu Al-Ha’iyyah fi As-Sunnah karya Abu Dawud As-Sijistaniy (230-316 H)Aqidatu Ar-Raziyainiy, Abu Hatim (275 H) dan Abu Zur’ah Ar-Raziy (194-264 H)Kitabu I’tiqadi Ahli As-Sunnah karya Abu Bakar Ahmad bin Ibrahim Al-Isma’iliy (277-371 H)Al-Aqidatu Ath-Thahawiyah karya Abu Ja’far Ath-Thahawiy (239-321 H)Al-Aqidatu Al-Qairawaniyah karya Abu Muhammad Al-Qairawaniy (310-386 H)Al-Iqtishad fi Al-I’tiqad karya Abdulghaniy Al-Maqdisiy (541-600 H)Lum’atu Al-I’tiqad karya Ibnu Qudamah (541-620 H)Al-Aqidatu Al-Washithiyah, kitab ini sampai 16 karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (wafat 728 H)Al-Mandhumatu Al-LaamiyyahAl-Qashidatu At-Ta’iyyah fi Al-QadarAl-Aqidatu As-Safaaraniyah karya Muhammad As-Safaaraniy (1114-1188 H)Nuniyah Al-Qahthaniy karya Abu Muhammad Al-AndalusiyKitabu At-Tauhid, kitab ini sampai 35 karya Imam Muhammad bin Abdil Wahhab (wafat 1206 H) ini merupakan kitab yang diulas secara singkat di dalam artikel ini.Mufidu Al-Mustafid fi Kufri Taariki At-TauhidSittatu Ushuli AdzimahAl-Ushulu Ats-TsalatsahAl-Qowa’idul Al-Arba’Bab Fadhli Al-IslamAl-Jami’ li ‘Ibadatillahi wahdahMasa’ilu Al-JahiliyyahMa’na Ath-ThaghutMa Yatamayazu bihi Al-Muslim ‘an Al-MusyrikKasyfu Asy-SyubuhatNawaqidhul Al IslamTafsiru Kalimati At-TauhidAqidah Al-Imam Muhammad bin Abdil WahhabTa’limi Ash-Shibyan At-TauhidRisalah fi Tauhid Al-IbadahWaajibu Al-AbdAl-Jauharah Al-Faridah, kitab ini sampai kitab ke-38 karya Hafidz Al-Hakamiy (wafat 1377 H)Sulamu Al-Wushul ila Ma’rifati Al-UshulMiftahu Dari As-Salam bi Tahqiqi Syahadatai Al-IslamAl Waajibaat karya Syaikh Abdullah Al-Qar’awiyAqidah Ahli As-Sunnah wa Al-Jama’ah karya Syaikh Al-Utsaimin (wafat 1421 H)Tathhiru Al-I’tiqad min Adraani Asy-Syirki wa Al-Ilhad karya Imam Sha’aniy (wafat 1182 H)Tathhiru Al-Janan wa Al-Arkan karya Syaikh Ahmad bin Hajar Buthamiy Alu Ibni AlyAl-Arjuzah Al-Maiiyah karya Ibnu Abi Izz Al-Hanafi (731-792 H)Al-Mandhumatu Ar-Ra’iyyah fi As-Sunnah karya Abi Al-Qasim Al-ZanjaniyAs-Sairu ilallah wa Ad-Dari Al-Akhirah, kitab ini sampai kitab ke-47 karya syaikh Abdurrahman As-Sa’diy (1307-1376 H)Mukhtasharu fi Ushuli Al-Aqidah Ad-DiniyyahMinhaju Al-HaqNashihati li Ahli As-Sunnah karya Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’IHadzihi Da’watuna wa Aqidatuna karya Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’IAl-Aqidah Al-Islamiyah karya syaikh Muhammad bin Jamil ZainuItulah beberapa kitab tauhid yang dinilai kredibel untuk Anda pelajari. Diharapkan Anda tidak serta merta mempelajarinya seorang diri, lebih baik mintalah bimbingan dari Ustadz/ah yang mampu memahmi ilmu tauhid dengan lebih mendalam. Sehingga jika Anda menemukan hal-hal yang sulit dimengerti, Anda bisa langsung menanyakannya pada ahlinya. Dalam arti lain, guru memiliki peran amat penting dalam mempelajari suatu ilmu.
Tauhid merupakan ilmu yang sangat penting dalam Islam. Tauhid Asma wa Sifat, yaitu beriman kepada Allah bahwa Dia memiliki 99 nama dan sifat yang baik atau yang disebut dengan asmaul husna. Sebab tauhid berhubungan erat dengan keimanan terhadap Allah subhanahu wa taala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim HR. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih alJaamiish Shaghiir no. Sebab segala hal butuh sumber dan narasumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Karena itulah, kaum akademika memprioritaskan buku sebagai sumber kepenulisannya. Bagi Anda yang ingin mempelajari ilmu tauhid secara lebih mendalam, maka Anda bisa mempelajarinya melalui kitabkitab tauhid yang ditulis oleh ulama yang ahli di bidangnya. Kitab tauhid ini tidak hanya ada satu seri, tetapi diterbitkan dalam beberapa seri. Anda diharapkan dapat mempelajarinya mulai dari seri awal. Beliau merupakan seorang ulama ternama yang lahir di AlUyainah KSA pada tahun 1115 H dan wafat pada usia 91 tahun di kota AdDiriyyah KSA pada tahun 1206 H.Kitab ini berisi mengenai hak Allah subhanahu wa taala atas hambaNya. Melalui kitab ini, beliau ingin mengajak kepada seluruh pembacanya untuk kembali pada ajaran Islam yang murni. Sehingga jika Anda menemukan halhal yang sulit dimengerti, Anda bisa langsung menanyakannya pada ahlinya.
Kencing Unta Jadi Obat?
https://islami.co/kencing-unta-jadi-obat/
Saya tidak akan berpolemik perihal seorang ustadz yang meminum air kencing sebagai obat dengan membawa sebuah hadis riwayat Imam Bukhari. Saya hanya ingin mendudukan posisi hadis melalui pemahaman para ulama. Sehingga kesucian dan kemuliaan syariat apalagi Nabi Muhammad shalallahu alayhi wasallam tidak dipersepsikan seolah sama seperti yang dilakukan oleh Ustadz tersebut. Mayoritas Ulama Menghukumi Kencing Hewan Adalah Najis Memang masih ditemukan pendapat dari sebagian ulama Mujtahid tentang kesucian air kencing hewan yang boleh dimakan, seperti Imam Malik dan Imam Ahmad. Namun ahli hadis Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: ﻭﺫﻫﺐ ﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﻟﻰﻟﻘﻮﻝ ﺑﻨﺠﺎﺳﺔ ﻷﺑﻮﻝ ﻭﻷﺭﻭﺙ ﻛﻠﻬﺎ ﻣﻦ ﻣﺄﻛﻮﻝ ﻟﻠﺤﻢ ﻭﻏﻴﺮﻩ Asy-Syafii dan mayoritas ulama berpendapat bahwa kencing dan kotoran semua hewan adalah najis, baik hewan yang halal dimakan atau yang haram dimakan (Fath Al-Bari, 1/338) Hukum Berobat Dengan Benda Najis Mufti Al-Azhar Mesir, Syekh Athiyyah Shaqr menjelaskan: ﺃﻣﺎ ﻟﺘﺪﻭﻯ ﺑﺎﻟﻨﺠﺲ ﻏﻴﺮ ﻟﺨﻤﺮ ﻭﺗﻨﺎﻭﻝ ﻟﻨﺠﺲ ﺣﺮﻡ ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﻟﻌﻠﻤﺎ: ﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻻ ﻋﻨﺪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﺃﻣﺎ ﻋﻨﺪ ﻻﺧﺘﻴﺎﺭ ﻭﺗﻮﻓﺮ ﻟﺪﻭ ﻟﺤﻼﻝ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ Berobat dengan benda najis selain khamr dan mengkonsumsi benda najis adalah haram. Para ulama berkata: Hal itu tidak boleh kecuali darurat. Dan ketika dalam keadaan normal dan tersedianya obat yang halal maka tidak boleh ﺃﻣﺎ ﻟﻤﺤﺮﻣﺎﺕ ﻷﺧﺮﻯ ﻓﻴﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﺸﻔﺎ ﻭﻳﻤﻜﻦ ﻟﺘﺪﻭﻯ ﺑﻬﺎ ﻋﻨﺪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻓﻘﺪ ﺭﻭﻯ ﺑﻦ ﻟﻤﻨﺬﺭ ﻋﻦ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ ﺇﻟﻰ ﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻥ ﻓﻰ ﺃﺑﻮﻝ ﻹﺑﻞ ﺷﻔﺎ ﻟﻠﺬﺭﺑﺔ ﺑﻄﻮﻧﻬﻢ ﺃﻯ ﻟﻔﺎﺳﺪﺓ ﻣﻌﺪﺗﻬﻢ Sedangkan benda-benda haram selain khamr maka boleh jadi mengandung kesembuhan dan bisa dijadikan pengobatan saat darurat. Sungguh Ibnu Al-Mundzir meriwayatkan: dari Ibnu Abbas secara marfukepada Nabi shalallahu alaihi wasallam: Sesungguhnya dalam air kencing unta ada kesembuhan untuk penyakit yang terdapat di dalam perut ﻭﻣﻊ ﺫﻟﻚ ﻻ ﻳﻌﺎﻟﺞ ﺑﻬﺎ ﺇﻻ ﻋﻨﺪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﻛﻤﺎ ﺭﺧﺺ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻟﻠﺰﺑﻴﺮ ﺑﻦ ﻟﻌﻮﻡ ﺑﻠﺒﺲ ﻟﺤﺮﻳﺮ ﻟﻮﺟﻮﺩ ﺣﻜﺔ ﻓﻰ ﺟﺴﺪﻩ Meski demikian tidak boleh berobat dengan kencing unta kecuali darurat (tidak ada obat lain, jika tidak memakainya bisa mati), seperti Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memberi keringanan kepada Zubair bin awwam menggunakan kain sutra karena ia mengalami gatal di kulitnya Syarat Berobat Dengan Benda Haram ﺑﺸﺮﻁ ﺃﻥ ﻳﺨﺒﺮ ﺑﺬﻟﻚ ﻃﺒﻴﺐ ﻣﺴﻠﻢ ﻋﺪﻝ ﻭﺃﻻ ﻳﻮﺟﺪ ﺩﻭ ﺣﻼﻝ ﺃﻭ ﺷﻰ ﺃﺧﻒ ﺣﺮﻣﺔ Syaratnya (1) Disarankan oleh dokter Muslim yang dapat dipercaya (2) Tidak ada obat yang halal (3) Atau obat yang lebih ringan keharamannya (Fatawa Al-Azhar 10/109) Bantahan Dari Ahli Hadis ﻭﻓﻲ ﺗﺮﻙ ﺃﻫﻞ ﻟﻌﻠﻢ ﺑﻴﻊ ﻟﻨﺎﺱ ﺃﺑﻌﺎﺭ ﻟﻐﻨﻢ ﻓﻲ ﺃﺳﻮﻗﻬﻢ ﻭﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺃﺑﻮﻝ ﻹﺑﻞ ﻓﻲ ﺃﺩﻭﻳﺘﻬﻢ ﻗﺪﻳﻤﺎ ﻭﺣﺪﻳﺜﺎ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻧﻜﻴﺮ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺎﺭﺗﻬﺎ ﻗﻠﺖ ﻭﻫﻮ ﺳﺘﺪﻻﻝ ﺿﻌﻴﻒ ﻷﻥ ﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ ﻻ ﻳﺠﺐ ﺇﻧﻜﺎﺭﻩ ﻓﻼ ﻳﺪﻝ ﺗﺮﻙ ﺇﻧﻜﺎﺭﻩ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺯﻩ ﻓﻀﻼ ﻋﻦ ﻃﻬﺎﺭﺗﻪ Para ulama membiarkan jual beli kotoran kambing di pasar dan penggunaan kencing unta sebagai obat sejak dulu dan sekarang tanpa ada bentuk ingkar dari ulama adalah dalil kalau air kencing unta adalah suci. Saya (Ibnu Hajar) berkata: Ini adalah metode ijtihad yang lemah. Sebab urusan khilafiyah tidak wajib diingkari. Maka ketiadaan para ulama mengingkarinya tidak serta merta menunjukkan hukum boleh apalagi kesuciannya (Fath Al-Bari, 1/338) Faktor Darurat Menjadi Boleh Sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 173) Artikel ini ditulis oleh KH. Maruf Khozin, Anggota Aswaja NU Center PWNU Jatim
Saya tidak akan berpolemik perihal seorang ustadz yang meminum air kencing sebagai obat dengan membawa sebuah hadis riwayat Imam Bukhari. Sehingga kesucian dan kemuliaan syariat apalagi Nabi Muhammad shalallahu alayhi wasallam tidak dipersepsikan seolah sama seperti yang dilakukan oleh Ustadz tersebut. Namun ahli hadis Al Hafizh Ibnu Hajar berkata ﻭﺫﻫﺐ ﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻭﻟﺠﻤﻬﻮﺭ ﻟﻰﻟﻘﻮﻝ ﺑﻨﺠﺎﺳﺔ ﻷﺑﻮﻝ ﻭﻷﺭﻭﺙ ﻛﻠﻬﺎ ﻣﻦ ﻣﺄﻛﻮﻝ ﻟﻠﺤﻢ ﻭﻏﻴﺮﻩ AsySyafii dan mayoritas ulama berpendapat bahwa kencing dan kotoran semua hewan adalah najis, baik hewan yang halal dimakan atau yang haram dimakan Fath AlBari, 1338 Hukum Berobat Dengan Benda Najis Mufti AlAzhar Mesir, Syekh Athiyyah Shaqr menjelaskan ﺃﻣﺎ ﻟﺘﺪﻭﻯ ﺑﺎﻟﻨﺠﺲ ﻏﻴﺮ ﻟﺨﻤﺮ ﻭﺗﻨﺎﻭﻝ ﻟﻨﺠﺲ ﺣﺮﻡ ﻓﻘﺪ ﻗﺎﻝ ﻟﻌﻠﻤﺎ ﺇﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻻ ﻋﻨﺪ ﻟﻀﺮﻭﺭﺓ ﺃﻣﺎ ﻋﻨﺪ ﻻﺧﺘﻴﺎﺭ ﻭﺗﻮﻓﺮ ﻟﺪﻭ ﻟﺤﻼﻝ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ Berobat dengan benda najis selain khamr dan mengkonsumsi benda najis adalah haram. Para ulama berkata Hal itu tidak boleh kecuali darurat. Sebab urusan khilafiyah tidak wajib diingkari. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. AlBaqarah 173 Artikel ini ditulis oleh KH. Maruf Khozin, Anggota Aswaja NU Center PWNU Jatim
Asbabun Nuzul Surat Al-Mujadalah Ayat 18 - Imam as Suyuthi : Hari Di Mana Semua Dibangkitkan Dihisab
https://www.laduni.id/asbabul-nuzul/661/asbabul-wurud-asbabun-nuzul-surat-al-mujadalah-ayat-18-imam-as-suyuthi
“(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.” Ahmad dan Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan; Dahulu Rasulullah & bernaung di kamar beliau dan naungan tersebut hampir roboh. Beliau lalu berkata, “Sesungguhnya akan datang kepada kalian seorang manusia yang akan memandang kalian dengan pandangan setan. Apabila ia datang kepada kalian, maka janganlah kalian mengajaknya bicara.” Tidak lama kemudian datanglah seorang laki-laki yang bermata biru dan memandang dengan sebelah mata. Rasulullah & kemudian memanggilnya. Ketika beliau melihat orang itu, beliau berkata, “Kenapa engkau dan kawan-kawanmu mencaci maki aku?” Orang tersebut berkata, “Tunggulah, aku akan membawa kawan-kawanku kepadamu.” Orang tersebut lalu pergi dan memanggil kawan-kawannya. Mereka kemudian bersumpah kepada beliau tidak pernah mengatakan dan melakukan sesuatu. Maka Allah menurunkan ayat, “(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu... ” (1) Sumber artikel: Buku Asbabul Nuzul: Kronologi dan Sebab Turun Wahyu Al-Qur'an Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi (ed.) Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Shahih: Ahmad (1/240) meriwayatkan dalam Al-Musnad. Al-Hakim meriwayatkan dan menshahihkannya serta disepakati Adz-Dzahabi. Takhrijnya sudah disebutkan dalam beberapa tempat. Yang dimaksud adalah Abdullah bin Nabtal.
Ingatlah hari ketika mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepadaNya bahwa mereka bukan orang musyrik sebagaimana mereka bersumpah kepadamu dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu manfaat. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orangorang pendusta. Ahmad dan AlHakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan Dahulu Rasulullah bernaung di kamar beliau dan naungan tersebut hampir roboh. Beliau lalu berkata, Sesungguhnya akan datang kepada kalian seorang manusia yang akan memandang kalian dengan pandangan setan. Apabila ia datang kepada kalian, maka janganlah kalian mengajaknya bicara. Tidak lama kemudian datanglah seorang lakilaki yang bermata biru dan memandang dengan sebelah mata. Rasulullah kemudian memanggilnya. Ketika beliau melihat orang itu, beliau berkata, Kenapa engkau dan kawankawanmu mencaci maki aku Orang tersebut berkata, Tunggulah, aku akan membawa kawankawanku kepadamu. Orang tersebut lalu pergi dan memanggil kawankawannya. Mereka kemudian bersumpah kepada beliau tidak pernah mengatakan dan melakukan sesuatu. Maka Allah menurunkan ayat, Ingatlah hari ketika mereka semua dibangkitkan Allah, lalu mereka bersumpah kepadaNya bahwa mereka bukan orang musyrik sebagaimana mereka bersumpah kepadamu 1 Sumber artikel Buku Asbabul Nuzul Kronologi dan Sebab Turun Wahyu AlQuran Buku disusun oleh Muchlis M. Hanafi ed. Buku diterbitkan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf AlQuran, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama RI, 2017 1. Shahih Ahmad 1240 meriwayatkan dalam AlMusnad. AlHakim meriwayatkan dan menshahihkannya serta disepakati AdzDzahabi. Takhrijnya sudah disebutkan dalam beberapa tempat. Yang dimaksud adalah Abdullah bin Nabtal.
Benarkah Perempuan Jadi Penghuni Neraka Terbanyak? Ini Penjelasannya
https://www.detik.com/hikmah/muslimah/d-6897241/benarkah-perempuan-jadi-penghuni-neraka-terbanyak-ini-penjelasannya
Setiap manusia akan melalui hari perhitungan amal untuk menentukan penghuni surga atau neraka. Dalam hadits disebutkan bahwa banyak perempuan akan menjadi penghuni neraka, benarkah? Setelah hari kiamat tiba, akan ada hari perhitungan amal manusia. Dimana pada hari itu semua amal akan ditimbang, dan menjadi penentuan mendapatkan surga atau neraka. Menurut buku Siapa Penghuni Surga dan Siapa Penghuni Neraka karya Muhammad Mutawalli asy-Sya'rawi bahwa surga yaitu ganjaran yang berupa kenikmatan abadi yang tidak akan habis. Sedangkan neraka yaitu pembalasan berupa azab, di mana manusia dan batu yang menjadi bahan bakar api dan para penghuni kekal di dalamnya. Namun, bukan rahasia umum jika perempuan adalah makhluk Allah SWT yang menjadi penghuni neraka terbanyak. Dikutip dari sumber buku yang sama, dalam hadits Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda "Aku melihat ke dalam surga, maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah fuqara' (orang-orang fakir). Dan aku melihat ke dalam neraka, maka aku menyaksikan kebanyakan penghuninya adalah wanita." Dikutip dari buku Neraka Kengerian dan Siksaannya karya Mahir Ahmad Ash-Shufiy bahwa dalam khotbah sholat gerhana Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Bukhari dan Muslim:"Aku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan." Rasulullah SAW juga bersabda dalam HR. Bukhari dan Muslim:"Aku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan." Disebutkan dalam buku Wanita-Wanita Penghuni Neraka oleh Dr. 'Abdul Muiz Khothob bahwa perempuan menjadi penghuni neraka terbanyak karena dosa-dosa dan pelanggaran yang diperbuatnya selama hidup. Dijelaskan dalam surat Al-Ahzab ayat 33, bahwa Allah SWT melarang perempuan dilarang mempertontonkan kecantikannya Artinya: "Tetaplah (tinggal) di rumah-rumahmu dan janganlah berhias (dan bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu. Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya." Dijelaskan dalam potongan surat al-Baqarah ayat 196 bahwa Allah melarang perempuan mencukur rambutnya. Dalam Islam, perempuan yang mencukur rambutnya menyerupai laki-laki dianggap sebagai perbuatan memburukkan ciptaan Allah SWT. Artinya "Janganlah kamu mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai di tempatnya." Selain mencukur rambut, Allah juga melarang perempuan untuk menyambung rambutnya, seperti firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 117-120 Artinya: "Mereka tidak menyembah selain Dia, kecuali berhala dan mereka juga tidak menyembah, kecuali setan yang durhaka. Allah melaknatnya. Dia (setan) berkata, "Aku benar-benar akan mengambil bagian tertentu dari hamba-hamba-Mu. Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, membangkitkan angan-angan kosong mereka, menyuruh mereka (untuk memotong telinga-telinga binatang ternaknya) hingga mereka benar-benar memotongnya, dan menyuruh mereka (mengubah ciptaan Allah) hingga benar-benar mengubahnya." Siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita kerugian yang nyata. (Setan) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka." Dan masih banyak lagi hal-hal yang menyebabkan perempuan banyak yang masuk ke neraka karena ulah mereka sendiri. Semoga kita menjadi perempuan muslim yang dijauhkan Allah SWT dari neraka-Nya. Aamiin...
Setiap manusia akan melalui hari perhitungan amal untuk menentukan penghuni surga atau neraka. Dimana pada hari itu semua amal akan ditimbang, dan menjadi penentuan mendapatkan surga atau neraka. Menurut buku Siapa Penghuni Surga dan Siapa Penghuni Neraka karya Muhammad Mutawalli asySyarawi bahwa surga yaitu ganjaran yang berupa kenikmatan abadi yang tidak akan habis. Sedangkan neraka yaitu pembalasan berupa azab, di mana manusia dan batu yang menjadi bahan bakar api dan para penghuni kekal di dalamnya. Dikutip dari buku Neraka Kengerian dan Siksaannya karya Mahir Ahmad AshShufiy bahwa dalam khotbah sholat gerhana Rasulullah SAW bersabda dalam HR. Bukhari dan MuslimAku melihat neraka dan aku melihat penghuninya kebanyakan dari kaum perempuan. Bukhari dan MuslimAku berdiri di pintu neraka, ternyata kebanyakan orang yang masuk ke dalamnya adalah perempuan. Disebutkan dalam buku WanitaWanita Penghuni Neraka oleh Dr. Abdul Muiz Khothob bahwa perempuan menjadi penghuni neraka terbanyak karena dosadosa dan pelanggaran yang diperbuatnya selama hidup. Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah hanya hendak menghilangkan dosa darimu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersihbersihnya. Dijelaskan dalam potongan surat alBaqarah ayat 196 bahwa Allah melarang perempuan mencukur rambutnya. Dalam Islam, perempuan yang mencukur rambutnya menyerupai lakilaki dianggap sebagai perbuatan memburukkan ciptaan Allah SWT. Artinya Janganlah kamu mencukur kepalamu, sebelum kurban sampai di tempatnya. Dia setan berkata, Aku benarbenar akan mengambil bagian tertentu dari hambahambaMu. Aku benarbenar akan menyesatkan mereka, membangkitkan anganangan kosong mereka, menyuruh mereka untuk memotong telingatelinga binatang ternaknya hingga mereka benarbenar memotongnya, dan menyuruh mereka mengubah ciptaan Allah hingga benarbenar mengubahnya. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka. Semoga kita menjadi perempuan muslim yang dijauhkan Allah SWT dari nerakaNya.
Hukum Berciuman dengan Istri di Siang Hari Bulan Ramadhan
https://www.dakwah.id/berciuman-di-siang-ramadhan/
Setiap kali memasuki bulan ramadhan, rasa hati ingin selalu berusaha memperbanyak amal ibadah. Memaksimalkan kualitas ibadah wajib, memburu segala jenis ibadah sunnah. Apalagi jika bisa melaksanakannya bersama istri/suami tercinta. Ramadhan adalah bulan dilipatgandakannya pahala.Menarik sekali nasehat Jabir bin Abdillah di bawah ini:Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja. (Lihat Lathaif al-Maarif, 1/168, Asy Syamilah)Namun, apa yang akan terjadi bila kita ingin melakukan aktivitas wajar sebagai suami istri, namun ragu-ragu tentang hukumnya jika dilakukan di siang hari bulan ramadhan. Berciuman misalnya. Bolehkah suami istri berciuman di siang hari bulan ramadhan?Berdasarkan keterangan para ulama ahli fikih, pasangan suami istri boleh berciuman, selama tidak di kemaluan dan tidak disertai syahwat yang memicu keluarnya mani.Hukum ini didasarkan pada hadits Nabi salallahu alaihi wa salam, dari Umar Bin Al Khaththab, beliau berkata, - - - - ( ). - Pada suatu hari aku rindu dan hasratku muncul kemudian aku mencium istriku padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan aku berkata,Hari ini aku melakukan suatu kesalahan besar. Aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Bagaimana pendapatmu jika kamu berpuasa kemudian berkumur-kumur? Aku menjawab, Seperti itu tidak mengapa.Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lalu apa masalahnya? (HR. Ahmad, 1/21. Syaikh Syuaib al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa Tidak ada perselisihan di antara para ulama bahwa bercumbu atau mencium istri tidak membatalkan puasa selama tidak keluar mani.Akan tetapi beliau memberi catatan, bagi orang yang bergejolak syahwatnya, maka haram baginya melakukannya. Ini menurut pendapat yang paling kuat dari Syafiiyah. Ada pula yang mengatakan bahwa hal semacam ini dimakruhkan yaitu makruh tanzih (tidak sampai haram). (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, 7/215)Ibnu Abbas, Imam Abu Hanifah, Ats-Tsauriy, Al-Auzai dan Imam Asy-Syafii melarang hal ini bagi pasangan muda dan dibolehkan bagi yang sudah berusia senja. Pendapat terakhir ini juga merupakan salah satu pendapat dari Imam Malik.Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik rahimahullah tentang bolehnya hal ini ketika melakukan puasa sunnah dan tidak bolehkan ketika melakukan puasa wajib. (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syaraf an-Nawawi, 7/215)Bagi para pasangan suami istri yang tak mampu mengendalikan gejolak syahwatnya, lebih baik menghindari ciuman di siang bulan ramadhan. Hal ini dikhawatirkan agar ibadah shaum keduanya tetap terjaga dengan baik.Bagi suami istri yang memang bisa mengendalikan syahwatnya, maka diperbolehkan berciuman di siang bulan ramadhan.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mencium dan mencumbu (dengan istrinya), padahal Beliau sedang berpuasa. Namun Beliau adalah orang yang paling kuat menahan syahwatnya di antara kamu sekalian. (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari, 1792 dan Muslim, 1854, teks hadits riwayat al-Bukhari)Wallahu alam.
Setiap kali memasuki bulan ramadhan, rasa hati ingin selalu berusaha memperbanyak amal ibadah. Memaksimalkan kualitas ibadah wajib, memburu segala jenis ibadah sunnah. Apalagi jika bisa melaksanakannya bersama istrisuami tercinta. Lihat Lathaif alMaarif, 1168, Asy SyamilahNamun, apa yang akan terjadi bila kita ingin melakukan aktivitas wajar sebagai suami istri, namun raguragu tentang hukumnya jika dilakukan di siang hari bulan ramadhan. Bolehkah suami istri berciuman di siang hari bulan ramadhanBerdasarkan keterangan para ulama ahli fikih, pasangan suami istri boleh berciuman, selama tidak di kemaluan dan tidak disertai syahwat yang memicu keluarnya mani. Aku telah mencium istriku padahal sedang berpuasa. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Lalu apa masalahnya HR. Akan tetapi beliau memberi catatan, bagi orang yang bergejolak syahwatnya, maka haram baginya melakukannya. Ini menurut pendapat yang paling kuat dari Syafiiyah. Ada pula yang mengatakan bahwa hal semacam ini dimakruhkan yaitu makruh tanzih tidak sampai haram. Ibnu Wahab meriwayatkan dari Malik rahimahullah tentang bolehnya hal ini ketika melakukan puasa sunnah dan tidak bolehkan ketika melakukan puasa wajib. Hal ini dikhawatirkan agar ibadah shaum keduanya tetap terjaga dengan baik.
Hak dan Kewajiban Pemimpin dan Rakyat yang Dipimpin (Bagian 1)
https://radiomutiaraquran.com/2024/01/31/hak-dan-kewajiban-pemimpin-dan-rakyat-yang-dipimpin-bagian-1/
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur setiap sendi kehidupan manusia. Lebih-lebih berkaitan dengan masalah yang sangat besar, yaitu hubungan antara rakyat dengan pemimpin mereka. Islam telah mengatur, apa saja hak para pemimpin yang wajib ditunaikan oleh rakyat. Dan sebaliknya, apa saja kewajiban pemimpin yang harus ditunaikan kepada rakyat yang dipimpin Hak pemimpin atas rakyat yang dipimpin Hak pemimpin atas rakyat yang dia pimpin (dengan kata lain, kewajiban rakyat kepada sang pemimpin) itu di antaranya: Pertama, rakyat memiliki kewajiban untuk mencurahkan ketaatan kepada sang pemimpin, baik dzahir maupun batin, dalam setiap yang diperintahkan atau yang dilarang oleh pemimpin, kecuali dalam hal maksiat. Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan untuk taat kepada pemimpin, dan tidak memberikan pengecualian kecuali jika dalam hal kemaksiatan. Maka perkara (aturan) lainnya yang bukan maksiat, harus tetap ditaati. Allah Ta’ala befirrman, “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kalian kepada Allah, taatlah kalian kepada Rasul dan ulil amri di antara kalian.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59) Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan ayat ini berkata, “Akan tetapi, (ketaatan terhadap pemimpin) itu dengan syarat selama pemimpin tersebut tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala. Jika mereka memerintahkan hal itu (maksiat), maka tidak ada ketaatan terhadap makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.” (Taissir Karimir Rahmaan, hal. 183) Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dengarlah dan taat, meskipun penguasa (pemimpin) kalian adalah seorang budak Habsyi (budak dari Ethiopia), yang kepalanya seperti kismis (anggur kering) (karena secara fisik, mereka berambut keriting seperti anggur kering yang mengkerut, pen.)” (HR. Bukhari no. 693) Juga diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mendengar dan taat (kepada pemimpin) adalah wajib bagi setiap muslim, baik (terhadap perkara) yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai, selama dia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan. Adapun jika dia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat (dalam perkara maksiat tersebut saja, pent.).” (HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 4740) Yang dimaksud dengan “tidak ada kewajiban mendengar dan taat” dalam hadits tersebut bukanlah tidak mendengar dan taat secara mutlak, sehingga berlepas diri dari kepemimpinan secara total dari sang penguasa. Akan tetapi, yang dimaksud adalah tidak mendengar dan taat dalam perkara maksiat itu saja. Sedangkan aturan lain yang bukan maksiat, tetap wajib ditaati. Pemahaman ini sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, : : : “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, kalian mengutuk mereka dan mereka pun mengutuk kalian.” Mereka berkata, “Kemudian kami bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu?” Beliau menjawab, “Tidak, selama mereka mendirikan shalat bersama kalian, tidak selama mereka masih mendirikan shalat bersama kalian. Dan barangsiapa dipimpin oleh seorang pemimpin, kemudian dia melihat pemimpinnya bermaksiat kepada Allah, hendaknya dia membenci dari perbuatan (maksiat) tersebut dan janganlah dia melepas dari ketaatan kepadanya.” (HR. Muslim no. 1855) Kedua, memberikan nasihat kepada sang pemimpin dengan metode dan adab yang baik. Diriwayatkan dari sahabat Tamim Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kemudian para sahabat bertanya, “Untuk siapa (wahai Rasulullah)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya.” (HR. Muslim no. 55) Adab dalam memberikan nasihat kepada sang pemimpin ini diperjelas dengan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dalam suatu perkara, maka janganlah dia menasihati secara terang-terangan. Akan tetapi, ambillah tangannya dan menyepilah dengannya. Jika sang penguasa menerima (nasihatmu), itulah yang diinginkan. Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya.” (HR. Ahmad 3: 403, Ath-Thabrani dalam Musnad Asy-Syamiyyiin 2: 94, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah no. 1096 dan yang lainnya. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Dzilaal As-Sunnah 2: 507) Oleh karena itu, termasuk kewajiban rakyat adalah mengingatkan sang pemimpin ketika dia lalai serta memberikan petunjuk dan bimbingan ketika sang pemimpin terjatuh dalam kesalahan dan ketergelinciran, didorong oleh rasa kasih sayang dan belas kasihan kepada mereka atas beratnya pertanggungjawaban yang akan diminta dari mereka pada hari kiamat. Juga dalam rangka menjaga agama dan kehormatan sang pemimpin. Ketiga, jihad bersama mereka, shalat di belakang mereka (karena pemimpin zaman dahulu adalah juga imam shalat), menunaikan sedekah (zakat mal) kepada mereka ketika diminta (maksudnya, ketika penguasa menarik harta zakat yang itu menjadi kewajibannya, melalui amil zakat yang ditunjuk, maka tetap ditaati), juga berhaji bersama mereka. Baik pemimpin baik adalah pemimpin yang shalih, ataupun pemimpin yang fajir, selama belum sampai derajat kekafiran. Inilah di antara pokok aqidah ahlus sunnah. Sebagian ulama menjadikan hal ini sebagai salah satu bentuk nasihat kepada pemimpin. Al-Khaththabi rahimahullah berkata, “Termasuk dalam nasihat kepada ulil amri adalah mencurahkan ketaatan kepada mereka dalam perkara-perkara yang ma’ruf, shalat di belakang mereka, jihad melawan orang-orang kafir bersama mereka, menunaikan zakat (sedekah) kepada mereka, tidak memberontak dengan pedang kepada mereka, ketika tampak dari mereka kesalahan dan kejelekan, mengingatkan mereka ketika mereka lalai, tidak menipu mereka dengan pujian-pujian dusta atas mereka, dan mendoakan kebaikan untuk mereka.” (A’laamul Hadiits fi Syarhi Shahih Al-Bukhari, 1: 192-193) Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi rahimahullah berkata, “Siapa saja yang meninggalkan shalat Jum’at dan shalat berjamaah di belakang pemimpin yang fajir (jahat atau dzalim), maka dia adalah mubtadi’ (ahlul bid’ah) menurut jumhur (mayoritas) ulama. Yang benar adalah shalat di belakang mereka dan tidak mengulang shalat. Hal ini karena para sahabat radhiyallahu ‘anhum tetap shalat Jum’at dan shalat berjamaah di belakang pemimpin yang fajir dan tidak mengulang shalat mereka. Hal ini sebagaimana ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu yang shalat di belakang Al-Hajjaj bin Yusuf, demikian pula Anas radhiyallahu ‘anhu.” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah, hal. 575) Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam, beliau berkata, “Sesungguhnya Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ketika di masa fitnah (khawarij), tidaklah sang ulil amri datang kecuali beliau (Ibnu ‘Umar) shalat di belakangnya, dan menunaikan zakat mal kepada mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’d dalam Ath-Thabaqaat, 4: 149) Di antara dalil dari sunnah (hadits) yang menunjukkan bolehnya shalat di belakang pemimpin yang fajir (selama mereka belum kafir) adalah hadits yang diriwayatkan dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, ketika beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat di belakang pemimpin yang mengakhirkan shalat dari waktunya (shalat di luar waktu), maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatlah pada waktunya. Jika Engkau menjumpai shalat bersama mereka (di luar waktu), maka shalatlah. Dan jangan katakan, “Sesungguhnya aku sudah shalat, maka aku tidak shalat (bersama kalian).” (HR. Muslim no. 648) Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa shalat lagi di belakang penguasa (di luar waktu) itu dinilai sebagai shalat sunnah. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mungkin kalian akan menjumpai suatu kaum yang mengerjakan shalat tidak pada waktunya. Jika kalian mendapati mereka, maka shalatlah pada waktunya, kemudian ikutlah shalat bersama mereka dan anggaplah itu sebagai shalat sunnah.” (HR. An-Nasa’i no. 779. Dinilai hasan shahih oleh Al-Albani) Dan inilah yang menjadi pemahaman sahabat, sebagaimana yang telah kami sebutkan sebagian riwayatnya di atas. Keempat, tidak mengumbar, membeberkan, dan membongkar aib dan kejelekan mereka di khalayak umum. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz rahimahullah berkata, “Bukanlah termasuk manhaj salaf (perbuatan) mempopulerkan aib pemerintah, dan menyebutkan kejelekan-kejelekan pemerintah di mimbar-mimbar. Karena hal itu akan menimbulkan kudeta (pemberontakan), tidak ada lagi mendengar dan taat dalam perkara yang ma’ruf, dan menimbulkan pemberontakan yang menimbulkan mudharat dan tidak ada manfaat. Akan tetapi, jalan yang ditempuh oleh para salaf adalah memberikan nasihat di antara mereka dan pemerintah (saja), menulis surat kepada mereka, atau melalui para ulama yang bisa menyampaikan kepada pemerintah sehingga ulama tersebut bisa menunjukkan kepada kebaikan.” (Al-Ma’luum min Waajibi Al-‘Alaaqah bainal Haakim wal Mahkuum, hal. 22) Inilah yang diamalkan oleh sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, ketika banyak orang membicarakan kepemimpinan sahabat ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu. Ada seseorang yang berkata kepada Usamah radhiyallahu ‘anhu, “Tidakkah Engkau menemui ‘Utsman dan menasihatinya?” Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata, “Apakah kalian anggap aku tidak menasihatinya karena kalian tidak mendengar pembicaraanku kepadanya? Demi Allah, sungguh aku telah berbicara dengannya empat mata,tanpa menampakkannya. Aku tidak mau menjadi orang yang pertama kali membuka (pintu fitnah).” (HR. Muslim no. 2989) Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Maksudnya, aku (Usamah) telah berbicara kepadanya dalam perkara yang kalian maksudkan. Akan tetapi, hal itu dalam bentuk yang baik (mendatangkan maslahat) dan adab, yaitu secara rahasia. Nasihatku itu bukanlah perkataan yang bisa menimbulkan fitnah atau semacamnya.” Beliau rahimahullah juga berkata, “Dan dalam hadits ini terdapat pemuliaan terhadap ulil amri dan adab terhadap mereka. Juga menyampaikan kepada ulil amri tentang apa yang yang dikatakan oleh rakyat tentang mereka, agar mereka menahan diri dan memperhatikan peringatan rakyat, dengan penyampaian yang lembut dan baik. Yaitu dalam bentuk tercapainya maksud (untuk menasihati), tanpa menyakiti pihak lain.” (Fathul Baari, 13: 65-67) [Bersambung, insyaa Allah] Penulis: M. Saifudin Hakim Sumber
Islam adalah agama yang sempurna, yang mengatur setiap sendi kehidupan manusia. Dan sebaliknya, apa saja kewajiban pemimpin yang harus ditunaikan kepada rakyat yang dipimpin Hak pemimpin atas rakyat yang dipimpin Hak pemimpin atas rakyat yang dia pimpin dengan kata lain, kewajiban rakyat kepada sang pemimpin itu di antaranya Pertama, rakyat memiliki kewajiban untuk mencurahkan ketaatan kepada sang pemimpin, baik dzahir maupun batin, dalam setiap yang diperintahkan atau yang dilarang oleh pemimpin, kecuali dalam hal maksiat. Maka perkara aturan lainnya yang bukan maksiat, harus tetap ditaati. AnNisa 4 59 Syaikh Abdurrahman AsSadi rahimahullah ketika menjelaskan ayat ini berkata, Akan tetapi, ketaatan terhadap pemimpin itu dengan syarat selama pemimpin tersebut tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah Taala. 693 Juga diriwayatkan dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Mendengar dan taat kepada pemimpin adalah wajib bagi setiap muslim, baik terhadap perkara yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai, selama dia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan. Akan tetapi, yang dimaksud adalah tidak mendengar dan taat dalam perkara maksiat itu saja. Mereka berkata, Kemudian kami bertanya, Wahai Rasulullah, tidakkah kami memerangi mereka ketika itu Beliau menjawab, Tidak, selama mereka mendirikan shalat bersama kalian, tidak selama mereka masih mendirikan shalat bersama kalian. Kemudian para sahabat bertanya, Untuk siapa wahai Rasulullah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Untuk Allah, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya. Akan tetapi, ambillah tangannya dan menyepilah dengannya. Jika tidak, maka dia telah menunaikan kewajibannya. Baik pemimpin baik adalah pemimpin yang shalih, ataupun pemimpin yang fajir, selama belum sampai derajat kekafiran. Inilah di antara pokok aqidah ahlus sunnah. Sebagian ulama menjadikan hal ini sebagai salah satu bentuk nasihat kepada pemimpin. AlKhaththabi rahimahullah berkata, Termasuk dalam nasihat kepada ulil amri adalah mencurahkan ketaatan kepada mereka dalam perkaraperkara yang maruf, shalat di belakang mereka, jihad melawan orangorang kafir bersama mereka, menunaikan zakat sedekah kepada mereka, tidak memberontak dengan pedang kepada mereka, ketika tampak dari mereka kesalahan dan kejelekan, mengingatkan mereka ketika mereka lalai, tidak menipu mereka dengan pujianpujian dusta atas mereka, dan mendoakan kebaikan untuk mereka. Alaamul Hadiits fi Syarhi Shahih AlBukhari, 1 192193 Ibnu Abil Izz AlHanafi rahimahullah berkata, Siapa saja yang meninggalkan shalat Jumat dan shalat berjamaah di belakang pemimpin yang fajir jahat atau dzalim, maka dia adalah mubtadi ahlul bidah menurut jumhur mayoritas ulama. 575 Diriwayatkan dari Zaid bin Aslam, beliau berkata, Sesungguhnya Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ketika di masa fitnah khawarij, tidaklah sang ulil amri datang kecuali beliau Ibnu Umar shalat di belakangnya, dan menunaikan zakat mal kepada mereka. Jika kalian mendapati mereka, maka shalatlah pada waktunya, kemudian ikutlah shalat bersama mereka dan anggaplah itu sebagai shalat sunnah. Dinilai hasan shahih oleh AlAlbani Dan inilah yang menjadi pemahaman sahabat, sebagaimana yang telah kami sebutkan sebagian riwayatnya di atas. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah berkata, Bukanlah termasuk manhaj salaf perbuatan mempopulerkan aib pemerintah, dan menyebutkan kejelekankejelekan pemerintah di mimbarmimbar. Akan tetapi, jalan yang ditempuh oleh para salaf adalah memberikan nasihat di antara mereka dan pemerintah saja, menulis surat kepada mereka, atau melalui para ulama yang bisa menyampaikan kepada pemerintah sehingga ulama tersebut bisa menunjukkan kepada kebaikan. AlMaluum min Waajibi AlAlaaqah bainal Haakim wal Mahkuum, hal. Ada seseorang yang berkata kepada Usamah radhiyallahu anhu, Tidakkah Engkau menemui Utsman dan menasihatinya Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu berkata, Apakah kalian anggap aku tidak menasihatinya karena kalian tidak mendengar pembicaraanku kepadanya Demi Allah, sungguh aku telah berbicara dengannya empat mata,tanpa menampakkannya. Aku tidak mau menjadi orang yang pertama kali membuka pintu fitnah. Akan tetapi, hal itu dalam bentuk yang baik mendatangkan maslahat dan adab, yaitu secara rahasia. Nasihatku itu bukanlah perkataan yang bisa menimbulkan fitnah atau semacamnya. Beliau rahimahullah juga berkata, Dan dalam hadits ini terdapat pemuliaan terhadap ulil amri dan adab terhadap mereka.
Munculnya Dajjal (4), Tempat Keluarnya Dajjal
https://rumaysho.com/2246-munculnya-dajjal-4-tempat-keluarnya-dajjal.html
Segala puji bagi Allah pemberi berbagai macam nikmat. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.Kapankah keluarnya Dajjal dan berapa lama ia berada di muka bumi belum Rumaysho.com ulas. Bahasan tersebut akan melanjutkan bahasan sebelumnya mengenai Dajjal. Perlu sekali kita mengetahui hal ini karena termasuk keimanan kepada yang ghoib dan masuk pula dalam keimanan kepada hari akhir. Semoga pengetahuan ini semakin membuat kita bersiap diri menghadapi hari akhir yang pasti kita jumpai. Modal utama untuk menghadapi hari tersebut adalah iman dan takwa.Tempat Keluarnya DajjalDajjal akan muncul dari arah timur dari negeri Persia, disebut Khurasan. Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dajjal itu keluar dari bumi sebelah timur yang disebut Khurasan. Dajjal akan diikuti oleh kaum yang wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit. [1]Namun kemunculan Dajjal baru terlihat jelas ketika ia sampai di suatu tempat antara Irak dan Syam. Dalam hadits An Nawas bin Saman yang marfu –sampai pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam- disebutkan, Dajjal itu keluar di antara Syam dan Irak. Dia lantas merusak kanan dan kiri. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah.[2]Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi akan menjadi pengikutnya. Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi yang memakai mahkota akan jadi pengikutnya.[3]Ibnu Katsir berkata bahwa munculnya Dajjal adalah dari Ashbahan dari daerah yang disebut Yahudiyah.[4]Dajjal Tidak Akan Masuk Makkah dan MadinahDajjal akan muncul dari Ashbahan dan akan menelusuri muka bumi. Tidak ada satu negeri pun melainkan Dajjal akan mampir di tempat tersebut. Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat akan menjaga dua kota tersebut. Dajjal tidak akan memasuki kedunya hingga akhir zaman. Dalam hadits Fathimah bin Qois radhiyallahu anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan, Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thoybah (Madinah Nabawiyyah). Kedua kota tersebut diharamkan bagiku. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Dan di setiap jalan bukit ada malaikat yang menjaganya.[5]Dajjal Tidak Akan Memasuki Empat MasjidDalam hadits disebutkan tentang Dajjal, Dajjal tidak akan memasuki empat masjid: masjid Kabah (masjidil Haram), masjid Rasul (masjid Nabawi), masjid Al Aqsho, dan masjid Ath Thur.[6]Berapa Lama Dajjal di Muka Bumi?Para sahabat menanyakan pada Rasul shallallahu alaihi wa sallam mengenai berapa lama Dajjal berada di muka bumi. Mereka berkata, « ». « Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal berada di muka bumi? Beliau bersabda, Selama empat puluh hari, di mana satu harinya seperti setahun, satu harinya lagi seperti sebulan, satu harinya lagi seperti satu Jumat (maksudnya: satu minggu, pen), satu hari lagi seperti hari-hari yang kalian rasakan. Mereka pun bertanya kembali pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, jika satu hari bisa sama seperti setahun, apakah kami cukup shalat satu hari saja? Tidak. Namun kalian harus mengira-ngira (waktunya), jawab beliau shallallahu alaihi wa sallam.[7]Jawaban Rasul shallallahu alaihi wa sallam terhadap pertanyaan sahabat menunjukkan bahwa ketika Dajjal muncul hari akan terasa begitu panjang, sampai terasa setahun atau sebulan atau seminggu. Dan ini bukanlah majaz, tetapi hakiki.[8]Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai memperkirakan waktu shalat di atas, Jika setelah fajar berlalu waktu yang masanya sama seperti waktu antara shubuh dan zhuhur seperti hari biasa, maka shalatlah zhuhur. Jika berlalu waktu yang masanya seperti antara zhuhur dan ashar, maka shalatlah ashar. Jika berlalu waktu yang masanya seperti antara ashar dan maghrib, maka shalatlah maghrib. Demikian yang dilakukan untuk shalat isya dan shubuh, kemudian zhuhur, ashar dan maghrib diperlakukan demikian sampai berlalu waktu yang terasa setahun (sebulan atau seminggu tadi).[9]Bahasan Dajjal yang pernah diulas di rumaysho.com:1. Bukti Adanya Dajjal.2. Sifat-sifat Dajjal.3. Berbagai Fitnah Dajjal.Siapakah para pengikut Dajjal? Insya Allah akan diulas dalam bahasan selanjutnya.Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.Alhamdulilahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat. Referensi: @ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 17 Rabiul Awwal 1433 Hwww.rumaysho.com[1] HR. Tirmidzi no. 2337 dan Ibnu Majah no. 4072. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.[2] HR. Muslim no. 2937[3] HR. Ahmad 3: 224. Haditsnya hasan kata Syaikh Syuaib Al Arnauth[4] An Nihayah fil Fitan wal Malahim, 1: 128[5] HR. Muslim no. 2942[6] HR. Ahmad 5: 364. Kata Syaikh Syuaib Al Arnauth, sanad hadits ini shahih.[7] HR. Muslim no. 2937.[8] Al Yaumul Akhir-Al Qiyamatush Shugro, 243.[9] Syarh Shahih Muslim, 18: 66
Segala puji bagi Allah pemberi berbagai macam nikmat. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Kapankah keluarnya Dajjal dan berapa lama ia berada di muka bumi belum Rumaysho.com ulas. Bahasan tersebut akan melanjutkan bahasan sebelumnya mengenai Dajjal. Perlu sekali kita mengetahui hal ini karena termasuk keimanan kepada yang ghoib dan masuk pula dalam keimanan kepada hari akhir. Semoga pengetahuan ini semakin membuat kita bersiap diri menghadapi hari akhir yang pasti kita jumpai. Modal utama untuk menghadapi hari tersebut adalah iman dan takwa. Dari Abu Bakr Ash Shiddiq, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dajjal itu keluar dari bumi sebelah timur yang disebut Khurasan. Dajjal akan diikuti oleh kaum yang wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit. Wahai para hamba Allah, tetap teguhlah.2Dajjal akan keluar dari Yahudiyah Ashbahan dan 70.000 orang Yahudi akan menjadi pengikutnya. Yang dikecualikan di sini adalah Makkah dan Madinah karena malaikat akan menjaga dua kota tersebut. Dalam hadits Fathimah bin Qois radhiyallahu anha disebutkan bahwa Dajjal mengatakan, Aku akan keluar dan menelusuri muka bumi. Tidaklah aku membiarkan suatu daerah kecuali pasti aku singgahi dalam masa empat puluh malam selain Makkah dan Thoybah Madinah Nabawiyyah. Tatkala aku ingin memasuki salah satu dari dua kota tersebut, malaikat menemuiku dan menghadangku dengan pedangnya yang mengkilap. Wahai Rasulullah, berapa lama Dajjal berada di muka bumi Beliau bersabda, Selama empat puluh hari, di mana satu harinya seperti setahun, satu harinya lagi seperti sebulan, satu harinya lagi seperti satu Jumat maksudnya satu minggu, pen, satu hari lagi seperti harihari yang kalian rasakan. Mereka pun bertanya kembali pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Wahai Rasulullah, jika satu hari bisa sama seperti setahun, apakah kami cukup shalat satu hari saja Tidak. Dan ini bukanlah majaz, tetapi hakiki.8Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai memperkirakan waktu shalat di atas, Jika setelah fajar berlalu waktu yang masanya sama seperti waktu antara shubuh dan zhuhur seperti hari biasa, maka shalatlah zhuhur. Jika berlalu waktu yang masanya seperti antara ashar dan maghrib, maka shalatlah maghrib. Demikian yang dilakukan untuk shalat isya dan shubuh, kemudian zhuhur, ashar dan maghrib diperlakukan demikian sampai berlalu waktu yang terasa setahun sebulan atau seminggu tadi.9Bahasan Dajjal yang pernah diulas di rumaysho.com1. Alhamdulilahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat. Haditsnya hasan kata Syaikh Syuaib Al Arnauth4 An Nihayah fil Fitan wal Malahim, 1 1285 HR. Kata Syaikh Syuaib Al Arnauth, sanad hadits ini shahih.7 HR. 2937.8 Al Yaumul AkhirAl Qiyamatush Shugro, 243.9 Syarh Shahih Muslim, 18 66
8 Keistimewaan Malaikat yang Perlu Diketahui
https://dalamislam.com/landasan-agama/aqidah/keistimewaan-malaikat
Beriman kepada malaikat merupakan salah satu dalam Islam sekaligus merupakan salah satu bentuk konsekuensi iman kepada Allah.Dalam arti, salah satu dari yakin dan percaya bahwa hanya Allah-lah yang berkuasa menciptakan beragam jenis makhluk yang berbeda sifatnya dengan manusia.Karena sifatnya berbeda dengan jin dan manusia, malaikat mempunyai beberapa keistimewaan, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Diciptakan dari nur atau cahayaMalaikat diciptakan Allah dari nur atau cahaya dan karenanya malaikat termasuk makhluk ghaib. Hal ini didasarkan atas hadits berikut.“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api yang berkobar, dan Adam (manusia) dari tanah sebagaimana telah dijelaskan kepadamu.” (HR. Ahmad, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Aisyah r.a)2. Selalu mematuhi dan menaati perintah AllahMalaikat merupakan makhluk yang hanya berfungsi untuk selalu mematuhi dan menaati perintah Allah. Dalam surat ayat 6 Allah berfirman,“ … Mereka (malaikat) tidak dapat durhaka kepada Allah dalam hal apa saja yang Ia perintahkan kepada mereka, dan mereka mengerjakan apa saja yang diperintahkan kepada mereka.” (QS. At-Tahriim : 6)3. Tidak pernah mendurhakai AllahDalam surat ayat 50 Allah berfirman,“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi : 50)4. Utusan Allah yang memiliki tugas tertentuMalaikat diciptakan Allah sebagai utusan-utusan-Nya dan masing-masing memiliki tugas tertentu. Dalam surat Faathir ayat 1 Allah berfirman,“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Faathir : 1).5. Selalu bertasbih kepada AllahMalaikat merupakan makhluk yang tidak lelah bertasbih kepada Allah. Dalam surat Fushshilat ayat 38 Allah berfirman,“… Maka mereka (malaikat) yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS. Fushshilat : 38)6. Merupakan makhluk yang berakhlak mulia dan luhurMalaikat adalah makhluk yang berakhlak mulia dan luhur. Allah berfirman dalam surat A’basa ayat 15-16 sebagai berikut.“Di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (QS. A’basa : 15-16).7. Tidak sombong dan tidak letihMalaikat adalah makhluk yang tidak memiliki rasa sombong dan tidak pernah merasa letih dalam menjalankan perintah dan beribadah kepada Allah. Dalam surat ayat 19-20 Allah berfirman, “Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka (malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang.” (QS. Al Anbiya’ : 19-20)8. Bertabiat pemaluMalaikat bertabiat pemalu. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Tidakkah aku (juga) merasa malu dari seseorang yang para malaikat malu padanya.” (HR. Muslim)Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa malaikat memiliki beberapa keistimewaan antara lain diciptakan dari nur atau cahaya, selalu mematuhi dan menaati perintah Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah.Keistimewaan malaikat lainnya adalah merupakan utusan Allah yang memiliki tugas tertentu, selalu bertasbih kepada Allah, merupakan makhluk yang berakhlak mulia dan luhur. Selain itu, malaikat juga memiliki keistimewaan lain seperti tidak sombong dan tidak pernah merasa letih dalam menjalankan perintah dan beribadah kepada Allah, dan bertabiat pemalu.
Beriman kepada malaikat merupakan salah satu dalam Islam sekaligus merupakan salah satu bentuk konsekuensi iman kepada Allah. Dalam arti, salah satu dari yakin dan percaya bahwa hanya Allahlah yang berkuasa menciptakan beragam jenis makhluk yang berbeda sifatnya dengan manusia. Diciptakan dari nur atau cahayaMalaikat diciptakan Allah dari nur atau cahaya dan karenanya malaikat termasuk makhluk ghaib. Malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api yang berkobar, dan Adam manusia dari tanah sebagaimana telah dijelaskan kepadamu. Ahmad, Muslim, AtTirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Aisyah r.a2. Selalu mematuhi dan menaati perintah AllahMalaikat merupakan makhluk yang hanya berfungsi untuk selalu mematuhi dan menaati perintah Allah. Tidak pernah mendurhakai AllahDalam surat ayat 50 Allah berfirman,Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Utusan Allah yang memiliki tugas tertentuMalaikat diciptakan Allah sebagai utusanutusanNya dan masingmasing memiliki tugas tertentu. Dalam surat Faathir ayat 1 Allah berfirman,Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusanutusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap, masingmasing ada yang dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaanNya apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Selalu bertasbih kepada AllahMalaikat merupakan makhluk yang tidak lelah bertasbih kepada Allah. Dalam surat Fushshilat ayat 38 Allah berfirman, Maka mereka malaikat yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepadaNya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemujemu. Merupakan makhluk yang berakhlak mulia dan luhurMalaikat adalah makhluk yang berakhlak mulia dan luhur. Allah berfirman dalam surat Abasa ayat 1516 sebagai berikut. Di tangan para penulis malaikat, yang mulia lagi berbakti. Dalam surat ayat 1920 Allah berfirman, Dan milikNya siapa yang di langit dan di bumi. Dan malaikatmalaikat yang di sisiNya, tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tidak pula merasa letih. Mereka malaikatmalaikat bertasbih tidak hentihentinya malam dan siang. Bertabiat pemaluMalaikat bertabiat pemalu. Dari Aisyah radhiyallahu anha, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Tidakkah aku juga merasa malu dari seseorang yang para malaikat malu padanya. MuslimDari pembahasan di atas disimpulkan bahwa malaikat memiliki beberapa keistimewaan antara lain diciptakan dari nur atau cahaya, selalu mematuhi dan menaati perintah Allah dan tidak pernah mendurhakai Allah.
8 Keutamaan Berbisnis Dalam Islam
https://dalamislam.com/info-islami/keutamaan-berbisnis-dalam-islam
Berbisnis adalah sesuatu kegiatan mencari nafkah dan diperbolehkan serta sangat dianjurkan, karena pada zaman dahulu Rasulullah SAW dan para sahabatnya pun melakukan bisnis dengan berdagang, dan beliau mulai melakukan bisnis dengan berdagang sejak umur muda. Sebagai muslim yang baik dan pengikut Rasulullah SAW yang setia., saat berbisnis kita harus menerapkan dan mengikuti agar sukses dan berkah. Berbisnis bukan hanya dapat menghasilkan uang dan untung di dunia, namun dalam Islam bisnis juga memiliki beberapa keutamaan.Lalu apa saja keutamaan bersbisnis dalam Islam?Keutamaan Berbisnis Menurut Islam dan DalilnyaDalam Islam, bukan hanya ilmu yang memiliki keutamaan (baca: ) namun dalam bisnis juga terdapat keutamaan-keutamaan, diantaranya sebagai berikut : Orang yang berbisnis berpenghasilan lebih baik dari seabik-baiknya penghasilanDalam sebuah riwayat, dari Mu’adz bin Jabal ra. ia berkata :Rasulullah SAW. bersabda “sesungguhnya sebaik-baik penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikan harga), apabila berhutang tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan.” (HR. Al Baihaqi)Maksud dari hadits tersebut adalah, orang yang berdagang dengan jujur, tidak curang, tidak menzalimi atau mencurangi orang lain dalam berdagang, maka ia adalah orang yang berpenghasilan paling baik diantara penghasilan yang lainnya.Pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan mereka yang berbisnis dengan jujur bersama para NabiKeutamaan dari berbisnis yang lainnya adalah akan dikumpulkan oleh Allah SWT. bersama dengan para Nabi, dan orang-orang yang mati syahid. Namun, hal tersebut apabila dia berlaku jujur dalam bisnisnya seperti yang terdapat dalam hadits berikut :Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. Rasulullah SAW. bersabda :“Pedagang yang senantiasa jujur lagi amanah akan bersama para Nabi, orang-orang yang selalu jujur dan orang-orang yang mati syahid.” (HR. Tirmidzi)Berbisnis adalah sebaik-baik profesiRasulullah dan para sahabatnya pada zaman dahulu melakukan bisnis dengan berdagang. Dan menjadikan berdagang sebagai profesi mereka. Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa bisnis yang mabrur adalah pekerjaan yang paling baik, berikut haditsnya : Nabi SAW. ditanya oleh salah seorang sahabatnya : “Ya Rasulullah penghasilan apakah apakah yang paling baik?” beliau menjawab, “Penghasilan seseorang dari jerih payah tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Ahmad)Mendatangkan keberkahanDari Hakim bin Hizam ra. Nabi Muhammad SAW. bersabda :“Penjual dan pembeli, keduanya bebas memilih selagi belum berpisah. Maka jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya. Namun, jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa Allah memberikan keberkahan pada orang yang melakukan bisnis dengan jujur.Dapat mengatur waktu dan kehidupannya dengan baikMenurut para ulama, orang yang berbisnis(berdagang) dapat mengatur antara waktu kerjanya dan kehidupan diluar kerja dengan baik, karena mereka yang menentukan waktu tersebut. Dan beberapa para ulama pada zaman dahulu juga berbisnis dengan berdagang sehingga mereka memiliki waktu luang untuk berda’wah.Bersosialisasi atau berinteraksi dengan banyak orangDengan berbisnis kita berinteraksi dengan banyak orang, baik itu sesama pebisnis ataupun konsumen. Dan hal tersebut semakin memperluas jalinan tali silaturahmi (baca: hukum silaturahmi menurut Islam)Allah akan menghitung shodaqoh bagi orang yang menafkahi keluarga dari hasil kerja dan bisnis sendiri jika dilandasi niat yang baikRasulullah SAW. bersabda :“Tidaklah seorang memperoleh suatu penghasilan yang lebih baik dari jerih payah tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh.” (HR. Ibnu Majah)Berbisnis dapat menjadi ladang pahalaJika kita berbisnis sesuai dan berpedoman pada , misalnya seperti besrbisnis dengan jujur, tidak melakukan kecurangan dalam bisnis, menggunakan strategi pemasaran bisnis yang sesuai dengan etika pemasaran dalam Islam dan melakukan shodaqoh dalam bisnisnya, maka Insya’allah bisnis yang kita jalankan akan menjadi ladang pahala yang akan berguna untuk bekal di akhirat. Jadi, sebagai muslim yang baik hendaknya kita selalu mengingat Allah agar senantiasa takut pada-Nya dan terhindar dari perbuatan buruk. Termasuk dalam berbisnis. Sekian, semoga bermanfaat (:
Berbisnis adalah sesuatu kegiatan mencari nafkah dan diperbolehkan serta sangat dianjurkan, karena pada zaman dahulu Rasulullah SAW dan para sahabatnya pun melakukan bisnis dengan berdagang, dan beliau mulai melakukan bisnis dengan berdagang sejak umur muda. Sebagai muslim yang baik dan pengikut Rasulullah SAW yang setia., bersabda sesungguhnya sebaikbaik penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong, apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan dalam menaikan harga, apabila berhutang tidak menundanunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang sedang kesulitan. Pada hari kiamat, Allah akan mengumpulkan mereka yang berbisnis dengan jujur bersama para NabiKeutamaan dari berbisnis yang lainnya adalah akan dikumpulkan oleh Allah SWT. bersama dengan para Nabi, dan orangorang yang mati syahid. Namun, hal tersebut apabila dia berlaku jujur dalam bisnisnya seperti yang terdapat dalam hadits berikut Dari Abu Said AlKhudri ra. TirmidziBerbisnis adalah sebaikbaik profesiRasulullah dan para sahabatnya pada zaman dahulu melakukan bisnis dengan berdagang. Dan menjadikan berdagang sebagai profesi mereka. ditanya oleh salah seorang sahabatnya Ya Rasulullah penghasilan apakah apakah yang paling baik beliau menjawab, Penghasilan seseorang dari jerih payah tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. AhmadMendatangkan keberkahanDari Hakim bin Hizam ra. bersabda Penjual dan pembeli, keduanya bebas memilih selagi belum berpisah. Maka jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya. Namun, jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut. Dapat mengatur waktu dan kehidupannya dengan baikMenurut para ulama, orang yang berbisnisberdagang dapat mengatur antara waktu kerjanya dan kehidupan diluar kerja dengan baik, karena mereka yang menentukan waktu tersebut. Bersosialisasi atau berinteraksi dengan banyak orangDengan berbisnis kita berinteraksi dengan banyak orang, baik itu sesama pebisnis ataupun konsumen. Dan hal tersebut semakin memperluas jalinan tali silaturahmi baca hukum silaturahmi menurut IslamAllah akan menghitung shodaqoh bagi orang yang menafkahi keluarga dari hasil kerja dan bisnis sendiri jika dilandasi niat yang baikRasulullah SAW. Dan tidaklah seseorang menafkahi dirinya, istrinya, anaknya dan pembantunya melainkan ia dihitung sebagai shodaqoh. Ibnu MajahBerbisnis dapat menjadi ladang pahalaJika kita berbisnis sesuai dan berpedoman pada , misalnya seperti besrbisnis dengan jujur, tidak melakukan kecurangan dalam bisnis, menggunakan strategi pemasaran bisnis yang sesuai dengan etika pemasaran dalam Islam dan melakukan shodaqoh dalam bisnisnya, maka Insyaallah bisnis yang kita jalankan akan menjadi ladang pahala yang akan berguna untuk bekal di akhirat. Jadi, sebagai muslim yang baik hendaknya kita selalu mengingat Allah agar senantiasa takut padaNya dan terhindar dari perbuatan buruk.
Seluruh Kebaikan Ada di Tangan Allah
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/seluruh-kebaikan-ada-di-tangan-allah/
Eramuslim – BERIMAN dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Taala. Sebagaimana hal ini dapat kita lihat dalam hadits berikut. Dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sambil berkata, Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Maksud kalian? Mereka menjawab, Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan? Mereka menjawab, Baiklah wahai Rasulullah? Beliau bersabda, Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali. Abu shalih berkata, Tidak lama kemudian para fuqara Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu! Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya! Muhammad bin Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir. Begitu nikmat-Nya semakin merenungkan kalam ilahi. Ya Allah, berilah taufik pada kami untuk semakin dekat pada-Mu. (Inilah) Oleh Muhammad Abduh Tuasikal
Eramuslim BERIMAN dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Taala. Sebagaimana hal ini dapat kita lihat dalam hadits berikut. Dari Abu Hurairah dan ini adalah hadis Qutaibah bahwa orangorang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sambil berkata, Orangorang kaya telah memborong derajatderajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, Maksud kalian Mereka menjawab, Orangorang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orangorang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orangorang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan Mereka menjawab, Baiklah wahai Rasulullah Beliau bersabda, Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali. Abu shalih berkata, Tidak lama kemudian para fuqara Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan berkata, Ternyata temanteman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendakiNya Muhammad bin Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tanganNya. Allahlah yang benarbenar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir. Begitu nikmatNya semakin merenungkan kalam ilahi. Ya Allah, berilah taufik pada kami untuk semakin dekat padaMu. Inilah Oleh Muhammad Abduh Tuasikal
Memberontak Dalam Rangka Amar Maruf Nahi Mungkar?
https://muslim.or.id/29323-memberontak-dalam-rangka-amar-maruf-nahi-mungkar.html
Sebagian saudara kita berdalil atas tindakan pemberontakan kepada penguasa dengan hadis-hadis yang berkaitan dengan perintah amar maruf nahi munkar. Diantara dalil yang mereka jadikan pegangan adalah hadis berikut, Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka dengan lisannya. Apabila tidak mampu juga maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman(HR Muslim). Benarkah hadis ini bisa dijadikan dalil memberontak penguasa yang zalim? Simak pemaparannya berikut : Bila kita perhatikan hadis ini dan hadis tentang amar maruf nahi munkar lainnya yang dijadikan dalil atas tindakan memberontak, maka kita dapati bahwa dalil yang menjadi pegangan adalah dalil-dalil yang sifatnya umum. Sementara hadis terkait larangan memberontak (khuruj) terhadap penguasa dzolim bersifat khusus. Kaidah ushul fikihnya, dalil khusus lebih didahulukan daripada dalil umum. Seperti diterangkan oleh Imam Syaukani –rahimahullah– dalam Nailul Author, . Orang-orang yang mengatakan wajib memberontak, memerangi dengan pedang dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang dzolim, mereka berdalil dengan keumuman dalil Al Quran dan Hadis yang berkaitan dengan amar maruf nahi munkar. Tidak diragukan lagi bahwa hadis-hadis yang disebutkan oleh penulis di bab ini (pent. Hadis-hadis tentang kewajiban taat pada penguasa dzolim) lebih khusus daripada dalil umum tersebut (pent. Hadis tentang perintah amar maruf nahi munkar). Dan makna hadis-hadis tersebut mutawatir, sebagaimana diketahui oleh mereka yang memiliki bagian dalam ilmu hadis (Nailul Author, 7/208). Ini menunjukkan bahwa cara amar maruf nahi munkar kepada penguasa, berbeda dengan umumnya masyarakat. Tidak boleh dilakukan dengan tangan yang kemudian diaplikasikan menjadi revolusi atau memberontak pemerintah dzalim. Kemudian juga menasehati penguasa dilakukan di hadapan mereka (bisa melalui orang-orang terdekat beliau atau yang memiliki link ke presiden). Bukan dengan membicarakan aibnya di belakang atau di depan khalayak. Dan mengingkari kemungkaran mereka dengan cara yang santun, untuk menjaga wibawa mereka. Karena apabila wibawa seorang pemimpin jatuh, makan akan jatuh pula wibawa suatu bangsa, dan dapat memicu terjadinya pemberontakan kepada pemerintah muslim yang hukumnya haram dalam Islam. Dalam kaidah fikih disebutkan bahwa hukum wasilah mengikuti hukum tujuan. Oleh karenanya, salah seorang ulama berkata, Ada dua jenis manusia yang apabila wibawa mereka jatuh maka akan jatuh seluruh kebaikan, mereka adalah ulama dan penguasa. Dalil yang membenarkan pernyataan bahwa cara menasehati penguasa tidak sama dengan umumnya masyarakat adalah, hadis Abu Ruqoyyah Tamim Ad-Dāri radhiyallahuanhu, » : : Agama itu adalah nasihat. Agama itu adalah nasihat. Agama itu adalah nasihat. Kata Tamim, Kami bertanya, Nasihat untuk siapa wahai Rasulullah? Beliau ﷺ menjawab, Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum (HR. Muslim). Syaikh Muhammad bin Sholih al Utsaimin menerangkan, Rasulullah ﷺ membedakan antara penguasa dengan umumnya kaum muslimin, beliau bersabda ,untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum. menunjukkan bahwa nasehat untuk para pemimpin tidak seperti nasehat kepada umumnya masyarakat. Karena ketika menasehati pemimpin, seorang harus memperhatikan kedudukannya, sehingga nasehat benar-benar sesuai dengan posisinya sebagai pemimpin. Ini termasuk memposisikan seorang sesuai dengan posisinya, ini termasuk sikap hikmah (Fathu Dzi al Jalāl wal Ikrām bi Syarahi Bulūgh al Marõm, 15/411). Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada kita tentang cara mengingkari kemungkaran penguasa. Beliau sampaikan pada sabda beliau berikut, Barang siapa yang ingin menasehati para penguasa dengan suatu urusan maka jangan dengan terang-terangan. Akan tetapi pegang tangannya, berduaanlah. Apabila nasehatnya diterima maka itulah yang diharapkan, bila tidak diterima maka anda telah menyampaikan haknya (HR Ahmad : 15369, dishahihkan oleh Al Albani di kitab Fi Dzilalil Jannah : 1096). Dan sungguh sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah ﷺ. Kalaupun hadis tentang amar maruf nahi munkar tersebut bisa dijadikan dalil (meski sejatinya tidak bisa!), kita katakan bahwa mengingkari kemungkaran dengan tangan, apabila menimbulkan mafsadah yang lebih besar, maka menjadi terlarang. Sebagaimana kaidah yang berlaku dalam mengingkari kemungkaran, Mengingkari kemungkaran tidak boleh menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Oleh karenanya Nabi ﷺ melarang kita mengingkari kedzoliman penguasa dengan tangan, karena dapat menimbulkan kerusakan/mafsadah yang lebih besar. Anda bisa saksikan kekacauan yang terjadi di Suriah, ternyata berawal dari revolusi. Juga yang terjadi di Tunisia dan Libia, juga berawal dari revolusi. Ibnul Qoyyim rahimahullah menerangkan, . : : ( ) , – – Apabila mengingkari kemungkaran menyebabkan kemungkaran yang lebih besar serta kemungkaran yang lebih dibenci oleh Allah dan RasulNya, maka tidak boleh dilakukan. Meskipun sebenarnya Allah membenci dan memurkai pelaku kemungkaran tersebut. Diantaranya seperti mengingkari kemungkaran para raja dan penguasa, dengan melakukan pemberontakan kepada mereka. Karena sesungguhnya perbuatan seperti itu sumber mala petaka dan musibah sepanjang zaman. Salah seorang sahabat telah memohon izin kepada Rasulullah ﷺ untuk memerangi para penguasa yang mengakhirkan sholat dari waktunya, mereka berkata, Tidakkah mereka kita perangi saja wahai Rasulullah? Nabi menjawab, Tidak, selagi mereka masih melaksanakan shalat. Siapa yang merenungi petaka yang terjadi pada umat Islam, baik petaka besar maupun kecil, maka itu terjadi disebabkan mengabaikan prinsip ini, serta tidak bersabar terhadap kemungkaran penguasa. Sehingga ia menuntut untuk melengserkannya, yang menyebabkan terjadinya kemungkaran yang lebih besar. Nabi ﷺ telah menyaksikan di kota Makkah kemungkaran yang paling besar (kemusyrikan), namun beliau tidak mampu mengubahnya. Barulah ketika Allah membukakan kota Makkah dan menjadi negeri Islam, beliau bertekad merenovasi Kabah, untuk dikembalikan seperti pondasi Ibrahim. Namun beliau urung melakukannya -padahal beliau mampu- karena khawatir terjatuh pada mafsadah yang lebih besar… (Ilaam Al-Muwaqqiin 4/338-339). Mari kita perhatikan seksama pesan-pesan Rasulullah ﷺ berikut. Nasehat yang sangat cocok di zaman fitnah ini, seakan beliau berada di tengah-tengah kita. Pertama, sabda Rasulullah ﷺ, Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang membenci kalian dan an membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka. Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Nabi ﷺ apakah boleh pemimpin semacam itu kita perangi dengan pedang (memberontak). Ya Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang? Nabi ﷺ menjawab, TIDAK…! Selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yg tak baik maka bencilah tindakannya dan janganlah kalian melepaskan ketaatan kepada mereka (HR. Muslim No.3447). Kemudian dalam hadis dari sahabat Hudzaifah bin Yaman radhiyallahuanhu disebutkan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Akan ada sepeninggalku nanti para penguasa yang merek tidak berpegang dengan petunjukku dan tidak mengikuti sunahku. Apa yang kuperbuat bila aku mendapatinya? Tanya sahabat Hudzaifah. Rasulullah menjawab, Hendaknya kamu mendengar dan taat kepada penguasa tersebut, walaupun punggungmu dicambuk (menyengsarakan rakyat) dan hartamu dirampas olehnya (seperti korupsi), dengarlah perintahnya dan taatilah (Hadis shahih, diriwayatkan Imam Muslim no.1476, 1847. Sebagian ulama (diantara Syaikh Muqbil Al Wadii rahimahullah menerangkan bahwa kalimat walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu dirampas olehnya adalah dhoif). Kedua, hadis dari sahabat Abdullah bin Masud radhiallahuanhu, beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda kepada kami, Kalian akan menyaksikan sikap-sikap egois (red. kezaliman penguasa seperti korupsi dan lain-lain) sepeninggalku, dan beberapa perkara yang kalian ingkari . Para sahabat bertanya, Lantas bagaimana anda menyuruh kami ya Rasulullah? Nabi menjawab, Tunaikanlah hak mereka dan mintalah kepada Allah hakmu! (HR. Bukhori). Ketiga, diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, dari Nabi ﷺ beliau bersabda : Barangsiapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, maka hendaklah ia bersabar atas hal tersebut. Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah (persatuan kaum muslimin) satu jengkal lalu ia meninggal dunia, ia meninggal dunia seperti mati jahiliyah (HR Bukhari : 7054, Muslim : 1849). Wallahualam bis showab. *** Referensi : Kota Nabi ﷺ, Islamic University of Madinah, 22 Rabiusstani 1438 H. Penulis : Ahmad Anshori Artikel Muslim.or.id
Sebagian saudara kita berdalil atas tindakan pemberontakan kepada penguasa dengan hadishadis yang berkaitan dengan perintah amar maruf nahi munkar. Apabila tidak mampu maka dengan lisannya. Sementara hadis terkait larangan memberontak khuruj terhadap penguasa dzolim bersifat khusus. Kaidah ushul fikihnya, dalil khusus lebih didahulukan daripada dalil umum. Seperti diterangkan oleh Imam Syaukani rahimahullah dalam Nailul Author, . Orangorang yang mengatakan wajib memberontak, memerangi dengan pedang dan melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang dzolim, mereka berdalil dengan keumuman dalil Al Quran dan Hadis yang berkaitan dengan amar maruf nahi munkar. Tidak diragukan lagi bahwa hadishadis yang disebutkan oleh penulis di bab ini pent. Bukan dengan membicarakan aibnya di belakang atau di depan khalayak. Dan mengingkari kemungkaran mereka dengan cara yang santun, untuk menjaga wibawa mereka. Kata Tamim, Kami bertanya, Nasihat untuk siapa wahai Rasulullah Beliau ﷺ menjawab, Untuk Allah, untuk kitabNya, untuk RasulNya, untuk para pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum HR. menunjukkan bahwa nasehat untuk para pemimpin tidak seperti nasehat kepada umumnya masyarakat. Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada kita tentang cara mengingkari kemungkaran penguasa. Akan tetapi pegang tangannya, berduaanlah. Dan sungguh sebaikbaik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah ﷺ. Anda bisa saksikan kekacauan yang terjadi di Suriah, ternyata berawal dari revolusi. Apabila mengingkari kemungkaran menyebabkan kemungkaran yang lebih besar serta kemungkaran yang lebih dibenci oleh Allah dan RasulNya, maka tidak boleh dilakukan. Diantaranya seperti mengingkari kemungkaran para raja dan penguasa, dengan melakukan pemberontakan kepada mereka. Karena sesungguhnya perbuatan seperti itu sumber mala petaka dan musibah sepanjang zaman. Sehingga ia menuntut untuk melengserkannya, yang menyebabkan terjadinya kemungkaran yang lebih besar. Barulah ketika Allah membukakan kota Makkah dan menjadi negeri Islam, beliau bertekad merenovasi Kabah, untuk dikembalikan seperti pondasi Ibrahim. Namun beliau urung melakukannya padahal beliau mampu karena khawatir terjatuh pada mafsadah yang lebih besar Ilaam AlMuwaqqiin 4338339. Nasehat yang sangat cocok di zaman fitnah ini, seakan beliau berada di tengahtengah kita. Ya Rasulullah, tidakkah kita perangi saja mereka dengan pedang Nabi ﷺ menjawab, TIDAK Selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Apa yang kuperbuat bila aku mendapatinya Tanya sahabat Hudzaifah. Ketiga, diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, dari Nabi ﷺ beliau bersabda Barangsiapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, maka hendaklah ia bersabar atas hal tersebut. Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah persatuan kaum muslimin satu jengkal lalu ia meninggal dunia, ia meninggal dunia seperti mati jahiliyah HR Bukhari 7054, Muslim 1849.
Inilah Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam
https://pecihitam.org/hukum-pacaran-jarak-jauh/
PeciHitam.org – Manusia adalah anak zamanya. Jamak dimaklumi anak zaman sekarang tidak terlepas kebiasaan anak remaja seumuran, yakni berhubungan laki-laki perempuan. Anak remaja tanggung seumuran belasan tahun banyak yang melakukan pacaran. Pada masa sekarang, pacaran seperti keharusan zaman yang memang sangat susah dihindari. Berhubungan menurut Islam dalam kerangka mu’ammalah tidaklah terlarang. Jika memperhatikan unsur-unsur keharaman dihindari. Akan tetapi anak remaja sekarang hampir mustahil menghindari perbuatan yang dilarang tersebut. Bentuk hubungan anak remaja, bisa dengan Kopdar atau ketemuan langsung atau dengan LDR atau Hubungan jarak jauh. LDR atau juga disebut pacaran bagaimana sebetulnya dalam pandangan Islam seperti apa? Haramkah atau diperbolehkan? Berikut keterangan Hukum pacaran jarak jauh dalam Islam Daftar Pembahasan: Apa Itu Pacaran ? Orang sangat umum mengatakan tentang pacaran, yakni hubungan/ relationship antara laki-laki dan perempuan. Banyak orang latah menghukumi pacaran adalah berbuatan dosa, keji dan menjerumus kepada perzinahan. Ta’rif atau pengertian pacaran harus diketahui dengan jelas terlebih dahulu supaya bisa diambil simpul hukumnya. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, Pacaran mempunyai makna Teman lawan Jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta. Dalam bahasa Arab, etimologi pacar merujuk pada kata () yang mendekati makna kekasih, atau orang yang dicinta. Pengertian dalam KBBI jika dipahami bermakna sangat abstrak, tidak mengandung unsur-unsur hukum yang mengkhawatirkan. Kosa kata Pacar dalam bahasa Arab yakni () bahkan sering digunakan dalam shalawat Nabi, yang menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai Habibi, atau kekasihku. Dalam hal tersebut, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih adalah kesunnahan. Kiranya pendapat para Ulama tentang fenomena Pacaran sangat jarang ditemukan karena kata tersebut merupakan istilah baru dan sudah ada hukum yang menyamai dengan pacaran melalui unsur-unsurnya. Pendapat lebih jelas terkait pengertian pacaran dikemukakan oleh Bowman, seorang sosiolog barat. Sosiolog Bowman mengatakan bahwa Pacaran adalah kegiatan bersenang-senang antara pria dan wanita yang tidak terikat tali akah pernikahan, yang mana dengannya dapat menimbulkan pengaruh timbal balik untuk hubungan selanjutnya. Pengertian ini merujuk kepada fenomena yang Bowman temukan di Amerika Serikat. Praktek di Amerika sendiri, hubungan pacaran sudah selaiknya suami-istri dalam kerangka hubungan intim antar laki-laki dan perempuan. Tentu hal ini sangat ditentang oleh Islam. Jika kerangka pengertian Pacaran menurut Bowman yang menjadi rujukan pengertian sangat jelas bahwa Pacaran adalah Haram. Dalil Pacaran Jarak Jauh LDR, Long Distance Relationship sering disebut juga pacaran jarak jauh tidak lain sama halnya dengan pacaran seperti biasa. Hanya saja, jarak antar laki-laki perempuan terkendala oleh jarak yang jauh. Fokus utama Hukum Islam bukan kepada Istilah Pacaran, LDR atau pacaran jarak jauh. Fokus pada Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam adalah melarang segala perbuatan maksiat yang menjerumuskan kedalam dosa. Dalilnya jelas dalam al-Qur’an ( Artinya; “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk” (Qs. Al-Israa’; 32) Koridor pengertian Pacaran dalam koridor Mu’ammalah mempunyai banyak prasyarat sebagaimana dalam aturan Budaya, Agama dan kebiasaan baik masyarakat. Al-Israa’ ayat 12 dengan jelas bahwa () adalah perbuatan Keji dan Munkar. Jika dalam pacaran ada unsur Zina di dalamnya, maka Allah SWT sangat membenci perbuatan pacaran. Bahkan Rasulullah lebih mengkhususkan tentang perbuatan tidak hanya menggunakan kontak fisik sebagaimana pacaran Konvensional. Abu Hurairah RA meriwayatkan; } Artinya, “Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata bahwa aku tidak melihat sesuatu yang lebih mirip dengan ‘kesalahan kecil’ daripada hadits riwayat Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah telah menakdirkan anak Adam sebagian dari zina yang akan dialaminya, bukan mustahil. Zina kedua mata adalah melihat. Zina mulut adalah berkata. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Sedangkan alat kelamin itu membuktikannya atau mendustakannya,’” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud) Hukum Pacaran Jarak Jauh Pacaran jarak jauh pasti tidak akan melakukan kontak fisik sebagaimana dalam pacaran Kopdar. Hukum Pacaran jarak jauh dalam Islam harus dilihat dari unsur-unsur pendukung, apakah menuju kepada Zina atau tidak. Jika unsur-unsur zina ada dalam pacaran jarak jauh maka hukumnya sama dengan pacaran biasa. Setidaknya bentuk perbuatan zina sesuai dengan Hadits Riwayat Imam Bukhari, Muslim dan Abu Dawud ada 3 jenis; Zina mata yakni dengan memandang dengan syahwat kepada orang lain (Ajnabiyah) Zina mulut, yakni berkata yang tidak baik sesuai dengan syariat Zina ini juga termasuk di dalamnya bujuk rayu laki-laki kepada perempuan melalui verbal atau tulisan. Zina Hati dapat berbentuk harapan dan keinginan untuk melakukan perbuatan zina dengan orang lain. Kriteria maksiat zina dalam hadis di atas bisa menjadi dasar Hukum pacaran jarak jauh sebagaimana berikut; Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam Haram jika kontak tidak langsung menggunakan handphone untuk saling bertatapan secara virtual. Bisa dikatakan hal seperti ini dinamakan Zina Mata Virtual/ Online. Apalagi pada masa sekarang, aplikasi chat atau video call sangat banyak yang memudahkan maksiat mata dengan saling menelpon, walaupun dari jarak jauh. Belum lagi banyak kasus yang menyatakan dalam video call, baik laki-laki maupun perempuannya saling merayu, memanja dan meminta membuka bagian yang dilarang syara’. Naudzubillah min dzalik. Zina Mulut, dalam LDR bisa terjadi jika dalam komunikasi verbal atau tulisan mengandung unsur merayu, manja-manjaan, dan meminta kecupan. Menggunakan chat WA, atau Massanger atau menggunakan media lainnya yang mengandung unsur Zina Mulut menjadikan Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam dilarang. Zina Hati, jika lintasan dalam Hati seseorang mendorong untuk berbuat zina dan berniat melanggar syara’. Kategori zina Hati bisa dimasukan memenuhi bujukan nafsu birahi. Pacaran jarak jauh dengan mengedepankan niatan berbuat maksiat dan menuruti nafsu, jelas berhukum Haram. Jaminan tidak berbuat maksiat dalam pacaran jarak jauh menjadikannya sangat rentan berhukum dilarang. Banyak kejadian saat ini, berawal dari hubungan jarak jauh, LDR, kemudian bertemu dan terjadi maksiat zina yang sangat dilarang. Islam sendiri melarang perbuatan zina bahkan mendekati saja tidak boleh, oleh karenanya Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam dilarang untuk menghidari zina. Perbuatan zina tidak akan terlepas dari perbuatan maksiat kecil, mata, mulut dan hati yang dikuasai nafsu. Menyalurkan rasa cinta, kasih dan sayang dalam Islam diatur sedemikian rupa untuk menghidari kerusakan manusia. Alternatif dalam Islam sederhana, Jika suka dengan seorang maka ta’aruf dan temui orang tuanya dengan mengutarakan niatan cintanya. Jangan terjebak untuk coba-coba dalam kemaksiatan yang hanya akan menjerumuskan kedalam jurang kehinaan. Kiranya budaya Kiai Nusantara menjodohkan santri laki-laki dan perempuan sebagai bentuk ikhtiar menghilangkan budaya maksiat dalam pacaran jarak jauh. Dan budaya seperti ini sangat baik, daripada memelihara budaya pacaran yang tidak pantas dilakukan oleh Muslim. Ash-Shawabu Minallah
PeciHitam.org Manusia adalah anak zamanya. Anak remaja tanggung seumuran belasan tahun banyak yang melakukan pacaran. Berhubungan menurut Islam dalam kerangka muammalah tidaklah terlarang. Jika memperhatikan unsurunsur keharaman dihindari. Tarif atau pengertian pacaran harus diketahui dengan jelas terlebih dahulu supaya bisa diambil simpul hukumnya. Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, Pacaran mempunyai makna Teman lawan Jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta. Dalam bahasa Arab, etimologi pacar merujuk pada kata yang mendekati makna kekasih, atau orang yang dicinta. Pengertian dalam KBBI jika dipahami bermakna sangat abstrak, tidak mengandung unsurunsur hukum yang mengkhawatirkan. Dalam hal tersebut, menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai kekasih adalah kesunnahan. Pengertian ini merujuk kepada fenomena yang Bowman temukan di Amerika Serikat. Jika kerangka pengertian Pacaran menurut Bowman yang menjadi rujukan pengertian sangat jelas bahwa Pacaran adalah Haram. Dalil Pacaran Jarak Jauh LDR, Long Distance Relationship sering disebut juga pacaran jarak jauh tidak lain sama halnya dengan pacaran seperti biasa. Hanya saja, jarak antar lakilaki perempuan terkendala oleh jarak yang jauh. Fokus pada Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam adalah melarang segala perbuatan maksiat yang menjerumuskan kedalam dosa. Dalilnya jelas dalam alQuran Artinya Dan janganlah kamu mendekati zina Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. AlIsraa ayat 12 dengan jelas bahwa adalah perbuatan Keji dan Munkar. Zina hati adalah berharap dan berkeinginan. Kriteria maksiat zina dalam hadis di atas bisa menjadi dasar Hukum pacaran jarak jauh sebagaimana berikut Hukum Pacaran Jarak Jauh dalam Islam Haram jika kontak tidak langsung menggunakan handphone untuk saling bertatapan secara virtual. Bisa dikatakan hal seperti ini dinamakan Zina Mata Virtual Online. Apalagi pada masa sekarang, aplikasi chat atau video call sangat banyak yang memudahkan maksiat mata dengan saling menelpon, walaupun dari jarak jauh. Belum lagi banyak kasus yang menyatakan dalam video call, baik lakilaki maupun perempuannya saling merayu, memanja dan meminta membuka bagian yang dilarang syara. Zina Hati, jika lintasan dalam Hati seseorang mendorong untuk berbuat zina dan berniat melanggar syara. Menyalurkan rasa cinta, kasih dan sayang dalam Islam diatur sedemikian rupa untuk menghidari kerusakan manusia. Alternatif dalam Islam sederhana, Jika suka dengan seorang maka taaruf dan temui orang tuanya dengan mengutarakan niatan cintanya. Jangan terjebak untuk cobacoba dalam kemaksiatan yang hanya akan menjerumuskan kedalam jurang kehinaan. Dan budaya seperti ini sangat baik, daripada memelihara budaya pacaran yang tidak pantas dilakukan oleh Muslim.
Tafsir Surat Yusuf Ayat 3: Hikmah Kisah Umat Terdahulu yang Terdapat dalam Al-Quran
https://islami.co/tafsir-surat-yusuf-ayat-3-hikmah-kisah-umat-terdahulu-yang-terdapat-dalam-al-quran/
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa al-Quran banyak mengungkap kisah-kisah kaum terdahulu. Mulai dari suatu kaum seperti kaum Ad sampai satu sosok orang seperti sosok Nabi Khidir. Mulai dari yang paling baik seperti kisah sahabat Abu Bakar sampai yang paling buruk seperti kisah Firaun. Dan banyak dari kisah-kisah ini yang memberi kita tuntunan bagaimana menjalani hidup sesuai ajaran Islam seperti etika kepada orang tua, sikap seharusnya saat mengakui kesalahan, serta selainnya. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 3: Nahnu naqushshu alaika ahzanal qashashi bimaa ahhainaa ilaika hadzal quraana waing kunta ming qablihi laminal ghaafiliin. Artinya: Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui. (QS: Yusuf ayat 3) Dalam Surat Yusuf ayat 3, Allah menerangkan kisah-kisah yang disampaikan adalah kisah terbaik. Imam Ibnu Asyur menjelaskan makna terbaik itu adalah, terbaik di antara kisah-kisah yang hampir sama di luar al-Quran. Bukan hendak menerangkan bahwa kisah Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf, adalah kisah terbaik dari kisah-kisah yang dicantumkan dalam al-Quran. Kisah tentang Nabi Yusuf semisal, tentu adalah kisah terbaik yang menceritakan lika-liku kehidupan manusia yang menjadi sasaran rasa iri oleh saudara tirinya, hidup tersia-sia, sampai memperoleh akhir kisah yang indah. Kisah ini menjadi yang terbaik sebab pemeran utamanya adalah seorang Nabi. Andai kata pemeran utamanya bukan seorang Nabi, tentu banyak yang menyangsikan apakah perilaku-perilakunya dalam kisah tersebut dapat dijadikan suri tauladan atau tidak. Orang yang mengalami kejadian serupa pun tak bisa berkata, Nabi Yusuf saja yang dikasihi Allah bisa mengalami hal seperti itu, mengapa yang bukan Nabi seperti aku tidak mungkin mengalaminya. Umat muslim juga dapat menjadikan Nabi Yusuf sebagai inspirasi serta motivasi dalam menjalani hidup. Mereka tidak perlu mencari publik figur dari para artis yang gaya hidupnya sering berubah-ubah, dalam memberikan baik atau buruk teladan kehidupan. Terlebih Allah sudah memberikan pembenaran pada sikap Nabi yusuf, berbeda pada sikap para artis. Dalam ayat 3, Allah juga menerangkan kisah-kisah tersebut sudah banyak dilupakan oleh manusia. Ini artinya manusia tidak mewarisinya apalagi belajar darinya. Dan ini merupakan keistimewaan al-Quran yang menyampaikan apa yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Hikmah Kisah yang Terdapat dalam al-Quran Membaca kisah-kisah dalam al-Quran tanpa usaha menyelami atau membayangkan apabila kita mengalami hal yang sama, banyak membuat para pembacanya kehilangan hikmah darinya. Kisah-kisah al-Quran hanya menjadi sebatas kisah yang penting diketahui serta dihafal, agar tak membuat malu saat orang muslim ditanyai kisah-kisah tentang para Nabi diyakininya. Orang muslim menjadi tidak tahu, bahwa saat mereka mengalami dinamika kehidupan dengan saudara tiri serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari Nabi Yusuf. Saat tidak memperoleh dukungan dari istri dan anak dalam urusan agama serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Luth. Saat mengalami keputusasaan dalam mengajak pada kebaikan serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Yunus. Saat terdesak di sebuah tempat atau terdesak oleh sebuah keadaan serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tatkala di gua hira. Berbagai hal di atas bisa kita peroleh dengan menyelami kisah dalam al-Quran dan membayangkan apabila kita mengalami hal sama atau setidaknya hampir mirip. Dengan ini kita bisa benar-benar menjadikan para kekasih Allah serta kisah-kisah Al-Quran menjadi teladan, tidak sekedar pengetahuan belaka.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa alQuran banyak mengungkap kisahkisah kaum terdahulu. Mulai dari suatu kaum seperti kaum Ad sampai satu sosok orang seperti sosok Nabi Khidir. Mulai dari yang paling baik seperti kisah sahabat Abu Bakar sampai yang paling buruk seperti kisah Firaun. Dan banyak dari kisahkisah ini yang memberi kita tuntunan bagaimana menjalani hidup sesuai ajaran Islam seperti etika kepada orang tua, sikap seharusnya saat mengakui kesalahan, serta selainnya. Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 3 Nahnu naqushshu alaika ahzanal qashashi bimaa ahhainaa ilaika hadzal quraana waing kunta ming qablihi laminal ghaafiliin. Imam Ibnu Asyur menjelaskan makna terbaik itu adalah, terbaik di antara kisahkisah yang hampir sama di luar alQuran. Bukan hendak menerangkan bahwa kisah Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf, adalah kisah terbaik dari kisahkisah yang dicantumkan dalam alQuran. Kisah ini menjadi yang terbaik sebab pemeran utamanya adalah seorang Nabi. Mereka tidak perlu mencari publik figur dari para artis yang gaya hidupnya sering berubahubah, dalam memberikan baik atau buruk teladan kehidupan. Terlebih Allah sudah memberikan pembenaran pada sikap Nabi yusuf, berbeda pada sikap para artis. Dalam ayat 3, Allah juga menerangkan kisahkisah tersebut sudah banyak dilupakan oleh manusia. Ini artinya manusia tidak mewarisinya apalagi belajar darinya. Dan ini merupakan keistimewaan alQuran yang menyampaikan apa yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Orang muslim menjadi tidak tahu, bahwa saat mereka mengalami dinamika kehidupan dengan saudara tiri serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari Nabi Yusuf. Saat mengalami keputusasaan dalam mengajak pada kebaikan serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Yunus. Berbagai hal di atas bisa kita peroleh dengan menyelami kisah dalam alQuran dan membayangkan apabila kita mengalami hal sama atau setidaknya hampir mirip.
Anak Kecil Shalat Berjamah di Shaf Depan, Apakah Harus Disuruh Mundur?
https://islami.co/anak-kecil-shalat-berjamah-di-shaf-depan-apakah-harus-disuruh-mundur/
Pahala shalat berjamaah lebih banyak dibanding shalat sendirian. Apalagi bila shalat itu dilakukan di masjid. Selain mendapat pahala shalat berjamah, juga mendapat pahala memakmurkan dan meramaikan masjid. Memakmurkan masjid keniscayaan bagi setiap umat Islam. Di antara caranya adalah dengan mengerjakan shalat berjamaah. Tuntutan untuk memakmurkan masjid itu tentu bagi orang yang mukallaf: berakal dan dewasa. Sementara anak kecil belum masuk dalam kategori mukallaf. Akan tetapi, orang tua sebaiknya mengajak anak kecil ke masjid, supaya mereka terbiasa di masjid. Sekalipun ketika berada di masjid, mereka tidak tenang, main-main, dan tidak fokus ibadah seperti orang dewasa. Banyak ulama mengatakan lebih baik tetap mengajak anak ke masjid, sekalipun mereka di sana ribut, dibanding tidak mengajak sama sekali. Karena dengan cara itulah hati mereka terpaut dengan masjid. Namun sebagian orang mempermasalahkan apabila anak kecil shalat di bagian shaf pertama. Menurut mereka, shaf tidak sempurna kalau ada anak kecil, apalagi kalau mereka main-main. Makanya, sering terjadi, anak kecil yang berada di shaf depan disuruh mundur ke belakang ketika ada orang dewasa yang baru datang. Ustadz Ahong dalam salah satu videonya menjelaskan, di antara kesempurnaan shaf shalat berjamaah memang dianjurkan diisi oleh lelaki dewasa terlebih dahulu. Itu apabila orang dewasanya memang datang duluan. Bila sebaliknya, anak kecil yang menempati shaf depan duluan, maka orang dewasa tidak boleh menyuruh anak-anak kecil mundur ke belakang. Pendapat ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abu Bakar Syatha dalam Ianatut Thalibin.
Pahala shalat berjamaah lebih banyak dibanding shalat sendirian. Apalagi bila shalat itu dilakukan di masjid. Selain mendapat pahala shalat berjamah, juga mendapat pahala memakmurkan dan meramaikan masjid. Memakmurkan masjid keniscayaan bagi setiap umat Islam. Di antara caranya adalah dengan mengerjakan shalat berjamaah. Tuntutan untuk memakmurkan masjid itu tentu bagi orang yang mukallaf berakal dan dewasa. Sementara anak kecil belum masuk dalam kategori mukallaf. Akan tetapi, orang tua sebaiknya mengajak anak kecil ke masjid, supaya mereka terbiasa di masjid. Sekalipun ketika berada di masjid, mereka tidak tenang, mainmain, dan tidak fokus ibadah seperti orang dewasa. Banyak ulama mengatakan lebih baik tetap mengajak anak ke masjid, sekalipun mereka di sana ribut, dibanding tidak mengajak sama sekali. Karena dengan cara itulah hati mereka terpaut dengan masjid. Namun sebagian orang mempermasalahkan apabila anak kecil shalat di bagian shaf pertama. Menurut mereka, shaf tidak sempurna kalau ada anak kecil, apalagi kalau mereka mainmain. Makanya, sering terjadi, anak kecil yang berada di shaf depan disuruh mundur ke belakang ketika ada orang dewasa yang baru datang. Ustadz Ahong dalam salah satu videonya menjelaskan, di antara kesempurnaan shaf shalat berjamaah memang dianjurkan diisi oleh lelaki dewasa terlebih dahulu. Itu apabila orang dewasanya memang datang duluan. Bila sebaliknya, anak kecil yang menempati shaf depan duluan, maka orang dewasa tidak boleh menyuruh anakanak kecil mundur ke belakang. Pendapat ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abu Bakar Syatha dalam Ianatut Thalibin.
3612. HUKUM MENDAHULUKAN SHALAT GERHANA DARIPADA SHALAT MAKTUBAH DIAWAL WAKTU
https://www.piss-ktb.com/2014/11/3612-hukum-mendahulukan-shalat-gerhana.html
PERTANYAAN : Assalaamu'alaykum wr.wb. Maaf pak, bu, Mau tanya : Ketika gerhana bulan udah mau habis (katakanlah tinggal 25%) dan bertepatan dengan waktu awal isya' lebih baik mengutamakan sholat yang mana ? Sholat gerhana atau sholat fardlu isya ? Matur suwun. [Muhsin Ar Royyan]. JAWABAN : Wa alaikumus salaam, untuk kasus seperti di atas dahulukan sholat gerhananya dulu baru kemudian sholat isya'. Lihat kitab majmu' : Jika sholat gerhana berkumpul dengan sholat maktubah di awal waktu maka memulai sholat gerhana dulu karena dikhawatirkan kehabisan waktu sebab kembali terang (tidak gerhana lagi), setelah selesai sholat gehana maka memulai sholat maktubah sebelum khutbah gerhana karena dikhawatirkan kehabisan waktu sholat maktubah dan tidak dikhawatirkan kehabisan waktu berkhutbah. Jika sholat gerhana berkumpul dengan sholat maktubah di akhir waktu maka memulai sholat maktubah dulu karena keduanya sama-sama dikhawatirkan kehabisan waktu sedangkan sholat maktubah lebih mu'akad oleh sebab itulah mendahulukannya lebih utama. WALLAHU A'LAM. [Mas Hamzah]. LINK DISKUSI : www.fb.com/groups/piss.ktb/867384373284372/
PERTANYAAN Assalaamualaykum wr.wb. Maaf pak, bu, Mau tanya Ketika gerhana bulan udah mau habis katakanlah tinggal 25 dan bertepatan dengan waktu awal isya lebih baik mengutamakan sholat yang mana Sholat gerhana atau sholat fardlu isya Matur suwun. Muhsin Ar Royyan. JAWABAN Wa alaikumus salaam, untuk kasus seperti di atas dahulukan sholat gerhananya dulu baru kemudian sholat isya. Lihat kitab majmu Jika sholat gerhana berkumpul dengan sholat maktubah di awal waktu maka memulai sholat gerhana dulu karena dikhawatirkan kehabisan waktu sebab kembali terang tidak gerhana lagi, setelah selesai sholat gehana maka memulai sholat maktubah sebelum khutbah gerhana karena dikhawatirkan kehabisan waktu sholat maktubah dan tidak dikhawatirkan kehabisan waktu berkhutbah. Jika sholat gerhana berkumpul dengan sholat maktubah di akhir waktu maka memulai sholat maktubah dulu karena keduanya samasama dikhawatirkan kehabisan waktu sedangkan sholat maktubah lebih muakad oleh sebab itulah mendahulukannya lebih utama. WALLAHU ALAM. Mas Hamzah. LINK DISKUSI www.fb.comgroupspiss.ktb867384373284372
Catatan Untuk Pendakwah Salafi: Tangan Mayat Ketika Dikafani Lurus atau Sedekap?
https://islami.co/catatan-untuk-pendakwah-salafi-tangan-mayat-ketika-dikafani-lurus-atau-sedekap/
Mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah, mulai dari memandikan sampai menguburkan, penting diketahui bagi setiap muslim, minimal dalam setiap keluarga mesti ada yang mengetahuinya, supaya ketika ada keluarga yang meninggal ada pihak keluarga yang tahu cara mengurusinya. Salah satu permasalahan yang sering ditanyakan adalah bagaimana posisi tangan mayat, apakah dibiarkan lurus atau bersedekap, diletakkan di atas dada? Dalam madzhab Syafii keduanya sama-sama dibolehkan. Syekh Khatib al-Syirbini menjelaskan: ﻭﻫﻞ ﺗﺠﻌﻞ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﺭﻩ ﻟﻴﻤﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻟﻴﺴﺮﻯ ﺃﻭ ﻳﺮﺳﻼﻥ ﻓﻲ ﺟﻨﺒﻪ ﻻ ﻧﻘﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺣﺴﻦ ﻣﺤﺼﻞ ﻟﻠﻐﺮﺽ Apakah kedua tangan mayat diletakkan di atas dadanya -tangan kanan di atas tangan kirinya- atau dilepaskan keduanya di sisi tubuhnya? Tidak ada dalil khusus dalam masalah ini. Dua-duanya bagus, sudah sesuai tujuan (Mughni Al-Muhtaj 2/18) Perhatikan penjelasan yang obyektif dari ulama terdahulu kita, tidak ada yang disalahkan. Hal ini beda dengan pendapat sebagian pendakwah salafi yang mengatakan bahwa tangan mayat sedekap tidak ada dalilnya. Padahal kedua tangan mayat dilepas pun juga tidak ada dalil secara khusus Dalam hal ini kita tetap mengikuti ulama dan kiai kita sejak dulu, yakni tangan jenazah disedekapkan di dadanya. Dalam madzhab Hambali dijelaskan: ﻗﺎﻝ ﺑﻦ ﻋﻘﻴﻞ: ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﻋﺎﺩﺕ ﻟﻨﺎﺱ ﻣﺮﻋﺎﺓ ﻟﻬﻢ ﻭﺗﺄﻟﻴﻔﺎ ﻟﻘﻠﻮﺑﻬﻢ ﺇﻻ ﻓﻲ ﻟﺤﺮﻡ Ibnu Aqil berkata: Tidak dianjurkan meninggalkan kebiasaan masyarakat -untuk menjaga hubungan baik dengan mereka dan menentramkan hati mereka- kecuali dalam perbuatan yang haram (Mathalib Uli an-Nuha 1/351) Belum kita jumpai dalil yang mengharamkan meletakkan tangan dengan cara sedekap di atas dada jenazah. Jadi tetap boleh diamalkan.
Mengetahui tata cara penyelenggaraan jenazah, mulai dari memandikan sampai menguburkan, penting diketahui bagi setiap muslim, minimal dalam setiap keluarga mesti ada yang mengetahuinya, supaya ketika ada keluarga yang meninggal ada pihak keluarga yang tahu cara mengurusinya. Salah satu permasalahan yang sering ditanyakan adalah bagaimana posisi tangan mayat, apakah dibiarkan lurus atau bersedekap, diletakkan di atas dada Dalam madzhab Syafii keduanya samasama dibolehkan. Syekh Khatib alSyirbini menjelaskan ﻭﻫﻞ ﺗﺠﻌﻞ ﻳﺪﻩ ﻋﻠﻰ ﺻﺪﺭﻩ ﻟﻴﻤﻨﻰ ﻋﻠﻰ ﻟﻴﺴﺮﻯ ﺃﻭ ﻳﺮﺳﻼﻥ ﻓﻲ ﺟﻨﺒﻪ ﻻ ﻧﻘﻞ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻓﻜﻞ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺣﺴﻦ ﻣﺤﺼﻞ ﻟﻠﻐﺮﺽ Apakah kedua tangan mayat diletakkan di atas dadanya tangan kanan di atas tangan kirinya atau dilepaskan keduanya di sisi tubuhnya Tidak ada dalil khusus dalam masalah ini. Duaduanya bagus, sudah sesuai tujuan Mughni AlMuhtaj 218 Perhatikan penjelasan yang obyektif dari ulama terdahulu kita, tidak ada yang disalahkan. Hal ini beda dengan pendapat sebagian pendakwah salafi yang mengatakan bahwa tangan mayat sedekap tidak ada dalilnya. Padahal kedua tangan mayat dilepas pun juga tidak ada dalil secara khusus Dalam hal ini kita tetap mengikuti ulama dan kiai kita sejak dulu, yakni tangan jenazah disedekapkan di dadanya. Dalam madzhab Hambali dijelaskan ﻗﺎﻝ ﺑﻦ ﻋﻘﻴﻞ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ ﻋﺎﺩﺕ ﻟﻨﺎﺱ ﻣﺮﻋﺎﺓ ﻟﻬﻢ ﻭﺗﺄﻟﻴﻔﺎ ﻟﻘﻠﻮﺑﻬﻢ ﺇﻻ ﻓﻲ ﻟﺤﺮﻡ Ibnu Aqil berkata Tidak dianjurkan meninggalkan kebiasaan masyarakat untuk menjaga hubungan baik dengan mereka dan menentramkan hati mereka kecuali dalam perbuatan yang haram Mathalib Uli anNuha 1351 Belum kita jumpai dalil yang mengharamkan meletakkan tangan dengan cara sedekap di atas dada jenazah. Jadi tetap boleh diamalkan.
Kekayaan, Kemiskinan Ujian: Sabar Ibadah Mulia
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/kekayaan-kemiskinan-ujian-sabar-ibadah-mulia/
Eramuslim – KEKAYAAN dan kemiskinan merupakan ujian dari Allah Azza wa Jalla terhadap para hamba-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (QS Al-Anbiya: 35) Dan sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin, jika ditimpa kesulitan dan penderitaan, ia bersabar, sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan dan kegembiraan, ia bersyukur, sehingga itu juga menjadi kebaikan baginya. Adanya perbedaan rezeki ini juga menyebabkan roda kehidupan berjalan normal. Yang kaya bisa mempekerjakan yang miskin dengan upah, sehingga kebutuhan masing-masing bisa terpenuhi dengan baik. Si kaya membantu si miskin dengan hartanya, sementara si miskin membantu dengan keahliannya. Jika Allah Azza wa Jalla menguji seorang hamba dengan kemiskinan maka sabar merupakan ibadah termulianya. Barang siapa sempit rezekinya dan kehidupannya susah, maka janganlah ia berkecil hati, karena kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mayoritas para sahabat yang mulia juga pas-pasan bahkan dalam kekurangan. Perhiasan dunia yang akan sirna ini tidak pantas untuk disedihkan tatkala luput. Agar jiwa menjadi tenteram dan menyadari betapa besar karunia Allah Azza wa Jalla kepadanya sehingga bisa bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla , maka dengarkanlah pengarahan dari Nabi kita yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam, “Jika salah seorang dari kalian melihat orang yang lebih unggul dalam harta dan tubuh maka hendaknya ia melihat kepada orang yang di bawahnya, yakni orang yang ia ungguli.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan, “Maka hal itu lebih layak menjadikan kalian agar tidak meremehkan karunia Allah Azza wa Jalla kepada kalian.” Sungguh Islam telah menyeru orang-orang faqir sebagaimana Islam menyeru orang-orang kaya supaya mereka mendidik jiwa mereka agar menjadi jiwa yang kaya, dengan mengekang nafsunya, mengaturnya sehingga bisa menggapai sifat qanaah dan rida terhadap pemberian Allah Azza wa Jalla meskipun dianggap sedikit. Apapun yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan sebagai bagianmu tidak akan pernah luput darimu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Ridalah dengan apa yang Allah Azza wa Jalla bagikan untukmu maka engkau akan menjadi manusia terkaya.” (HR. At-Tirmidzi) Bagi orang-orang yang diuji oleh Allah Azza wa Jalla dengan kemiskinan, ada beberapa adab yang perlu diperhatikan. Adab-adab ini ada yang terkait hati, penampilan zahir, pergaulan dan aktivitas lainnya. Yang terkait batin yaitu hendaknya ia tidak membenci ujian Allah Azza wa Jalla kepadanya berupa kemiskinan. Yang terkait zahir, hendaknya ia tetap menjaga kehormatan diri dan tampil bersih. Allah Azza wa Jalla berfirman, “Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. (QS Al-Baqarah: 273) Sedangkan adab dalam pergaulan, hendaknya ia tidak merendahkan diri di hadapan orang kaya hanya karena kekayaan mereka. Jika ada kebenaran yang harus disampaikan, maka dia harus menyampaikannya, bukan diam atau bersikap pura-pura demi meraih harta si kaya. Adapun adab dalam aktifitas harianya, hendaknya ia tidak malas dalam beribadah hanya karena dia faqir. Juga janganlah kefaqirannya menghalanginya dari bersedekah walaupun sedikit. Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla mendahulukan penyebutan sifat faqir para wali-Nya daripada pujian-Nya terhadap hijrah mereka, dan Allah Azza wa Jalla tidaklah menyifati orang yang dicintai-Nya kecuali dengan sifat yang Allh Azza wa Jalla cintai. Kalau bukan karena kefaqiran merupakan sifat yang sangat dicintai Allah Azza wa Jalla tentu Allah Azza wa Jalla tidak memuji orang-orang yang Allah Azza wa Jalla cintai dengan sifat tersebut. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Beliau bersabda, “Aku melihat surga maka aku lihat mayoritas penghuninya adalah orang-orang faqir. (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Meski demikian, Islam berusaha mengatasi kemiskinan dengan menyeru orang-orang kaya untuk berbuat baik serta menyantuni kaum fakir serta berusaha mengangkat kesulitan mereka. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang yang berusaha membantu janda dan orang miskin seperti seorang mujahid di jalan Allah dan aku menyangka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata- dan seperti seorang yang salat malam tanpa lelah dan seperti orang yang berpuasa tanpa berbuka. (HR. Muslim) Islam juga mengatasi kemiskinan dengan menyeru orang-orang miskin untuk bekerja, tidak malas dan berpangku tangan, agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Berusaha mengentaskan kemiskinan dan bekerja mencari rezeki merupakan perkara yang disyariatkan dan terpuji. Di antara doa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Ya Allah aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri, dan kecukupan.” (HR. Muslim) Dan rezeki yang banyak merupakan salah satu buah dari amal saleh. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Pekerjaan dengan memproduksi atau keahlian atau pertanian merupakan kemuliaan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorangpun memakan suatu makananpun yang lebih baik dari memakan hasil kerja tangannya sendiri.” (HR. Al-Bukhari) Inilah sikap yang tepat dan jalan yang benar, adapun meminta-minta (bukan karena terpaksa) atau karena ingin memperbanyak hartanya maka itu merupakan sifat tercela dan perbuatan buruk. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa meminta kepada manusia harta mereka dalam rangka memperbanyak hartanya maka sesungguhnya ia meminta bara api, maka silahkan ia meminta sedikit atau ia meminta yang banyak.” (HR. Muslim) Tidak diragukan bahwa di antara faktor peningkatan angka kemiskinan pada masyarakat Islam adalah karena mereka tidak memperhatikan perkembangan, terlena dengan riba dan malas berusaha. Padahal kemiskinan itu sering menimbulkan dampak negatif terutama saat iman melemah, apalagi saat kehilangan iman. Kemiskinan dianggap sebagai salah satu sebab utama munculnya berbagai perbuatan hina, perzinahan, pencurian, peningkatan angka kriminal, keretakan keluarga, bahkan pembunuhan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditanya: “Dosa apakah yang terbesar di sisi Allah? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Engkau berdoa kepada selain Allah padahal Allah Azza wa Jalla telah menciptakanmu. Lalu ditanya lagi, Kemudian dosa apa lagi? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata, Engkau membunuh anakmu karena takut ia ikut makan bersamamu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Kemiskinan juga memberikan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat, ditandai dengan munculnya kedengkian dan permusuhan. Disinilah peran para ahli ilmu dan cendikiawan serta orang-orang kaya untuk bersungguh-sungguh dalam mengatasi kemiskinan dengan mengharapkan pahala dari Allah Azza wa Jalla , dan menjaga masyarakat dari dampak negatif kemiskinan, yaitu dengan membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang miskin, menggali dan mengembangkan kemampuan dan bakat mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman: “Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah Azza wa Jalla sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya.” (QS Al-Muzammil: 20). (Inilah) Wallahu alam. Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVIII/1436H/Syaikh DR. Abdul Bari ats-Tsubaiti
Eramuslim KEKAYAAN dan kemiskinan merupakan ujian dari Allah Azza wa Jalla terhadap para hambaNya. Allah Azza wa Jalla berfirman, Dan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan. QS AlAnbiya 35 Dan sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin, jika ditimpa kesulitan dan penderitaan, ia bersabar, sehingga itu menjadi kebaikan baginya. Jika mendapatkan kesenangan dan kegembiraan, ia bersyukur, sehingga itu juga menjadi kebaikan baginya. Adanya perbedaan rezeki ini juga menyebabkan roda kehidupan berjalan normal. Si kaya membantu si miskin dengan hartanya, sementara si miskin membantu dengan keahliannya. Barang siapa sempit rezekinya dan kehidupannya susah, maka janganlah ia berkecil hati, karena kehidupan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mayoritas para sahabat yang mulia juga paspasan bahkan dalam kekurangan. Perhiasan dunia yang akan sirna ini tidak pantas untuk disedihkan tatkala luput. Agar jiwa menjadi tenteram dan menyadari betapa besar karunia Allah Azza wa Jalla kepadanya sehingga bisa bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla , maka dengarkanlah pengarahan dari Nabi kita yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam, Jika salah seorang dari kalian melihat orang yang lebih unggul dalam harta dan tubuh maka hendaknya ia melihat kepada orang yang di bawahnya, yakni orang yang ia ungguli. AlBukhari dan Muslim Dalam riwayat Imam Muslim ada tambahan, Maka hal itu lebih layak menjadikan kalian agar tidak meremehkan karunia Allah Azza wa Jalla kepada kalian. Apapun yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan sebagai bagianmu tidak akan pernah luput darimu. Adabadab ini ada yang terkait hati, penampilan zahir, pergaulan dan aktivitas lainnya. Yang terkait batin yaitu hendaknya ia tidak membenci ujian Allah Azza wa Jalla kepadanya berupa kemiskinan. Yang terkait zahir, hendaknya ia tetap menjaga kehormatan diri dan tampil bersih. Allah Azza wa Jalla berfirman, Orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari mintaminta. Adapun adab dalam aktifitas harianya, hendaknya ia tidak malas dalam beribadah hanya karena dia faqir. Juga janganlah kefaqirannya menghalanginya dari bersedekah walaupun sedikit. Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla mendahulukan penyebutan sifat faqir para waliNya daripada pujianNya terhadap hijrah mereka, dan Allah Azza wa Jalla tidaklah menyifati orang yang dicintaiNya kecuali dengan sifat yang Allh Azza wa Jalla cintai. Muslim Islam juga mengatasi kemiskinan dengan menyeru orangorang miskin untuk bekerja, tidak malas dan berpangku tangan, agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Berusaha mengentaskan kemiskinan dan bekerja mencari rezeki merupakan perkara yang disyariatkan dan terpuji. Di antara doa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, Ya Allah aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri, dan kecukupan. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah silaturahmi. AlBukhari dan Muslim Pekerjaan dengan memproduksi atau keahlian atau pertanian merupakan kemuliaan, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah seorangpun memakan suatu makananpun yang lebih baik dari memakan hasil kerja tangannya sendiri. Kemiskinan dianggap sebagai salah satu sebab utama munculnya berbagai perbuatan hina, perzinahan, pencurian, peningkatan angka kriminal, keretakan keluarga, bahkan pembunuhan. Lalu ditanya lagi, Kemudian dosa apa lagi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata, Engkau membunuh anakmu karena takut ia ikut makan bersamamu. Disalin dari majalah AsSunnah Edisi 07Tahun XVIII1436HSyaikh DR.
Tiga Keutamaan Berzikir Setelah Salat Subuh
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/tiga-keutamaan-berzikir-setelah-salat-subuh/
Berikut ini tiga keutamaan berzikir setelah salat Subuh. Zikir merupakan ibadah yang tidak terpaut waktu, ia sunnah dilaksanakan kapanpun oleh umat Islam. Akan tetapi pada beberapa waktu, zikir sangat dianjurkan dan memiliki nilai plus jika dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Salah satunya zikir setelah salat subuh. Sebagaimana Allah berfirman . Artinya, Hai, sekalian orang yang mumin! Ingatlah Allah sebanyak-banyaknya dan tasbihlah memuji Allah pagi-pagi dan petang-petang (Al Ahzab : 41 42). Selain ayat di atas, perintah senada untuk banyak berzikir terutama pada waktu petang dan pagi terekam dalam QS. Ali Imran ayat 41, QS. Al- Kahfi 28. Berdasarkan ayat-ayat tadi, waktu pagi adalah selepas subuh hingga terbit matahari. Rasulullah pun memiliki kebiasaan berzikir setiap subuh, usai salat beliau tidak akan berdiri dari tempatnya dan berzikir hingga matahari terbit, sebagaimana digambarkan oleh sahabat Jabir berikut ini : . Dari Jabjr bin Samrah berkata, adapun Nabi jjka telah selesai salat subuh, beliau duduk di tempatnya hingga terbit matahari (HR. Muslim) Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, bahwa hadis di atas secara umum menunjukkan keutamaan memperbanyak zikir selepas subuh. Menurut para ahli bahasa kata kaanaa berarti menunjukkan sebuah peristiwa yang menjadi kebiasaan dan sering dilakukan. Sementara dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad Saw. menyebutkan setidaknya ada tiga keutamaan bagi seseorang yang memperbanyak zikir selepas salat subuh, yaitu Pertama, mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah. Salah satu hadis yang menyebutkan keutamaan berzikir selepas salat subuh terdapat pada hadis riwayat Imam Tirmizi berikut ini Barang siapa yang salat subuh berjamaah kemudian duduk berzikir hingga matahari terbit kemudian salat dua rakaat maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna. Kedua, diampuni dosa-dosanya meski lebih banyak dari buih di lautan. Sebagimana diketahui buih di lautan tidak bisa terhitung, hal inj menunjukkan keutamaan zikir setelah subuh di antara waktu lainnya. Barang siapa yang tetap duduk setelah salat subuh hingga salat dua rakaat duha tidak berkata kecuali hal baik maka akan diampuni doa-dosanya sekalipun lebih banyak dari buih lautan. (HR. Ahmad &Abu Daud) Salat subuh mempunyai keistinewaan tersendiri sebab dilaksanakan di waktu yang pada umumnya sulit karena dilakukan selepas tengah malam, dimana sebagian besar manusia pada waktu tersebut terlelap. Sehingga berzikir selepas salat subuh pun menjadi sesuatu yang sulit dikerjakan, karena itulah barangsiapa yang mampu melakukannya akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di laut. Adapun tidak berbicara kecuali hal baik maksudnya adalah zikir sebab sebaik-baiknya ucapan adalah zikir. Ketiga, akan dimasukkan ke surga dan tubuhnya tidak akan tersentuh api neraka, hal tersebut karena besarnya keutamaan berzikir selepas subuh hingga terbit matahari mampu menjadi pelindung dari api neraka yang sangat panas. Disebutkan dalam sebuah riwayat . Barang siapa yang salat fajar kemudian berzikir hingga terbit matahari maka api neraka tidak akan menyentuh kulit orang tersebut selamanya. (HR. Baihaqi) Demikian penjelasan terkait tiga keutamaan berzikir setelah Salat Subuh. Wallahualam. [Baca juga:Zikir Penenang Hati dan Pikiran]
Berikut ini tiga keutamaan berzikir setelah salat Subuh. Zikir merupakan ibadah yang tidak terpaut waktu, ia sunnah dilaksanakan kapanpun oleh umat Islam. Akan tetapi pada beberapa waktu, zikir sangat dianjurkan dan memiliki nilai plus jika dilakukan pada waktuwaktu tertentu. Artinya, Hai, sekalian orang yang mumin Ingatlah Allah sebanyakbanyaknya dan tasbihlah memuji Allah pagipagi dan petangpetang Al Ahzab 41 42. Selain ayat di atas, perintah senada untuk banyak berzikir terutama pada waktu petang dan pagi terekam dalam QS. Berdasarkan ayatayat tadi, waktu pagi adalah selepas subuh hingga terbit matahari. Dari Jabjr bin Samrah berkata, adapun Nabi jjka telah selesai salat subuh, beliau duduk di tempatnya hingga terbit matahari HR. Muslim Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, bahwa hadis di atas secara umum menunjukkan keutamaan memperbanyak zikir selepas subuh. Menurut para ahli bahasa kata kaanaa berarti menunjukkan sebuah peristiwa yang menjadi kebiasaan dan sering dilakukan. Sementara dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad Saw. Kedua, diampuni dosadosanya meski lebih banyak dari buih di lautan. Sebagimana diketahui buih di lautan tidak bisa terhitung, hal inj menunjukkan keutamaan zikir setelah subuh di antara waktu lainnya. Barang siapa yang tetap duduk setelah salat subuh hingga salat dua rakaat duha tidak berkata kecuali hal baik maka akan diampuni doadosanya sekalipun lebih banyak dari buih lautan. Sehingga berzikir selepas salat subuh pun menjadi sesuatu yang sulit dikerjakan, karena itulah barangsiapa yang mampu melakukannya akan diampuni dosanya meski sebanyak buih di laut. Adapun tidak berbicara kecuali hal baik maksudnya adalah zikir sebab sebaikbaiknya ucapan adalah zikir. Ketiga, akan dimasukkan ke surga dan tubuhnya tidak akan tersentuh api neraka, hal tersebut karena besarnya keutamaan berzikir selepas subuh hingga terbit matahari mampu menjadi pelindung dari api neraka yang sangat panas. Barang siapa yang salat fajar kemudian berzikir hingga terbit matahari maka api neraka tidak akan menyentuh kulit orang tersebut selamanya. Baihaqi Demikian penjelasan terkait tiga keutamaan berzikir setelah Salat Subuh.
Doa Makan dari Imam al-Ghazali
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-makan-dari-imam-al-ghazali/
Doa merupakan wujud penghambaan seorang hamba kepada Allah. Subtansi dari berdoa ialah supaya seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah. Islam mengajarkan umatnya untuk berdoa dimana pun dan kapanpun baik itu doa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan orang-orang saleh atau yang ia panjatkan sendiri. Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali (w. 505 H) dalam kitab Ihya Ulumuddin mengajarkan umat Islam untuk membaca doa ketika akan makan, yakni Alhamdulillahil ladzi bi nimatihi tatimmus shalihat wa tanzilul barakat allahumma la tajalhu quwwatan ala mashiyatik. Artinya : Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya telah sempurnakan kebaikan dan turunkan keberkahan. Duhai Allah, Janganlah Engkau menjadikannya kekuatan untuk kemaksiatan kepada-Mu Dalam doa di atas Imam Al Ghazali mengajarkan bahwasanya Allah Swt. telah menyempurnakan seluruh kenikmatan-Nya kepada hambaNya dengan kebaikanNya, dan Allah menurunkan keberkahanNya di dalam kenikmatan tersebut, maka bersyukurlah akan nikmat itu. Selain itu, memohonlah pertolongan kepada Allah Swt. untuk menjaga diri dari kemaksiatan. Allah Swt. akan menyempurnakan kebaikan dan menurunkan keberkahan dalam suatu urusan jika sang hamba melibatkan Allah Swt. di dalamnya. Kebaikan dan keberkahan dari Allah Swt. adalah kunci keselamatan dan kebahagian hidup. Dan tanda daripada kebaikan dan keberkahan yang telah diberikan Allah kepada hamba-Nya ialah dijaga atau hamba tersebut dari kemaksiatan.
Doa merupakan wujud penghambaan seorang hamba kepada Allah. Subtansi dari berdoa ialah supaya seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah. Islam mengajarkan umatnya untuk berdoa dimana pun dan kapanpun baik itu doa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. dan orangorang saleh atau yang ia panjatkan sendiri. Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali w. 505 H dalam kitab Ihya Ulumuddin mengajarkan umat Islam untuk membaca doa ketika akan makan, yakni Alhamdulillahil ladzi bi nimatihi tatimmus shalihat wa tanzilul barakat allahumma la tajalhu quwwatan ala mashiyatik. Artinya Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatNya telah sempurnakan kebaikan dan turunkan keberkahan. Duhai Allah, Janganlah Engkau menjadikannya kekuatan untuk kemaksiatan kepadaMu Dalam doa di atas Imam Al Ghazali mengajarkan bahwasanya Allah Swt. telah menyempurnakan seluruh kenikmatanNya kepada hambaNya dengan kebaikanNya, dan Allah menurunkan keberkahanNya di dalam kenikmatan tersebut, maka bersyukurlah akan nikmat itu. Selain itu, memohonlah pertolongan kepada Allah Swt. untuk menjaga diri dari kemaksiatan. Allah Swt. akan menyempurnakan kebaikan dan menurunkan keberkahan dalam suatu urusan jika sang hamba melibatkan Allah Swt. di dalamnya. Kebaikan dan keberkahan dari Allah Swt. adalah kunci keselamatan dan kebahagian hidup. Dan tanda daripada kebaikan dan keberkahan yang telah diberikan Allah kepada hambaNya ialah dijaga atau hamba tersebut dari kemaksiatan.
5 Ciri Ciri Dakwah yang Baik dan Tujuannya dalam Islam
https://dalamislam.com/info-islami/ciri-ciri-dakwah-yang-baik
Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Begitupun para nabi dan rasul senantiasa bermula dan berawal dari proses dakwah. Tidak ada satupun nabi dan rasul yang tidak menjadikan dakwah sebagai awal dan tonggak perjuangan islam.Di masa kini, dakwah pun menjadi proses yang tidak boleh berhenti begitu saja. Dakwah akan terus ada selagi manusia masih hidup di muka bumi dan memegang misi kehidupannya. Selagi manusia ada maka potensi berbuat kerusakan, kebatilan, dan menjauh dari kebenaran akan selalu ada. Untuk itu, dakwah menjadi proses yang tidak akan pernah berhenti.Tujuan Dakwah dalam Agama IslamDi dalam agama islam, dakwah memiliki tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tujuan ini tentu saja adalah hal-hal yag menunjang proses pembangunan masyarakat di muka bumi agar tercipta keadilan dan juga kemamuran di dalamnya. Berikut adalah tujuan dakwah dalam islam :Memberikan Kesadaran Bagi Manusia Dakwah islam sejatinya memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran bagi manusia. Kesadaran yang paling utama adalah kesadaran terhadap keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan penguasa hidup manusia. Kesadaran ini adalah kesadaran utama yang harus ada dalam diri manusia. Untuk itu dakwah memberikan kesadaran ini secara utuh kepada manusia, agar dapat menggapai dan meraih hidayah Allah.Mengajak Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dakwah bertujuan juga untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar artinya mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Sehingga, program dakwah bertujuan agar semakin banyak kebaikan yang bisa dilakukan dan mencegah kemungkaran yang ada di masyarakat semakin menyebar.Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar maka , , dan dapat digelorakan dengan masif dalam masyarakat.Menjadi Proses Kaderisasi Islam Proses kaderisasi islam artinya adalah melahirkan umat muslim yang militan kepada agamanya dan juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Proses kaderisasi islam tidak akan bisa dilakukan tanpa adanya proses dakwah. Untuk itu, proses dakwah adalah bagian dari regenerasi kepemimpinan sekaligus menjadi kelahiran ghiroh baru di tengah-tengah ummat islam.Regenerasi atau kaderisasi kepemimpinan ini tentu saja agar dapat melahirkan manusia-manusia yang sukses di , , dengan yang dapat memakmurkan negeri.Menegakkan Aturan Islam Aturan islam tidak akan bisa ditegakkan tanpa adanya dakwah islam. Aturan islam hanya bisa ditegakkan jika umat islam bisa menegakkannya di muka bumi. Untuk itu kesadaran menegakkan islam hanya bisa lahir jika proses dakwah terus dilakukan. Sebagai Kekuatan dan Kesatuan Islam Dengan adanya dakwah, islam bisa membesar semakin kuat dan bersatu. Dengan dakwah juga umat islam bisa saling bertemu dan bersilahturahmi, saling menasihati dan memberikan kesatuan dan kekuatan bagi ummat. Kesatuan dakwah ini tentu saja agar mendukung kepada pencapaian , dan  sesuai dengan .Karakteristik Dakwah yang Baik dalam IslamDakwah tentu saja bukan cara yang sembarangan dan cara yang asal-asalan. Dakwah juga bukan sekedar proses yang membutuhkan waktu singkat. Dalam berdakwah pun entu juga membutuhkan proses yang baik dan berkualitas. Berikut adalah ciri-ciri atau karakteristik dari dakwah yang baik dalam islam.Menggunakan Bahasa Kaumnya Dakwah yang baik haruslah menggunakan bahasa kaum yang tepat atau sesuai kondisi setempat. Artinya bahasa ini bukan sekedar bahasa melainkan kebiasaan dan tradisi agar mudah untuk dapat diterima dan adaptasi tanpa harus islam merubah nilai inti dari ajarannya. Andaikata islam di dakwahkan tidak menggunakan bahasa kaumnya, tentu saja sampai saat ini pasti islam akan sulit untuk berkembang. Karena islam tidak bisa ditangkap dan dikenal oleh orang-orang yang tidak mengenal bahasa Arab. Akan tetapi, dakwah islam lintas negara dan bangsa.Untuk itu, dalam proses berdakwah, mengenal tradisi, budaya, dan juga bahasa kaum yang akan didakwahi adalah proses awal yang harus dilakukan.Mengikuti Perkembangan Zaman Dakwah islam yang baik juga harus dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus juga merubah nilai inti dari islam. Perkembangan zaman ini khususnya adalah perkembangan teknologi dan karakteristik masyarakat.Kita bisa melihat hari ini bahwa proses dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti memanfaatkan sosial media dan teknologi. Dengan memanfaatkan hal tersebut, maka perkembangan dakwah islam akan semakin massif dan cepat.Menyentuh Hati dan JiwaDakwah yang baik juga harus mampu untuk menyentuh hati dan jiwa manusia. Dakwah harus dapat menggugah hati seseorang sehingga dari situlah muncul kesadaran dan dorongan untuk melaksanakan perintah Allah.Dakwah yang tidak mampu menyentuh hati dan jiwa tidak akan bisa diterima dengan baik, dan tentunya akan kering jika hanya aspek pemikiran yang disampaikan. Aspek menyentuh hati dan jiwa ini tentu dibutuhkan oleh setiap manusia karena hal ini adalah kebutuhan mendasar dari manusia. Dengan menyentuh hati dan jiwa maka akan muncul juga kesegaran ruhani dalam diri.Memiliki Pendasaran yang Kuat Dakwah yang baik juga harus memiliki pendasaran yang kuat. Pendasaran yang kuat ini tentu berdasarkan dalil naqli dan aqli yang valid. Tanpa pendasaran yang kuat, tentu saja akan menjadi dakwah yang kurang kuat dalam pikiran manusia. Manusia tentu membutuhkan alasan yang mampu masuk akal dan menggugah dirinya.Tentu saja aturan islam tidak ada satupun yang tidak masuk akal bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan benar dan baik. Untuk itu dakwah islam harus dapat memiliki pendasaran yang kuat.Tidak Asal Klaim atau Judgement Dakwah islam yang baik juga tidak boleh asal-asalan untuk mengklaim atau judgement pada manusia. Dakwah tidak boleh asal mengatakan seseorang kafir atau munafik atau menstatusi seseorang dengan ungkapan tertentu. Yang harus dilakukan justru haruslah menggugah dan memberikan kesadaran dengan kalimat dan kata-kata yang baik.Semoga umat islam dapat menjalankan amanah dakwah dimanapun mereka berada. Karena dakwah bukanlah tugas para ustad atau ulama saja, melainkan seluruh umat islam dengan menyesuaikan kapasitas yang dimilikinya.
Perkembangan islam tidak pernah luput dari proses dakwah. Dakwah dalam sepanjang sejarah islam selalu menjadi tonggak utama dalam perjuangan menegakkan syariat dan masyarakat yang baik. Selagi manusia ada maka potensi berbuat kerusakan, kebatilan, dan menjauh dari kebenaran akan selalu ada. Untuk itu, dakwah menjadi proses yang tidak akan pernah berhenti. Tujuan ini tentu saja adalah halhal yag menunjang proses pembangunan masyarakat di muka bumi agar tercipta keadilan dan juga kemamuran di dalamnya. Berikut adalah tujuan dakwah dalam islam Memberikan Kesadaran Bagi Manusia Dakwah islam sejatinya memiliki tujuan untuk memberikan kesadaran bagi manusia. Mengajak Amar Maruf Nahi Munkar Dakwah bertujuan juga untuk melakukan amar maruf nahi munkar. Menjadi Proses Kaderisasi Islam Proses kaderisasi islam artinya adalah melahirkan umat muslim yang militan kepada agamanya dan juga menjadi agen perubahan di masyarakat. Menegakkan Aturan Islam Aturan islam tidak akan bisa ditegakkan tanpa adanya dakwah islam. Sebagai Kekuatan dan Kesatuan Islam Dengan adanya dakwah, islam bisa membesar semakin kuat dan bersatu. Dalam berdakwah pun entu juga membutuhkan proses yang baik dan berkualitas. Menggunakan Bahasa Kaumnya Dakwah yang baik haruslah menggunakan bahasa kaum yang tepat atau sesuai kondisi setempat. Artinya bahasa ini bukan sekedar bahasa melainkan kebiasaan dan tradisi agar mudah untuk dapat diterima dan adaptasi tanpa harus islam merubah nilai inti dari ajarannya. Andaikata islam di dakwahkan tidak menggunakan bahasa kaumnya, tentu saja sampai saat ini pasti islam akan sulit untuk berkembang. Untuk itu, dalam proses berdakwah, mengenal tradisi, budaya, dan juga bahasa kaum yang akan didakwahi adalah proses awal yang harus dilakukan. Perkembangan zaman ini khususnya adalah perkembangan teknologi dan karakteristik masyarakat. Kita bisa melihat hari ini bahwa proses dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti memanfaatkan sosial media dan teknologi. Dakwah yang tidak mampu menyentuh hati dan jiwa tidak akan bisa diterima dengan baik, dan tentunya akan kering jika hanya aspek pemikiran yang disampaikan. Aspek menyentuh hati dan jiwa ini tentu dibutuhkan oleh setiap manusia karena hal ini adalah kebutuhan mendasar dari manusia. Pendasaran yang kuat ini tentu berdasarkan dalil naqli dan aqli yang valid. Manusia tentu membutuhkan alasan yang mampu masuk akal dan menggugah dirinya. Tentu saja aturan islam tidak ada satupun yang tidak masuk akal bahwa semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan benar dan baik. Untuk itu dakwah islam harus dapat memiliki pendasaran yang kuat. Tidak Asal Klaim atau Judgement Dakwah islam yang baik juga tidak boleh asalasalan untuk mengklaim atau judgement pada manusia.
Makanan yang Telah Tersentuh Cicak
https://konsultasisyariah.com/5210-makanan-yang-telah-tersentuh-cicak.html
Pertanyaan: Assalammu ‘alaikum. Ustadz, maaf menganggu. Saya ada satu soalan. Boleh tak Ustadz terangkan, jika tidak keberatan, tentang kemushkilan saya ini. Apakah makanan yang sudah terkena (tersentuh) atau dimakan cicak masih boleh dimakan? Bagaimana pula dengan lipas? Saya dahului dengan terima kasih serta semoga Allah membalas jasa baik Ustadz. Zul ) Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullah. Semoga maklumat saya bisa dipahami pihak Tuan. Tidak semua binatang yang haram, statusnya najis. Ada di antara binatang yang haram, namun tidak najis, seperti: 1. Hewan yang sering bekeliaran di sekitar manusia, seperti: kucing dan cicak. Dalilnya: Shahabat Abu Qatadah pernah berwudhu dengan menggunakan air yang telah diminum kucing. Kemudian, beliau mengatakan, “Sesungguhnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Kucing itu tidak najis karena kucing termasuk binatang yang sering berkeliaran di tengah-tengah kalian.'” (H.R. Abu Daud; dinilah hasan oleh Al-Albani) 2. Hewan yang tidak memiliki darah merah (serangga kecil), seperti: lipas (kecoak) dan lalat. Dalilnya, hadis tentang minuman yang kemasukan lalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar lalatnya dicelupkan kemudian dibuang, lalu minuman tadi boleh diminum, karena dalam satu sayap lalat, ada penyakit, dan satu sayap lagi mengandung obat penawarnya. (H.R. Bukhari). Lipas (kecoak) termasuk dalam hadis ini. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah). Artikel
Pertanyaan Assalammu alaikum. Ustadz, maaf menganggu. Saya ada satu soalan. Boleh tak Ustadz terangkan, jika tidak keberatan, tentang kemushkilan saya ini. Apakah makanan yang sudah terkena tersentuh atau dimakan cicak masih boleh dimakan Bagaimana pula dengan lipas Saya dahului dengan terima kasih serta semoga Allah membalas jasa baik Ustadz. Zul Jawaban Waalaikumussalam warahmatullah. Semoga maklumat saya bisa dipahami pihak Tuan. Tidak semua binatang yang haram, statusnya najis. Ada di antara binatang yang haram, namun tidak najis, seperti 1. Hewan yang sering bekeliaran di sekitar manusia, seperti kucing dan cicak. Dalilnya Shahabat Abu Qatadah pernah berwudhu dengan menggunakan air yang telah diminum kucing. Kemudian, beliau mengatakan, Sesungguhnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kucing itu tidak najis karena kucing termasuk binatang yang sering berkeliaran di tengahtengah kalian. H.R. Abu Daud dinilah hasan oleh AlAlbani 2. Hewan yang tidak memiliki darah merah serangga kecil, seperti lipas kecoak dan lalat. Dalilnya, hadis tentang minuman yang kemasukan lalat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar lalatnya dicelupkan kemudian dibuang, lalu minuman tadi boleh diminum, karena dalam satu sayap lalat, ada penyakit, dan satu sayap lagi mengandung obat penawarnya. H.R. Bukhari. Lipas kecoak termasuk dalam hadis ini. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Konsultasi Syariah. Artikel
Muslim yang Berjiwa Besar
https://radiomutiaraquran.com/2018/09/13/muslim-yang-berjiwa-besar/
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Harta tidak akan berkurang gara-gara sedekah. Tidaklah seorang hamba memberikan maaf -terhadap kesalahan orang lain- melainkan Allah pasti akan menambahkan kemuliaan pada dirinya. Dan tidaklah seorang pun yang bersikap rendah hati (tawadhu’) karena Allah (ikhlas) melainkan pasti akan diangkat derajatnya oleh Allah.” (HR. Muslim, lihat Syarh Muslim [8/194]) Hadits yang mulia ini memberikan berbagai pelajaran penting bagi kita, di antaranya: Hadits ini menganjurkan kita untuk bersikap ihsan/suka berbuat baik kepada orang lain, entah dengan harta, dengan memaafkan kesalahan mereka, ataupun dengan bersikap tawadhu’ kepada mereka (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 110) Anjuran untuk banyak bersedekah. Karena dengan sedekah itu akan membuat hartanya berbarokah dan terhindar dari bahaya. Terlebih lagi dengan bersedekah akan didapatkan balasan pahala yang berlipat ganda (lihat Syarh Muslim [8/194]). Selain itu, sedekah juga menjadi sebab terbukanya pintu-pintu rezeki (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 109) Anjuran untuk menjauhi sifat bakhil/kikir. Kebakhilan tidak akan menghasilkan keberuntungan Hadits ini menunjukkan keutamaan bersedekah dengan harta Sedekah adalah ibadah Allah mencintai orang yang suka bersedekah -dengan ikhlas tentunya- Terkadang manusia menyangka bahwa sesuatu bermanfaat baginya, namun apabila dicermati dari sudut pandang syari’at maka hal itu justru tidak bermanfaat. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu alangkah tidak bijak orang yang menjadikan hawa nafsu, perasaan, ataupun akal pikirannya yang terbatas sebagai standar baik tidaknya sesuatu. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Manusia itu, sebagaimana telah dijelaskan sifatnya oleh Yang menciptakannya. Pada dasarnya ia suka berlaku zalim dan bersifat bodoh. Oleh sebab itu, tidak sepantasnya dia menjadikan kecenderungan dirinya, rasa suka, tidak suka, ataupun kebenciannya terhadap sesuatu sebagai standar untuk menilai perkara yang berbahaya atau bermanfaat baginya. Akan tetapi sesungguhnya standar yang benar adalah apa yang Allah pilihkan baginya, yang hal itu tercermin dalam perintah dan larangan-Nya…” (al-Fawa’id, hal. 89) Hadits ini menunjukkan disyari’atkannya menepis keragu-raguan dan menyingkap kesalahpahaman yang bercokol di dalam hati manusia Memberikan targhib/motivasi merupakan salah satu metode pengajaran yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Hadits ini juga menunjukkan pentingnya memotivasi orang lain untuk beramal salih Anjuran untuk memberikan maaf kepada orang lain yang bersalah kepada kita -secara pribadi-. Dengan demikian -ketika di dunia- maka kedudukannya akan bertambah mulia dan terhormat. Di akherat pun, kedudukannya akan bertambah mulia dan pahalanya bertambah besar jika orang tersebut memiliki sifat pemaaf (lihat Syarh Muslim [8/194]). Di antara hikmah memaafkan kesalahan orang adalah akan bisa merubah musuh menjadi teman -sehingga hal ini bisa menjadi salah satu cara untuk membuka jalan dakwah-, atau bahkan bisa menyebabkan orang lain mudah memberikan bantuan dan pembelaan di saat dia membutuhkannya (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 109) Allah mencintai orang yang pemaaf. Anjuran untuk bersikap tawadhu’/rendah hati. Karena dengan kerendahan hati itulah seorang hamba akan bisa memperoleh ketinggian derajat dan kemuliaan, ketika di dunia maupun di akherat kelak (lihat Syarh Muslim [8/194]). Hakekat orang yang tawadhu’ adalah orang yang tunduk kepada kebenaran, patuh kepada perintah dan larangan Allah dan rasul-Nya serta bersikap rendah hati kepada sesama manusia, baik kepada yang masih muda ataupun yang sudah tua. Lawan dari tawadhu’ adalah takabur/sombong (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 110) Allah mencintai orang yang tawadhu’ Larangan bersikap takabur; yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain Tawadhu’ yang terpuji adalah yang dilandasi dengan keikhlasan, bukan yang dibuat-buat; yaitu yang timbul karena ada kepentingan dunia yang bersembunyi di baliknya (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 110) Yang menjadi penyempurna dan ruh/inti dari ihsan/kebajikan adalah niat yang ikhlas dalam beramal karena Allah (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 110) Ketawadhu’an merupakan salah satu sebab diangkatnya derajat seseorang di sisi Allah. Di samping ada sebab lainnya seperti; keimanan -dan itu yang paling pokok- serta ilmu yang dimilikinya. Bahkan, ketawadhu’an itu sendiri merupakan buah agung dari iman dan ilmu yang tertanam dalam diri seorang hamba (lihat Bahjat al-Qulub al-Abrar, hal. 110) Hadits ini menunjukkan bahwa manusia diperintahkan untuk mencari ketinggian dan kemuliaan derajat di sisi-Nya. Sedangkan orang yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertakwa (lihat QS. al-Hujurat: 13). Dan salah satu kunci ketakwaan adalah kemampuan untuk mengekang hawa nafsu, sehingga orang tidak akan bakhil dengan hartanya, akan mudah memaafkan, dan tidak bersikap arogan ataupun bersikap sombong di hadapan manusia. Hadits ini menunjukkan keutamaan mengekang hawa nafsu dan keharusan untuk menundukkannya kepada syari’at Rabbul ‘alamin Hendaknya menjauhi sebab-sebab yang menyeret kepada sifat-sifat tercela -misalnya; kikir dan sombong- dan berusaha untuk mengikisnya jika seseorang mendapati sifat itu ada di dalam dirinya Kemuliaan derajat yang hakiki adalah di sisi Allah (diukur dengan syari’at), tidak diukur dengan pandangan kebanyakan manusia Bisa jadi orang itu tidak dikenal atau rendah dalam pandangan manusia -secara umum-, akan tetapi di sisi Allah dia adalah sosok yang sangat mulia dan dicintai-Nya. Tidakkah kita ingat kisah Uwais al-Qarani seorang tabi’in terbaik namun tidak dikenal orang, diremehkan, dan tidak menyukai popularitas? Pujian dan sanjungan orang lain kepada kita bukanlah standar apalagi jaminan. Sebab ketinggian derajat yang hakiki adalah di sisi-Nya. Oleh sebab itu, tatkala dikabarkan kepada Imam Ahmad oleh muridnya mengenai pujian orang-orang kepadanya, beliaupun berkata, “Wahai Abu Bakar -nama panggilan muridnya-, apabila seseorang telah mengenal jati dirinya, maka tidak lagi bermanfaat ucapan (pujian) orang lain terhadapnya.” (lihat Ma’alim fi Thariq Thalabil Ilm, hal. 22). Ini adalah Imam Ahmad, seorang yang telah hafal satu juta hadits dan rela mempertaruhkan nyawanya demi menegakkan Sunnah dan membasmi bid’ah. Demikianlah akhlak salaf, aduhai… di manakah posisi kita bila dibandingkan dengan mereka? Jangan-jangan kita ini tergolong orang yang maghrur/tertipu dengan pujian orang lain kepada kita. Orang lain mungkin menyebut kita sebagai ‘anak ngaji’, orang alim, orang soleh, atau bahkan aktifis dakwah. Namun, sesungguhnya kita sendiri mengetahui tentang jati diri kita yang sebenarnya, segala puji hanya bagi Allah yang telah menutupi aib-aib kita di hadapan manusia… Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami Islam menyeru kepada akhlak yang mulia Islam mengajarkan sikap peduli kepada sesama dan agar tidak bersikap masa bodoh terhadap nasib atau keadaan mereka Sesungguhnya ketaatan itu -meskipun terasa sulit atau berat bagi jiwa- pasti akan membuahkan manfaat besar yang kembali kepada pelakunya sendiri. Sebaliknya, kedurhakaan/maksiat itu -meskipun terasa menyenangkan dan enak- maka pasti akan berdampak jelek bagi dirinya sendiri. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Perkara paling bermanfaat secara mutlak adalah ketaatan manusia kepada Rabbnya secara lahir maupun batin. Adapun perkara paling berbahaya baginya secara mutlak adalah kemaksiatan kepada-Nya secara lahir ataupun batin.” (al-Fawa’id, hal. 89). Allah ta’ala telah menegaskan (yang artinya), “Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik bagi kalian, dan bisa jadi kalian menyenangi sesuatu padahal itu adalah buruk bagi kalian. Allah Maha mengetahui, sedangkan kalian tidak mengetahui -segala sesuatu-.” (QS. al-Baqarah: 216) Pahala besar bagi orang yang berjiwa besar; yaitu orang yang tidak segan-segan untuk menyisihkan sesuatu yang dicintainya -yaitu harta- guna berinfak di jalan Allah, mau melapangkan dadanya untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya, serta bersikap tawadhu’ dan tidak meremehkan orang lain. Ketiga macam amal soleh ini -dengan izin Allah- bisa terkumpul dalam diri seseorang. Dia menjadi orang yang dermawan, suka memaafkan, dan juga rendah hati. Perhatikanlah sifat-sifat dan kepribadian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, niscaya ketiga sifat ini akan kita temukan dalam diri beliau. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah teladan yang baik, yaitu bagi orang yang berharap kepada Allah dan hari akhir serta banyak mengingat Allah.” (QS. al-Ahzab: 21) Di samping menyeru kepada persatuan umat Islam -di atas kebenaran- maka Islam juga menyerukan perkara-perkara yang menjadi perantara atau sebab terwujudnya hal itu. Di antaranya adalah dengan menganjurkan 3 hal di atas: suka bersedekah -yang wajib ataupun yang sunnah-, suka memaafkan, dan bersikap rendah hati/tawadhu’. Sesungguhnya, kalau kita mau mencermati kondisi kita di jaman ini -yang diwarnai dengan kekacauan serta fitnah yang timbul di medan dakwah-, akan kita dapati bahwa kebanyakan di antara kita -barangkali- amat sangat kurang dalam menerapkan ketiga hal tadi. Akibat tidak suka bersedekah, banyak kepentingan umat -khususnya dakwah- yang tidak terurus dengan baik. Akibat sulit memaafkan, permusuhan yang tadinya hanya bersifat personal pun akhirnya melebar menjadi permusuhan kelompok. Akibat perasaan lebih tinggi dan gengsi, jalinan ukhuwah yang terkoyak pun seolah tak bisa dijalin kembali. Masing-masing pihak ingin menang sendiri dan berat mendengarkan pandangan atau argumentasi saudaranya. Maka yang terjadi adalah sikap saling menyalahkan, dan kalau perlu menjatuhkan kehormatan saudaranya tanpa alasan yang dibenarkan. Kalau seperti itu caranya, ya tidak akan pernah ketemu… Bisa jadi ini hanya sekedar analisa, namun tidak kecil kemungkinannya itu merupakan realita yang ada, wallahul musta’an. Sebagian orang, setelah selesai mendengar kritikan dari saudaranya seketika itu pula ia memberikan ‘serangan balik’ kepada sang pengkritik. Padahal, nasehat yang didengarnya belum lagi meresap ke dalam akal sehatnya. Karena merasa dirinya telah ‘dilecehkan’ dia pun berkata kepada temannya, “Saya juga punya kritikan kepadamu. Kamu itu begini dan begitu…” Wahai saudaraku -semoga Allah merahmatimu- marilah kita bersama-sama berlatih untuk menerima kritik dan nasehat dengan lapang dada (lihat wasiat ke-31 bagi penuntut ilmu, dalam Ma’alim fi Thariq Thalabil ‘Ilm, hal. 268-269). Ingatlah ucapan seorang Syaikh yang mulia ketika berceramah menegaskan isi nasehat Syaikh Rabi’ bin Hadi –hafizhahullah– dalam Daurah Nasional yang belum lama berlalu di Masjid Agung Bantul Yogyakarta, “Tidak ada seorang insanpun melainkan pasti pernah terjatuh dalam kekeliruan… Namun, yang tercela adalah orang yang tetap bersikukuh mempertahankan kesalahannya.” Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang berjiwa besar, Allahumma amin. Rabbanaghfirlana wa li ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman, wa laa taj’al fi qulubina ghillal lilladzina amanu, Rabbana innaka ra’ufur rahim. Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Sumber
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Harta tidak akan berkurang garagara sedekah. Tidaklah seorang hamba memberikan maaf terhadap kesalahan orang lain melainkan Allah pasti akan menambahkan kemuliaan pada dirinya. Selain itu, sedekah juga menjadi sebab terbukanya pintupintu rezeki lihat Bahjat alQulub alAbrar, hal. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Manusia itu, sebagaimana telah dijelaskan sifatnya oleh Yang menciptakannya. Pada dasarnya ia suka berlaku zalim dan bersifat bodoh. Oleh sebab itu, tidak sepantasnya dia menjadikan kecenderungan dirinya, rasa suka, tidak suka, ataupun kebenciannya terhadap sesuatu sebagai standar untuk menilai perkara yang berbahaya atau bermanfaat baginya. Akan tetapi sesungguhnya standar yang benar adalah apa yang Allah pilihkan baginya, yang hal itu tercermin dalam perintah dan laranganNya alFawaid, hal. Karena dengan kerendahan hati itulah seorang hamba akan bisa memperoleh ketinggian derajat dan kemuliaan, ketika di dunia maupun di akherat kelak lihat Syarh Muslim 8194. 110 Allah mencintai orang yang tawadhu Larangan bersikap takabur yaitu menolak kebenaran dan meremehkan orang lain Tawadhu yang terpuji adalah yang dilandasi dengan keikhlasan, bukan yang dibuatbuat yaitu yang timbul karena ada kepentingan dunia yang bersembunyi di baliknya lihat Bahjat alQulub alAbrar, hal. Tidakkah kita ingat kisah Uwais alQarani seorang tabiin terbaik namun tidak dikenal orang, diremehkan, dan tidak menyukai popularitas Pujian dan sanjungan orang lain kepada kita bukanlah standar apalagi jaminan. Sebab ketinggian derajat yang hakiki adalah di sisiNya. Oleh sebab itu, tatkala dikabarkan kepada Imam Ahmad oleh muridnya mengenai pujian orangorang kepadanya, beliaupun berkata, Wahai Abu Bakar nama panggilan muridnya, apabila seseorang telah mengenal jati dirinya, maka tidak lagi bermanfaat ucapan pujian orang lain terhadapnya. lihat Maalim fi Thariq Thalabil Ilm, hal. Ini adalah Imam Ahmad, seorang yang telah hafal satu juta hadits dan rela mempertaruhkan nyawanya demi menegakkan Sunnah dan membasmi bidah. Orang lain mungkin menyebut kita sebagai anak ngaji, orang alim, orang soleh, atau bahkan aktifis dakwah. alBaqarah 216 Pahala besar bagi orang yang berjiwa besar yaitu orang yang tidak segansegan untuk menyisihkan sesuatu yang dicintainya yaitu harta guna berinfak di jalan Allah, mau melapangkan dadanya untuk memaafkan kesalahan orang lain kepadanya, serta bersikap tawadhu dan tidak meremehkan orang lain. Perhatikanlah sifatsifat dan kepribadian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, niscaya ketiga sifat ini akan kita temukan dalam diri beliau. alAhzab 21 Di samping menyeru kepada persatuan umat Islam di atas kebenaran maka Islam juga menyerukan perkaraperkara yang menjadi perantara atau sebab terwujudnya hal itu. Di antaranya adalah dengan menganjurkan 3 hal di atas suka bersedekah yang wajib ataupun yang sunnah, suka memaafkan, dan bersikap rendah hatitawadhu. Sesungguhnya, kalau kita mau mencermati kondisi kita di jaman ini yang diwarnai dengan kekacauan serta fitnah yang timbul di medan dakwah, akan kita dapati bahwa kebanyakan di antara kita barangkali amat sangat kurang dalam menerapkan ketiga hal tadi. Akibat sulit memaafkan, permusuhan yang tadinya hanya bersifat personal pun akhirnya melebar menjadi permusuhan kelompok. Masingmasing pihak ingin menang sendiri dan berat mendengarkan pandangan atau argumentasi saudaranya. Kalau seperti itu caranya, ya tidak akan pernah ketemu Bisa jadi ini hanya sekedar analisa, namun tidak kecil kemungkinannya itu merupakan realita yang ada, wallahul mustaan. Padahal, nasehat yang didengarnya belum lagi meresap ke dalam akal sehatnya. Karena merasa dirinya telah dilecehkan dia pun berkata kepada temannya, Saya juga punya kritikan kepadamu. Kamu itu begini dan begitu Wahai saudaraku semoga Allah merahmatimu marilah kita bersamasama berlatih untuk menerima kritik dan nasehat dengan lapang dada lihat wasiat ke31 bagi penuntut ilmu, dalam Maalim fi Thariq Thalabil Ilm, hal.
Doa Hasan Al-Bashri Ketika Mendengar Teman Melahirkan
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/mendengar-teman-melahirkan/
Ketika kita mengetahui saudara, teman, dan tetangga melahirkan seorang anak, baik laki-laki atau perempuan, kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan dan keberkahan untuk orang tua dan anak yang baru dilahirkan tersebut. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi saw. senantiasa mendoakan anak yang baru lahir, baik ketika Fatimah melahirkan Hasan dan Husain maupun ketika istri-istri sahabat yang melahirkan. Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, dia berkata; Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi saw. Kemudian beliau memberinya nama Ibrahim, dan menahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau mengembalikannya kepadaku. Oleh karena itu, ketika Hasan Al-Bashri mendengar seseorang melahirkan, maka beliau mendoakan keberkahan sebagai berikut; Jaalahullahu mubarokan alaika wa ala ummati muhammadin shollahu alaihi wa sallam. Semoga Allah menjadikannya (anak yang dilahirkan) keberkahan atasmu dan atas umat Nabi Muhammad Saw. Doa ini berdasarkan riwayat Imam Al-Thabrani dalam kitab Al-Dua, dari Al-Sari bin Yahya, dia berkisah; : : : : Sesungguhnya seseorang yang bermajlis taklim dengan Hasan (Al-Bashri) mempunyai anak laki-laki yang baru lahir. Seorang lelaki memberinya selamat dengan berkata; Selamat, seorang kesatria untukmu. Hasan Al-Bashri berkata; Dan apa yang kau maksud bahwasanya ia adalah kesatria? Boleh jadi ia adalah tukang kayu, boleh jadi ia adalah penjahit. Orang itu berkata; Lantas apa yang sebaiknya kukatakan? Hasan Al-Bashri berkata; Katakanlah, Jaalahullahu mubarokan alaika wa ala ummati muhammadin shollahu alaihi wa sallam.
Ketika kita mengetahui saudara, teman, dan tetangga melahirkan seorang anak, baik lakilaki atau perempuan, kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan dan keberkahan untuk orang tua dan anak yang baru dilahirkan tersebut. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa Nabi saw. senantiasa mendoakan anak yang baru lahir, baik ketika Fatimah melahirkan Hasan dan Husain maupun ketika istriistri sahabat yang melahirkan. Disebutkan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Musa, dia berkata Ketika anakku lahir, aku membawanya ke hadapan Nabi saw. Kemudian beliau memberinya nama Ibrahim, dan menahnik dengan kurma lalu mendoakannya dengan keberkahan. Kemudian beliau mengembalikannya kepadaku. Oleh karena itu, ketika Hasan AlBashri mendengar seseorang melahirkan, maka beliau mendoakan keberkahan sebagai berikut Jaalahullahu mubarokan alaika wa ala ummati muhammadin shollahu alaihi wa sallam. Semoga Allah menjadikannya anak yang dilahirkan keberkahan atasmu dan atas umat Nabi Muhammad Saw. Doa ini berdasarkan riwayat Imam AlThabrani dalam kitab AlDua, dari AlSari bin Yahya, dia berkisah Sesungguhnya seseorang yang bermajlis taklim dengan Hasan AlBashri mempunyai anak lakilaki yang baru lahir. Seorang lelaki memberinya selamat dengan berkata Selamat, seorang kesatria untukmu. Hasan AlBashri berkata Dan apa yang kau maksud bahwasanya ia adalah kesatria Boleh jadi ia adalah tukang kayu, boleh jadi ia adalah penjahit. Orang itu berkata Lantas apa yang sebaiknya kukatakan Hasan AlBashri berkata Katakanlah, Jaalahullahu mubarokan alaika wa ala ummati muhammadin shollahu alaihi wa sallam.
Menjadi Istri dan Ibunda Tauladan – Bagian 3
https://radiomutiaraquran.com/2024/05/22/menjadi-istri-dan-ibunda-tauladan-bagian-3/
Manajemen Waktu Dalam menjalankan berbagai peran tersebut, kerapkali kaum wanita merasa kesusahan dalam membagi waktu antara mengurus yang satu dengan mengurus yang lain. Ia dituntut untuk bisa membagi waktunya dengan garis besar untuk beribadah pokok kepada Allah, memenuhi kebutuhan suami, memenuhi kebutuhan anak-anak, kemudian kebutuhan-kebutuhan yang lain. Dan prinsip utama dalam manajemen waktu adalah dengan skala prioritas. Kebutuhan kepada Allah merupakan priortias utama bagi setiap insan. Maka sebagai seorang wanita dalam rumah tangga, hendaknya tidak melalaikan shalat lima waktu, menuntut ilmu agama, puasa wajib, dan sebagainya. Sedangkan untuk kebutuhan yang lain, dapat diprioritaskan masing-masing sesuai dengan tugas dan kewajibannya. Pembagian waktu yang dapat saya sarankan kepada kaum wanita dalam menjalankan peran sebagi istri dan sebagai ibu adalah di waktu malam, jika suami meminta kita untuk memenuhi kebutuhannya di atas ranjang maka laksanakanlah jika tidak ada hal syar’i yang menghalanginya. Di pagi hari, jika suami hendak berangkat kerja maka penuhilah kebutuhannya, seperti membangunkan shalat malam, shalat subuh, memasak, dan sebagainya. Jika suami sedang kerja, maka penuhi kebutuhan anak-anak yang pokok seperti memandikan anak-anak, memberikan pembelajaran kepada anak-anak, mengajak tidur siang, dan sebagainya. Menurut saya pembelajaran kepada anak-anak meskipun mereka masih bayi atau belum sekolah sangatlah penting, misalnya dengan mendengarkan bacaan Al-Qur`an, mengajak bermain eksperimen sains, dan sebagainya. Jika anak masih bayi, dimana kebutuhannya belum terjadwal, maka penuhilah semampu Anda. Begitu juga dengan pekerjaan rumah, jika ada waktu senggang yang memungkinkan bagi Anda untuk mengerjakan perkerjaan rumah sendiri maka kerjakanlah. Percayalah bawa dikerjakan secara bertahap, sedikit demi sedikit akan sangat menguntungkan dibandingkan tidak dikerjakan sama sekali. Di siang hari, jika anak-anak sedang tidur maka hedaknya Anda juga dapat ikut tidur atau beristirahat sejenak. Apalagi jika anak Anda masih bayi, karena bayi akan begitu banyak begadang dan banyak kebutuhannya. Bentuklah pola tidur yang baik bagi  bayi Anda. Pendidikan Anak Salah satu peran penting seorang wanita adalah menjadi seorang ibu dimana seorang ibu memiliki peran penting dalam mendidik anak. Nah, apakah yang dimaksud dengan mendidik anak tersebut? Pendidikan harus kita ajarkan kepada anak kita adalah pendidikan tentang Islam. Pertama kali kita ajarkan kepada mereka tentang Tauhid, yaitu keesaan Allah. Karena tauhid merupakan ilmu pokok yang mendasari ilmu-ilmu lainnya. “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezhaliman yang (paling) besar.” (QS. Luqman : 13) Selain itu, yang harus kita utamakan untuk kita ajarkan kepada anak-anak kita adalah perkara ibadah serta Kitabullah dan Sunnatullah, yaitu Al-Qur`an dan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sehingga penting bagi kita untuk membuat metode-metode tertentu agar anak kita dalam mencintai dan belajar Al-Qur`an. Berikut rancangan aktivitas yang diterapkan dalam rangka menumbuhkan kecintaan Anak terhadap Al-Qur`an, antara lain: Ketika anak masih dalam kandungan, maka do’akanlah agar kelak ketika ia lahir ke dunia bisa menjadi generasi Islam yang cinta Al-Qur`an. Ketika ia lahir dan masih berusia sangat kecil sehingga belum mampu mendengar atau berbicara maka jangan terburu-buru mengajarkan Al-Qur`an, akan tetapi tetap biasakan anak-anak mendengar bacaan Al-Qur`an, entah didengarkan murattal Al-Qur`an atau diajak disamping kita saat kita sedang membaca Al-Qur`an. Ketika anak-anak sudah mempunyai kemampuan berbicara dan mendengar, usia masih balita, maka kita ubah metode pembelajaran Al-Qur`an yang kita lakukan. Yaitu dengan membacakan Al-Qur`an sedikit demi sedikit dan meminta sang anak untuk mengulangi atau menirukan apa yang kita bacakan. Dengan begitu anak akan terbiasa dan hafal dengan sendirinya. Ketika anak-anak telah memasuki masa yang sudah bisa untuk diajak lebih serius dalam belajar, saat usia SD misalnya, maka terapkan metode pembelajaran yang lebih serius lagi. Buatlah jadwal belajar Al-Qur`an dengan baik. Misalnya, pagi hari setelah shalat subuh ajak anak untuk menghafal Al-Qur`an sedikit demi sedikit. Dan di waktu sore, setelah shalat maghrib ajak anak untuk memurojaah hafalan Al-Qur`an. Semakin bertambah usia anak maka kuantitas dan kualitas membaca dan menghafal Al-Qur`an di atas dapat lebih ditingkatkan lagi. Dalam menjalankan berbagai program di atas, kerapkali kita akan menjumpai beberapa kendala yang dapat menghambat proses belajar anak. Kendala yang kerapkali menghambat rancangan kegiatan tersebut adalah : 1. Anak susah fokus dalam belajar Al-Qur`an. Solusinya adalah berilah pengertian yang baik kepada anak mengenai pentingnya belajar Al-Qur`an, bicarakan dengan menatap matanya secara langsung. Kemudian jauhkan hal-hal atau barang-barang yang dapat mengurangi kefokusan anak dalam belajar. Bisa juga dengan memberikan janji suatu imbalan kepada anak jika ia mampu belajar Al-Qur`an dengan baik. Tentu saja jika anak melakukan pembelajaran dengan baik maka jangan lupa untuk memberikan imbalan tersebut. 2. Anak cepat bosan atau suntuk dalam belajar Al-Qur`an. Solusinya adalah durasi pembelajaran jangan terlalu lama namun sesuaikan dengan kemampuan sang anak dalam menerima pembelajaran. Gunakan metode pembelajaran yang baik dan menarik agar anak tidak cepat bosan. Atau bisa juga dengan memberikan waktu istirahat sejenak agar otak anak dapat refresh sekejap dan dapat menampung kembali pembelajaran dengan baik Penutup Saudariku, seperti itulah gambaran wanita beserta rentetan peran yang harus ia pertanggungjawabkan. Begitu mulia dan indah penuh pengorbanan. Sesuatu yang tentu saja akan bernilai tinggi dan mendapakan imbalan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saudariku, jangan pernah lelah dan berputus asa dalam menjalankan setiap peran tersebut. Laksanakanlah ikhlas karena Allah. Semoga kita semua diberi perlindungan dan kekuatan oleh Allah agar dapat menjalankannya dengan baik. Semoga kita semua dipertemukan di surga-Nya kelak. Aamiin. Penulis: Ovi Aswara Ummu Aisyah Murajaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah Sumber
Manajemen Waktu Dalam menjalankan berbagai peran tersebut, kerapkali kaum wanita merasa kesusahan dalam membagi waktu antara mengurus yang satu dengan mengurus yang lain. Ia dituntut untuk bisa membagi waktunya dengan garis besar untuk beribadah pokok kepada Allah, memenuhi kebutuhan suami, memenuhi kebutuhan anakanak, kemudian kebutuhankebutuhan yang lain. Dan prinsip utama dalam manajemen waktu adalah dengan skala prioritas. Maka sebagai seorang wanita dalam rumah tangga, hendaknya tidak melalaikan shalat lima waktu, menuntut ilmu agama, puasa wajib, dan sebagainya. Di pagi hari, jika suami hendak berangkat kerja maka penuhilah kebutuhannya, seperti membangunkan shalat malam, shalat subuh, memasak, dan sebagainya. Jika anak masih bayi, dimana kebutuhannya belum terjadwal, maka penuhilah semampu Anda. Begitu juga dengan pekerjaan rumah, jika ada waktu senggang yang memungkinkan bagi Anda untuk mengerjakan perkerjaan rumah sendiri maka kerjakanlah. Percayalah bawa dikerjakan secara bertahap, sedikit demi sedikit akan sangat menguntungkan dibandingkan tidak dikerjakan sama sekali. Di siang hari, jika anakanak sedang tidur maka hedaknya Anda juga dapat ikut tidur atau beristirahat sejenak. Apalagi jika anak Anda masih bayi, karena bayi akan begitu banyak begadang dan banyak kebutuhannya. Pendidikan Anak Salah satu peran penting seorang wanita adalah menjadi seorang ibu dimana seorang ibu memiliki peran penting dalam mendidik anak. Nah, apakah yang dimaksud dengan mendidik anak tersebut Pendidikan harus kita ajarkan kepada anak kita adalah pendidikan tentang Islam. Pertama kali kita ajarkan kepada mereka tentang Tauhid, yaitu keesaan Allah. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sehingga penting bagi kita untuk membuat metodemetode tertentu agar anak kita dalam mencintai dan belajar AlQuran. Ketika ia lahir dan masih berusia sangat kecil sehingga belum mampu mendengar atau berbicara maka jangan terburuburu mengajarkan AlQuran, akan tetapi tetap biasakan anakanak mendengar bacaan AlQuran, entah didengarkan murattal AlQuran atau diajak disamping kita saat kita sedang membaca AlQuran. Ketika anakanak telah memasuki masa yang sudah bisa untuk diajak lebih serius dalam belajar, saat usia SD misalnya, maka terapkan metode pembelajaran yang lebih serius lagi. Buatlah jadwal belajar AlQuran dengan baik. Dan di waktu sore, setelah shalat maghrib ajak anak untuk memurojaah hafalan AlQuran. Kendala yang kerapkali menghambat rancangan kegiatan tersebut adalah 1. Bisa juga dengan memberikan janji suatu imbalan kepada anak jika ia mampu belajar AlQuran dengan baik. Atau bisa juga dengan memberikan waktu istirahat sejenak agar otak anak dapat refresh sekejap dan dapat menampung kembali pembelajaran dengan baik Penutup Saudariku, seperti itulah gambaran wanita beserta rentetan peran yang harus ia pertanggungjawabkan. Begitu mulia dan indah penuh pengorbanan. Saudariku, jangan pernah lelah dan berputus asa dalam menjalankan setiap peran tersebut. Semoga kita semua dipertemukan di surgaNya kelak. Penulis Ovi Aswara Ummu Aisyah Murajaah Ustadz Said Abu Ukasyah Sumber
Larangan Puasa pada Pertengahan Kedua Bulan Sya’ban
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/larangan-puasa-pada-pertengahan-kedua-bulan-syaban/
Syaikh Ibrahim al-Bajuri dalam kitabnya Hasyiyah al-Bajuri menghimpun hari-hari yang diharamkan berpuasa. Menurut beliau, sedikitnya ada lima hari yang diharamkan berpuasa dan dua di antaranya berada di bulan Syaban. Dua hari di bulan Syaban tersebut kiranya sangat penting untuk dijelaskan supaya diketahui bersama. Pertama: Al-Nisyf al-Tsani min Syaban (pertengahan kedua bulan Syaban). Maksud dari al-Nisyf al-Tsani min Syaban ini adalah setelah Nisyfu Syaban, dimulai dari tanggal 15 ke belakang. Larangan ini oleh Syaikh al-Bajuri didasarkan pada hadis yang ada di al-Sunan al-Tirmidzi, Abu Daud, Musnad Ahmad, dari Thariq bin al-Ala bin Abdirrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda: Jika Syaban sudah sampai pertengahan, janganlah kalian berpuasa Namun keharaman berpuasa di pertengahan kedua bulan Syaban ini harus memenuhi ketentuan-ketentuan berikut: pertama, sebelum al-Nisyf al-Tsani min Syaban tidak berpuasa, namun langsung mulai berpuasa pada hari pertengahan kedua bulan Syaban. Bila seperti ini maka tidak diperbolehkan berpuasa. Akan tetapi jika sebelum masuk al-Nisyf al-Tsani min Syaban berpuasa walaupun hanya sehari sebelumnya, maka diperbolehkan melanjutkan berpuasa sampai al-Nisyf al-Tsani min Syaban dan seterusnya, bahkan sampai masuk bulan Ramadhan. Kedua, puasa yang dilakukan sebelum al-Nisyf al-Tsani min Syaban dan kemudian puasanya dilanjutkan pada hari-hari setelahnya, maka puasanya tidak boleh batal di salah satu hari dari pertengahan kedua bulan Syaban tersebut. Apabila batal, maka haram melanjutkan puasa di hari-hari berikutnya. Misalnya; A berpuasa dari tanggal 14 bulan Syaban sampai tanggal 20, kemudian pada tanggal 21 tidak berpuasa, maka dia haram berpuasa pada tanggal 22 dan seterusnya. Ketiga, bukan karena melakukan puasa wajib. Apabila puasa wajib, seperti meng-qodho puasa Ramadhan, maka diperbolehkan berpuasa di al-Nisyf al-Tsani min Syaban. Keempat,berpuasa pada hari syak (hari yang meragukan). Hari Syak merupakan tanggal 30 Syaban dan ada keraguan sebab awal bulan Ramadhan yang belum terlihat hilalnya. Maka keraguan tentang terlihatnya hilal itulah yang dinamakan dengan hari syak. Keharaman berpuasa di hari syak ini berdasarkan hadis riwayat al-Nasai dari Ammar bin Yasir, dia berkata; Barangsiapa berpuasa pada hari yang meragukan, maka ia berarti telah mendurhakai Abul Qosim, yaitu Nabi Saw.. Meski begitu berpuasa pada hari meragukan ini dibolehkan jika untuk meng-qadha puasa Ramadhan atau bertepatan dengan kebiasaan puasanya seperti puasa Senin-Kamis atau puasa Daud.
Syaikh Ibrahim alBajuri dalam kitabnya Hasyiyah alBajuri menghimpun harihari yang diharamkan berpuasa. Menurut beliau, sedikitnya ada lima hari yang diharamkan berpuasa dan dua di antaranya berada di bulan Syaban. Dua hari di bulan Syaban tersebut kiranya sangat penting untuk dijelaskan supaya diketahui bersama. Pertama AlNisyf alTsani min Syaban pertengahan kedua bulan Syaban. Maksud dari alNisyf alTsani min Syaban ini adalah setelah Nisyfu Syaban, dimulai dari tanggal 15 ke belakang. Larangan ini oleh Syaikh alBajuri didasarkan pada hadis yang ada di alSunan alTirmidzi, Abu Daud, Musnad Ahmad, dari Thariq bin alAla bin Abdirrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Saw bersabda Jika Syaban sudah sampai pertengahan, janganlah kalian berpuasa Namun keharaman berpuasa di pertengahan kedua bulan Syaban ini harus memenuhi ketentuanketentuan berikut pertama, sebelum alNisyf alTsani min Syaban tidak berpuasa, namun langsung mulai berpuasa pada hari pertengahan kedua bulan Syaban. Bila seperti ini maka tidak diperbolehkan berpuasa. Akan tetapi jika sebelum masuk alNisyf alTsani min Syaban berpuasa walaupun hanya sehari sebelumnya, maka diperbolehkan melanjutkan berpuasa sampai alNisyf alTsani min Syaban dan seterusnya, bahkan sampai masuk bulan Ramadhan. Kedua, puasa yang dilakukan sebelum alNisyf alTsani min Syaban dan kemudian puasanya dilanjutkan pada harihari setelahnya, maka puasanya tidak boleh batal di salah satu hari dari pertengahan kedua bulan Syaban tersebut. Apabila batal, maka haram melanjutkan puasa di harihari berikutnya. Misalnya A berpuasa dari tanggal 14 bulan Syaban sampai tanggal 20, kemudian pada tanggal 21 tidak berpuasa, maka dia haram berpuasa pada tanggal 22 dan seterusnya. Ketiga, bukan karena melakukan puasa wajib. Apabila puasa wajib, seperti mengqodho puasa Ramadhan, maka diperbolehkan berpuasa di alNisyf alTsani min Syaban. Keempat,berpuasa pada hari syak hari yang meragukan. Hari Syak merupakan tanggal 30 Syaban dan ada keraguan sebab awal bulan Ramadhan yang belum terlihat hilalnya. Maka keraguan tentang terlihatnya hilal itulah yang dinamakan dengan hari syak. Keharaman berpuasa di hari syak ini berdasarkan hadis riwayat alNasai dari Ammar bin Yasir, dia berkata Barangsiapa berpuasa pada hari yang meragukan, maka ia berarti telah mendurhakai Abul Qosim, yaitu Nabi Saw Meski begitu berpuasa pada hari meragukan ini dibolehkan jika untuk mengqadha puasa Ramadhan atau bertepatan dengan kebiasaan puasanya seperti puasa SeninKamis atau puasa Daud.
Apa Sih Kaitannya al-Qur’an dengan Sastra?
https://www.harakatuna.com/apa-sih-kaitannya-al-quran-dengan-sastra.html
Harakatuna.com. Al-qur’an merupakan sebuah kitab suci yang diturunkan Allah swt, kepada seluruh umat-Nya melalui perantara Nabi Muhammad saw untuk disampaikan atau diajarkan sebagai pedoman hidup di dunia. Al-quran juga dipahami sebagai teks suci bermutakallim Ilahi, sehingga susunan kata dalam al-Qur’an tidak bisa disandingkan atau disebut dengan kata produk (Habibur Rahman, 2019). Sedangkan sastra yang kita kenal biasanya berkaitan mengenai sebuah karya, produk atau hasil cipta seseorang, dengan media bahasa yang indah dan menarik dengan bentuk tulisan maupun diungkapkan secara lisan. Seperti halnya puisi, novel, cerpen, drama, dll. Jika kita melihat KBBI, sastra dikenal sebagai suatu gaya bahasa. Dalam bangsa Arab sendiri, sastra dikenal sebagai uslub yang dapat menciptakan suatu keindahan dan kekaguman diantara pembaca maupun pendengar seperti halnya sebuah syair. Kemudian jika mengacu kepada pengertian tersebut, maka jelas sangat berbeda antara al-Qur’an dan juga sastra. Jadi apa kaitannya al-Qur’an dan juga sastra?. Sebelumnya kita perlu intip dulu sejarah mengenai turunnya al-Qur’an sebagai mukjizat, agar dapat kita jadikan sebagai referensi untuk mengetahui hubungan al-Qur’an dengan sastra. Dalam bukunya M.Quraish Shihab yang berjudul “ Mukjizat Al-qur’an” dijelaskan mengenai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw yaitu al-Qur’an. Mukjizat tersebut biasanya berdasar pada keadaan keahlian atau keunggulan kaumnya. Seperti halnya mukjizat yang dimiliki Nabi Musa a.s yaitu mengubah tongkat menjadi ular untuk mengalahkan ahli sihir terhebat pada waktu itu, yang mana masyarakat waktu itu sangat mengandalkan sihir. Dengan kata lain, Allah swt mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para utusan-Nya karena Dia mengetahui secara pasti kondisi atau keadaan umat (Sholahuddin Ashani 2015). Sedangkan mukjizat berupa al-Qur’an tersebut, berdasar karena masyarakat Arab pada masa jahiliyyah yang terkenal dengan keahliannya dalam menyusun syair-syair Arab yang begitu indah, serta kefasihan atau kecerdasan mereka dalam bahasa. Oleh karena itu, al-Qur’an juga di kenal sebagai i’jaz lughawi sebuah mukjizat dari sisi susunan bahasanya. Kemukjizatan dari segi bahasa ini bisa dibilang sebagia pokok kemukjizatan diantara i’jaz al-qur’an yang lainnya. Hal ini disebabkan susunan keindahan bahasa al-Qur’an yang selaras dengan maknanya, dapat menantang orang kafir quraisy untuk menciptakan karya yang serupa atau menandinginya (Mahyudin Ritonga, 2015). Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa qur’an yang dinilai istimewa dan unik ini juga menjadikan Allah swt turun tangan langsung, yaitu menjamin untuk menjaga dan memelihara keorisinilan dari sudut bahasa maupun isi kandungannya sebagaimana tertera dalam Qs. Al-Hijr ayat 9. Terjemah : Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. Sehingga ketika kaum quraish yang notabennya banyak sekali pujangga atau ahli sastra diberi tantangan untuk menciptakan hal serupa seperti al-Qur’an, tidak ada satu pun yang berhasil melewati tantangan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an yaitu: QS. al-Isra ayat: 88, QS. Hud ayat: 13-14, QS. Yunus ayat: 38. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa al-Qur’an diturunkan di tengah-tengah bangsa Arab, yang dikenal sebagai bangsa yang menguasai dalam keahlian bidang bahasa khususnya nilai bahasa sastra. Oleh karena, itu al-Qur’an dan sastra berkaitan karena struktur al-Quran yang bahasa arab sangat kaya akan mufradatnya dan memiliki uslub paling tinggi dibandingkan dengan bangsa lain. Selain itu, unsur Lughawi atau bahasa dalam al-quran memiliki keindahan tak hanya di bidang struktur lughawinya saja sehingga ahli sastra bangsa arab tidak mampu menciptakan sebuah karya yang dapat menandingi al-Quran. Karena bahasa al-Quran juga memiliki keserasian maknanya, tak hanya antara satu surat dengan surat lainnya, atau satu surat dengan ayat yang lain. Tapi, dalam bahasa al-quran juga dapat mempertautkan antara satu kata dengan kata lainnya yang menciptakan kesatuan serta keserasian antara huruf atau kata dengan kalimatmya maupun keserasian antara kalimat dengan maknanya. Sehingga ketika al-quran dibaca ataupun didengar dapat menjadikan seseorang merasakan perasaan tertarik pada orang yang membaca dan mendengarkan lantunan ayat al-Quran. Al-quran dan juga sastra yang dikenal juga dengan uslub di dalam bahasa arab, juga memiliki katerkaitan atau sebuah ikatan dalam bidang penafsiran. Hal ini berdasarkan karena al-Qur’an yang menggunakan bahasa arab, terkadang tidak jarang ditemui sebuah kata yang digunakan dalam al-Quran memiliki makna yang berbeda dengan makna yang dimengerti oleh bangsa arab pada waktu itu. Oleh karena itu, muncullah ragam disiplin keilmuan untuk mengungkapkan makna yang sulit dipahami dari ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca. Banyak sekali disiplin keilmuan yang berkembang untuk mengungkapkan atau menafsirkan makna yang ada dalam al-Qur’an diantaranya adalah dengan pengungkapan asbabun nuzul, munasabah ayat, linguistik sastra atau dikenal sebagai ( al-Uslub al-Adabi), dan lain sebagainya. Jadi kaitannya al-Qur’an dengan sastra juga berkaitan sebagai media atau pendekatan yang digunakan untuk mengungkapkan makna atau arti dalam kandungan ayat-ayat al-Qur’an. Khikmatun Nazillah, Pekalongan, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Alquran merupakan sebuah kitab suci yang diturunkan Allah swt, kepada seluruh umatNya melalui perantara Nabi Muhammad saw untuk disampaikan atau diajarkan sebagai pedoman hidup di dunia. Alquran juga dipahami sebagai teks suci bermutakallim Ilahi, sehingga susunan kata dalam alQuran tidak bisa disandingkan atau disebut dengan kata produk Habibur Rahman, 2019. Sedangkan sastra yang kita kenal biasanya berkaitan mengenai sebuah karya, produk atau hasil cipta seseorang, dengan media bahasa yang indah dan menarik dengan bentuk tulisan maupun diungkapkan secara lisan. Seperti halnya puisi, novel, cerpen, drama, dll. Jadi apa kaitannya alQuran dan juga sastra. Sebelumnya kita perlu intip dulu sejarah mengenai turunnya alQuran sebagai mukjizat, agar dapat kita jadikan sebagai referensi untuk mengetahui hubungan alQuran dengan sastra. Dalam bukunya M.Quraish Shihab yang berjudul Mukjizat Alquran dijelaskan mengenai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw yaitu alQuran. Mukjizat tersebut biasanya berdasar pada keadaan keahlian atau keunggulan kaumnya. Seperti halnya mukjizat yang dimiliki Nabi Musa a.s yaitu mengubah tongkat menjadi ular untuk mengalahkan ahli sihir terhebat pada waktu itu, yang mana masyarakat waktu itu sangat mengandalkan sihir. Dengan kata lain, Allah swt mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para utusanNya karena Dia mengetahui secara pasti kondisi atau keadaan umat Sholahuddin Ashani 2015. Oleh karena itu, alQuran juga di kenal sebagai ijaz lughawi sebuah mukjizat dari sisi susunan bahasanya. Kemukjizatan dari segi bahasa ini bisa dibilang sebagia pokok kemukjizatan diantara ijaz alquran yang lainnya. Pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa quran yang dinilai istimewa dan unik ini juga menjadikan Allah swt turun tangan langsung, yaitu menjamin untuk menjaga dan memelihara keorisinilan dari sudut bahasa maupun isi kandungannya sebagaimana tertera dalam Qs. Terjemah Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan AlQuran, dan pasti Kami pula yang memeliharanya. Sehingga ketika kaum quraish yang notabennya banyak sekali pujangga atau ahli sastra diberi tantangan untuk menciptakan hal serupa seperti alQuran, tidak ada satu pun yang berhasil melewati tantangan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa ayat dalam alQuran yaitu QS. Sehingga kita dapat mengetahui bahwa alQuran diturunkan di tengahtengah bangsa Arab, yang dikenal sebagai bangsa yang menguasai dalam keahlian bidang bahasa khususnya nilai bahasa sastra. Karena bahasa alQuran juga memiliki keserasian maknanya, tak hanya antara satu surat dengan surat lainnya, atau satu surat dengan ayat yang lain. Sehingga ketika alquran dibaca ataupun didengar dapat menjadikan seseorang merasakan perasaan tertarik pada orang yang membaca dan mendengarkan lantunan ayat alQuran. Alquran dan juga sastra yang dikenal juga dengan uslub di dalam bahasa arab, juga memiliki katerkaitan atau sebuah ikatan dalam bidang penafsiran. Oleh karena itu, muncullah ragam disiplin keilmuan untuk mengungkapkan makna yang sulit dipahami dari ayatayat alQuran yang dibaca. Khikmatun Nazillah, Pekalongan, Jurusan Ilmu AlQuran dan Tafsir
Tafsir Surat Al-Tahrim Ayat 6: Jaga dan Didik Keluargamu
https://islami.co/tafsir-surat-al-tahrim-ayat-6-jaga-dan-didik-keluargamu/
Salah satu ayat dalam al-Quran yang menegaskan adanya kewajiban tanggung terhadap keluarga adalah QS al-Tahrim ayat 6, quw anfusakum wa ahlikum nara (jagalah dirimu begitupun keluargamu dari siksa neraka). Ada ketegasan al-Quran bahwa peran keluarga menjadi penentu kebahagiaan. Quraish Shihab menyatakan, ayat ini mengingatkan bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Tak salah, kita sering mendengarkan istilah baiti jannati (rumahku adalah surgaku). Mengapa rumah itu menjadi gambaran surga? Karena apa yang terdengar oleh anak dan keluarga, apa yang disaksikan salah satu penentu yang bisa mengantarkan mereka merasakan surga. Kiranya logis, sebab satu hal yang pasti menjamin kebahagiaan dalam hidup jika kebaikan selalu terdengar oleh dua telinga. mulut terucap dengan santun, dan perilaku selalu membawa kenyamanan buat orang lain. Itulah hakikat surga di dunia. Bunda Teresa (Biarawati Katolik) pernah mengatakan apa yang kamu bisa lakukan untuk menyuarakan perdamaian dunia? Pulanglah dan cintai keluargamu (what can you do to promote world peace? Go home and love four family .Sebuah pesan yang mengisyaratkan keluarga sebagai pilar awal untuk menyuarakan kasih sayang dan perdamaian, jika dalam keluarga saja gagal menciptakan kebaikan dan cinta kasih, sebuh sinyal gagal pula menyuarakan kasih sayang pada semesta. Karena itu, keluarga jangan justru menjadi baiti naarii (rumahku tak ubahnya nerakaku) jika seorang ayah membiarkan saja anaknya jauh dari agama, ia bangga pada karier anaknya, padahal karier yang ia jalani tak sejalan dengan nilai agama, mereka tak diajarkan bagaimana mencintai Nabi SAW, padahal di antara kewajiban seorang bapak dan ibu pada anaknya, mengenalkan dan mengajarkan keteladanan Nabi SAW. Wahbah Zuhaili katakan allimuu (ajari mereka) wa addibuu (didiklah mereka), sebab keluarga tak sekedar ikatan biologis antara bapak ibu dengan anak. Tapi mengikat tanggung jawab dan amanah yang harus dijalankan. Maka Allah tegaskan jaga dirimu dan keluargamu dari neraka. Itu berarti jika mereka tak diajari, tak didik, lepas tanggung jawab, bisa saja mereka akan merasakan neraka. Minimal mereka tak punya kepastian hidup, sengsara dan tak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Sebab neraka yang paling dekat dengan urat nadi dalam hidup ini berupa kesengsaraan dan suasana kebatinan yang selalu hampa. Alasan itulah, mengantar pada sebuah pertanyaan mengapa penting menjaga keluarga bahkan ia dianggap pilar kekuatan ummat? Pertama, tak ada warisan yang paling berharga dan berarti bagi seorang ibu dan bapak, kecuali ia mampu melahirkan dan mendidik keturunan yang baik. Sayangnya, mungkin tak sedikit (berarti banyak) dari orang tua yang lebih fokus menitipkan harta warisan sehingga ia mati matian mengumpulkan harta ketimbang mempersiapkan generasi, keturunan yang baik buat agama dan kemanusiaan setelah ia sudah tiada Sebab, warisan harta, itu akan menjadi rebutan keluarga, tapi keturunan yang baik akan menjadi rebutan untuk umat manusia. Bukankah? Investasi jangka panjang, rekening tabungan yang terus mengalir dihadapan Allah adalah titipan anak yang baik, bermanfaat karena mendoakan kedua orang tuanya, dan mereka membawa manfaat buat kehidupan orang lain? Kedua, keluarga adalah pilar kekuatan umat, karena peran keluarga bagian penting yang melanjutkan estafet manusia sebagai khalifah. Semua manusia ditugaskan menjadi khalifah, yang berarti semua punya kewajiban memelihara bumi, mencintai negeri sendiri dan membawa manfaat pada sesama. Sangat logis, mengapa ungkapan didiklah anakmu 25 tahun sebelum lahir? Ini sebagai penegasan, keluarga, kedua orang tua menjadi salah satu penentu untuk membawa dan menciptakan khalifah yang baik, memberi kemashlahatan dan membawa manfaat pada sesama. Alasan ini semakin kuat ketika Nabi SAW mengingatkan untuk memilih pasangan fadzh-far bi dzatin al din, taribat yadaaka (maka pilihlah, nikahilah perempuan yang baik agamanya, akhlaknya, engkau pasti bahagia dan beruntung). Pesan Nabi ini sangat masuk akal, sebab dari rahim perempuan yang baik agamanya, perempuan yang tulus dan lembut mendidik, akan melahirkan manusia terbaik al ummu madrasatul uulaa (dari seorang ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak) begitulah syair Arab. Semoga kita semua, menjadi bagian dari kelompok manusia yang mampu menjaga dan melahirkan keturunan yang membawa kebaikan pada kemajuan peradaban dan bangsa.
Salah satu ayat dalam alQuran yang menegaskan adanya kewajiban tanggung terhadap keluarga adalah QS alTahrim ayat 6, quw anfusakum wa ahlikum nara jagalah dirimu begitupun keluargamu dari siksa neraka. Ada ketegasan alQuran bahwa peran keluarga menjadi penentu kebahagiaan. Tak salah, kita sering mendengarkan istilah baiti jannati rumahku adalah surgaku. Mengapa rumah itu menjadi gambaran surga Karena apa yang terdengar oleh anak dan keluarga, apa yang disaksikan salah satu penentu yang bisa mengantarkan mereka merasakan surga. Kiranya logis, sebab satu hal yang pasti menjamin kebahagiaan dalam hidup jika kebaikan selalu terdengar oleh dua telinga. Bunda Teresa Biarawati Katolik pernah mengatakan apa yang kamu bisa lakukan untuk menyuarakan perdamaian dunia Pulanglah dan cintai keluargamu what can you do to promote world peace Go home and love four family .Sebuah pesan yang mengisyaratkan keluarga sebagai pilar awal untuk menyuarakan kasih sayang dan perdamaian, jika dalam keluarga saja gagal menciptakan kebaikan dan cinta kasih, sebuh sinyal gagal pula menyuarakan kasih sayang pada semesta. Tapi mengikat tanggung jawab dan amanah yang harus dijalankan. Maka Allah tegaskan jaga dirimu dan keluargamu dari neraka. Itu berarti jika mereka tak diajari, tak didik, lepas tanggung jawab, bisa saja mereka akan merasakan neraka. Minimal mereka tak punya kepastian hidup, sengsara dan tak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Alasan itulah, mengantar pada sebuah pertanyaan mengapa penting menjaga keluarga bahkan ia dianggap pilar kekuatan ummat Pertama, tak ada warisan yang paling berharga dan berarti bagi seorang ibu dan bapak, kecuali ia mampu melahirkan dan mendidik keturunan yang baik. Sayangnya, mungkin tak sedikit berarti banyak dari orang tua yang lebih fokus menitipkan harta warisan sehingga ia mati matian mengumpulkan harta ketimbang mempersiapkan generasi, keturunan yang baik buat agama dan kemanusiaan setelah ia sudah tiada Sebab, warisan harta, itu akan menjadi rebutan keluarga, tapi keturunan yang baik akan menjadi rebutan untuk umat manusia. Semua manusia ditugaskan menjadi khalifah, yang berarti semua punya kewajiban memelihara bumi, mencintai negeri sendiri dan membawa manfaat pada sesama. Pesan Nabi ini sangat masuk akal, sebab dari rahim perempuan yang baik agamanya, perempuan yang tulus dan lembut mendidik, akan melahirkan manusia terbaik al ummu madrasatul uulaa dari seorang ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak begitulah syair Arab.
Penjelasan Hukum tentang Mengqadha Puasa Orang Lain yang Masih Hidup
https://www.laduni.id/post/read/58794/penjelasan-hukum-tentang-mengqadha-puasa-orang-lain-yang-masih-hidup.html
PERTANYAAN : Assalamu alaikum wr wb. Mohon penjelasannya : Kalau seorang istri mempunyai hutang puasa, Apa boleh seorang suaminya membantu mengqada'nya (ikut berpuasa melunasinya) ? JAWABAN : Ibadah badaniyyah yang pelaksanaannya membutuhkan niat seperti sholat dan puasa ini tidak bisa untuk diwakilkan. Lihat Al Fiqh ala Madzahib al Arbaah, juz.3 hal.76, di Al Mausuah Asy Syamilah : Sedangkan Untuk permasalahan orang yang telah meninggal dunia yang masih mempunyai hutang puasa, perinciannya sebagai berikut : 1.Bila tidak ada kesempatan untuk mengqodlo' puasanya misal sebab sakit yang berkepanjangan hingga ia meninggal dunia, maka ia tidak punya beban Qodlo' puasa. 2.Bila sudah ada kesempatan tapi ia selalu menunda, sebelum mengqodlo' ia keburu meninggal dunia, maka wajib diganti dengan membayar fidyah bila si mayyit meninggalkan harta warisan. Dan ini pendapat mayoritas ulama'. Sedang menurut Qawl Qadimnya imam Syafii menyatakan ", penggantiannya dengan cara Ahli Warisnya atau walinya yang berpuasa atas nama si Mayyit. : : . : . : " " : . : " " . . Betul, tidak boleh... lihat kitab i'anatuttholibin .. ﻼﺓ ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻤﺎﺕ ﻣﻦ ﻋﺠﺰ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺑﻤﺮﺽ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﺎﻡ ﻋﻨﻪ ﻣﺎ ﺩﻡ ﺣﻴﺎ Sama, Tidak boleh. Lihat Roudhotuth Tholibin : : . . Wa'alaikum Salam Wr Wb. Mengqodhok Puasa orang yang masih hidup tidak Sah, disebutkan dalam kitab Asnaa al Mathalib bahwa tidak sah puasa bagi seseorang yang masih hidup tanpa ada perbedaan baik orang tersebut memiliki halangan atau tidak. Di dalam penjelasannya tentang menggantikan atau mengqodho' puasa bagi seseorang yang masih hidup yang dinukil di dalam Syarh Muslim, Bahwa mengqodhok puasa terhadap orang yang masih hidup menurut ijma’ tidak sah. Berbeda dengan mengqodhok puasanya orang meninggal. - : : - - : - - : : . : : . Fokus : dan ini Lagi Tambahan dari madzhab imam malik : 3 340 : Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
PERTANYAAN Assalamu alaikum wr wb. Mohon penjelasannya Kalau seorang istri mempunyai hutang puasa, Apa boleh seorang suaminya membantu mengqadanya ikut berpuasa melunasinya JAWABAN Ibadah badaniyyah yang pelaksanaannya membutuhkan niat seperti sholat dan puasa ini tidak bisa untuk diwakilkan. Lihat Al Fiqh ala Madzahib al Arbaah, juz.3 hal.76, di Al Mausuah Asy Syamilah Sedangkan Untuk permasalahan orang yang telah meninggal dunia yang masih mempunyai hutang puasa, perinciannya sebagai berikut 1.Bila tidak ada kesempatan untuk mengqodlo puasanya misal sebab sakit yang berkepanjangan hingga ia meninggal dunia, maka ia tidak punya beban Qodlo puasa. 2.Bila sudah ada kesempatan tapi ia selalu menunda, sebelum mengqodlo ia keburu meninggal dunia, maka wajib diganti dengan membayar fidyah bila si mayyit meninggalkan harta warisan. Dan ini pendapat mayoritas ulama. Sedang menurut Qawl Qadimnya imam Syafii menyatakan , penggantiannya dengan cara Ahli Warisnya atau walinya yang berpuasa atas nama si Mayyit. . . . . . Betul, tidak boleh lihat kitab ianatuttholibin ﻼﺓ ﻭﺧﺮﺝ ﺑﻤﺎﺕ ﻣﻦ ﻋﺠﺰ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻪ ﺑﻤﺮﺽ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﺼﺎﻡ ﻋﻨﻪ ﻣﺎ ﺩﻡ ﺣﻴﺎ Sama, Tidak boleh. Lihat Roudhotuth Tholibin . . Waalaikum Salam Wr Wb. Mengqodhok Puasa orang yang masih hidup tidak Sah, disebutkan dalam kitab Asnaa al Mathalib bahwa tidak sah puasa bagi seseorang yang masih hidup tanpa ada perbedaan baik orang tersebut memiliki halangan atau tidak. Di dalam penjelasannya tentang menggantikan atau mengqodho puasa bagi seseorang yang masih hidup yang dinukil di dalam Syarh Muslim, Bahwa mengqodhok puasa terhadap orang yang masih hidup menurut ijma tidak sah. Berbeda dengan mengqodhok puasanya orang meninggal. . . Fokus dan ini Lagi Tambahan dari madzhab imam malik 3 340 Sumber Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Hukum Memperpanjang Khutbah Jumat
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-memperpanjang-khutbah-jumat
Salah satu karaktristik shalat Jum’at yang berhubungan dengan bila dibandingkan dengan lainnya adalah di dalamnya terdapat khutbah sebelum pelaksanaan shalat. Dan kedudukan khutbah ini menjadi syarat sah shalat Jum’at, menurut pendapat jumhur ulama.Dan dari riwayat riwayat yang ada, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam senantiasa berkhutbah pada saat shalat Jum’at (sebelumnya) dan menjalankan . Dan tidak pernah sekalipun beliau shalat Jum’at tanpa khutbah. Dan karena ada khutbah inilah, maka shalat Jum’at dilaksanakan dua rakaat.Sebaliknya, ketika tidak ada khutbah maka shalat dilaksanakan empat rakaat dan dilakukan , dan itu tidak lagi disebut shalat Jum’at, tapi shalat Zhuhur. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal Salim, Pustakan al Tazkia Jakarta; 2/315 316) Larangan MemanjangkankhutbahDan dari praktek khutbah Jum’at yang sudah berjalan di tengah tengah umat sesuai dengan , ada satu cara yang menjadi sorotan karena memberatkan jama’ah, yaitu kadar khutbah yang panjang. Bahkan di Saudi Arabia, Kementrian Agama Kerajaan Saudi Arabi sampai mengeluarkan himbaun kepada para khatib agat tidak memanjang khutbahnya.Hal ini karena banyaknya aduan dari masyarakat yang mengeluhkan panjangnya khutbah sehingga dianggap mengganggu perekonomian walaupun terdapat . Terlebih terdapat hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam yang menganjurkan untuk memendekkan khutbah, bahkan hal ini menjadi tanda kefakihan seorang khatib.Abu al Mundzir al Saaididalam kitabnya Al Jumu’ah, Adab wa Ahkam, menyebutkan beberapa larangandalam khutbah. Beliau menempatkan pada urutan pertama, “Memanjangkan khutbahatau shalat sehingga memberatkan para makmum.”Begitu juga Syaikh Masyhurbin Hasan Aal Salman dalam kitabnya Akhtha’ al Mushalin menyebutkanbeberapa kesalahan khatib Jum’at, salah satunya memanjangkan khutbah danmemendekkan shalat. Menurut kedua ulama tersebut, memanjangkan khutbahmerupakan kesalahan yang sangat jelas berdasarkansabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,  “Sesungguhnya penjang shalat seseorang dankhutbahnya yang pendek menjadi tanda dari kedalaman pemahaman agamanya. Makapanjangkanlah shalat dan pendekkanlah khutbah. Sesungguhnya sebagian dari kata kataitu ada yang bisa menjadi sihir.” (HR. Muslim no. 866, Ahmad 4/263, al Darimino. 1556, dan lainnya dari Amar bin Yasir)Larangan ini didukung dengan praktek khutbah Nabishallallaahu ‘alaihi wasallam, seperti yang diriwayatkan dari Jabir binSamurah, ia berkata, ”Aku shalat bersamaNabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,ternyata shalat beliau itu sederhana (tidak penjang) dan khutbah beiau jugasederhana.”Dalam riwayat lain,“Beliau tidak memanjangkankhutbah pada hari Jum’at. Sesungguhnya khutbah beliau hanya ucapan ucapan yangpendek saja.” (HR. Muslim no. 866, Abu Dawud no. 1107, al Tirmidzi no. 507, al Nasaino. 3/110, dan Ibnu Majah no. 1106) Sesungguhnya ruh dari khutbahadalah nasihat yang baik dengan menggunakan bahasa yang lugas, ringkas, danjelas sehingga mudah dipahami oleh semua tingkatan manusia. Tidak menggunakanteori teori dan rumus rumus yang jelimet atau menggunakan sajak danparibahasa yang sulit dicerna otak sehingga malah membuat bingung.Karenanya kemampuanmenyampaikan khutbah dengan cara tadi menunjukkan kepahaman sang khatib tehadapdien.Sesungguhnya dalam urusan nasihat, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallamtelah memberikan contoh yang bagus, yaitu dengan memperhatiakn sikon (situasidan kondisi) serta meringankan. Dalam Shahihain dan lainnya dikisahkan adaseseorang yang berkata kepada Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu,“Wahai Abu Abdirrahman, aku senang kalau Anda memberi peringatan (nasihat)kepada kami setiap hari.” Lalu beliau menjawab, “Adapun yang menghalangikumelakukan itu bahwa aku tidak ingin membuat kalian bosan. Dan sesungguhnya akumengatur (tidak terus menerus setiap hari) waktu untuk kalian dalam memberikannasihat sebagaimana Rasulullah mengatur waktu untuk memberi nasihat kepada kamikarena khawatir membuat kami bosan.” (HR. Bukhari, Muslim, al Nasai, dan alTirmidzi)Anjuran MemendekkankhutbahDari ulasan di atas dapatditarik kesimpulan bahwa faidah memendekkan khutbah, kurang lebih ada duamacam:Pertama,supaya tidak membosankan.Kedua,lebih mudah dipahami dandiingat oleh siapa yang mendengarnya. Namun demikian, karena pemahaman dan kecerdasankhatib dalam menilai situasi dan kondisi mendorongnya untuk memanjangkankhutbah karena keadaan yang menuntutnya maka tidak apa apa.Diriwayatkan dengan shahihbahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah berkhutbah denganmembaca surat Qaaf dan al Mulk. Dan beliau membaca dengan tertil dan berhentipada setiap ayat, karenanya bisa dipastikan khutbah beliau saat itu cukuppanjang. Dari sini, hendaknya seorang khatib memperhatikan kondisi dan kebutuhanpara jama’ah. (Lihat Shahih Fiqih Sunnah, Abu Malik Kamal Salim, Pustakan al TazkiaJakarta; 2/321)Faidahmemendekkan khutbah:Pertama, supayatidak membosankan. Kedua, lebih mudah dipahami dan diingat oleh siapayang mendengarnya.KadarMemanjangkan ShalatSedangkan maksud darimemanjangkan shalat disyariatkan sesuai dengan khutbah, bukan secara mutlak.Dari situ, jika memanjangkan shalat malah memberatkan para makmum makadiharamkan, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah sangatmarah terhadap Mu’adz ketika dia memanjangkan bacaan saat mengimami manusiapada shalat Isya’. (Muttafaq a’laih)Hukum memperpanjang khutbah jumatKhotbah atau Khutbah Jumatsama dengan ceramah, tepatnya monolog, karena selama khotbah berlangsung jamaahtidak boleh berbicara. Khotbah bagian dari prosesi ibadah shalat Jumat. Khotibpun tidak boleh “ngebodor” (humor) jika sedang khotbah, beda denganceramah selain khotbah.Khotib yang khotbahnyalama, mungkin ia khilaf/lupa terhadap pesan Rasulullah Saw dan ”terlena” denganceramahnya sendiri. Rasulullah Saw memerintahkan para khotib untuk menyampaikankhotbah secara singkat dan memperpanjang bacaan (ayat Quran) dalam sholat.“Sesungguhnya lamanya shalat seseorangdan singkatnya khotbah itu adalah membuktikan mahirnya agama (kealiman)seseorang. Oleh karena itu, perpanjanglah shalat dan persingkatlah khotbah”(HR. Muslim)“Nabi Saw tidak memanjangkan nasihatnya padahari Jumat. Beliau hanya memberikan amanah amanah yang singkat dan ringkas” (H.R.Abu Dawud).Dalam perspektifkomunikasi, khususnya teknik public speaking, pembicaraan panjang–apalagi monoton dan tidak fokus, sangat tidak efektif, sulit dipahami, dantidak disukai audiens. Akibatnya, komunikasi pun bisa gagal; pesan tidak sampaikepada khalayak.Khotbah berlama lama bisa”mubazir” karena jamaah tidak sanggup menyerap materi yang disampaikan, bahkanmereka mengantuk dan bahkan tertidur. Ahli public speaking mengingatkan,“One of the worst mistakes you can make as a public speaker is talking toolong.” Kesalahan terburuk public speaker (penceramah, khotib) adalahberbicara terlalu lama.”Kesimpulannya, khotbah jumat sebaiknya ringkas sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan didukung teori publicspeaking yang efektif. Wallahu a’lam bish shawabi. Saran untuk khatib ketika khutbahKetika berkhutbah dantampil sebagai khatib, seorang juru dakwah harus mengikuti aturan yang telahdiatur oleh Islam. Aturan itu pada dasarnya diambil contoh sikap dan perbuatanNabi shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyampaikan khutbah Jumat.Berikut ini sejumlah kode etik yang perlu diperhatikan ketika menyampaikankhutbah dan berperan sebagai khatib:Khatib seyogyanya beraqidah benar dan lurusMemiliki kepribadian yang tenang dan berwibawaMemahami dengan baik hukum, syarat, rukun, hal halyang membatalkan, tata cara pelaksanaan dan hal hal yang membuat khutbah danshalat menjadi sempurna.Menggunakan bahasa baku, fasih bertutur kata,dan pandai mengungkapkan maksudnya agar orang yang mendengarkan pun kagum danmenerima nasihatnya. Seseorang bisa melatih dirinya agar orang tertarik dengankhutbahnya dan tetap menjaga hatinya agar tidak riya’.Menjaga diri agar tidak melakukan kesalahandalam mengungkapkan kebaikan dari segi sastra, bahasa, ilmiah, dan sejarah.Sehingga orang tidak menuduhnya kaku dalam berdakwah atau memahamipenjelasannya dengan pemahaman yang berseberangan.Isi khutbah harus disampaikan dengan jelas,sistematis, terususn rapi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, lugas,dan diterima oleh semua kalangan, baik yang terpelajar dan awam.Hendaknya seorang khatib tidak memperpanjangpenyampaian khutbah. Hendaknya khutbah disampaikan secara ringkas dan padat,agar para pendengar tidak merasa bosan, benci terhadap ilmu dan tidak maumendengar kebaikan.Mengutip hadis hadis sahih dan menjelaskanmaknanya sesuai dengan pemahaman ulama salaf (ulama ulama salih terdahulu darikalangan sahabat, tabi’in, dan sesudahnya pen.).Menjaga kemampuan daya tangkap para pendengardalam memahami pesan yang disampaikan, agar tidak salah paham.Tidak merasa khawatir dan takut kepada orangyang mendengar atau orang yang belajar dari pesan yang disampaikan oleh khatib.Seorang khatib hendaknya pandai membagi danmenempatkan isi khutbah dengan baik agar mudah dipahami oleh semua pendengar,baik masyarakat umum maupun kalangan terpelajar.Ketika menyampaikan khutbah, khatib selaindianjurkan untuk menyampaikan harapan harapan yang menimbulkan semangat,hendaknya ia menyampaikan ancaman terhadap perbuatan dosa yang dapat menimbulkanrasa takut dalam diri pendengar.Demikian yang dapatpenulis sampaikan, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Salah satu karaktristik shalat Jumat yang berhubungan dengan bila dibandingkan dengan lainnya adalah di dalamnya terdapat khutbah sebelum pelaksanaan shalat. Dan dari riwayat riwayat yang ada, bahwa Nabi shallallaahu alaihi wasallam senantiasa berkhutbah pada saat shalat Jumat sebelumnya dan menjalankan . Dan karena ada khutbah inilah, maka shalat Jumat dilaksanakan dua rakaat. Terlebih terdapat hadits Nabi shallallaahu alaihi wasallam yang menganjurkan untuk memendekkan khutbah, bahkan hal ini menjadi tanda kefakihan seorang khatib. Begitu juga Syaikh Masyhurbin Hasan Aal Salman dalam kitabnya Akhtha al Mushalin menyebutkanbeberapa kesalahan khatib Jumat, salah satunya memanjangkan khutbah danmemendekkan shalat. Makapanjangkanlah shalat dan pendekkanlah khutbah. Sesungguhnya sebagian dari kata kataitu ada yang bisa menjadi sihir. Dalam riwayat lain,Beliau tidak memanjangkankhutbah pada hari Jumat. Tidak menggunakanteori teori dan rumus rumus yang jelimet atau menggunakan sajak danparibahasa yang sulit dicerna otak sehingga malah membuat bingung. Dalam Shahihain dan lainnya dikisahkan adaseseorang yang berkata kepada Abdullah bin Masud radhiyallaahu anhu,Wahai Abu Abdirrahman, aku senang kalau Anda memberi peringatan nasihatkepada kami setiap hari. Lalu beliau menjawab, Adapun yang menghalangikumelakukan itu bahwa aku tidak ingin membuat kalian bosan. Kedua,lebih mudah dipahami dandiingat oleh siapa yang mendengarnya. Dan beliau membaca dengan tertil dan berhentipada setiap ayat, karenanya bisa dipastikan khutbah beliau saat itu cukuppanjang. KadarMemanjangkan ShalatSedangkan maksud darimemanjangkan shalat disyariatkan sesuai dengan khutbah, bukan secara mutlak. Muttafaq alaihHukum memperpanjang khutbah jumatKhotbah atau Khutbah Jumatsama dengan ceramah, tepatnya monolog, karena selama khotbah berlangsung jamaahtidak boleh berbicara. Beliau hanya memberikan amanah amanah yang singkat dan ringkas H.R.Abu Dawud. Akibatnya, komunikasi pun bisa gagal pesan tidak sampaikepada khalayak. Khotbah berlama lama bisamubazir karena jamaah tidak sanggup menyerap materi yang disampaikan, bahkanmereka mengantuk dan bahkan tertidur. Kesalahan terburuk public speaker penceramah, khotib adalahberbicara terlalu lama. Seseorang bisa melatih dirinya agar orang tertarik dengankhutbahnya dan tetap menjaga hatinya agar tidak riya. Menjaga diri agar tidak melakukan kesalahandalam mengungkapkan kebaikan dari segi sastra, bahasa, ilmiah, dan sejarah. Isi khutbah harus disampaikan dengan jelas,sistematis, terususn rapi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, lugas,dan diterima oleh semua kalangan, baik yang terpelajar dan awam. Mengutip hadis hadis sahih dan menjelaskanmaknanya sesuai dengan pemahaman ulama salaf ulama ulama salih terdahulu darikalangan sahabat, tabiin, dan sesudahnya penMenjaga kemampuan daya tangkap para pendengardalam memahami pesan yang disampaikan, agar tidak salah paham. Tidak merasa khawatir dan takut kepada orangyang mendengar atau orang yang belajar dari pesan yang disampaikan oleh khatib.
3974. MENGHIDUPKAN MALAM HARI RAYA DENGAN SHALAT
https://www.piss-ktb.com/2015/03/3974-menghidupkan-malam-hari-raya.html
PERTANYAAN : > Aldi Rizky Setiawan Assalamualaikkum.Bila Kita melakukan Sholat Malam saat Malam Takbiran (Idul Fitri) Bagaimana & Apa Hukum nya ? Terima Kasih:-). JAWABAN : > Mas Hamzah Menghidupkan malam dua hari raya dengan melaksanakan sholat atau selainnya dari kata'atan2 termasuk sunnah berdasarkan hadis abi umamah dari nabi shollallohu alaihi wasallam:" barang siapa menghidupkan malam dua hari raya maka hatinya tdk mati padahari matinya hati "dan juga berdasarkan hadis2 lainnya. - kitab majmu' syarah muhadzab (5/36) : ( ) { } : " { } , , ... , , , .................. ) ) - kitab mugnil muhtaj (1/591) ( { } : , Wallohu a'lam. (ALF)
PERTANYAAN Aldi Rizky Setiawan Assalamualaikkum.Bila Kita melakukan Sholat Malam saat Malam Takbiran Idul Fitri Bagaimana Apa Hukum nya Terima Kasih. JAWABAN Mas Hamzah Menghidupkan malam dua hari raya dengan melaksanakan sholat atau selainnya dari kataatan2 termasuk sunnah berdasarkan hadis abi umamah dari nabi shollallohu alaihi wasallam barang siapa menghidupkan malam dua hari raya maka hatinya tdk mati padahari matinya hati dan juga berdasarkan hadis2 lainnya. kitab majmu syarah muhadzab 536 , , , , , kitab mugnil muhtaj 1591 , Wallohu alam. ALF
Haram Berdzikir di Kamar Mandi, Benarkah?
https://islami.co/haram-berdzikir-di-kamar-mandi-benarkah/
Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk selalu mengingat atau dzikir kepada Allah SWT di setiap waktu dan di manapun kita berada. Namun ada satu tempat dan keadaan yang terlarang. Di tempat tersebut, kita dituntut untuk menjaga adab, terutama lisan kita untuk tidak mengucapkan kalimat-kalimat suci-Nya, yaitu kamar mandi. Seorang muslim tidak diperkenankan berdzikir secara lisan di kamar mandi. Menurut para ulama, kamar mandi merupakan tempat kotor, bahkan bisa disebut sebagai tempat bersarangnya setan. Hal ini dilarang dalam rangka mengagungkan Allah Taala. Meskipun demikian, tidak lantas kita mencari kesibukan lain seperti melamun. Syeikh Sabiq Muhammad al-Tihaimi dalam kitabnya yang berjudul Fiqh Sunnah menerangkan bahwa ketika seseorang berada di dalam kamar mandi tidaklah dilarang untuk mengingat atau berdzikir kepada Allah. Karena mengingat-Nya harus dilakukan di mana saja dan itu adalah perbuatan yang baik. Nabi Muhammad telah memberikan kita tauladan untuk selalu berdzikir dan mengingat Allah sepanjang waktu. Pendapat lain dalam konteks wudlu mengatakan bahwa lebih baik tidak mengucapkan asma-asma Allah di dalam kamar mandi. Syekih Abu Yazid Salamah menuturkan, dianjurkan untuk mengingat Allah sebelum memulai wudlu, yaitu sebelum memasuki kamar mandi dan setelah meninggalkannya. Menurut salah satu Dewan Ulama Senior al-Azhar Mesir ini, ada perbedaan pendapat beberapa ahli hukum yang meyakini bahwa asma Allah Taala boleh disebutkan secara sirr atau lirih. Salah satu argumentasinya adalah kisah Nabi Musa yang enggan berdzikir saat membuang hajat, kemudian Allah pun mengajarinya. Ini terekam dalam karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Al-Wabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib. Ibnu Qayyim menukil Imam al-Baihaqi yang menerangkan tentang keutumaan dzikir kepada Allah. Kisah Nabi Musa tersebut dikutip dari salah seorang sahabat di Madinah dari kalangan Yahudi yang akhirnya mualaf, Abdullah bin Salam. Ia menceritakan percakapan Nabi Musa— yang dikenal kalimullah, dengan Rabbnya terkait adab dalam berdzikir. Tuhanku, bentuk syukur apa yang Engkau kehendaki dari hambamu? tanya Nabi Musa. Allah kemudian menjawab, Lidahmu senantiasa basah menyebut asma-Ku. Namun kemudian Nabi Musa membalas jawaban Tuhannya, Tuhanku, aku sedang dalam kondisi tidak baik untuk berdzikir demi memuliakan-Mu,. Allah pun bertanya kepada hambanya yang kinasih Musa, Kondisi apakah itu wahai Musa? Yaitu saat aku junub, buang air besar, ataupun buang air kecil, jawab Musa as. Sekalipun demikian, (kamu harus tetap mengingat-Ku), terang Tuhan kepada Musa. Apa harus kubaca Ya Rabbi? Allah pun mengajarkan Musa kalimat dzikir yang perlu dibaca, terutama saat sedang buang hajat. Subhānaka wa bi hamdika, wa jannibniyal adzā. Wa subhānaka wa bi hamdika, fa qinil adzā, Yang artinya, Mahasuci Allah dan segala puji bagiMu, jauhkanlah aku dari penyakit. Mahasuci Engkau segala puji bagiMu lindungilah aku dari penyakit. Melihat penjelasan beberapa alim di atas, berdzikir di dalam kamar mandi bukanlah sebuah larangan yang berkonsekuensi hukum haram. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika sedang berada di dalam kamar mandi tetap menjaga adab sesuai dengan yang diajarkan oleh para guru dan ulama. Hendaknya tidak meninggalkan dzikir, doa, dan mengingat kepada Allah meskipun di kamar mandi dengan cara melafalkan di dalam hati. (AN)
Sebagai muslim, kita diperintahkan untuk selalu mengingat atau dzikir kepada Allah SWT di setiap waktu dan di manapun kita berada. Namun ada satu tempat dan keadaan yang terlarang. Di tempat tersebut, kita dituntut untuk menjaga adab, terutama lisan kita untuk tidak mengucapkan kalimatkalimat suciNya, yaitu kamar mandi. Hal ini dilarang dalam rangka mengagungkan Allah Taala. Meskipun demikian, tidak lantas kita mencari kesibukan lain seperti melamun. Syeikh Sabiq Muhammad alTihaimi dalam kitabnya yang berjudul Fiqh Sunnah menerangkan bahwa ketika seseorang berada di dalam kamar mandi tidaklah dilarang untuk mengingat atau berdzikir kepada Allah. Karena mengingatNya harus dilakukan di mana saja dan itu adalah perbuatan yang baik. Nabi Muhammad telah memberikan kita tauladan untuk selalu berdzikir dan mengingat Allah sepanjang waktu. Pendapat lain dalam konteks wudlu mengatakan bahwa lebih baik tidak mengucapkan asmaasma Allah di dalam kamar mandi. Menurut salah satu Dewan Ulama Senior alAzhar Mesir ini, ada perbedaan pendapat beberapa ahli hukum yang meyakini bahwa asma Allah Taala boleh disebutkan secara sirr atau lirih. Salah satu argumentasinya adalah kisah Nabi Musa yang enggan berdzikir saat membuang hajat, kemudian Allah pun mengajarinya. Ini terekam dalam karya Ibnu Qayyim alJauziyyah, AlWabilus Shayyib minal Kalimit Thayyib. Kisah Nabi Musa tersebut dikutip dari salah seorang sahabat di Madinah dari kalangan Yahudi yang akhirnya mualaf, Abdullah bin Salam. Ia menceritakan percakapan Nabi Musa yang dikenal kalimullah, dengan Rabbnya terkait adab dalam berdzikir. Tuhanku, bentuk syukur apa yang Engkau kehendaki dari hambamu tanya Nabi Musa. Allah kemudian menjawab, Lidahmu senantiasa basah menyebut asmaKu. Namun kemudian Nabi Musa membalas jawaban Tuhannya, Tuhanku, aku sedang dalam kondisi tidak baik untuk berdzikir demi memuliakanMu,. Wa subhānaka wa bi hamdika, fa qinil adzā, Yang artinya, Mahasuci Allah dan segala puji bagiMu, jauhkanlah aku dari penyakit.
Hukum Jual Beli Babi Dalam Islam dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-jual-beli-babi-dalam-islam
Hukum islam adalah sekumpulan aturan dan perintah dari Allah SWT sebagai pedoman kita umat muslim dalam mengatur perilaku kehidupan kita, salah satunya pula . Dalam seluruh aspeknya, Hukum islam adalah representasi pemikiran islam, manifestasi pandangan hidup islam, dan inti sari dari islam itu sendiri.Dalam islam, jual beli adalah suatu transaksi dengan menukar barang dan jasa, yang berakibat berpindahnya hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya sesuai dengan syariat / ketentuan islam. harus sesuai hukum islam yang berlaku, yang ini telah diatur oleh MUI.Babi sudah kita ketahui sebagai hewan yang haram untuk di konsumsi. Namun, di tengah-tengah kaum muslimin masih ada yang bersengaja ternak babi karena daging babi ini laris dijual. Bagaimana islam menyikapi hukum jual beli atau binatang ternak babi dalam islam? Bagaimana pandangan islam mengenai seorang muslim yang menjual babi? Dalam beberapa ayat Al Qur’an sudah disebutkan mengenai . Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. : 173). “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al Maidah: 3). “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 115). Ibnu Katsir rahimahullah berkata,“Begitu juga dilarang memakan daging babi baik yang mati dengan cara disembelih atau mati dalam keadaan tidak wajar. Lemak babi pun haram dimakan sebagaimana dagingnya karena penyebutan daging dalam ayat cuma menunjukkan keumuman (aghlabiyyah) atau dalam daging juga sudah termasuk pula lemaknya, atau hukumnya diambil dengan jalan qiyas (analogi).”Yang jelas haramnya babi adalah berdasarkan ijma’ atau kata sepakat ulama sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi rahimahullah. Penyusun Ahkamul Qur’an ini berkata, “Umat telah sepakat haramnya daging babi dan seluruh bagian tubuhnya. Dalam ayat disebutkan dengan kata ‘daging’ karena babi adalah hewan yang disembelih dengan maksud mengambil dagingnya. … Dan lemak babi termasuk dalam larangan daging babi.” (Ahkamul Qur’an, 1: 94).Jual Beli Daging BabiDalil sudah sangat tegas dalam hadits Jabir yang menunjukkan haramnya jual beli babi dan dagingnya. “Sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung.” (HR. Bukhari no. 2236 dan Muslim no. 4132).Sebagian ulama berkata haramnya babi adalah karena najisnya. Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa haramnya jual beli babi. Karena bagaimanapun hukum mengkonsumsi maupun menjual hewan yang sudah dijelaskan tetaplah haram hukumnya.
Hukum islam adalah sekumpulan aturan dan perintah dari Allah SWT sebagai pedoman kita umat muslim dalam mengatur perilaku kehidupan kita, salah satunya pula . Dalam seluruh aspeknya, Hukum islam adalah representasi pemikiran islam, manifestasi pandangan hidup islam, dan inti sari dari islam itu sendiri. Dalam islam, jual beli adalah suatu transaksi dengan menukar barang dan jasa, yang berakibat berpindahnya hak kepemilikan dari satu pihak ke pihak lainnya sesuai dengan syariat ketentuan islam. harus sesuai hukum islam yang berlaku, yang ini telah diatur oleh MUI.Babi sudah kita ketahui sebagai hewan yang haram untuk di konsumsi. Namun, di tengahtengah kaum muslimin masih ada yang bersengaja ternak babi karena daging babi ini laris dijual. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan diharamkan bagimu yang disembelih untuk berhala. Ibnu Katsir rahimahullah berkata,Begitu juga dilarang memakan daging babi baik yang mati dengan cara disembelih atau mati dalam keadaan tidak wajar. Lemak babi pun haram dimakan sebagaimana dagingnya karena penyebutan daging dalam ayat cuma menunjukkan keumuman aghlabiyyah atau dalam daging juga sudah termasuk pula lemaknya, atau hukumnya diambil dengan jalan qiyas analogi. Yang jelas haramnya babi adalah berdasarkan ijma atau kata sepakat ulama sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Arabi rahimahullah. Penyusun Ahkamul Quran ini berkata, Umat telah sepakat haramnya daging babi dan seluruh bagian tubuhnya. Dalam ayat disebutkan dengan kata daging karena babi adalah hewan yang disembelih dengan maksud mengambil dagingnya. Dan lemak babi termasuk dalam larangan daging babi. Ahkamul Quran, 1 94.Jual Beli Daging BabiDalil sudah sangat tegas dalam hadits Jabir yang menunjukkan haramnya jual beli babi dan dagingnya. Sesungguhnya, Allah dan RasulNya mengharamkan jual beli khamar, bangkai, babi, dan patung. Karena bagaimanapun hukum mengkonsumsi maupun menjual hewan yang sudah dijelaskan tetaplah haram hukumnya.
Menikmati Kajian Rutin yang Membahas Buku Sampai Selesai
https://muslim.or.id/46438-menikmati-kajian-rutin-yang-membahas-buku-sampai-selesai.html
Daftar Isi Saudaraku, mari kita kembalikan nikmatnya ilmu dan nikmatnya majelis ilmu serta berbahagia di majelis ilmu, yaitu dengan: 1. Belajar serius dan bersungguh-sungguh, bukan dengan terlalu banyak tertawa dan guyonan saja di majelis ilmu 2. Belajar dengan materi berisi ilmu berupa tauhid, aqidah, fikih, adab dan akhlak serta ilmu-ilmu ushul seperti bahasa arab, ushul fikh, ushul tafsir dan lain-lainnya. Bukan hanya berisikan cerita-cerita saja, motivasi-motivasi saja atau terlalu banyak politik praktis lalu lupa dengan tauhid dan aqidah 3. Mencatat dengan fokus dan rajin serta menyimpulkan ketika mencatat, bukan dengan hanya mendengar saja kemudian lupa, apalagi sibuk dengan urusan lain seperti terlalu sibuk memfoto ustadz dan keadaan sekitar kajian untuk di upluad, terlalu sibuk berbicara dengan teman sebelahnya dan lain-lain 4. Kajian rutin (misalnya sepekan sekali) menyelesaikan buku tertentu di depan ustadz/ulama yang menjelaskan buku tersebut, bukan hanya kajian tematik yang temanya tidak tetap (apalagi hanya pilih-pilih tema yang disukai saja) dan (maaf) kajian semau gue mau datang atau tidak datang terserah dia. Dia tidak pernah sekalipun punya keinginan belajar di kajian rutin padahal fasilitas ada. Baca Juga: Apapun Keadaanya, Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu Saudaraku, memang secara umum majelis ilmu adalah kenikmatan dan kebahagiaan. Di majelis ilmu lah kita merasakan manisnya iman dan kebahagiaan yang sejati. Majelis ilmu adalah taman surga, seseorang akan merasa tenang dan bahagia apabila berada di taman yang indah apalagi taman itu adalah surga. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang. Para sahabat bertanya,Apakah taman-taman surga itu? Beliau menjawab,Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir. [HR Tirmidzi, no. 3510, Ash Shahihah, no. 2562.] Baca Juga: Inilah Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Di Masjid Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa diserupai oleh sesuatupun, seandaikan tidak ada balasan pahala bagi hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang yang berdziki, maka hal itu [kenikmatan berdzikit saja, pent] sudah mencukupi, oleh karena itu majelis-majelis dzikir dinamakan taman-taman surga. [Al-Wabilush Shayyib hal. 81] Berikut kami membahas sedikit poin di atas: Majelis ilmu bukan tempatnya terlalu banyak tertawa dan guyon, tetapi tempat serius dan rendah hati memohon kepada Allah ilmu dan berkahnya. Boleh saja guyon dan bercanda, tapi tidak boleh terlalu banyak karena akan mengeraskan hati,. Sebagian orang HANYA suka pada kajian yang banyak bercanda dan guyonnya, mereka sangka itulah kajian ilmu yang nyaman dan enak. Perhatikan bagaimana majelis ilmu di zaman dahulu. Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyampaikan kisah Ahmad bin Sinan, ketika beliau berkata, Tidak ada seorangpun yang bercakap-cakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi. Pena tak bersuara. Tidak ada yang bangkit. Seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka berada dalam shalat. [Tadzkiratul Hufadz 1/242] Baca Juga: Catatlah Ilmu Ketika Di Majelis Ilmu Bukan berisikan hanya cerita-cerita saja, motivasi-motivasi saja atau terlalu banyak politik praktis lalu lupa dengan tauhid dan aqidah. Majelis ilmu berisi tentang ilmu agama, bukan urusan-urusan dunia atau sekedar motivasi dunia saja. Bukan dengan hanya mendengar saja kemudian lupa, apalagi sibuk dengan urusan lain seperti terlalu sibuk memfoto ustadz dan keadaan sekitar kajian untuk di upluad, terlalu sibuk berbicara dengan teman sebelahnya dan lain-lain. Ilmu tersebut dengan mencatatnya, ini adalah bimbingan dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam,beliau bersabda, Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya [Silsilah Ash-Shahiihah no. 2026] Bukan hanya kajian tematik yang temanya tidak tetap (apalagi hanya pilih-pilih tema yang disukai saja) dan (maaf) kajian semau gue mau datang atau tidak datang terserah dia. Dia tidak pernah sekalipun punya keinginan belajar di kajian rutin padahal fasilitas ada. Baca Juga: Menjadi Yang Terdepan Dalam Mendatangi Majelis Ilmu Saudaraku, ketika menghadiri kajian tematik kita akan merasakan lezatnya ilmu dan kebahagiaan ilmu, akan tetapi apabila tidak diikuti dengan menghadiri kajian rutin membahas buku, maka kajian tematik lama-kelamaan akan membosankan dan bisa jadi pemahamannya akan setengah-setengah. Perhatikan penjelasan Syaikh Muhammad Shalih bin Al-Utsaimin berikut, : . .. : Janganlah mempelajari buku sedikit-sedikit, atau setiap cabang ilmu sepotong-sepotong kemudian meninggalkannya, karena ini membahayakan bagi penuntut ilmu dan menghabiskan waktunya tanpa faidah, misalnya sebagian penuntut ilmu memperlajari ilmu nahwu, ia belajar kitab Al-Jurumiyah sebentar kemudian berpindah ke Matan Qathrun nadyi kemudian berpindah ke Matan Al-Alfiyah..demikian juga ketika mempelajari fikih, belajar Zadul mustaqni sebentar, kemudian Umdatul fiqh sebentar kemudian Al-Mughni kemudian Syarh Al-Muhazzab, dan seterusnya. Cara seperti Ini umumnya tidak mendapatkan ilmu, seandainya ia memperoleh ilmu, maka ia tidak memperoleh kaidah-kaidah dan dasar-dasar. [Kitabul ilmi syaikh Utsaimin hal. 39] Semoga kita bisa merasakan nikmatnya majelis ilmu yang sesungguhnya dan ketenangan yang membawa kepada kebahagiaan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya. [HR Muslim] Baca Juga: Mengapa Tidak Merasakan Ketentraman Hati Di Majelis Ilmu? Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata, Yang dimaksud dengan majelis-majelis dzikir adalah mencakup majlis-majlis yang berisi dzikrullah, dengan macam-macam dzikir yang ada (tuntunannya, Pent) berupa tasbih, takbir, dan lainnya. Juga yang berisi bacaan Kitab Allah Azza wa Jalla dan berisi doa kebaikan dunia dan akhirat. Dan menghadiri majelis pembacaan hadits Nabi, mempelajari ilmu agama, mengulang-ulanginya, berkumpul melakukan shalat nafilah (sunah) ke dalam majlis-majlis dzikir adalah suatu visi. Yang lebih nyata, majlis-majlis dzikir adalah lebih khusus pada majlis-majlis tasbih, takbir dan lainnya, juga qiraatul Quran saja. Walaupun pembacaan hadits, mempelajari dan berdiskusi ilmu (agama) termasuk jumlah yang masuk di bawah istilah dzikrullah Taala. [Fathul Bari, 11/212] Baca Juga: Demikian semoga bermanfaat @ Lombok, Pulau seribu masjid Penyusun: Raehanul Bahraen
Daftar Isi Saudaraku, mari kita kembalikan nikmatnya ilmu dan nikmatnya majelis ilmu serta berbahagia di majelis ilmu, yaitu dengan 1. Belajar serius dan bersungguhsungguh, bukan dengan terlalu banyak tertawa dan guyonan saja di majelis ilmu 2. Bukan hanya berisikan ceritacerita saja, motivasimotivasi saja atau terlalu banyak politik praktis lalu lupa dengan tauhid dan aqidah 3. Mencatat dengan fokus dan rajin serta menyimpulkan ketika mencatat, bukan dengan hanya mendengar saja kemudian lupa, apalagi sibuk dengan urusan lain seperti terlalu sibuk memfoto ustadz dan keadaan sekitar kajian untuk di upluad, terlalu sibuk berbicara dengan teman sebelahnya dan lainlain 4. Kajian rutin misalnya sepekan sekali menyelesaikan buku tertentu di depan ustadzulama yang menjelaskan buku tersebut, bukan hanya kajian tematik yang temanya tidak tetap apalagi hanya pilihpilih tema yang disukai saja dan maaf kajian semau gue mau datang atau tidak datang terserah dia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika kamu melewati tamantaman surga, maka singgahlah dengan senang. Para sahabat bertanya,Apakah tamantaman surga itu Beliau menjawab,Halaqahhalaqah kelompokkelompok dzikir. Baca Juga Inilah Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Di Masjid Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa diserupai oleh sesuatupun, seandaikan tidak ada balasan pahala bagi hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang yang berdziki, maka hal itu kenikmatan berdzikit saja, pent sudah mencukupi, oleh karena itu majelismajelis dzikir dinamakan tamantaman surga. Boleh saja guyon dan bercanda, tapi tidak boleh terlalu banyak karena akan mengeraskan hati,. Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyampaikan kisah Ahmad bin Sinan, ketika beliau berkata, Tidak ada seorangpun yang bercakapcakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi. Seakanakan di kepala mereka ada burung atau seakanakan mereka berada dalam shalat. Majelis ilmu berisi tentang ilmu agama, bukan urusanurusan dunia atau sekedar motivasi dunia saja. Ilmu tersebut dengan mencatatnya, ini adalah bimbingan dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam,beliau bersabda, Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya Silsilah AshShahiihah no. Dia tidak pernah sekalipun punya keinginan belajar di kajian rutin padahal fasilitas ada. Perhatikan penjelasan Syaikh Muhammad Shalih bin AlUtsaimin berikut, . Cara seperti Ini umumnya tidak mendapatkan ilmu, seandainya ia memperoleh ilmu, maka ia tidak memperoleh kaidahkaidah dan dasardasar. 39 Semoga kita bisa merasakan nikmatnya majelis ilmu yang sesungguhnya dan ketenangan yang membawa kepada kebahagiaan. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumahrumah Allah mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebutnyebut mereka di kalangan para malaikat di hadapanNya. Juga yang berisi bacaan Kitab Allah Azza wa Jalla dan berisi doa kebaikan dunia dan akhirat. Dan menghadiri majelis pembacaan hadits Nabi, mempelajari ilmu agama, mengulangulanginya, berkumpul melakukan shalat nafilah sunah ke dalam majlismajlis dzikir adalah suatu visi. Walaupun pembacaan hadits, mempelajari dan berdiskusi ilmu agama termasuk jumlah yang masuk di bawah istilah dzikrullah Taala. Fathul Bari, 11212 Baca Juga Demikian semoga bermanfaat Lombok, Pulau seribu masjid Penyusun Raehanul Bahraen
5 Cara Buat Anak Tahu Kebesaran Allah
https://www.eramuslim.com/hikmah/5-cara-buat-anak-tahu-kebesaran-allah/
Eramuslim – Hubungan manusia dengan alam dan sadar akan peran Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta akan memperkuat iman. Ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi stres dan kecemasan, termasuk bagi anak-anak. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 6 : Artinya : “Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.” Dalam ayat tersebut Allah memberitahu adanya tanda-tanda kebesaran-Nya dari semua apa yang diciptakan-Nya. Lalu bagaimana kita dapat memberikan tanda kebesaran Allah kepada anak-anak? Dilansir About Islam berikut caranya : Kunjungi Perkebunan Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, jarang sekali mengunjungi perkebunan atau pertanian. Biasanya mereka harus menempuh jarak ribuan mil untuk sampai di perkebunan atau pertanian. Jika kita membawa anak-anak kita melihat tanaman, sawah, serta hewan ternak mereka akan memahami keberkahan dari makanan. Allah menyebutkan tumbuh dan matinya tumbuh-tumbuhan dalam Alquran sebagai tanda Ketuhanan-Nya dan sarana untuk memperkuat keyakinan kita. Dalam surat Az-Zumar ayat 21 yang berbunyi : Artinya : “Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkan-Nya tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat.” Berkendara ke tempat pembuangan akhir (TPA) Sebagian besar dari kita akan membuang barang ke tempat sampah tanpa memikirkan ke mana perginya atau apa yang akan terjadi padanya. Kunjungi tempat TPA dan tunjukkan pada anak-anak, kemana sampah dibuang. Kemudian bicarakan tentang jumlah tempat pembuangan sampah di kota dan tempat-tempat lain di mana sampah kita dibuang. Anak-anak anda mungkin akan terkejut dengan banyaknya limbah yang dihasilkan manusia. Ingatkan mereka Allah memerintahkan manusia untuk tidak makan dan minum yang berlebihan. Tercantum dalam surat Al-Araf ayat 31 : Artinya : “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.” Cobalah menanam sesuatu Ajak anak anda untuk menanam bunga, sayuran, atau buah. Selain mengajari cara menanam, ini juga menjadi bekal solusi terhadap kondisi alam sekarang yang kekurangan pepohonan. Anak-anak akan merasakan pencapaian dan keheranan ketika mereka melihat usaha mereka menghasilkan sesuatu yang berharga. Ingatkan anak-anak anda, terlepas dari upaya manusia, Allah adalah satu-satunya yang memberikan hidup dan mati pada hal-hal yang ditanam manusia. Seperti yang disebutkan dalam Alquran surat An-Naml ayat 60 : Artinya : “Bukankah Dia (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air dari langit untukmu, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah? Kamu tidak akan mampu menumbuhkan pohon-pohonnya. Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran).” 4 . Kompos Pengomposan adalah cara paling pasti untuk menyaksikan siklus kehidupan yang telah Allah ciptakan. Anak-anak dapat dengan mudah melihat dan mengalami sampah yang mereka buang ke tanah dapat menghasilkan lebih banyak makanan. Pengomposan memberi anak-anak cara praktis untuk mengalihkan limbah dan melindungi lingkungan. Berjalan di alam Pergilah berjalan-jalan dengan anak-anak anda ke alam dan amati dengan cermat. Perhatikan ulat saat bergerak atau menghitung bagian daun maple. Bicaralah dan renungkan keajaiban dan keindahan ciptaan Allah. ROL
Eramuslim Hubungan manusia dengan alam dan sadar akan peran Allah dalam menciptakan seluruh alam semesta akan memperkuat iman. Ini juga merupakan salah satu cara untuk mengurangi stres dan kecemasan, termasuk bagi anakanak. Dalam ayat tersebut Allah memberitahu adanya tandatanda kebesaranNya dari semua apa yang diciptakanNya. Lalu bagaimana kita dapat memberikan tanda kebesaran Allah kepada anakanak Dilansir About Islam berikut caranya Kunjungi Perkebunan Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, jarang sekali mengunjungi perkebunan atau pertanian. Biasanya mereka harus menempuh jarak ribuan mil untuk sampai di perkebunan atau pertanian. Jika kita membawa anakanak kita melihat tanaman, sawah, serta hewan ternak mereka akan memahami keberkahan dari makanan. Dalam surat AzZumar ayat 21 yang berbunyi Artinya Apakah engkau tidak memperhatikan, bahwa Allah menurunkan air dari langit, lalu diaturnya menjadi sumbersumber air di bumi, kemudian dengan air itu ditumbuhkanNya tanamtanaman yang bermacammacam warnanya, kemudian menjadi kering, lalu engkau melihatnya kekuningkuningan, kemudian dijadikanNya hancur berderaiderai. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orangorang yang mempunyai akal sehat. Kemudian bicarakan tentang jumlah tempat pembuangan sampah di kota dan tempattempat lain di mana sampah kita dibuang. Ingatkan mereka Allah memerintahkan manusia untuk tidak makan dan minum yang berlebihan. Tercantum dalam surat AlAraf ayat 31 Artinya Wahai anak cucu Adam Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Cobalah menanam sesuatu Ajak anak anda untuk menanam bunga, sayuran, atau buah. Ingatkan anakanak anda, terlepas dari upaya manusia, Allah adalah satusatunya yang memberikan hidup dan mati pada halhal yang ditanam manusia. Apakah di samping Allah ada tuhan yang lain Sebenarnya mereka adalah orangorang yang menyimpang dari kebenaran. Kompos Pengomposan adalah cara paling pasti untuk menyaksikan siklus kehidupan yang telah Allah ciptakan. Anakanak dapat dengan mudah melihat dan mengalami sampah yang mereka buang ke tanah dapat menghasilkan lebih banyak makanan. Berjalan di alam Pergilah berjalanjalan dengan anakanak anda ke alam dan amati dengan cermat. Perhatikan ulat saat bergerak atau menghitung bagian daun maple.
Antara Berlebihan dan Merendahkan Orang Shalih (Bag. 1)
https://muslim.or.id/59958-antara-berlebihan-dan-merendahkan-orang-shalih-bag-1.html
Daftar Isi [lwptoc] Bismillah walhamdulillah, wash shalatu wassalamu ala rasulillah, amma badu. Orang saleh adalah orang yang taat kepada Allah Taala, yaitu orang yang melaksanakan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya. Berdasarkan syariat Islam, orang saleh terdiri dari dua tingkatan, yaitu: As-Saabiq bil khairat adalah orang yang bersegera dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kebaikan. Mereka inilah orang-orang yang memiliki dasar keimanan dan menyempurnakan keimanannya, baik dengan amal wajib maupun amal sunah (ahli kamal iman al-mustahab) [1]. Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunah, serta meninggalkan perkara yang haram, makruh, dan sebagian perkara yang mubah (halal). Tingkatan ini adalah tingkatan yang tertinggi dalam keimanan, yaitu tingkatan yang sampai pada derajat ihsan. Al-muqtasihid adalah orang-orang pertengahan yang memiliki dasar keimanan dan menyempurnakan keimanannya yang wajib (ahli kamal iman al-wajib), namun belum sampai derajat kesempurnaan iman yang sunah [2]. Tingkatan ini adalah tingkatan orang-orang yang melaksanakan kewajiban dan meninggalkan perkara haram, meninggalkan sebagian perkara yang sunah, dan melakukan sebagaian perkara yang makruh [3]. Dinamakan muqtashid karena tingkatannya pertengahan. Maksudnya tingkatan mereka di atas orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri (zhalim linafsih) dan di bawah as-saabiq bil khairat (orang yang bersegera dan bersungguh-sungguh melakukan kebaikan) [4]. Dengan demikian, yang disebut sebagai orang saleh secara syariat adalah tingkatan al-muqtashid dan tingkatan as-sabiq bil khairat [5]. Tingkatan al-muqtashid ini berada di bawah tingkatan as-sabiq bil khairat, sedangkan tingkatan as-sabiq bil khairat adalah tingkatan yang tertinggi dalam kesalehan. Dua tingkatan ini terdapat dalam firman Allah Taala, Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (QS. Faathir: 32) Baca Juga: Bagaimana Jalan Meraih Keshalihan Sedangkan satu tingkatan yang disebutkan dalam ayat ke-32 dalam surat Faathir di atas, namun tidak termasuk ke dalam golongan orang saleh adalah orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, yaitu zhalim linafsih. Mereka adalah orang-orang yang memiliki dasar keimanan, keislamannya sah, namun meninggalkan kewajiban atau mengerjakan perkara haram. Mereka adalah seorang muslim pelaku dosa besar (muslim fasiq). Untuk mengetahui siapa saja golongan yang bersikap salah (keliru) terhadap orang saleh, maka kita perlu mengetahui bagaimanakah batasan syariat Islam terkait hak orang saleh. Batasan syariat Islam terkait hak orang saleh adalah mencintainya sesuai dengan tingkatan keimananya, menghormatinya sewajarnya, membela mereka dalam kebenaran, mencontoh mereka dalam kebaikan, dan sikap selainnya yang diziinkan dalam syariat Islam. Dan jika orang saleh itu adalah Rasulullah (utusan Allah) Alaihis salam, maka umatnya wajib untuk mengambil syariat yang dibawa dan taat kepadanya Alaihis salam. Dalam bersikap terhadap orang saleh, manusia terbagi menjadi tiga golongan: Contoh sikap terhadap orang saleh yang berlebihan adalah menyanjungnya dengan melampui batas; membangun dan memberi lampu terhadap kuburnya; beribadah kepada Allah di sisi kuburnya; ngalap berkah dengan jasad dan peninggalannya; membela orang saleh tanpa melihatnya apakah dia benar atau salah; dan selainnya dari sikap yang melebihi batasan syariat Islam. Puncak sikap berlebihan terhadap orang saleh adalah dengan menyembahnya dan menuhankannya. Waliyadzu billah. Seperti batasan syariat Islam yang telah kami sebutkan di atas. Maksudnya adalah bersikap merendahkan orang saleh, tidak menghormatinya sesuai dengan kedudukannya, tidak mencintainya sesuai dengan kesalehannya, tidak membelanya saat berada pada pihak yang benar, atau tidak memenuhi hak-haknya sebagai orang saleh [6]. Baca Juga: Shalat Malam Adalah Kebiasaan Orang Shalih Sikap berlebihan terhadap orang saleh, dan sikap merendahkan (menelantarkan) hak-haknya adalah dua sikap yang sama-sama salah dan berbahaya, wajib bagi kita untuk menghindarinya. Bahkan sikap berlebihan terhadap orang saleh itu bisa menghantarkan kepada kekafiran. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Muhammad At-Tamimi Rahimahullah dalam Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullah alal abiid dalam bab yang berjudul, Bab (tentang) sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan agama Islam adalah (sikap) melampui batas terhadap orang saleh. Insyaallah, bab ini akan kita pelajari dalam serial artikel ini selanjutnya. Baca Juga: [Bersambung] Penulis: Said Abu Ukkasyah Artikel: Muslim.or.id Catatan Kaki: [1] [2] [3] Lihat Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah. [4] Lihat Tafsir Al-Qurthubi rahimahullah terhadap QS. Fathir: 32. [5] Lihat At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210. [6] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, karya Ustadz Abu Isa hafizhahullah, hal. 105-106 dan At-Tamhid, karya Syaikh Shalih Alu Asy-Syaikh rahimahullah, hal. 210-211.
Daftar Isi lwptoc Bismillah walhamdulillah, wash shalatu wassalamu ala rasulillah, amma badu. Orang saleh adalah orang yang taat kepada Allah Taala, yaitu orang yang melaksanakan perintahNya dan menghindari laranganNya. Tingkatan ini adalah tingkatan orangorang yang melaksanakan perkara yang wajib dan yang sunah, serta meninggalkan perkara yang haram, makruh, dan sebagian perkara yang mubah halal. Tingkatan ini adalah tingkatan yang tertinggi dalam keimanan, yaitu tingkatan yang sampai pada derajat ihsan. Almuqtasihid adalah orangorang pertengahan yang memiliki dasar keimanan dan menyempurnakan keimanannya yang wajib ahli kamal iman alwajib, namun belum sampai derajat kesempurnaan iman yang sunah 2. Dinamakan muqtashid karena tingkatannya pertengahan. Maksudnya tingkatan mereka di atas orangorang yang menganiaya diri mereka sendiri zhalim linafsih dan di bawah assaabiq bil khairat orang yang bersegera dan bersungguhsungguh melakukan kebaikan 4. Dengan demikian, yang disebut sebagai orang saleh secara syariat adalah tingkatan almuqtashid dan tingkatan assabiq bil khairat 5. Dua tingkatan ini terdapat dalam firman Allah Taala, Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orangorang yang Kami pilih di antara hambahamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. Mereka adalah orangorang yang memiliki dasar keimanan, keislamannya sah, namun meninggalkan kewajiban atau mengerjakan perkara haram. Dan jika orang saleh itu adalah Rasulullah utusan Allah Alaihis salam, maka umatnya wajib untuk mengambil syariat yang dibawa dan taat kepadanya Alaihis salam. Dalam bersikap terhadap orang saleh, manusia terbagi menjadi tiga golongan Contoh sikap terhadap orang saleh yang berlebihan adalah menyanjungnya dengan melampui batas membangun dan memberi lampu terhadap kuburnya beribadah kepada Allah di sisi kuburnya ngalap berkah dengan jasad dan peninggalannya membela orang saleh tanpa melihatnya apakah dia benar atau salah dan selainnya dari sikap yang melebihi batasan syariat Islam. Puncak sikap berlebihan terhadap orang saleh adalah dengan menyembahnya dan menuhankannya. Seperti batasan syariat Islam yang telah kami sebutkan di atas. Baca Juga Shalat Malam Adalah Kebiasaan Orang Shalih Sikap berlebihan terhadap orang saleh, dan sikap merendahkan menelantarkan hakhaknya adalah dua sikap yang samasama salah dan berbahaya, wajib bagi kita untuk menghindarinya. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syekh Muhammad AtTamimi Rahimahullah dalam Kitabut Tauhid alladzi huwa haqqullah alal abiid dalam bab yang berjudul, Bab tentang sebab kekafiran manusia dan sebab mereka meninggalkan agama Islam adalah sikap melampui batas terhadap orang saleh. Insyaallah, bab ini akan kita pelajari dalam serial artikel ini selanjutnya. Baca Juga Bersambung Penulis Said Abu Ukkasyah Artikel Muslim.or.id Catatan Kaki 1 2 3 Lihat Tafsir Ibnu Katsir rahimahullah. 4 Lihat Tafsir AlQurthubi rahimahullah terhadap QS. 5 Lihat AtTamhid, karya Syaikh Shalih Alu AsySyaikh rahimahullah, hal. 6 Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, karya Ustadz Abu Isa hafizhahullah, hal.
Jangan Marah
https://radiomutiaraquran.com/2018/08/18/jangan-marah/
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Berilah saya nasihat.” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan marah.” Lelaki itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, “Jangan marah.” (HR. Bukhari). Imam Nawawi rohimahulloh mengatakan, “Makna jangan marah yaitu janganlah kamu tumpahkan kemarahanmu. Larangan ini bukan tertuju kepada rasa marah itu sendiri. Karena pada hakikatnya marah adalah tabi’at manusia, yang tidak mungkin bisa dihilangkan dari perasaan manusia.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, “Apabila salah seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring.” (HR. Ahmad, Shohih) Dahulu ada juga seorang lelaki yang datang menemui Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan, “Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.” Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. Thobrani, Shohih) Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh juga mengatakan, “Bukanlah maksud beliau adalah melarang memiliki rasa marah. Karena rasa marah itu bagian dari tabi’at manusia yang pasti ada. Akan tetapi maksudnya ialah kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itulah anda bisa melihat kalau orang sedang marah maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang. Bahkan terkadang rambutnya ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Sehingga terkadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan.” Tips Menanggulangi Kemarahan Syaikh Wahiid Baali hafizhohulloh menyebutkan beberapa tips untuk menanggulangi marah. Diantaranya ialah: Membaca ta’awudz yaitu, “A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim”. Mengingat besarnya pahala orang yang bisa menahan luapan marahnya. Mengambil sikap diam, tidak berbicara. Duduk atau berbaring. Memikirkan betapa jelek penampilannya apabila sedang dalam keadaan marah. Mengingat agungnya balasan bagi orang yang mau memaafkan kesalahan orang yang bodoh. Meninggalkan berbagai bentuk celaan, makian, tuduhan, laknat dan cercaan karena itu semua termasuk perangai orang-orang bodoh. Syaikh As Sa’di rohimahulloh mengatakan, “Sebaik-baik orang ialah yang keinginannya tunduk mengikuti ajaran Rasul shollallohu ‘alaihi wa sallam, yang menjadikan murka dan pembelaannya dilakukan demi mempertahankan kebenaran dari rongrongan kebatilan. Sedangkan sejelek-jelek orang ialah yang suka melampiaskan hawa nafsu dan kemarahannya. Laa haula wa laa quwwata illa billaah” (lihat Durrah Salafiyah). Sumber: Buletin At-Tauhid Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi Sumber
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ada seorang lelaki berkata kepada Nabi shollallohu alaihi wa sallam, Berilah saya nasihat. Lelaki itu terus mengulangulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, Jangan marah. Larangan ini bukan tertuju kepada rasa marah itu sendiri. Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, Apabila salah seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring. Ahmad, Shohih Dahulu ada juga seorang lelaki yang datang menemui Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam dan mengatakan, Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka. Maka beliau shollallohu alaihi wa sallam bersabda, Jangan tumpahkan kemarahanmu. Karena rasa marah itu bagian dari tabiat manusia yang pasti ada. Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam. Oleh sebab itulah anda bisa melihat kalau orang sedang marah maka kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang. Bahkan terkadang rambutnya ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Sehingga terkadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan. Diantaranya ialah Membaca taawudz yaitu, Audzubillahi minasy syaithanir rajiim. Mengingat agungnya balasan bagi orang yang mau memaafkan kesalahan orang yang bodoh. Meninggalkan berbagai bentuk celaan, makian, tuduhan, laknat dan cercaan karena itu semua termasuk perangai orangorang bodoh. Syaikh As Sadi rohimahulloh mengatakan, Sebaikbaik orang ialah yang keinginannya tunduk mengikuti ajaran Rasul shollallohu alaihi wa sallam, yang menjadikan murka dan pembelaannya dilakukan demi mempertahankan kebenaran dari rongrongan kebatilan. Sedangkan sejelekjelek orang ialah yang suka melampiaskan hawa nafsu dan kemarahannya. Laa haula wa laa quwwata illa billaah lihat Durrah Salafiyah. Sumber Buletin AtTauhid Penulis Abu Mushlih Ari Wahyudi Sumber
Menyebarkan Rahasia Ranjang di Sosial Media dan Testimoni Obat Kuat
https://muslim.or.id/70834-menyebarkan-rahasia-ranjang-di-sosial-media-dan-testimoni-obat-kuat.html
Daftar Isi Dahulu kala, apabila seseorang ingin membicarakan hal-hal rahasia dan sensitif, mereka harus berkumpul dan bertemu. Akan tetapi, di zaman sosial media seperti ini, sangat mudah berbicara di berbagai grup sosial media. Salah satu pembicaraan yang dahulunya menjadi pembicaraan sensitif dan berbalut malu, namun sekarang menjadi pembicaraan terang-terangan dan menjadi konsumsi publik, adalah pembicaraan masalah seksual dengan detail sekali. Sampai-sampai menggambarkan sifat dan memancing orang yang membacanya untuk membayangkan, atau bahkan berangan-angan. Bisa jadi juga seorang suami atau istri membicarakan hal ini di grup sosial media dan menjadi konsumsi publik. Demikian juga yang mulai tren, penjualan obat kuat dan produk semacam ini. Testimoni produk ini seolah-olah menggambarkan dengan detail apa yang terjadi antara dia dan istrinya semalam. Hal ini tidak diperkenankan oleh syariat. Sebenarnya memberikan testimoni boleh-boleh saja asalkan memperhatikan aturan syariat. Dikhawatirkan menceritakan detail dan terperinci hal semacam ini akan menjerumuskan ke arah larangan menceritakan rahasia ranjang dalam syariat. Berikut sedikit pembahasan tentang hal ini. Terdapat beberapa hadis yang menyebutkan larangan menceritakan rahasia ranjang dan adegan-adegannya secara detail dan terperinci. Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri. Beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya termasuk orang yang kedudukannya paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang berhubungan dengan istrinya, kemudian dia menyebarkan rahasia ranjang mereka kepada orang lain. (HR. Muslim no. 1437) Dari sahabiyah Asma binti Yazid, beliau sedang berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para laki-laki dan perempuan sedang duduk-duduk. Lalu beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda, . : . : Mungkin ada seorang lelaki menceritakan apa yang diperbuatnya dengan istrinya dan mungkin ada seorang wanita menceritakan apa yang dilakukannya bersama suaminya. Orang-orang yang hadir terdiam. Maka aku menjawab, Iya demi Allah, wahai Rasulullah. Mereka para wanita melakukannya dan para lelaki pun melakukannya. Rasulullah bersabda, Jangan kalian lakukan itu! Sesungguhnya hal itu hanyalah seperti setan laki-laki bertemu setan perempuan di suatu jalan. Lalu ia menggaulinya sementara orang-orang menontonnya. (HR. Ahmad hasan lighairihi lihat Al-Adabuz Zifaaf) An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, Hadis tersebut menjelaskan larangan menyebarkan apa yang terjadi antara ia dan istrinya ketika berhubungan badan secara rinci dan (larangan menyebarkan) apa yang dirasakan oleh istri, baik berupa ucapan maupun perbuatan dan semisalnya. (Syarh An-Nawawi Ala Shahih Muslim, kitab Nikah bab 21) Syekh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah juga menjelaskan, ….. . Tidak boleh bagi suami menyebarkan rahasia ranjang dan tidak boleh pula bagi istri menyebarkan apa yang terjadi (rinciannya) ketika berhubungan badan … Tidak boleh menyebarkan dan menyembunyikan rahasia ini adalah amanah terbesar. [Syarh Bulugul Maram, Demikian juga wanita dilarang menyebarkan dengan gosip dan sebagainya karena terdapat perintah bagi wanita agar menjaga amanah rahasia di rumah suaminya dan termasuk rahasia tersebut adalah rahasia ranjang. Allah Taala befirman, Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). (QS. An-Nisa: 34) Baca Juga: Berapa Frekuensi Berhubungan Intim Suami-Istri Menurut Syariat? Semisal sedang meminta fatwa, sedang berobat atau sedang berhukum di hadapan qadhi, maka hendaknya sebisa mungkin menggunakan kata-kata yang tidak tegas. Tentu hal ini juga bukan konsumsi publik. Perhatikan hadis berikut. Aisyah radhiyallahu anha berkata, . : ( ) Sungguh seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang seseorang yang telah berjimak dengan istrinya kemudian tidak sampai ejakulasi (orgasme). Apakah keduanya diwajibkan mandi besar? Aisyah sedang duduk di situ. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sungguh saya telah melakukan hal yang sama, saya dan (istri) saya ini. Kemudian, kami berdua mandi besar. (HR. Muslim no. 350) Demikian juga hadis berikut, Diriwayatkan dari Ikrimah, : – – : . : : – – : … Bahwasanya seorang lelaki dari bernama Rifaah menalak (menceraikan) istrinya. Kemudian, wanita ini dinikahi Abdur Rahman bin Az-Zabir Al-Qurazhi. Baca Juga: Suami Menolak Ajakan Istri Berhubungan Intim Apakah Berdosa? Aisyah berkata, Dia (wanita tersebut) memiliki kerudung hijau. Dia mengadukan ke Aisyah, dan menampakkan kulitnya yang kehijauan (frigid). Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang, dan para wanita saling mendukung, Aisyah berkata, Aku belum pernah melihat wanita-wanita mukminah seperti ini. Sungguh kulitnya lebih hijau dibandingkan pakaiannya.' Ikrimah melanjutkan ceritanya, Ketika Abdur Rahman bin Az-Zabir mendengar bahwa istrinya melapor kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dia pun menyusul datang dengan membawa dua anak laki-lakinya dari istrinya yang lain. Untuk membuktikan, dia lelaki jantan. Wanita tersebut mengadukan suaminya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, Demi Allah, dia tidak membuat kesalahan kepadaku. Hanya saja, dia tidak punya sesuatu yang bisa memuaskanku, selain seperti ini. Dia pun memegang ujung kainnya. Maksud wanita ini adalah punya Abdurrahman loyo. Abdurrahman langsung menyanggah, Dia bohong! Demi Allah, wahai Rasulullah! Sungguh aku sudah benar-benar menggoyangnya seperti goyangnya bumi, tetapi dia durhaka (kepadaku). Dia masih ingin dengan Rifaah (mantan suaminya).' (HR. Bukhari no. 5825) Terkait hal ini Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan, Dari hadis tersebut didapatkan kesimpulan bolehnya membuka rahasia ranjang jika hilang apa yang menjadi sebab dilarangnya, yaitu bahaya yang muncul. Karena hukum asal rahasia (ranjang) adalah disembunyikan, kecuali ada faidahnya. (Fathul Bari, 11: 83) Demikian, semoga bermanfaat. Baca Juga: @ Lombok, Pulau Seribu Masjid Penulis: Raehanul Bahraen Artikel: www.muslim.or.id
Daftar Isi Dahulu kala, apabila seseorang ingin membicarakan halhal rahasia dan sensitif, mereka harus berkumpul dan bertemu. Salah satu pembicaraan yang dahulunya menjadi pembicaraan sensitif dan berbalut malu, namun sekarang menjadi pembicaraan terangterangan dan menjadi konsumsi publik, adalah pembicaraan masalah seksual dengan detail sekali. Sampaisampai menggambarkan sifat dan memancing orang yang membacanya untuk membayangkan, atau bahkan beranganangan. Bisa jadi juga seorang suami atau istri membicarakan hal ini di grup sosial media dan menjadi konsumsi publik. Demikian juga yang mulai tren, penjualan obat kuat dan produk semacam ini. Hal ini tidak diperkenankan oleh syariat. Sebenarnya memberikan testimoni bolehboleh saja asalkan memperhatikan aturan syariat. Berikut sedikit pembahasan tentang hal ini. 1437 Dari sahabiyah Asma binti Yazid, beliau sedang berada di sisi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para lakilaki dan perempuan sedang dudukduduk. Rasulullah bersabda, Jangan kalian lakukan itu Sesungguhnya hal itu hanyalah seperti setan lakilaki bertemu setan perempuan di suatu jalan. Lalu ia menggaulinya sementara orangorang menontonnya. Syarh AnNawawi Ala Shahih Muslim, kitab Nikah bab 21 Syekh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah juga menjelaskan, . Allah Taala befirman, Maka perempuanperempuan yang saleh adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka. Tentu hal ini juga bukan konsumsi publik. Apakah keduanya diwajibkan mandi besar Aisyah sedang duduk di situ. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, Sungguh saya telah melakukan hal yang sama, saya dan istri saya ini. 350 Demikian juga hadis berikut, Diriwayatkan dari Ikrimah, . Bahwasanya seorang lelaki dari bernama Rifaah menalak menceraikan istrinya. Baca Juga Suami Menolak Ajakan Istri Berhubungan Intim Apakah Berdosa Aisyah berkata, Dia wanita tersebut memiliki kerudung hijau. Sungguh kulitnya lebih hijau dibandingkan pakaiannya. Ikrimah melanjutkan ceritanya, Ketika Abdur Rahman bin AzZabir mendengar bahwa istrinya melapor kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dia pun menyusul datang dengan membawa dua anak lakilakinya dari istrinya yang lain. Hanya saja, dia tidak punya sesuatu yang bisa memuaskanku, selain seperti ini. Maksud wanita ini adalah punya Abdurrahman loyo. 5825 Terkait hal ini Ibnu Hajar AlAsqalani rahimahullah menjelaskan, Dari hadis tersebut didapatkan kesimpulan bolehnya membuka rahasia ranjang jika hilang apa yang menjadi sebab dilarangnya, yaitu bahaya yang muncul. Fathul Bari, 11 83 Demikian, semoga bermanfaat. Baca Juga Lombok, Pulau Seribu Masjid Penulis Raehanul Bahraen Artikel www.muslim.or.id
Nasehat Pemilu 2014
https://muslim.or.id/21103-nasehat-pemilu-2014.html
Daftar Isi Mengingat hari Rabu tanggal 9 April , negara Indonesia akan mengadakan hajatan besar yaitu Pemilu untuk memilih anggota dewan legislatif, yang akan disusul kemudian pemilu pada 9 Juli 2014 untuk memilih capres dan cawapres. Maka dengan bertawakkal kepada Allah, kami ingin menyampaikan beberapa point penting, yang kita berdoa kepada Allah agar menjadikan untaian kata nasehat ini ikhlas mengharapkan pahala Allah dan menginginkan kemaslahatan bagi para hamba: Sesungguhnya sistem demokrasi bertentangan dengan hukum Islam, karena: Hukum dan undang-undang adalah hak mutlak Allah. Manusia boleh membuat peraturan dan undang-undang selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah. Demokrasi dibangun di atas partai politik yang merupakan sumber perpecahan dan permusuhan, sangat bertentangan dengan agama Islam yang menganjurkan persatuan dan melarang perpecahan. Sistem demokrasi memiliki kebebasan yang seluas-luasnya tanpa kendali dan melampui batas dari jalur agama Islam. Sistem demokrasi, standarnya adalah suara dan asiprasi mayoritas rakyat, bukan standarnya kebenaran Al-Quran dan As-Sunnah sekalipun minoritas. Sistem demokrasi menyetarakan antara pria dan wanita, orang alim dan jahil, orang baik dan fasik, muslim dan kafir, padahal tentu tidak sama hukumnya. (catatan: Bacalah risalah Al-Adlu fi Syariah Islam wa Laisa fii Dimoqrotiyyah al-Mazumah oleh Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hlm. 36-44) Namun karena di kebanyakan negeri Islam saat ini –termasuk Indonesia- menggunakan sistem demokrasi yang kepemimpinan negeri ditentukan melalui pemilu, maka dalam kondisi seperti ini apakah kita ikut coblos ataukah tidak? Masalah ini diperselisihkan para ulama yang mutabar tentang boleh tidaknya, karena mempertimbangkan kaidah maslahat dan mafsadat. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh berpartisipasi secara mutlak seperti pendapat mayoritas ulama Yaman karena tidak ada maslahatnya bahkan ada madharatnya (catatan: Lihat Tanwir Zhulumat fi Kasyfi Mafasidi wa Subuhati Al-Intikhobat karya Syaikh Muhammad bin Abdillah al-Imam). Dan sebagian ulama lainnya berpendapat boleh untuk menempuh madharat yang lebih ringan seperti pendapat Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Ibnu Utsaimin dan lain-lain (catatan: Lihat penjelasan tentang perbedaan pendapat ulama dan argumen masing-masing dalam masalah ini di kitab Al-Intikhobat wa Akamuha fil Fiqih Islami hlm. 86-96 karya Dr. Fahd bin Shalih al-Ajlani, cet. Kunuz Isyibiliya, KSA), karena Apa yang tidak bisa didapatkan seluruhnya maka jangan ditinggalkan sebagiannya dan rabun itu lebih baik daripada buta. Maka seyogyanya bagi kita semua untuk bersikap arif dan bijaksana serta berlapang dada dalam menyikapinya. Marilah kita menjaga ukhuwwah islamiyyah (persaudaraan sesama Islam) dan menghindari segala perpecahan, perselisihan serta percekcokan karena masalah ijtihadiyyah seperti ini (catatan: Perlu diketahui bahwa para ulama kita yang membolehkan ikut mencoblos di Pemilu bukan berarti mendukung sistem demokrasi yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Sebagai contoh adalah Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, beliau termasuk ulama yang membolehkan jika kemaslahatan menuntut demikian, sekalipun begitu beliau memiliki sebuah risalah khusus yang mengkritisi sistem demokrasi yaitu Al-Adlu fi Syariah Islam wa Laisa fii Dimoqrotiyyah al-Mazumah, Keadilan itu Dalam Hukum Islam Bukan dalam Sistem Demokrasi). Alangkah indahnya ungkapan Imam Syafii kepada Yunus ash-Shadafi: Wahai Abu Musa, Apakah kita tidak bisa untuk tetap bersahabat sekalipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah?! (catatan: Dikeluarkan oleh adz-Dzahabi dalam Siyar Alam Nubala 3/3281, lalu berkomentar: Hal ini menunjukkan kesempurnaan akal imam Syafii dan kelonggaran hatinya, karena memang para ulama senantiasa berselisih pendapat.) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga pernah mengatakan: Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka banyak sekali jumlahnya. Seandainya setiap dua orang muslim yang berbeda pendapat dalam suatu masalah harus saling bermusuhan, maka tidak akan ada persaudaraan pada setiap muslim. Abu Bakar radhiallahu anhu dan Umar radhiallahu anhu saja—kedua orang yang paling mulia setelah Nabi shallallahu alaihi wa sallam—mereka berdua berbeda pendapat dalam beberapa masalah, tetapi keduanya tidak menginginkan kecuali kebaikan. (Majmu Fatawa 5/408. ) Bagi siapa yang memilih karena mempertimbangkan kaidah: Menempuh mafsadat yang lebih ringan. (catatan: Lihat kaidah ini dalam Al-Asybah wa Nadhoir hlm. 87 karya as-Suyuthi, Al-Asybah wa Nadhoir hlm. 89 karya Ibnu Nujaim, Al-Qowaid Al-Kulliyyah wa Dhowabith Al-Fiqhiyyah hlm. 183 oleh Dr. Muhammad Utsman Syubair, Al-Mufashol fi Al-Qowaid Al-Fiqhiyyah hlm, 369 karya Dr. Yaqub Ba Husain) Maka hendaknya bertaqwa kepada Allah dan memilih partai yang paling mendingan daripada lainnya atau memilih pemimpin yang lebih mendekati kepada kriteria pemimpin yang ideal dalam Islam yaitu al-Qowwiyyu al-Amin, yaitu memiliki skill lagi amanah (catatan: Perhatikan QS. Al-Qoshos: 26. Lihat pula penjelasannya dalam Qowaid Quraniyyah hlm. 109-113 karya Dr. Abdullah al-Muqbil dan as-Siyasah Asy-Syariyyah hlm. 29-31 karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah), juga tentunya yang memiliki perhatian agama Islam yang baik dan memberikan kemudahan bagi dakwah Ahli Sunnah wal Jamaah. Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin di manapun untuk menyibukkan diri dengan amal shalih di saat-saat seperti ini serta memperbaiki amal perbuatan kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Ibadah di saat fitnah seperti hijrah kepadaku. (HR. Muslim: 2948) Marilah kita memperbaiki diri dengan menuntut ilmu syari, meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, karena pemimpin sejati itu lahir dari rakyat yang sejati. Dahulu, dikatakan para ulama: Bagaimanapun keadaan kalian (rakyat), maka begitulah keadaan pemimpin kalian. (catatan: Ungkapan ini dijadikan sebagai judul sebuah risalah yang ditulis oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani al-Jazairi) Al-Kisah ada seorang khawarij yang datang menemui Ali bin Abi Thalib seraya berkata, Wahai khalifah Ali, mengapa pemerintahanmu banyak di kritik oleh orang tidak sebagaimana pemerintahannya Abu Bakar dan Umar?! Sahabat Ali Menjawab, Karena pada zaman Abu Bakar dan Umar yang menjadi rakyat adalah aku dan orang-orang yang semisalku, sedangkan rakyatku adalah kamu dan orang-orang yang semisalmu!! (Syarh Riyadhus Shalihin 2/36 oleh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin) Hendaknya kita semua tidak meremehkan peran dan kekuatan sebuah doa kepada Allah pada saat seperti ini. Marilah kita semua bersimpuh dan munajat kepada Allah, agar Allah memilihkan kepada kita pemimpin yang ideal dambaan Islam yang bersemangat membela agama dan peduli kepada rakyat, bukan para pemimpin yang hanya berambisi dengan jabatan dan tidak bertaqwa kepada Allah. Dahulu, Fudhail bin Iyadh mengatakan: Seandainya saya memiliki doa yang mustajab, maka saya tidak akan peruntukkan kecuali untuk pemimpin. (Al-Barbahari dalam Syarhu Sunnah hlm. 116-117 dan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 8/91-92) Sebagaimana kita berdoa kepada Allah agar menyelamatkan kita semua dari fitnah yang menyambar agama dan akal pada saat-saat seperti ini. Abdullah bin Amir bin Rabiah berkata: Tatkala manusia banyak mencela Utsman, maka ayahku (sahabat Amir bin Rabiah) melakukan sholat malam seraya berdoa: Ya Allah, jagalah diriku dari fitnah sebagaimana Engkau menjaga hamba-hamba-Mu yang shalih. Maka ayahku tidak keluar (karena sakit) kecuali ketika meninggal dunia. (Dikeluarkan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 1/178-179 dan Al-Hakim 3/358.) Hendaknya kita mewaspadai dan menjauhi percikan-percikan pemilu dan pelanggaran-pelanggaran terhadap agama; baik berupa perpecahan, fanatik partai dan golongan, menerima uang suap/sogok (catatan: Lihat penjelasan lebih rinci tentang masalah suap/sogok dalam Jarimah Risywah oleh Dr. Abdullah at-Thariqi), terutama serangan fajar karena hal itu diharamkan dalam agama dan terlaknat pelakunya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Allah melaknat pemberi suap dan yang disuap. Komite tetap fatwa dan penelitian keislaman kerajaan Arab Saudi telah menfatwakan haram pemberian dan penerimaan hadiah dari calon yang akan ikut pemilihan legislatif, fatwa no. 7245, yang ditanda tangani oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz (ketua), yang berbunyi: Soal: Apakah hukum Islam tentang seorang calon anggota legislatif dalam pemilihan yang memberikan harta kepada rakyat agar mereka memilihnya dalam pemilihan umum? Jawab: Perbuatan calon anggota legislatif yang memberikan sejumlah harta kepada rakyat dengan tujuan agar mereka memilihnya termasuk risywah (suap) dan hukumnya haram. (Fatawa Lajnah Daimah, jilid XXIII, hlm 541.) Demikian juga segala bentuk permusuhan dan perpecahan, sangat bertentangan dengan dalil-dalil agama Islam. Imam asy-Syaukani mengatakan: Persatuan hati dan persatuan barisan kaum muslimin serta membendung segala celah perpecahan merupakan tujuan syariat yang sangat agung dan pokok di antara pokok-pokok besar agama Islam. Hal ini diketahui oleh setiap orang yang mempelajari petunjuk Nabi yang mulia dan dalil-dalil Al-Quran dan sunnah. (Al-Fathur Robbani 6/2847-2848 oleh asy-Syaukani) Apapun hasilnya pemilu nanti dan siapapun yang menang dan terpilih sebagai pemimpin, maka marilah kita laksanakan kewajiban kita sebagai rakyat yaitu mendengar dan taat kepadanya sebagaimana ajaran Al-Quran dan sunnah, selagi tidak memerintahkan kepada maksiat. Jika memerintahkan kemaksiatan maka tidak boleh untuk didengar dan ditaati namun tetap kita tidak boleh memberontak kepemimpinannya. Aku wasiatkan kepada kalian dengan taqwa kepada Allah dan mendengar serta taat (kepada pemimpin) sekalipun dia adalah budak Habsyi (orang hitam) (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad 4/126-127, Abu Dawud 4607, Tirmidzi 2676, Ibnu Majah 42,43 dll, dishahihkan Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 2455) Wajib bagi seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) dalam perkara yang ia senangi dan ia benci kecuali apabila diperintah kemaksiatan. Apabila diperintah kemaksiatan maka tidak perlu mendengar dan taat. (HR. Bukhari 13/121, Muslim 3/1469) Marilah kita semua menjaga stabilitas keamanan negara dan menjaga emosi kita tatkala pilihan kita kalah, karena kemanan adalah sesuatu yang harus kita jaga bersama demi terjaganya nyawa, harta dan agama, lebih daripada hanya sekedar membela dan fanatik kepada pemimpin atau golongan tertentu. Para ulama mengatakan: Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi. (Al-Muwafaqot 6/123 karya asy-Syathibi) Marilah kita ingat selalu pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam agar kita menghindari segala kekacauan dan tidak terlibat/berkecimpung di dalamnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Akan terjadi fitnah, orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, orang yang berjalan lebih baik daripada yang berlari, barangsiapa yang mencari fitnah maka dia akan terkena pahitnya dan barangsiapa yang menjumpai tempat berlindung maka hendaknya dia berlindung. (HR. Bukhari 3601 dan Muslim 2776) Demikianlah beberapa nasehat penting yang ingin kami sampaikan. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala fitnah dan membimbing kita semua ke jalan yang diridhoi-Nya. Ya Allah berikanlah kepada kami pemimpin yang engkau cintai dan ridhoi untuk menegakkan agama-Mu dan membela hamba-hamba-Mu dari segala bentuk kezhaliman. Amiin. *** Penyusun: Ustadz Yusuf bin Mukhtar (penulis adalah pemimpin redaksi Majalah Al-Furqon, Gresik) Dikoreksi dan setujui oleh: Al-Ustadz Aunur Rafiq Ghufran, Lc. Al-Ustadz Ahmad Sabiq, Lc Artikel Muslim.Or.Id
Daftar Isi Mengingat hari Rabu tanggal 9 April , negara Indonesia akan mengadakan hajatan besar yaitu Pemilu untuk memilih anggota dewan legislatif, yang akan disusul kemudian pemilu pada 9 Juli 2014 untuk memilih capres dan cawapres. Maka dengan bertawakkal kepada Allah, kami ingin menyampaikan beberapa point penting, yang kita berdoa kepada Allah agar menjadikan untaian kata nasehat ini ikhlas mengharapkan pahala Allah dan menginginkan kemaslahatan bagi para hamba Sesungguhnya sistem demokrasi bertentangan dengan hukum Islam, karena Hukum dan undangundang adalah hak mutlak Allah. Manusia boleh membuat peraturan dan undangundang selama tidak bertentangan dengan AlQuran dan Sunnah. Sistem demokrasi memiliki kebebasan yang seluasluasnya tanpa kendali dan melampui batas dari jalur agama Islam. 3644 Namun karena di kebanyakan negeri Islam saat ini termasuk Indonesia menggunakan sistem demokrasi yang kepemimpinan negeri ditentukan melalui pemilu, maka dalam kondisi seperti ini apakah kita ikut coblos ataukah tidak Masalah ini diperselisihkan para ulama yang mutabar tentang boleh tidaknya, karena mempertimbangkan kaidah maslahat dan mafsadat. Sebagian ulama berpendapat tidak boleh berpartisipasi secara mutlak seperti pendapat mayoritas ulama Yaman karena tidak ada maslahatnya bahkan ada madharatnya catatan Lihat Tanwir Zhulumat fi Kasyfi Mafasidi wa Subuhati AlIntikhobat karya Syaikh Muhammad bin Abdillah alImam. 8696 karya Dr. Fahd bin Shalih alAjlani, cet. Kunuz Isyibiliya, KSA, karena Apa yang tidak bisa didapatkan seluruhnya maka jangan ditinggalkan sebagiannya dan rabun itu lebih baik daripada buta. Maka seyogyanya bagi kita semua untuk bersikap arif dan bijaksana serta berlapang dada dalam menyikapinya. Alangkah indahnya ungkapan Imam Syafii kepada Yunus ashShadafi Wahai Abu Musa, Apakah kita tidak bisa untuk tetap bersahabat sekalipun kita tidak bersepakat dalam suatu masalah catatan Dikeluarkan oleh adzDzahabi dalam Siyar Alam Nubala 33281, lalu berkomentar Hal ini menunjukkan kesempurnaan akal imam Syafii dan kelonggaran hatinya, karena memang para ulama senantiasa berselisih pendapat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah juga pernah mengatakan Adapun perselisihan dalam masalah hukum maka banyak sekali jumlahnya. 87 karya asSuyuthi, AlAsybah wa Nadhoir hlm. Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin di manapun untuk menyibukkan diri dengan amal shalih di saatsaat seperti ini serta memperbaiki amal perbuatan kita. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda Ibadah di saat fitnah seperti hijrah kepadaku. Dahulu, dikatakan para ulama Bagaimanapun keadaan kalian rakyat, maka begitulah keadaan pemimpin kalian. Marilah kita semua bersimpuh dan munajat kepada Allah, agar Allah memilihkan kepada kita pemimpin yang ideal dambaan Islam yang bersemangat membela agama dan peduli kepada rakyat, bukan para pemimpin yang hanya berambisi dengan jabatan dan tidak bertaqwa kepada Allah. 116117 dan Abu Nuaim dalam AlHilyah 89192 Sebagaimana kita berdoa kepada Allah agar menyelamatkan kita semua dari fitnah yang menyambar agama dan akal pada saatsaat seperti ini. Abdullah bin Amir bin Rabiah berkata Tatkala manusia banyak mencela Utsman, maka ayahku sahabat Amir bin Rabiah melakukan sholat malam seraya berdoa Ya Allah, jagalah diriku dari fitnah sebagaimana Engkau menjaga hambahambaMu yang shalih. Maka ayahku tidak keluar karena sakit kecuali ketika meninggal dunia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Allah melaknat pemberi suap dan yang disuap. Demikian juga segala bentuk permusuhan dan perpecahan, sangat bertentangan dengan dalildalil agama Islam. Hal ini diketahui oleh setiap orang yang mempelajari petunjuk Nabi yang mulia dan dalildalil AlQuran dan sunnah. AlFathur Robbani 628472848 oleh asySyaukani Apapun hasilnya pemilu nanti dan siapapun yang menang dan terpilih sebagai pemimpin, maka marilah kita laksanakan kewajiban kita sebagai rakyat yaitu mendengar dan taat kepadanya sebagaimana ajaran AlQuran dan sunnah, selagi tidak memerintahkan kepada maksiat. Jika memerintahkan kemaksiatan maka tidak boleh untuk didengar dan ditaati namun tetap kita tidak boleh memberontak kepemimpinannya. Para ulama mengatakan Kemaslahatan umum lebih didahulukan daripada kemaslahatan pribadi. AlMuwafaqot 6123 karya asySyathibi Marilah kita ingat selalu pesan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam agar kita menghindari segala kekacauan dan tidak terlibatberkecimpung di dalamnya.
Hukum Bayi Tabung Menurut Islam dan Dalilnya
https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bayi-tabung-menurut-islam
Bayi tabung atau dikenal juga sebagai pembuahan in vitro merupakan teknik pembuahan atau inseminasi yakni pembuahan sel telur di bagian luar tubuh wanita. Bayi tabung merupakan metode yang dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi masalah kesuburan atau tidak bisa memperoleh keturunan saat berbagai metode lain tidak berhasil untuk dilakukan.Hukum Bayi Tabung dan Inseminasi Dalam IslamAda beberapa hukum yang bekaitan dengan bayi tabung dan juga inseminasi buatan di dalam rahim menurut pandangan Islam, yakni:Mendatangkan Pihak Ketiga Sehingga HaramMetode bayi tabung dan juga inseminasi merupakan metode yang mempergunakan pihak ketiga selain dari suami dan istri dalam memanfaatkan sperma, sel telur atau rahim dan juga bisa dilaksanakan sesuah berakhir sebuah ikatan perkawinan. Dengan penggunaan pihak ketiga ini, maka metode bayi tabung dikatakan haram seperti pendapat banyak ulama mu’ashirin. Nadwah Al Injab fi Dhouil Islam yang merupakan sebuah musyawarah para ulama di Kuwait 11 sya’ban 1403 H [23 Maret tahun 1983] sudah berdiskusi mengenai bayi tabung ini dan menghasilkan keputusan. Musyawarah ini menghasilkan keputusan berhubungan dengan bayi tabung, hukumnya diperbolehkan secara syar’i apabila dilakukan antara suami dan istri, masih mempunyai ikatan suami istri dan bisa dipastikan jika tidak terdapat campur tangan lainnya.Akan tetapi, sebagian para ulama juga bersikap hati-hati dan tetap tidak memperbolehkan supaya tidak terjadi perbuatan yang terlarang. Ini akhirnya membulatkan kesepakatan jika hukum bayi tabung adalah haram apabila terdapat pihak ketiga yang ikut andil dalam mendonorkan sperma, sel telur, janin atau pun rahim.Menggunakan Rahim Wanita Lain Adalah HaramApabila metode dengan inseminasi buatan yang terjadi di luar rahim antara sperma dan sel telur dan ri suami istri sah akan tetapi fertilisasi atau pembuahan dilaksanakan pada rahim wanita lainnya yang merupakan istri kedua dari pemilik sperma, maka para ulama memiliki perbedaan pendapat dan lebih tepatnya tetap diharamkan sebab ada peran pihak ketiga dalam pelaksanaannya.Bayi Tabung Pada Masa ‘Iddah Hukumnya HaramApabila metode yang dilakukan yakni bayi tabung dan inseminasi sesudah wafat sang suami, maka para ulama juga memiliki perbedaan pendapat dan tetap mengharamkan sebab sang suami sudah wafat sehingga akan pernikahan juga sudah berakhir. Jika masa inseminasi dilakukan pada ‘iddah, maka ini menjadi pelanggaran karena saat berada dalam masa ‘iddah masih membuktikan rahim tersebut kosong.Artikel terkait:Diperbolehkan Dalam Ikatan Suami dan IstriApabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih berada dalam ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh kebanyakan ulama kontemporer sekarang ini. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni:Dilaksanakan atas ridho suami dan istri.Inseminasi akan dilaksanakan saat masih berada dalam status suami istri.Dilaksanakan sebab keadaan yang darurat supaya bisa hamil.Perkiraan dari dokter yang kemungkinan besar akan memberikan hasil dengan cara memakai metode tersebut.Aurat wanita hanya diperkenankan dibuka saat keadaan darurat dan tidak lebih dari keadaan darurat.Yang melakukan metode adalah dokter wanita atau muslimah apabila memungkinkan. Namun jika tidak, maka dilakukan oleh dokter wanita non muslim. Cara lain adalah dilakukan oleh dokter pria muslim yang sudah bisa dipercaya dan jika tidak ada pilihan lain maka dilakukan oleh dokter non muslim pria.Bayi Tabung Dengan Jenis Kelamin Sesuai KeinginanInseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan untuk menghasilkan anak dengan jenis kelamin yang sesuai dengan keinginan memiliki dua rincian yakni: Memiliki Tujuan Untuk Menyelamatkan Penyakit TurunanMemilih jenis kelamin bayi tabung sesuai keinginan bisa dilakukan apabila tujuannya untuk menyelamatkan penyakit turunan yakni apabila anak yang terlahir berjenis kelamin laki – laki atau perempuan, maka ini akan membuat janin dalam kandungan meninggal atau mewarisi penyakit turunan dari orang tua. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin dalam keadaan darurat seperti ini diperbolehkan.Tidak Diperbolehkan Jika Hanya Mengikuti KeinginanSementara itu, apabila pemilihan jenis kelamin anak ditentukan sesuai keinginan saat proses bayi tabung hanya berdasarkan keinginan pasangan tanpa hal yang darurat atau mendasar, maka hal ini tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan untuk mempunyai anak sebetulnya masih memungkinkan namun tetap tidak boleh keluar dari cara yang sudah dibenarkan yaitu dengan cara inseminasi alami. Ditambah lagi dengan inseminasi, ada beberapa pelanggaran yang sudah dilakukan sehingga hanya boleh keluar dari inseminasi alami apabila mengalami keadaan yang darurat saja.Artikel terkait: Alasan Diperbolehkan Bayi TabungAda juga beberapa alasan yang membuat metode bayi tabung dan juga inseminasi di luar lahir wanita diperbolehkan yaitu:Bayi tabung atau inseminasi buatan dilaksanakan karena sedang berobat.Mempunyai anak menjadi kebutuhan darurat sebab dengan tidak adanya keturunan, maka hubungan antara suami istri bisa mengalami keretakan karena sering terjadi perselisihan.Majma’ Al Fiqh Al Islami mengatakan jika kebutuhan istri yang tidak hamil dan juga keinginan sang suami akan keturunan dianggap sebagai tujuan yang syar’i sehingga bisa dilakukan dengan cara yang mubah yakni bayi tabung atau inseminasi buatan.Dalil Syar’i Dasar Hukum Mengharamkan Bayi TabungAda beberapa dalil syar’i yang menjadi landasan hukum utama sehingga menyatakan haram pada proses bayi tabung dan juga inseminasi buatan dengan cara donor.Surat Al-Isra ayat 70“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.Surat At-Tin ayat 4“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.Dari kedua ayat tersebut, memperlihatkan jika manusia sudah diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang memiliki keistimewaan melebihi dari makhluk Allah yang lainnya. Allah sendiri sudah memuliakan manusia, sehingga sudah sepantasnya manusia untuk juga menghormati martabatnya sendiri sekaligus menghirmati martabat sesama manusia. Bayi tabung atau inseminasi buatan yang dilakukan dengan cara donor mengartikan merendahkan harkat manusia yang disejajarkan dengan hewan yang di inseminasi.Artikel terkait:Hadits Nabi Mengenai Bayi Tabung“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)’’. [riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu Hibban]Ijtihad Ulama Mengenai Bayi TabungBerikut ini adalah pernyataan para tokoh ulama terkait melakukan proses bayi tabung, diantaranya:a. Majelis Ulama Indonesia [MUI]Dalam fatwa dinyatakan jika bayi tabung dengan sperma dan sel telur pasangan suami istri sah menurut hukum mubah diperbolehkan. Hal ini bisa terjadi karena masuk ke dalam ikhtiar yang didasari kaidah agama. Akan tetapi, para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri yang menggunakan rahim perempuan lain sebagai sarana dan ini adalah haram hukumnya.Para ulama menegaskan jika dikemudian hari, hal tersebut mungkin akan menimbulkan masalah sulit dan berkaitan dengan warisan. Dalam fatwanya, para ulama MUI juga membuat keputusan jika bayi tabung yang berasal dari sperma yang sudah dibekukan dari sumai yang sudah meninggal juga haram hukumnya sebab akan menimbulkan masalah berhubungan dengan penentuan nasab atau warisan.Sedangkan proses bayi tabung yang berasal dari sperma dan sel telur yang tidak berasal dari pasangan suami istri sah, maka fatwa MUI sudah secara tegas menyatakan jika hal ini adalah haram hukumnya dengan asalam status yang sama dengan hubungan kelamin lawan jenis di luar pernikahan sah atau zina.b. Nahdlatul Ulama [NU]Nu sudah membuat ketetapan fatwa berkaitan dengan masalah bayi tabung pada forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta tahun 1981 dengan 3 buah keputusan yakni:Keputusan PertamaApabila bayi tabung masuk ke dalam rahim wanita bukan berasal dari mani suami dan istri sah, maka bayi tabung tersebut adalah haram. Ini didasari dengan hadist Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, ““Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.Keputusan KeduaJika sperma bayi tabung milik suami istri sah namun cara mengeluarkannya tidaklah muhtaram, maka haram juga hukumnya. Mani muhtaram merupakan mani yang dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang syara’. Apabila mani yang dikeluarkan suami dibantu dengan tangan istri, maka juga masih diperbolehkan sebab istri menjadi tempat untuk melakukan hal tersebut.Keputusan KetigaJika mani pada bayi tabung merupakan mani suami istri yang dikelaurkan dengan ara muhtaram dan juga masuk dalam rahim istri, maka hukum bayi tabung tersebut adalah mubah atau diperbolehkan.Artikel terkait:Oleh karena masalah bayi tabung atau Athfaalul Anaabib tidak mempunyai hukum secara spesifik dalam Al Quran dan As Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik, maka untuk menyelesaikan permasalahan ini harus dikaji menurut hukum Islam yakni dengan memakai ijtihad yang sudah lazim digunakan para ahli ijtihad supaya bisa ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan juga jiwa Al Quran serta As Sunnah yang dijadikan sumber pokok hukum Islam.
Bayi tabung atau dikenal juga sebagai pembuahan in vitro merupakan teknik pembuahan atau inseminasi yakni pembuahan sel telur di bagian luar tubuh wanita. Akan tetapi, sebagian para ulama juga bersikap hatihati dan tetap tidak memperbolehkan supaya tidak terjadi perbuatan yang terlarang. Jika masa inseminasi dilakukan pada iddah, maka ini menjadi pelanggaran karena saat berada dalam masa iddah masih membuktikan rahim tersebut kosong. Artikel terkaitDiperbolehkan Dalam Ikatan Suami dan IstriApabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih berada dalam ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh kebanyakan ulama kontemporer sekarang ini. Namun, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakniDilaksanakan atas ridho suami dan istri. Perkiraan dari dokter yang kemungkinan besar akan memberikan hasil dengan cara memakai metode tersebut. Namun jika tidak, maka dilakukan oleh dokter wanita non muslim. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin dalam keadaan darurat seperti ini diperbolehkan. Surat AtTin ayat 4Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Allah sendiri sudah memuliakan manusia, sehingga sudah sepantasnya manusia untuk juga menghormati martabatnya sendiri sekaligus menghirmati martabat sesama manusia. Hal ini bisa terjadi karena masuk ke dalam ikhtiar yang didasari kaidah agama. Sedangkan proses bayi tabung yang berasal dari sperma dan sel telur yang tidak berasal dari pasangan suami istri sah, maka fatwa MUI sudah secara tegas menyatakan jika hal ini adalah haram hukumnya dengan asalam status yang sama dengan hubungan kelamin lawan jenis di luar pernikahan sah atau zina.b. Nahdlatul Ulama NUNu sudah membuat ketetapan fatwa berkaitan dengan masalah bayi tabung pada forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta tahun 1981 dengan 3 buah keputusan yakniKeputusan PertamaApabila bayi tabung masuk ke dalam rahim wanita bukan berasal dari mani suami dan istri sah, maka bayi tabung tersebut adalah haram. Mani muhtaram merupakan mani yang dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang syara.
Hukum Wanita Melahirkan di Bulan Ramadhan
https://dalamislam.com/hukum-islam/wanita/hukum-wanita-melahirkan-di-bulan-ramadhan
Wanita ialah sosok yang diciptakan Allah untuk memiliki kemampuan sebagai ibu, yakni dengan jalan mengandung dan melahirkan anak. Wanita dapat diberi anugrah oleh Allah berupa seorang calon bayi kapan saja sesuai kehendak Allah, ada yang diberi anugrah segera setelah melahirkan, ada pula yang menunggu bertahun tahun. semua itu hak mutlak Allah dan wajib diterima oleh manusia dengan kesabaran dan percaya bahwa hal tersebut adalah yang terbaik.Sering pula wanita melahirkan di bulan Ramadhan dan hal tersebut dianggap sebagai suatu kebaikan atau anugrah yang lebih mulia namun memiliki hutang puasa karena setelahnya mengalami masa nifas. Benarkan mengenai hal tersebut? untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai hukum wanita melahiran di bulan Ramadhan. Yuk simak selengkapnya hingga selesai.Hukum Wanita Melahirkan di Bulan Ramadhan Wanita yang melahirkan di bulan Ramadhan tentu akan mengorbankan puasanya dimana wanita yang melahirkan setelahnya mengalami masa nifas serta harus menyusui bayinya. menyatakan bahwa wanita tentu akan merasa berat jika harus berpuasa dimana proses melahirkan membutuhkan begitu banyak tenaga dan kekuatan serta wajib mendapat gizi bagus dan memiliki kondisi tubuh yang fit, sedangkan jika berpuasa kemungkinan akan merasa lemah di tubuhnya.Begitu juga dengan wanita nifas yang jelas tidak boleh berpuasa serta wanita menyusui yang kita tahu bahwa wanita menyusui memiliki nafsu makan dan nafsu minum yang lebih tinggi, serta wanita yang menyusui tentu tak boleh berada dalam kondisi lemah sebab bila hal itu terjadi akan berpengaruh pada pengeluaran ASI nya yang juga akan berpengaruh pada kelahiran bayinya, sebab itu mereka boleh menunda puasa dan mengganti puasa setelahnya. Hukum tersebut merupakan wujud .1. Menurut RasulullahHukum dan bagi wanita di bulan Ramadhan sudah diatur sejak jaman dahulu kala, Rasulullah pun pernah bersabda mengenai hal tersebut yakni sebagai berikut, “Sesungguhnya Allah memberikan keringanan (tidak) berpuasa dan setengah dari shalat bagi orang yang bepergian (safar). Dan Allah memberikan keringan (tidak) berpuasa bagi wanita yang hamil dan menyusui.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah).Dari hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita yang melahirkan di bulan Ramadhan tidak wajib berpuasa sebab memang berada dalam kondisi dimana ia membutuhkan banyak tenaga baik dari makanan dan minuman, juga membutuhkan kondisi tubuh yang fit. dapat dibaca selama proses persalinan untuk memohon kekuatan dan kelancaran. Hal itu juga berlaku hingga tahap selanjutnya, yakni pada masa nifas dan menyusui.Islam memang agama terbaik yang telah mengatur syariat serta dengan lengkap, islam menyayangi wanita dan memahami setiap kondisi yang dialaminya, termasuk ketika berada dalam kondisi melahirkan dan menyusui yang memang tidak selayaknya jika dibebani beban berat seperti berpuasa, wanita melahrkan di bulan Ramadhan boleh untuk tidak berpuasa terlebih dahulu namun tetap mengganti atau mengqadhanya di hari lain ketika ia telah sanggup berpuasa.2. Kisah Pada Jaman Rasulullah Aisyah radhiyallahu ‘anhaa berkata: “Kami mengalami haidh pada zaman Rasululloh, maka kami diperintah untuk mengqodho puasa dan tidak diperintah untuk mengqodho shalat”. (HR.Bukhari: 321, Muslim: 335).  Asiyah pernah berkata mengenai masa dimana ketika haidh dan diinta Rasulullah untuk mengganti hutang puasanya namun tidak perlu mengganti hutang shalat.Begitu pula yang terjadi pada ibu melahirkan di bulan Ramadhan, mereka wajib mengganti hutang puasa, namun bagi yang melahirkan dan menyusui tetap wajib untuk menjalankan ibadah shalat 5 waktu, terkecuali bagi waita nifas yang hukumnya sama seperti hadist yang disampaiakan oleh Aisyah, yakni mengganti hutang puasa tanpa perlu mengganti shalat yang tidak dilakukan.Wanita yang melahirkan di bulan Ramadhan tak perlu takut akan mendapat beban berat, telah dijelaskan sebagaimana hadist tersebut bahwa mereka memiliki keringanan dari Allah sehingga kondisi yang dialaminya tidak akan memeberatkan dirinya dimana islam memang memperbolehkan atau meringankan kewajiban dalam kondisi tertentu asal tidak dilakukan dengan sengaja. Misalnya ibu melahirkan yang sedang dalam proses akan melahirkan, jika ia kuat shalat berdiri maka shalat dengan berdiri, jika tak mampu, maka boleh dengan duduk atau tidur. 3. Wanita yang Lanjut Menyusui di Bulan RamadhanWanita yang melahirkan di bulan Ramadhan tentu selanjutnya akan mengalami masa menyusui dan masa nifas, di masa tersebut juga merupakan masa penuh perjuangan dimana seorang ibu tidak hanya menghidupi dan bertanggung jawab untuk dirinya sendiri namun juga atas kehidupan dan perkembangan bayi yang dilahirkannya, baik atau buruk kondisi bayinya tersebut tentu berasal dari tindakan atau kasih sayang yang diberikan.Jika memang wanita tersebut tidak berpuasa maka hal itu bukanlah masalah, tetap diperbolehkan tidak berpuasa dan menggantinya di kemudian hari, namun tetap menjalankan shalat setelah nifas selesai. Sebabitu wanita yang menyusui tak perlu khawatir akan diberikan beban berat, justru kondisinya tersebut bisa menjadi jalan ibadah dengan memberi yang terbaik untuk anaknya dan ia mendapat keringanan dari Allah, hal ini juga tercantum dala fatwa ulama berikut.Akan tetapi, umumnya wanita yang melahirkan mereka juga langsung menyusui anaknya. Dan wanita yang menyusui boleh tidak puasa serta wajib mengganti puasanya dengan qodho atau membayar . Sehingga dalam diri wanita yang melahirkan terkumpul dua keadaan;Keadaan Pertama; keadaan nifas, ini disebut dengan keadaan yang menghalangi dan melarang (Janib al-Haazhir wal Mani’). Keadaan Kedua; keadaan menyusui, ini disebut dengan keadaan yang membolehkan untuk berbuka puasa (janib al-mubiih).4. Kesepakatan UlamaKarena banyaknya pertanyaan dari berbgaai pihak mengenai hukum wanita melahirkan di bulan Ramadhan, akhirnya dibentuklah kesepatakan atau fatwa ulama yang dihasilkan dari sumber syariat yang jelas, yakni dari Al Qur’an dan dari kisah kisah dalam berbagai hadist Rasulullah terdahulu, berikut keterangan dan kesimpulannya.Wanita yang melahirkan disebut juga dengan wanita nifas. Karena nifas secara bahasa maknanya adalah melahirkan. (Lisaanul ‘Arob 6/238, Ibnul Manzhur, An-Nihayah 5/95, Ibnul Atsir).Sedangkan secara terminology syari’at nifas adalah darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan. (Risalah Fid Dimaa at-Thobi’iyyah hal.51, Ibnu Utsaimin).Wanita yang sedang haidh dan nifas tidak boleh puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, dan para ulama telah sepakat dalam masalah ini. (Lihat Marotib al-Ijma’ hal.40, Ibnu Hazm, al-Ijma’ hal.43, Ibnul Mundzir, al-Mughni 4/397, Ibnu Qudamah).Bukankah wanita jika sedang haidh dia tidak shalat dan tidak puasa? Itulah bentuk kurang agamanya. (HR.Bukhari: 304, Muslim: 132). Imam Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan: “Hukum wanita nifas sama halnya dengan hukum wanita haidh dalam seluruh perkara yang diharamkan dan kewajiban yang gugur bagi mereka, kami tidak mengetahui ada perselisihan dalam masalah ini”. (Al-Mughni 1/350).Jelass dari kesepakatan tersebut, bahwa hukum wanita melahirkan di bulan Ramadhan maka baginya gugur kewajiban untuk mengerjakan ibadah puasa karena memang berada dalam kondisi yang lemah dan tidak memungkinkan untuk ditambah bebannya sebab dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya baik bagi ibu yang mengandung maupun calon bayinya, sebab itu ia diberi keirnganan untuk menggantinya di lain hari dengan tetap menjalankan shalat sesuai kemampuannya.5. Waktu Pembayaran Hutang PuasaKetika wanita melahirkan di bulan Ramadhan dan memiliki hutang puasa, tentu saja hutang tersebut harus segera dibayar ketika kondisinya telah mampu dan terdapat jangka waktu untuk membayarnya, tidak diperkenankan menunda nunda membayar hutang di kala kondisinya telah memungkinkan, jika hal tersebut dilakukan, justru akan menjadi dosa karena ia tak kunjung menyelesaikan hutangnya atau kewajiban yang memang harus dilakukannya.Aisyah berkata: “Aku punya utang dan aku tidak mampu membayarnya kecuali pada bulan Sya’ban”. (HR.Muslim: 1146). Imam Ibnu Qudamah mengatakan: “Andaikan mengakhirkan membayar utang puasa Ramadhan boleh lewat Ramadhan berikutnya tentulah akan dikerjakan oleh Aisyah”. ( Al-Kaafii 1/359). Keringanan yang diberikan oleh Allah tentu dijadikan dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan untuk meremehkan atau meringankan kewajiban.Hal tersebut juga diucapkan oleh Aisyah bahwa ia harus membayar hutang puasa sebelum bulan Ramadhan berikutnya, begitu pula yang terjadi pada ibu melahirkan, diwajibkan untuk membayar hutang puasa sebelum Ramadhan berikutnya jika memang ia telah mampu, umumnya walaupun menysuui namun juga sudah hampir setahun sudah memiliki kemampuan untuk berpuasa karena sudah terbiasa menjalaninya.Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS.al-Baqoroh: 286). Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS.al-Baqoroh: 184). Firman Allah tersebut mengartikan bahwa Allah tidak membebani hambaNya termasuk ibu melahirkan, namun juga Allah mewajibkan untuk segera mengganti ketika ia telah mampu. Wallahualam.Demikian artikel mengenai hukum wanita melahirkan di bulan Ramadhan, semoga menjadi wawasan yang bermanfaat untuk anda. jangan lupa selalu memperbarui ilmu anda dengan membaca artikel artikel di situs kami, terima kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.
Wanita ialah sosok yang diciptakan Allah untuk memiliki kemampuan sebagai ibu, yakni dengan jalan mengandung dan melahirkan anak. Wanita dapat diberi anugrah oleh Allah berupa seorang calon bayi kapan saja sesuai kehendak Allah, ada yang diberi anugrah segera setelah melahirkan, ada pula yang menunggu bertahun tahun. semua itu hak mutlak Allah dan wajib diterima oleh manusia dengan kesabaran dan percaya bahwa hal tersebut adalah yang terbaik. Benarkan mengenai hal tersebut untuk memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam, pada kesempatan kali ini penulis akan membahas mengenai hukum wanita melahiran di bulan Ramadhan. Dari hadist tersebut, dapat disimpulkan bahwa wanita yang melahirkan di bulan Ramadhan tidak wajib berpuasa sebab memang berada dalam kondisi dimana ia membutuhkan banyak tenaga baik dari makanan dan minuman, juga membutuhkan kondisi tubuh yang fit. dapat dibaca selama proses persalinan untuk memohon kekuatan dan kelancaran. Hal itu juga berlaku hingga tahap selanjutnya, yakni pada masa nifas dan menyusui. Kisah Pada Jaman Rasulullah Aisyah radhiyallahu anhaa berkata Kami mengalami haidh pada zaman Rasululloh, maka kami diperintah untuk mengqodho puasa dan tidak diperintah untuk mengqodho shalat. Asiyah pernah berkata mengenai masa dimana ketika haidh dan diinta Rasulullah untuk mengganti hutang puasanya namun tidak perlu mengganti hutang shalat. Misalnya ibu melahirkan yang sedang dalam proses akan melahirkan, jika ia kuat shalat berdiri maka shalat dengan berdiri, jika tak mampu, maka boleh dengan duduk atau tidur. Sebabitu wanita yang menyusui tak perlu khawatir akan diberikan beban berat, justru kondisinya tersebut bisa menjadi jalan ibadah dengan memberi yang terbaik untuk anaknya dan ia mendapat keringanan dari Allah, hal ini juga tercantum dala fatwa ulama berikut. Sehingga dalam diri wanita yang melahirkan terkumpul dua keadaanKeadaan Pertama keadaan nifas, ini disebut dengan keadaan yang menghalangi dan melarang Janib alHaazhir wal Mani. Keadaan Kedua keadaan menyusui, ini disebut dengan keadaan yang membolehkan untuk berbuka puasa janib almubiih.4. Wanita yang melahirkan disebut juga dengan wanita nifas. Risalah Fid Dimaa atThobiiyyah hal.51, Ibnu Utsaimin. Wanita yang sedang haidh dan nifas tidak boleh puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, dan para ulama telah sepakat dalam masalah ini. Lihat Marotib alIjma hal.40, Ibnu Hazm, alIjma hal.43, Ibnul Mundzir, alMughni 4397, Ibnu Qudamah. Bukankah wanita jika sedang haidh dia tidak shalat dan tidak puasa Itulah bentuk kurang agamanya. Aisyah berkata Aku punya utang dan aku tidak mampu membayarnya kecuali pada bulan Syaban. Keringanan yang diberikan oleh Allah tentu dijadikan dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan untuk meremehkan atau meringankan kewajiban. Hal tersebut juga diucapkan oleh Aisyah bahwa ia harus membayar hutang puasa sebelum bulan Ramadhan berikutnya, begitu pula yang terjadi pada ibu melahirkan, diwajibkan untuk membayar hutang puasa sebelum Ramadhan berikutnya jika memang ia telah mampu, umumnya walaupun menysuui namun juga sudah hampir setahun sudah memiliki kemampuan untuk berpuasa karena sudah terbiasa menjalaninya. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada harihari yang lain. Firman Allah tersebut mengartikan bahwa Allah tidak membebani hambaNya termasuk ibu melahirkan, namun juga Allah mewajibkan untuk segera mengganti ketika ia telah mampu. jangan lupa selalu memperbarui ilmu anda dengan membaca artikel artikel di situs kami, terima kasih sudah membaca.
Hukum Istri Chatting dengan Pria Lain
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-istri-chatting-dengan-pria-lain
Komunikasi dengan semua orang baik itu yang dikenal seperti keluarga, teman dekat, rekan kerja, saudara, dsb atau dengan orang yang bahkan tidak dikenal seperti komunikasi di media sosial tentu bukan hal yang asing lagi di jaman modern ini ya sobat, dimana teknologi canggih membuat semua orang dari dunia atau tempat manapun bisa saling mengenal,tidak hanya berkirim pesan saja namun juga bisa berkirim gambar atau suara. Nah sobat, hal ini terkadang menimbulkan permasalahan dalam hubungan, misalnya dalam . Terkadang, suami atau istri menjadi sibuk dengan berkirim pesan pada orang lain atau biasa disebut chattingdan menjadi kurang dalam menjalankan kewajiban rumah tangganya. Nah sobat, untuk memahami lebih jelas dan mengarahkan diri sendiri ke segala sesuatu yang terbaik, simak Hukum Istri Chatting dengan Pria Lain berikut sebagai wawasan islami dan panduan dalam keseharian. Chatting’ dengan lawan jenis yang bukan sama halnya dengan berbicara melalui telepon, SMS, dan berkirim surat. Semuanya ada persamaan. yaitu sama sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram. Persamaan ini juga mengandung adanya persamaan hukum. Karena itu, ada dua perkara berkaitan yang perlu kita bahas sebelum lebih jauh membicarakan hukum ‘chatting’ itu sendiri.Chatting Istri dengan Pria Lain yang Diperbolehkan dan yang DilarangBerbicara antara laki laki dan perempuan yang bukan mahram pada dasarnya tidak dilarang dan tidak merusak apabila chatting itu memenuhi syarat syarat yang sudah ditentukan oleh syara’. Seperti chatting yang mengandung kebaikan, menjaga adab adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak khalwat. Begitu jika hal yang penting atau berhajat umpamanya hal jual beli, kebakaran, sakit dan seumpamanya maka tidaklah haram.“Karena itu janganlah kamu (isteri isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik”. (QS. : 32)Chatting yang dilarang adalah chatting yang menyebabkan dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan  individu juga bisa mengungkapkan kata kata yang menyebabkan  individu merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.Termasuk juga dalam melembutkan kalimat adalah kata kata atau isyarat yang mengandung kebaikan, namun ia bisa menyebabkan . Yaitu dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau keinginan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan suara ataupun melalui tulisan. Jika ada unsur unsur demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa biasa saja.“Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya,” (HR. Bukhari dan Muslim)“Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka berdua duaan melainkan syaitanlah yang ketiganya,” (Hadis Sahih).Chatting Istri dengan Pria Lain Harus dengan Keperluan dan Memiliki Batasan Sesuai Syariat IslamJangan ” Hendaklah kalian (para wanita) tetap di rumah kalian dan hindarilah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang orang Jahiliyah yang dahulu…” (QS. Al Ahzab: 33) Jangan mendayu dayukan kalimatKalimat chatting yang mendayu, mendesah, dan yang serupa bisa merangsang birahi bagi orang yang memiliki penyakit di hatinya. Maka ketika sedang berchatting, baik mengobrol ataupun bercanda, tetap jaga wibawa dalam vibrasi suara.Selalu minta izin suami jika akan chatting, baik di dalam rumah maupun di luar rumahBanyak istri yang mulai melupakan aturan dasar ini, bahwasanya izin pada suami untuk keluar rumah ataupun memasukkan tamu ke dalam rumah adalah hal penting yang perlu dilakukan, meskipun untuk teman sendiri yang sudah sering berkunjung. Hal ini juga berlaku pada chatting, tetap harus dengan izin suami.“Tidak halal bagi seorang wanita untuk mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya, tanpa persetujan suaminya.” (H.R. Bukhari) Jangan berkhalwat, baik di dunia nyata maupun dunia mayaMenjaga diri agar jangan berdua duaan merupakan hal penting dalam adab pergaulan, terutama setelah  individu menjadi seorang istri. Sebisa mungkin hindari hal hal yang bisa membuat terjadinya khalwat, misal: Naik motor berduaan, ngobrol di chat room berduaan, dan hal lainnya yang bisa menyebabkan timbulnya fitnah.Jangan  chatting mengenai masalah rumah tanggachatting mengenai masalah rumah tangga pada pihak ketiga yang merupakan lawan jenis sama sekali bukan ide yang bagus. Sebaiknya hindarilah  chatting persoalan rumah tangga dengan teman lelaki mana pun.” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hindarilah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua.” (HR. Ahmad dari hadits Jabir 3/339. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Gholil jilid 6 no. 1813)menjauhi segala sarana menuju zinaAllah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ [17] : 32)Adab dan Hukum Istri Chatting dengan Pria LainHanya untuk Keperluan PentingJika chatting tidak untuk keperluan yang penting, maka segeralah dihentikan, karena termasuk ke dalam perbuatan sia sia.Durasi tidak lamaHal yang perlu diperhatikan lainnya adalah masalah waktu atau durasi, jangan sampai melampaui batas. Berapa lamakah waktu yang diperlukan untuk membicarakan hal yag penting? Meski hanya melalui whats app, chatting sebentar saja sudah cukup jika memang dilakukan hanya berdua, jika ingin lebih lama, lakukanlah chatting di forum.Jangan Sengaja Menarik Hati Lawan ChattingDalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya: “Karena itu janganlah kamu (isteri isteri Rasul) tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik,” (QS. al Ahzab: 32).Imam Qurtubi menafsirkan kata ‘Takhdha’na’ (tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu menarik hati orang yang mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama kita.Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga bisa mengungkapkan kata kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.Larangan Khalwat (Berduaan)“Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya,” (HR. Bukhari dan Muslim.)Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki laki dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang.  “Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka berdua duaan melainkan syaitanlah yg ketiganya,” (Hadis Sahih).Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi berbicara melalui telepon atau chatting di luar keperluan syar’i juga dapat dikatakan berkhalwat. Hukum chatting sama dengan menelepon sebagai mana yang sudah kita terangkan di atas. Artinya chatting di luar keperluan yang syar’i termasuk khalwat. Begitu juga dengan sms. Walaupun dengan niat berdakwah.Kesimpulan Hukum Istri Chatting dengan Pria LainChatting dengan pria lain boleh dilakukan karena kepentingan seperti masalah pekerjaan atau hal yang penting dan harus dengan izin suami atau menceritakan pada suami sebab istri harus terbuka pada suami.Dilarang menggunakan kata kata yang menjurus pada menggoda pria lain atau membuat pria lain tertarik.Dilarang chatting dengan durasi lama dengan keperluan yang tidak penting atau bahkan menceritakan perihal rumah tangga.Bagi istri yang tidak taat pada adab adab chatting dalam islam maka sama seperti berzina dan melakukan dosa besar pada suami serta pada nilai pernikahan itu sendiri.Jadi jelas ya sobat bagaimana hukumnya, tentu sekarang sobat bisa memahami dan mengambil kesimpulan mana yang penting untuk dibicarakan dengan pria lain dengan izin suami tentunya dan hal hal apa yang tidak perlu atau dilarang dibicarakan, lebih baik fokus untuk menjalankan pernikahan sesuai syariat islam.Demikian yang dapat penulis sampaikan, tentu yang terbaik ialah menjadi wanita yang pandai menjaga diri dan mengabdi hanya untuk suaminya ya sobat. Semoga menjadi ulasan yang bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Komunikasi dengan semua orang baik itu yang dikenal seperti keluarga, teman dekat, rekan kerja, saudara, dsb atau dengan orang yang bahkan tidak dikenal seperti komunikasi di media sosial tentu bukan hal yang asing lagi di jaman modern ini ya sobat, dimana teknologi canggih membuat semua orang dari dunia atau tempat manapun bisa saling mengenal,tidak hanya berkirim pesan saja namun juga bisa berkirim gambar atau suara. yaitu sama sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram. Persamaan ini juga mengandung adanya persamaan hukum. Karena itu janganlah kamu isteri isteri Rasul tundukyakni melembutkan suara dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Termasuk di sini adalah kata kata yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan individu juga bisa mengungkapkan kata kata yang menyebabkan individu merasakan hubungan istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik. Jika ada unsur unsur demikian ia adalah dilarang meskipun pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa biasa saja. Bukhari dan MuslimTiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka berdua duaan melainkan syaitanlah yang ketiganya, Hadis Sahih. Chatting Istri dengan Pria Lain Harus dengan Keperluan dan Memiliki Batasan Sesuai Syariat IslamJangan Hendaklah kalian para wanita tetap di rumah kalian dan hindarilah kalian bertabarruj dan seperti tabarruj orang orang Jahiliyah yang dahulu QS. Maka ketika sedang berchatting, baik mengobrol ataupun bercanda, tetap jaga wibawa dalam vibrasi suara. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Gholil jilid 6 no. 1813menjauhi segala sarana menuju zinaAllah Taala berfirman, Dan janganlah kamu mendekati zina sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Durasi tidak lamaHal yang perlu diperhatikan lainnya adalah masalah waktu atau durasi, jangan sampai melampaui batas. Jangan Sengaja Menarik Hati Lawan ChattingDalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya Karena itu janganlah kamu isteri isteri Rasul tundukyakni melembutkan suara dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik, QS. al Ahzab 32.Imam Qurtubi menafsirkan kata Takhdhana tunduk dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul melembutkan suara yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Larangan Khalwat BerduaanJanganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan seorang wanita kecuali dengan mahramnya, HR. Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki laki dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain. Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang kepada pelakunya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang. Hukum chatting sama dengan menelepon sebagai mana yang sudah kita terangkan di atas. Artinya chatting di luar keperluan yang syari termasuk khalwat. Kesimpulan Hukum Istri Chatting dengan Pria LainChatting dengan pria lain boleh dilakukan karena kepentingan seperti masalah pekerjaan atau hal yang penting dan harus dengan izin suami atau menceritakan pada suami sebab istri harus terbuka pada suami. Dilarang chatting dengan durasi lama dengan keperluan yang tidak penting atau bahkan menceritakan perihal rumah tangga. Semoga menjadi ulasan yang bermanfaat, sampai jumpa di artikel berikutnya, terima kasih.
Siapakah Wali Allah Itu?
https://konsultasisyariah.com/20126-siapakah-wali-allah-itu.html
Tanya: Siapakah sebenarnya wali Allah itu? Apa batasan wali Allah, dan bagaimana caranya bisa menjadi wali Allah? Trmksh Jawab: Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du, Ketika disebut kata wali, yang terbayang di benak sebagian besar kaum muslimin adalah orang yang memiliki banyak karamah, mulai kemampuan bisa terbang, berjalan di atas air, jum’atan di il Haram sementara orangnya di indonesia, shalat di atas pelepah pisang, bisa mengobati orang sakit, memahami berbagai bahasa di seluruh dunia, weruh sak durunge winarah (tahu sebelum diberi tahu) dan seambreg anggapan-anggapan sakti lainnya. Atau bisa dsimpulkan, mereka menganggap wali itu sama dengan orang sakti. Tidak heran, jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian. Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan. Pemahaman ini, menjadikan sebagain besar kaum muslimin tidak bisa membedakan siapakah wali Allah dan siapakah yang bukan wali Allah (baca: wali setan). Karena bagi mereka standar wali adalah karamah (baca: kesaktian). Tanpa memperhatikan dari mana sumber karamah itu berasal. Akibatnya mereka mensikapi wali-wali Allah sebagai musuh, sebagaimana sikap mereka terhadap setan. Sebaliknya wali-wali setan disikapi sebagaimana orang shaleh layaknya wali Allah, karena dia punya banyak kesaktian. Secara bahasa kata al-walii berasal dari kata dasar al-walaayah yang artinya cinta dan kedekatan. Lawan kata dari kata al-walaayah adalah al-‘adaawah yang artinya permusuhan. Orang yang taat kepada Allah disebut wali Allah, karena kedekatannya dengan Allah melalui ibadah yang dia lakukan dan ketundukannya untuk berusaha mengikuti semua aturan Sang Pencipta. Allah ta’ala telah menjalaskan batasan, siapakah wali Allah yang sesungguhnya. Dalam al Qur’an surat Yunus ayat 62-63, Allah telah menjelaskan definisi wali Allah, . “Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati – jaminan masuk surga – (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat di atas, Imam Abu Ja’far At-Thahawi memberikan sebuah ah: “Setiap mukmin adalah wali Allah. Dan wali yang paling mulia di sisi Allah adalah wali yang paling taat dan paling mengikuti Al Qur’an. ah Thahawiyah). ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir mengatakan: “Allah mengabarkan bahwa wali-wali-Nya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sebagaimana yang Allah jelaskan. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah.” (Tafsir Ibn Katsir, 4/278). Berdasarkan definisi yang disebutkan pada ayat di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa wali Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman kepada-Nya dan melaksanakan konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Kedekatannya dengan Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada pada dirinya. Setiap mukmin, berpeluang untuk bisa menjadi wali Allah. Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat, mengikuti ajaran Al-Quran dan sunah sebagaimana yang didakwahkan para sahabat. Sekali lagi kami tekankan bahwa ‘wali Allah’ sama sekali tidak ada hubungannya dengan kesaktian, karamah maupun kejadian-kejadian luar biasa lainnya. Allahu a’lam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi: 081 326 333 328 DONASI hubungi: 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening: BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK (Kode BSI: 451) Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
Atau bisa dsimpulkan, mereka menganggap wali itu sama dengan orang sakti. Tidak heran, jika ada di antara kiyai fasiq yang berlumuran dengan dosa dan maksiat, namun mereka menyebutnya sebagai wali, karena dia memiliki kesaktian. Sebaliknya, orang yang taat dan ikhlas dalam beribadah, namun karena tidak memiliki kesaktian, status kewaliannya diragukan. Pemahaman ini, menjadikan sebagain besar kaum muslimin tidak bisa membedakan siapakah wali Allah dan siapakah yang bukan wali Allah baca wali setan. Karena bagi mereka standar wali adalah karamah baca kesaktian. Tanpa memperhatikan dari mana sumber karamah itu berasal. Secara bahasa kata alwalii berasal dari kata dasar alwalaayah yang artinya cinta dan kedekatan. Dalam al Quran surat Yunus ayat 6263, Allah telah menjelaskan definisi wali Allah, . Sesungguhnya waliwali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati jaminan masuk surga Yaitu orangorang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Berdasarkan kriteria yang disebutkan dalam ayat di atas, Imam Abu Jafar AtThahawi memberikan sebuah ah Setiap mukmin adalah wali Allah. ketika menafsirkan ayat ini, Ibn Katsir mengatakan Allah mengabarkan bahwa waliwaliNya adalah setiap orang yang beriman dan bertaqwa. Sehingga setiap orang yang bertaqwa maka dia adalah wali Allah. Berdasarkan definisi yang disebutkan pada ayat di atas serta beberapa keterangan ulama, dapat disimpulkan bahwa wali Allah adalah setiap hamba Allah yang beriman kepadaNya dan melaksanakan konsekwensi imannya dengan melakukan ketaatan kepadaNya. Kedekatannya dengan Allah sebanding dengan kedaan iman yang ada pada dirinya. Selama dia berusaha berjuang untuk menjadi mukmin yang taat, mengikuti ajaran AlQuran dan sunah sebagaimana yang didakwahkan para sahabat. Allahu alam Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Artikel ini didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 Donasi dapat disalurkan ke rekening BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n.
Saya pegawai di perusahaan khusus (swasta). Pekerjaanku adalah mengecek transaksi khusus untuk perusahaan ini. Para pegawai di negara kami, ketika ada transaksi datang, mereka mengatakan,”Kembali besok atau lusa. Padahal urusannya tidak lebih dari sekedar tanda tangan mereka saja. Sehingga mengharuskan untuk memberikan kepada mereka dana agar bisa langsung ditanda tangani. Kalau tidak, maka setiap transaksi akan terlambat seminggu atau lebih. Hal ini berdampak buruk terhadap kebaikan perusahaan yang saya bekerja disana. Perlu diketahui bahwa semua transaksi saya, semuanya sesuai dengan aturan tidak ada penyimpangan di dalamnya. Saya pernah bertanya akan hal itu, dan dikatakan kepadaku,”Hal ini bukan suap, karena anda mengambil hak anda dan membayar agar mencegah kedholiman yang menimpa anda. sehingga jangan mengganti kebenaran dengan kebatilan dan jangan mengganti kebatilan dengan kebenaran. Bagaimana pendapat anda? perlu diketahui, bahwa saya akan dikeluarkan dari perusahaan dikala saya tidak mau membayar mereka dan akan terbengkelai maslahat perusahaan.
https://islamqa.info/id/answers/70516/apakah-memberikan-kepada-pegawai-dana-agar-menyelesaikan-transaksinya
Alhamdulillah.Seharusnya para pegawai hendaknya bertakwa kepada Allah terhadap pekerjaannya. Dengan cara menunaikannya sesuai dengan yang diharapkan tanpa mengakhirkan atau menguranginya. Dan dia tidak dihalalkan menerima hadiah dari orang-orang yang mengurus suatu urusan dari pemilik transksi-transaksi. Dan haram bagi mereka mengakhirkan transaksinya dan tanpa menunaikannya kecuali dengan imbalan dana dan diambilnya. Ketahuilah bahwa dana ini adalah kerugian yang mereka makan dan dikonsumsikan oleh anak-anak mereka. Ia termasuk suap dimana Rasulullah sallahu’alaihi wa sallam melaknat orang yang mengambilnya. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhillahu’anhuma berkata: . (1337) ( 3580 ) ( 2313 ) Nabi sallallahu’alaihi wa salam melaknat orang yang menyuap dan orang yang mengambil suap. HR. Tirmizi, (1337) dan dishohehkannya. Abu Dawud, (3580) Ibnu Majah, (2313) dishohehkan oleh Albani di Sunan Abu Dawud. Syekh Muhamad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Tidak dihalalkan seorang pun dari pegawai instansi pemerintahan menerima hadiah dalam interaksi terkait dengan instansi ini. Karena kalau kita buka pintu-pintu ini dan kita katakan, “Diperbolehkan pegawai mengambil hadiah ini, maka kita akan membuka pintu suap. Dan suap sangat berbahaya sekali. ia termasuk salah satu dosa besar, seharusnya bagi para pegawai kalau diberikan hadiah terkait dengan pekerjaannya, maka hendaknya dia menolak hadiah ini. Dan tidak halal bagi mereka untuk menerimanya. Baik datangnya pakai nama hadiah atau nama shadaqah atau nama zakat. Apalagi kalau mereka itu kaya raya, maka zakat tidak dihalalkan bagi mereka sebagaimana yang telah diketahui.” Selesai Fatawa Ibnu Utsaimin, (18/359, 360). Sebagaimana diharamkan menerima suap bagi para pegawai, maka –begitu juga diharamkan bagi orang yang membayarnya kecuali dalam kondisi terpaksa dikarenakan menjadi terakhir atau tidak dikerjakan transaksinya yang menjadikan rugi atau kerusakan. Maka dosanya ditimpakan kepada orang yang mengambil bukan orang yang membayarnya. Dengan syarat pemilik transaksi dalam rangka untuk mendapatkan haknya. Ibnu Atsir rahimahullah mengatakan, “Sementara apa yang diberikan dalam rangka untuk mendapatkan haknya atau menolak kedholiman, maka ia tidak termasuk di dalamnya (maksudnya dalam pengharaman suap). Selesai An-Nihayah, (2/226). Al-Khottobi rahimahulah mengatakan, “Kalau dia memberikan sesuatu dalam rangka untuk mendapatkan haknya atau menolak terjadinya kedholiman pada dirinya, maka hal ini tidak termasuk dalam ancaman ini.” Selesai ‘Ma’alimus Sunan, (5/207). Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Diperbolehkan bagi orang yang memberi hadiah memberikan hal itu dalam rangka mendapatkan haknya atau menolak kedholiman darinya. Ini yang dinukil dari para ulama’ salaf dan para Imam besar.” Selesai ‘Majmu’ Fatawa, (31/287). Wallahua’lam
Seharusnya para pegawai hendaknya bertakwa kepada Allah terhadap pekerjaannya. Dengan cara menunaikannya sesuai dengan yang diharapkan tanpa mengakhirkan atau menguranginya. Dan dia tidak dihalalkan menerima hadiah dari orangorang yang mengurus suatu urusan dari pemilik transksitransaksi. Dan haram bagi mereka mengakhirkan transaksinya dan tanpa menunaikannya kecuali dengan imbalan dana dan diambilnya. Ketahuilah bahwa dana ini adalah kerugian yang mereka makan dan dikonsumsikan oleh anakanak mereka. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhillahuanhuma berkata . 1337 3580 2313 Nabi sallallahualaihi wa salam melaknat orang yang menyuap dan orang yang mengambil suap. Abu Dawud, 3580 Ibnu Majah, 2313 dishohehkan oleh Albani di Sunan Abu Dawud. Syekh Muhamad bin Sholeh AlUtsaimin rahimahullah mengatakan, Tidak dihalalkan seorang pun dari pegawai instansi pemerintahan menerima hadiah dalam interaksi terkait dengan instansi ini. Karena kalau kita buka pintupintu ini dan kita katakan, Diperbolehkan pegawai mengambil hadiah ini, maka kita akan membuka pintu suap. ia termasuk salah satu dosa besar, seharusnya bagi para pegawai kalau diberikan hadiah terkait dengan pekerjaannya, maka hendaknya dia menolak hadiah ini. Dan tidak halal bagi mereka untuk menerimanya. Baik datangnya pakai nama hadiah atau nama shadaqah atau nama zakat. Apalagi kalau mereka itu kaya raya, maka zakat tidak dihalalkan bagi mereka sebagaimana yang telah diketahui. Maka dosanya ditimpakan kepada orang yang mengambil bukan orang yang membayarnya. Dengan syarat pemilik transaksi dalam rangka untuk mendapatkan haknya. AlKhottobi rahimahulah mengatakan, Kalau dia memberikan sesuatu dalam rangka untuk mendapatkan haknya atau menolak terjadinya kedholiman pada dirinya, maka hal ini tidak termasuk dalam ancaman ini. Ini yang dinukil dari para ulama salaf dan para Imam besar.
Apa yang dimaksud dengan tali yang sangat kuat yang tidak mungkin putus ?
https://islamqa.info/id/answers/93454/tali-yang-sangat-kuat-yang-tidak-akan-putus
Alhamdulillah... Kata berartikan tali yang kuat yang tidak akan putus, di dalam Al- Qur’an Al Karim disebutkan dalam dua tempat; yang pertama yaitu dalam surat Al Baqarah ayat 256, Allah Ta’ala berfirman : ( : 256) “ Tidak ada paksaan dalam ( menganut ) Agama ( Islam ). Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh dia telah berpegang teguh kepada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al Baqarah: 256) Yang kedua, terdapat pada Surat Luqman ayat 22, Allah Ta’ala berfirman : ( : 22) “Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan ” (QS Surat: Luqman (22). Terdapat pada Sunnah Nabawiyah yang secara lantang menyebutkan tentang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (3813) dan Imam Muslim (2484 ) dari Qais bin Ubbad Radliyallahu Anhu dia berkata : : : . : ! - - : . : . - - : . . : . : Aku berada di Madinah dan di sekelilingku sebagian sahabat-sahabat Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang di wajahnya tampak bekas kekhusukan. Beberapa orang berkata: inilah lelaki penghuni surga, inilah lelaki penghuni surga. Kemudian lelaki tersebut melaksanakan shalat dua rakaat yang sedang-sedang saja panjang rakaatnya setelah selesai shalat dia keluar Masjid. Maka akupun mengikutinya sampai dia memasuki rumahnya; Akupun ikut masuk ke rumahnya dan terjadi perbincangan di antara kami. Ketika pembicaraan sudah mulai cair aku berkata kepadanya: sesungguhnya tatkala anda memasuki masjid maka orang-orang berkata begini dan begitu tentang anda. Lelaki tersebut berkata: Subhanallah (Maha suci Allah)! Tidak sepatutnya seseorang mengatakan apa yang tidak ia ketahui, dan aku akan memberitahukan kepada anda apa itu yang sedang dibicarakan. Aku pernah bermimpi di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian aku menceritakan mimpiku tersebut kepada beliau, aku melihat diriku berada di taman surga - dia menggambarkan luasnya, rerumputannya dan hijau-hijauan yang ada di sana- dan di tengah taman surga ada tiang yang terbuat dari besi yang batang bawahnya menancap di bumi dan atasnya sampai ke langit, di bagian atasnya terdapat “Al ‘Urwah” Tali yang sangat kuat, lalu dikatakan kepadaku : naikilah dia. Aku menjawab: aku tidak bisa, dan datanglah kepadaku “Minshaf”- Ibnu ‘Aun berkata : Al Minshaf adalah pembantu – dia berkata lalu Minshaf menggapai bajuku dari belakang dan dia menyebutkan bahwa dia diangkat oleh Minshaf dengan tangannya dari arah belakang. Lalu aku menaiki sampai aku berada dipuncak tiang, kemudian aku mengambil Al ‘Urwah, dan dikatakan kepadaku: Peganglah erat-erat. Tiba-tiba aku terbangun dan ternyata Al ‘Urwah berada di tanganku. Lalu aku menceritakannya kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan beliau bersabda : Taman Itu adalah tamannya umat Islam, dan tiang itu adalah Tiangnya Islam, sedangkan Tali yang engkau sebutkan adalah “Al ‘Urwah Al Wutsqo” dan engkau akan tetap berada di jalan Islam hingga engkau meninggal. Lalu Qais bin Ubbad berkata: lelaki tersebut adalah Abdullah Bin Salaam. Dan para Ulama Salafus Shalih telah menjelaskan tentang pengertian dengan ungkapan yang bermacam-macam namun semua pengertian mengarah kepada tujuan yang sama : Ibnu Abbas, Said bin Jubair dan Ad Dlohhak berkata maksudnya adalah: kalimat Laa Ilaaha Illallah. Anas bin Malik berkata : maksudnya adalah Al Qur’an. Mujahid berkata: Maksudnya adalah Al Iman. As Saddy berkata: maksudnya adalah Al Islam. Dari Salim bin Abi Al Ja’ad berkata: maksudnya adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Ungkapan-ungkapan tersebut bisa dilihat pada: “ Tafsir Ibnu Abi Hatim” (2/496). Ibnu Katsir mengungkapkan dalam “Tafsir Al Qur’an Al ‘Adzim” (1/684). “Dan semua ungkapan ini shahih tidak ada pertentangan satu sama lain”. Syekh Ibnu ‘Utsaimin Rahimahullah ditanya dalam “Fatawa Nuurun Ala Ad Darb” ( bab As Shalat/ 1218 ) Apa yang dimaksud Al ‘Urwah Al Wutsqa ? Beliau menjawab: “Al Urwah Al Wutsqa adalah Al Islam, dan dinamakan Al Urwah Al Wutsqa karena dia tersambung dengan syurga”. Dan anda tahu wahai saudara penanya bahwa pengertian yang dijelaskan oleh para Ulama tentang “Al Urwah Al Wutsqa” adalah barangsiapa yang berpegang teguh padanya maka akan menyampaikannya sampai ke surga. Hal itu mencakup; Islam, Iman, Al Qur’an dan kalimat Tauhid, dan setiap di antara salah satu pengertian tersebut menjelaskan pengertian-pengertian yang lain yang aplikasinya saling berdekatan satu dengan lainnya. Wallahu A’lam.
Alhamdulillah Kata berartikan tali yang kuat yang tidak akan putus, di dalam Al Quran Al Karim disebutkan dalam dua tempat yang pertama yaitu dalam surat Al Baqarah ayat 256, Allah Taala berfirman 256 Tidak ada paksaan dalam menganut Agama Islam . Sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS Al Baqarah 256 Yang kedua, terdapat pada Surat Luqman ayat 22, Allah Taala berfirman 22 Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah lah kesudahan segala urusan QS Surat Luqman 22. Terdapat pada Sunnah Nabawiyah yang secara lantang menyebutkan tentang dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari 3813 dan Imam Muslim 2484 dari Qais bin Ubbad Radliyallahu Anhu dia berkata . . . . . . Beberapa orang berkata inilah lelaki penghuni surga, inilah lelaki penghuni surga. Kemudian lelaki tersebut melaksanakan shalat dua rakaat yang sedangsedang saja panjang rakaatnya setelah selesai shalat dia keluar Masjid. Maka akupun mengikutinya sampai dia memasuki rumahnya Akupun ikut masuk ke rumahnya dan terjadi perbincangan di antara kami. Ketika pembicaraan sudah mulai cair aku berkata kepadanya sesungguhnya tatkala anda memasuki masjid maka orangorang berkata begini dan begitu tentang anda. Lelaki tersebut berkata Subhanallah Maha suci Allah Tidak sepatutnya seseorang mengatakan apa yang tidak ia ketahui, dan aku akan memberitahukan kepada anda apa itu yang sedang dibicarakan. Aku pernah bermimpi di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian aku menceritakan mimpiku tersebut kepada beliau, aku melihat diriku berada di taman surga dia menggambarkan luasnya, rerumputannya dan hijauhijauan yang ada di sana dan di tengah taman surga ada tiang yang terbuat dari besi yang batang bawahnya menancap di bumi dan atasnya sampai ke langit, di bagian atasnya terdapat Al Urwah Tali yang sangat kuat, lalu dikatakan kepadaku naikilah dia. Aku menjawab aku tidak bisa, dan datanglah kepadaku Minshaf Ibnu Aun berkata Al Minshaf adalah pembantu dia berkata lalu Minshaf menggapai bajuku dari belakang dan dia menyebutkan bahwa dia diangkat oleh Minshaf dengan tangannya dari arah belakang. Lalu aku menaiki sampai aku berada dipuncak tiang, kemudian aku mengambil Al Urwah, dan dikatakan kepadaku Peganglah eraterat. Lalu Qais bin Ubbad berkata lelaki tersebut adalah Abdullah Bin Salaam. Dan para Ulama Salafus Shalih telah menjelaskan tentang pengertian dengan ungkapan yang bermacammacam namun semua pengertian mengarah kepada tujuan yang sama Ibnu Abbas, Said bin Jubair dan Ad Dlohhak berkata maksudnya adalah kalimat Laa Ilaaha Illallah. Mujahid berkata Maksudnya adalah Al Iman. Dari Salim bin Abi Al Jaad berkata maksudnya adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah. Ibnu Katsir mengungkapkan dalam Tafsir Al Quran Al Adzim 1684. Dan semua ungkapan ini shahih tidak ada pertentangan satu sama lain. Syekh Ibnu Utsaimin Rahimahullah ditanya dalam Fatawa Nuurun Ala Ad Darb bab As Shalat 1218 Apa yang dimaksud Al Urwah Al Wutsqa Beliau menjawab Al Urwah Al Wutsqa adalah Al Islam, dan dinamakan Al Urwah Al Wutsqa karena dia tersambung dengan syurga.
Menjual Beras Hasil Zakat Fitrah
https://islami.co/menjual-beras-hasil-zakat-fitrah/
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap umat Islam yang mampu. Alur penyerahan zakat fitrah pun beragam. Ada kalanya langsung diberikan kepada penerima (mustahiq)-nya, ada pula yang memberikannya kepada amil (pengelola zakat fitrah), pertanyaannya, bolehkah amil menjual beras zakat fitrah yang dikumpulkannya? Persoalan penjualan beras hasil zakat fitrah yang kemudian dirupakan dan diberikan kepada para penerimanya dalam bentuk uang atau barang sudah mendapatkan perhatian para ulama di masa lalu. Imam Nawawi dalam al-Majmu telah menjelaskan persoalan ini. Beliau berkata: ( ) . Tidak diperbolehkan bagi seorang imam ataupun petugas zakat (amil) menjual zakat yang terkumpul kecuali dalam keadaan darurat. Kewajiban mereka adalah memberikan apa yang telah terkumpul langsung kepada penerimanya. Hal ini dikarenakan para penerima zakat adalah ahlu rusyd (orang-orang yang cakap dalam mengelola zakat) sehingga tidak diperbolehkan menjual harta zakat milik mereka tanpa seizin darinya. Wallahu Alam bis-Shawab
Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus ditunaikan bagi setiap umat Islam yang mampu. Alur penyerahan zakat fitrah pun beragam. Ada kalanya langsung diberikan kepada penerima mustahiqnya, ada pula yang memberikannya kepada amil pengelola zakat fitrah, pertanyaannya, bolehkah amil menjual beras zakat fitrah yang dikumpulkannya Persoalan penjualan beras hasil zakat fitrah yang kemudian dirupakan dan diberikan kepada para penerimanya dalam bentuk uang atau barang sudah mendapatkan perhatian para ulama di masa lalu. Imam Nawawi dalam alMajmu telah menjelaskan persoalan ini. Beliau berkata . Tidak diperbolehkan bagi seorang imam ataupun petugas zakat amil menjual zakat yang terkumpul kecuali dalam keadaan darurat. Kewajiban mereka adalah memberikan apa yang telah terkumpul langsung kepada penerimanya. Hal ini dikarenakan para penerima zakat adalah ahlu rusyd orangorang yang cakap dalam mengelola zakat sehingga tidak diperbolehkan menjual harta zakat milik mereka tanpa seizin darinya. Wallahu Alam bisShawab
Kita tahu bahwa yang menaruh minyak manjadi penghalang sampainya air ke kulit. Dan ini dapat membatalkan wudu. Akan tetapi pertanyaanku adalah apa hukum yang meletakkan minyak di kepala atau kedua tangannya. Karena ada penyakit di tempat itu. Apa harus dihilangkan minyak dan berwudu atau berwudu sesuai dengan kondisinya?
https://islamqa.info/id/answers/202874/apakah-harus-menghilangkan-minyak-yang-ditaruh-di-tangannya-ketika-berwudu-karena-sakit-atau-sebab-lainnya
Alhamdulillah.Pertama: Kalau minyak ini di taruh di atas rambut kepala, maka tidak menghalangi keabsahan wudu menurut pendapat terkuat. Meskipun tidak ada penyakit. Karena mengusap kepala dalam wudu dibangun atau keringanan. Akan tetapi kalau mandi dari janabat atau haid. Harus dihilangkan. Karena keharusan sampainya air ke rambut dan pori-porinya dalam mandi wajib. Silahkan merujuk untuk penjelasan hal itu dalam jawaban soal no. 113647. Kedua: Kalau minyak ini di taruh di kulit tangan atau kaki atau wajah, maka yang harus dihilangkan adalah yang menempel maksudnya menghilangkan tempelan minyak yang ada di anggota tubuh. Agar meyakinkan sampainya air ke anggota tubuh. Silahkan merujuk jawaban soal no. 69817 dan soal no. 39493. Ketiga: Kalau menaruh minyak di kulit karena ada uzur karena sakit atau semisalnya. Sementara kalau dihilangkan akan berbahaya atau kepayahan yang tidak diragukan. Maka cukup mengucurkan hal itu dengan mengucurkan air di atas anggota dan mengusapnya. Baik dalam wudu dan mandi semuanya. Sehingga minyak ini seperti hukumnya gibs. Tidak mengapa tetap melekat karena ada uzur. Telah ada dalam ‘Mausu’ah Fiqhiyah, (15/108), “Seperti dalam hukum mengusap di atas gibs adalah mengusap di atas balutan atau tempelan atau yang ditaruh di atas luka dari obat yang menghalangi sampainya air seperti minyak atau lainnya.” Selesai Telah dijelaskan dalam jawaban soal no. 142639 bahwa orang yang mempergunakan obat diantara anggota badan wudu dan berbahaya kalau dicabutnya, maka hukumnya seperti gibs diusap di atasnya tidak dihilangkan. Kalau kepayahan dengan diusap, ditaruh penutup dan mengusap di atas penutup. Silahkan melihat untuk faedah jawaban soal no. 144045. Keempat: Kalau tidak mungkin mengusap di atas anggota. Yang di atasnya ada minyak atau obat. Yang tidak mungkin menaruh penutup di atasnya dan mengusap di atas penutupnya. Membasuh anggota yang sehat dan tayamum anggota yang sakit. Syekh Sholeh Al-Fauzan hafidohullah mengatakan, “Kalau di wajahnya ada penyakit kulit, dan dokter memerintahkan menaruh minyak di atasnya. Dan mengatakan jangan terkena air beberapa jam agar minyak bisa menempel untuk pengobatan. Dalam kondisi seperti ini, dijauhi tempat ini dari air ketika berwudu. Dan membasuh anggota lainnya. Wallahu a’lam. Selesai dari ‘Al-Muntaqa Min Fatawa Syekh Al-Fauzan, (4/9-10). Wallahu a’lam
Alhamdulillah.Pertama Kalau minyak ini di taruh di atas rambut kepala, maka tidak menghalangi keabsahan wudu menurut pendapat terkuat. Meskipun tidak ada penyakit. Karena mengusap kepala dalam wudu dibangun atau keringanan. Akan tetapi kalau mandi dari janabat atau haid. Harus dihilangkan. Karena keharusan sampainya air ke rambut dan poriporinya dalam mandi wajib. Silahkan merujuk untuk penjelasan hal itu dalam jawaban soal no. 113647. Kedua Kalau minyak ini di taruh di kulit tangan atau kaki atau wajah, maka yang harus dihilangkan adalah yang menempel maksudnya menghilangkan tempelan minyak yang ada di anggota tubuh. Agar meyakinkan sampainya air ke anggota tubuh. Silahkan merujuk jawaban soal no. 69817 dan soal no. 39493. Ketiga Kalau menaruh minyak di kulit karena ada uzur karena sakit atau semisalnya. Sementara kalau dihilangkan akan berbahaya atau kepayahan yang tidak diragukan. Maka cukup mengucurkan hal itu dengan mengucurkan air di atas anggota dan mengusapnya. Baik dalam wudu dan mandi semuanya. Sehingga minyak ini seperti hukumnya gibs. Tidak mengapa tetap melekat karena ada uzur. Telah ada dalam Mausuah Fiqhiyah, 15108, Seperti dalam hukum mengusap di atas gibs adalah mengusap di atas balutan atau tempelan atau yang ditaruh di atas luka dari obat yang menghalangi sampainya air seperti minyak atau lainnya. Selesai Telah dijelaskan dalam jawaban soal no. 142639 bahwa orang yang mempergunakan obat diantara anggota badan wudu dan berbahaya kalau dicabutnya, maka hukumnya seperti gibs diusap di atasnya tidak dihilangkan. Kalau kepayahan dengan diusap, ditaruh penutup dan mengusap di atas penutup. Silahkan melihat untuk faedah jawaban soal no. 144045. Keempat Kalau tidak mungkin mengusap di atas anggota. Yang di atasnya ada minyak atau obat. Yang tidak mungkin menaruh penutup di atasnya dan mengusap di atas penutupnya. Membasuh anggota yang sehat dan tayamum anggota yang sakit. Syekh Sholeh AlFauzan hafidohullah mengatakan, Kalau di wajahnya ada penyakit kulit, dan dokter memerintahkan menaruh minyak di atasnya. Dan mengatakan jangan terkena air beberapa jam agar minyak bisa menempel untuk pengobatan. Dalam kondisi seperti ini, dijauhi tempat ini dari air ketika berwudu. Dan membasuh anggota lainnya. Wallahu alam. Selesai dari AlMuntaqa Min Fatawa Syekh AlFauzan, 4910. Wallahu alam
6 Syarat Model dan Warna Hijab Syar’i yang Wajib Diketahui
https://dalamislam.com/info-islami/syarat-model-dan-warna-hijab-syari
Ada yang mengatakan juga bahwa setiap jilbab adalah hijab, tetapi dalam esensinya  akan lebih tampak pada penggunaannya. Seperti yang pernah dijelaskan, hijab berasal dari kata hajaban yang mengandung arti menutupi. Dengan kata lain Al-Hijab adalah sebuah benda yang menutupi sesuatu.Jika dikaitkan dengan menutup aurat, perbedaan hijab dan jilbab akan lebih dirasakan. Hijab memiliki makna lebih tepat yang merujuk pada tata cara berpakaian yang pantas atau menutup (hijab) tubuh sesuai dengan tuntunan agama. Sedangkan jilbab dan kerudung lebih mengacu kepada penutup kepala sebagai pelengkap hijab.Berikut ini adalah beberapa pedoman atau syarat model dan warna hijab syar’i yang kita kenakan. Menutup seluruh badan kecuali yang boleh diperlihatkan “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya…” (QS. An Nuur: 31)Berdasarkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa syarat model dan warna hijab syar’i yang pertama adalah menutup badan. Bagian yang boleh diperlihatkan hanyalah yang disyari’atkan, yaitu muka dan telapak tangan.Tidak Menggunakan Model dan Warna yang Mencolok dan BerlebihanHijab digunakan bukan sebagai perhiasan. Hijab dikenakan sesuai dengan . Perintah yang menjadikannya wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh. Tentunya ada manfaat dibalik eprtah tersebut.Karenanya hindarilah model maupun warna hijab yang terlalu mencolok atau motif yang menarik perhatian. Sebaiknya perhatikan adat atau pun kebiasaan pada suatu masyarakat tertentu. Ada suatu masyarakat yang menilai berlebihan dan bahkan melarang  untuk memakai warna dan model tertentu, sementara pada masyarakat yang lain hal ini masih sah-sah saja boleh untuk dikenakan. Sebaiknya kita mengenal juga  dalam tiap wilayah.Pilihlah model dan  warna hijab yang sesuai dengan warna kulit, maupun usia kita. Perhatikan juga untuk acara atau kegiatan apakah pakaian yang akan kita kenakan tersebut. Sehingga warna dan model pakaian yang kita kenakan tersebut tidak terkesan norak dan berlebihan, yang justru akan merusak citra hijab syar’i yang kita kenakan dan tidak tercapai .Pilih Kain yang Tebal dan Tidak TipisHendaklah bahan untuk hijab itu dari kain yang tebal dan tidak tipis. Karena bahan yang tipis itu cenderung transparan dan mudah membentuk lekuk tubuh. Bisa pula disesuaikan dengan daerah dimana kita tinggal, misalkan untuk wilayah yang cenderung berhawa dingin, bisa dipilih bahan yang cukup tebal dan hangat, namun tetap nyaman dan praktis untuk dipakai. Untuk wilayah yang cenderung panas, bisa dipilih bahan yang tidak terlalu tebal, tapi juga tidak tipis namun adem. Yang paling penting adalah bahwa bahan tersebut nyaman dan praktis untuk digunakan sehingga tidak menghalangi dan mengganggu aktifitas dan kegiatan sehari-hari kita. [AdSense-B]Ada beberapa pilihan yang dikenal adem, nyaman dan tidak tipis, seperti bahan katun, diamond, satin, bubble pop, sifon, ceruti, dan lain sebagainya. Harus longgar atau Tidak KetatSelain kain yang tebal dan tidak tipis, maka pakaian yang sesuai dengan itu haruslah yang longgar atau tidak ketat, sehingga tidak menampakkan bentuk tubuh wanita muslimah.Tidak Diberi Wewangian atau ParfumDalam berhijab, khususnya ketika hendak keluar rumah, seorang muslimah hendaknya tidak memakai wewangian yang menyengat, hingga tercium wanginya dan menarik perhatian dari lawan jenis. Sekedar untuk menghilangkan bau badan ataupun bau keringat dibolehkan selama tidak berlebihan.Bukan Pakaian untuk Mencari PopularitasHendaknya tidak berpakaian dengan tujuan untuk mencari popularitas di tengah-tengah orang banyak. Artinya orang yang dengan sengaja atau punya keinginan untuk meraih popularitas dan mencari perhatian. Baik dari harga pakaian tersebut yang sangat mahal, maupun seseorang yang sengaja ingin menampakkan perhiasan atau pun kemewahan duniawi yang dimilikinya untuk sebuah kebanggaan. [AdSense-C] Namun bukan berarti seorang muslim itu dilarang memakai pakaian yang mahal, bagus, maupun mewah. Akan tetapi semuanya kembali kepada tujuan memakainya. Tujuan berpakaian pada dasarnya adalah untuk menutup aurat dan dalam rangka untuk beribadah. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu wa Ta’ala sendiri  suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Allah menyukai jika melihat bekas kenikmatan yang diberikan oleh-Nya ada pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi)Demikianlah beberapa penjelasan syarat model dan warna hijab syar’i. Semoga menjadi panduan bagi muslimah yang ingin berhijab sesuai syar’iat.  Jadi jangan pernah ragu untuk menjadikan hijab syar’i sebagai pakaian sehari-hari kita ya! Karena sekarang ini telah banyak sekali model maupun bahan hijab syar’i yang beredar dipasaran dengan model, warna dan harga yang bisa disesuaikan dengan selera dan kemampuan kantong kita.
Ada yang mengatakan juga bahwa setiap jilbab adalah hijab, tetapi dalam esensinya akan lebih tampak pada penggunaannya. Dengan kata lain AlHijab adalah sebuah benda yang menutupi sesuatu. Hijab memiliki makna lebih tepat yang merujuk pada tata cara berpakaian yang pantas atau menutup hijab tubuh sesuai dengan tuntunan agama. Menutup seluruh badan kecuali yang boleh diperlihatkan Katakanlah kepada wanita yang beriman Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya QS. Bagian yang boleh diperlihatkan hanyalah yang disyariatkan, yaitu muka dan telapak tangan. Tidak Menggunakan Model dan Warna yang Mencolok dan BerlebihanHijab digunakan bukan sebagai perhiasan. Perintah yang menjadikannya wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh. Tentunya ada manfaat dibalik eprtah tersebut. Sebaiknya perhatikan adat atau pun kebiasaan pada suatu masyarakat tertentu. Sebaiknya kita mengenal juga dalam tiap wilayah. Perhatikan juga untuk acara atau kegiatan apakah pakaian yang akan kita kenakan tersebut. Sehingga warna dan model pakaian yang kita kenakan tersebut tidak terkesan norak dan berlebihan, yang justru akan merusak citra hijab syari yang kita kenakan dan tidak tercapai .Pilih Kain yang Tebal dan Tidak TipisHendaklah bahan untuk hijab itu dari kain yang tebal dan tidak tipis. Karena bahan yang tipis itu cenderung transparan dan mudah membentuk lekuk tubuh. Untuk wilayah yang cenderung panas, bisa dipilih bahan yang tidak terlalu tebal, tapi juga tidak tipis namun adem. Yang paling penting adalah bahwa bahan tersebut nyaman dan praktis untuk digunakan sehingga tidak menghalangi dan mengganggu aktifitas dan kegiatan seharihari kita. Tidak Diberi Wewangian atau ParfumDalam berhijab, khususnya ketika hendak keluar rumah, seorang muslimah hendaknya tidak memakai wewangian yang menyengat, hingga tercium wanginya dan menarik perhatian dari lawan jenis. Sekedar untuk menghilangkan bau badan ataupun bau keringat dibolehkan selama tidak berlebihan. Bukan Pakaian untuk Mencari PopularitasHendaknya tidak berpakaian dengan tujuan untuk mencari popularitas di tengahtengah orang banyak. Karena pada dasarnya Allah Subhanahu wa Taala sendiri suka jika hambanya menampakkan kenikmatan yang telah Allah berikan padanya. TirmidziDemikianlah beberapa penjelasan syarat model dan warna hijab syari.
Sosok Panglima Perang Islam yang Berhasil Taklukan Andalusia
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-7413001/sosok-panglima-perang-islam-yang-berhasil-taklukan-andalusia
Thariq bin Ziyad adalah salah satu panglima perang Islam yang paling tersohor pada masanya. Bahkan, namanya diabadikan sebagai nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol (Selat Gibraltar dalam bahasa Spanyol). Mengutip buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, Thariq termasuk panglima terkuat Islam. Ia berasal dari Kerajaan Umawiyah atau Bani Umayyah dan dikenal sebagai penakluk Andalusia. Nama lengkapnya adalah Thariq bin Abdullah bin Wanamu Az-Zanati. Ada juga yang menyebut namanya Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Wwalghu bin Warfajum bin Nabarghasan bin Walhas bin Yatufat bin Nafzaw. Thariq bin Ziyad lahir pada 50 H atau 670 M di Khenchela, Aljazair dari kabilah Nafzah. Pendapat lain mengatakan Thariq berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Ada juga yang menyebut Thariq keturunan Bani Hamdan di Persia hingga bangsa Vandals. Meski demikian, Thariq bin Ziyad bukan berasal dari Arab Saudi. Namanya dikenal sebagai panglima perang Islam pada masa Kekhalifahan Umayyah. Thariq bin Ziyad memimpin perang ekspansi ke Andalusia, Spanyol. Pada ekspansi itu, Thariq tampil sebagai pahlawan Islam yang sukses menaklukan Andalusia. Turut diceritakan dalam buku Peradaban Islam di Eropa dari Penaklukan Andalusia hingga Runtuhnya Kekhalifahan Umayyah oleh Ari Ghorir Atiq, penaklukan Andalus telah lama direncanakan dalam pemerintahan Islam. Musa bin Nushair lalu memerintahkan Thariq untuk berangkat ke Andalus. Pada 711 M, Thariq menjadi pemimpin dalam penaklukan atas wilayah Al-Andalus. Ia beserta pasukannya mendarat di gunung yang disebut Jabal Thariq. Sebelum peperangan bermula, Thariq memerintahkan pasukannya membakar kapal setelah pendaratan. Tujuannya agar tidak ada pilihan baginya dan pasukannya untuk mundur. Setelahnya, Thariq berpidato di depan bala tentaranya. Pidato itu membuat pasukannya semakin semangat dan menggebu-gebu untuk menaklukan Andalusia. Akhirnya, ia membagi para tentara menjadi beberapa kelompok dan menuju ke tempat yang telah ditentukan. Walau jumlah pasukannya kalah besar dengan musuh yang dihadapi, mereka yakin kemenangan berpihak pada mereka. Strategi yang ia gunakan untuk penaklukan Andalusia cukup menarik. Thariq membagi pasukannya menjadi empat kelompok yaitu pasukan pemanah yang berada di garda depan, pasukan berkuda yang bertugas menggempur musuh dari sayap kiri, pasukan pejalan kaki yang menyebrang dari sayap kanan dan pasukan yang dipimpin oleh Thariq. Benar saja, peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Thariq dan Andalus berhasil ditaklukan. Thariq bin Ziyad menorehkan sejarah monumental yang belum pernah terjadi di tanah Andalus maupun negeri-negeri Maghribi atau lima negara di Afrika Utara.
Thariq bin Ziyad adalah salah satu panglima perang Islam yang paling tersohor pada masanya. Bahkan, namanya diabadikan sebagai nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol Selat Gibraltar dalam bahasa Spanyol. Mengutip buku Para Panglima Perang Islam susunan Rizem Aizid, Thariq termasuk panglima terkuat Islam. Ia berasal dari Kerajaan Umawiyah atau Bani Umayyah dan dikenal sebagai penakluk Andalusia. Ada juga yang menyebut namanya Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Wwalghu bin Warfajum bin Nabarghasan bin Walhas bin Yatufat bin Nafzaw. Pendapat lain mengatakan Thariq berasal dari kabilah Barbar yang tinggal di Maroko. Pada ekspansi itu, Thariq tampil sebagai pahlawan Islam yang sukses menaklukan Andalusia. Musa bin Nushair lalu memerintahkan Thariq untuk berangkat ke Andalus. Ia beserta pasukannya mendarat di gunung yang disebut Jabal Thariq. Sebelum peperangan bermula, Thariq memerintahkan pasukannya membakar kapal setelah pendaratan. Tujuannya agar tidak ada pilihan baginya dan pasukannya untuk mundur. Setelahnya, Thariq berpidato di depan bala tentaranya. Pidato itu membuat pasukannya semakin semangat dan menggebugebu untuk menaklukan Andalusia. Akhirnya, ia membagi para tentara menjadi beberapa kelompok dan menuju ke tempat yang telah ditentukan. Walau jumlah pasukannya kalah besar dengan musuh yang dihadapi, mereka yakin kemenangan berpihak pada mereka. Thariq bin Ziyad menorehkan sejarah monumental yang belum pernah terjadi di tanah Andalus maupun negerinegeri Maghribi atau lima negara di Afrika Utara.
Metode Istiqra Ma’nawi, Apa Maksudnya?
https://muhammadiyah.or.id/2021/11/metode-istiqra-manawi-apa-maksudnya/
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Umat Islam memiliki dua sumber hukum yang bersifat absolut yakni Alquran dan Hadits. Dalam memutuskan hukum suatu perkara diperlukan memanfaatkan kolektivitas dalil dari berbagai bentuknya baik yang terkait dengan nash secara langsung (manqulah) atau tidak langsung (ghairu manqulah). Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghoffar Ismail mengatakan bahwa pemanfaatan kolektivitas dalil untuk memutuskan suatu perkara dalam diskusi usul fikih disebut dengan istiqra’ al-ma’nawi. Istiqra berarti induktif dan al-ma’nawi bermakna integralistik. Dalam Mahaj Tarjih, metode ini disebut dengan asumsi integralistik. Metode istiqra’ ini dikembangkan oleh ulama Maliki yaitu Imam al-Syatibi dalam kitab Al-Muwafaqat fi Ushul asy-Syari’ah. Apa yang digambarkan al-Syatibi mengenai metode ini, paling tidak merupakan tawaran yang menarik tatkala memahami nash hukum. Sebab hal ini berbeda dengan formulasi metodologis yang telah ditawarkan oleh mazhab-mazhab sebelumnya yang masih bersifat deduksi peraturan-peraturan konkrit dari nash-nash. “Dalam pendekatan istiqra’ ini semua dalil yang setema dalam Al Quran dan Al Sunah, bahkan dari penafsiran sahabat, tabiin, syarah hadis, kitab-kitab tafsir, ulama-ulama mazhab, diambil semua, kemudian ditata untuk membuat kesimpulan,” tutur Ghoffar dalam kajian yang diselenggarakan Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (03/11). Ghoffar menjelaskan bahwa apabila dalil-dalil yang satu tema dikumpulkan kemudian saling menguatkan dan saling berkoroborasi menghasilkan suatu norma, dalam kasus-kasus tertentu kekuatan kebsahan itu mencapai derajat qat’i. Keqat’ian tidak terdapat dalam dalil terpisah satu persatu, tetapi terdapat dalam koroborasi sejumlah dalil yang satu sama lain saling menguatkan dan menunjukkan satu pemaknaan yang sama. “Jika semua dalil semua dikumpulkan kemudian pendapat-pendapat sahabat, tabiin, ulama, pakar, dan lain sebagainya dikumpulkan jadi satu, ketika kesimpulannya menunjuk pada satu makna, maka itulah sebenarnya yang disebut dengan qat’i. qat’I itu maknanya pasti, karena seluruh sumber menunjuk pada satu makna,” ujar Ghoffar. Karenanya, satu keputusan hukum harus didasarkan pada kolektivitas dalil secara menyeluruh, dan bukan sekedar ‘mengutip’ satu dalil tertentu, tanpa mempertimbangkan konteks sosiologis-historis saat dalil itu lahir. Contoh dari penerapan istiqra’ ma’nawi ini dalil tentang salat, zakat, dan lain sebagainya.
MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA Umat Islam memiliki dua sumber hukum yang bersifat absolut yakni Alquran dan Hadits. Dalam memutuskan hukum suatu perkara diperlukan memanfaatkan kolektivitas dalil dari berbagai bentuknya baik yang terkait dengan nash secara langsung manqulah atau tidak langsung ghairu manqulah. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Ghoffar Ismail mengatakan bahwa pemanfaatan kolektivitas dalil untuk memutuskan suatu perkara dalam diskusi usul fikih disebut dengan istiqra almanawi. Istiqra berarti induktif dan almanawi bermakna integralistik. Dalam Mahaj Tarjih, metode ini disebut dengan asumsi integralistik. Metode istiqra ini dikembangkan oleh ulama Maliki yaitu Imam alSyatibi dalam kitab AlMuwafaqat fi Ushul asySyariah. Apa yang digambarkan alSyatibi mengenai metode ini, paling tidak merupakan tawaran yang menarik tatkala memahami nash hukum. Sebab hal ini berbeda dengan formulasi metodologis yang telah ditawarkan oleh mazhabmazhab sebelumnya yang masih bersifat deduksi peraturanperaturan konkrit dari nashnash. Dalam pendekatan istiqra ini semua dalil yang setema dalam Al Quran dan Al Sunah, bahkan dari penafsiran sahabat, tabiin, syarah hadis, kitabkitab tafsir, ulamaulama mazhab, diambil semua, kemudian ditata untuk membuat kesimpulan, tutur Ghoffar dalam kajian yang diselenggarakan Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu 0311. Ghoffar menjelaskan bahwa apabila dalildalil yang satu tema dikumpulkan kemudian saling menguatkan dan saling berkoroborasi menghasilkan suatu norma, dalam kasuskasus tertentu kekuatan kebsahan itu mencapai derajat qati. Keqatian tidak terdapat dalam dalil terpisah satu persatu, tetapi terdapat dalam koroborasi sejumlah dalil yang satu sama lain saling menguatkan dan menunjukkan satu pemaknaan yang sama. Jika semua dalil semua dikumpulkan kemudian pendapatpendapat sahabat, tabiin, ulama, pakar, dan lain sebagainya dikumpulkan jadi satu, ketika kesimpulannya menunjuk pada satu makna, maka itulah sebenarnya yang disebut dengan qati. qatI itu maknanya pasti, karena seluruh sumber menunjuk pada satu makna, ujar Ghoffar. Karenanya, satu keputusan hukum harus didasarkan pada kolektivitas dalil secara menyeluruh, dan bukan sekedar mengutip satu dalil tertentu, tanpa mempertimbangkan konteks sosiologishistoris saat dalil itu lahir. Contoh dari penerapan istiqra manawi ini dalil tentang salat, zakat, dan lain sebagainya.
Ciri-Ciri Wali Kekasih Allah SWT Menurut Ibnu Qayyim
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/ciri-ciri-wali-kekasih-allah-swt-menurut-ibnu-qayyim/
Eramuslim – Siapakah wali Allah SWT? Apakah wali Allah adalah mereka yang bisa hanya melakukan ibadah sepanjang hari sepanjang malam? Dalam Madarij as-Salikin, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyebut beberapa ciri-ciri wali Allah. Yang pertama, wali Allah adalah orang yang sangat dekat dengan kaum fakir miskin. Orang seperti itu jika berbuat dosa maka akan diampuni oleh Allah SWT. Ini seperti terjadi pada seorang Yahudi ketika akan dihukum mati oleh karena golongannya berkhianat kepada Rasulullah. Saat penghukuman mati, Jibril datang menemui Rasulullah seraya meminta seorang tawanan Yahudi tersebut dibebaskan karena ia senang menjamu tamu dan suka menolong fakir miskin. Setelah itu, Rasul menghampiri tawanan tersebut dan berkata, “Baru saja Jibril datang kepadaku dan aku akan bebaskan kamu.” Tawanan itu bertanya, “Mengapa?” “Karena engkau suka menjamu tamu dan membantu fakir miskin.” Ketika itu juga, si Yahudi masuk Islam. Orang Yahudi itu dimaafkan karena sifat kedermawanannya. Jika kita ingin menjadi kekasih Allah tetapi kita sulit berzikir dan salat malam, cara yang paling baik ialah memberikan sebagian harta kita kepada kaum fakir miskin. Kedua, wali Allah ialah anak muda yang taat beribadah kepada Allah. Dia persembahkan masa muda dan ketegapan tubuhnya untuk Allah. Dalam salah satu hadits disebutkan, “Tidak ada yang paling dicintai Allah selain pemuda yang sudah kembali kepada Allah dan tidak ada yang paling dibenci Allah selain orang tua yang terus menerus melakukan kemaksiatan.” Jika ada anak yang masih kecil sudah taat kepada Allah dan rajin membaca Alquran, dekatilah ia. Ia akan menyebarkan berkah kepada kita. Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya, makhluk yang paling dicintai Allah adalah anak muda yang belia usianya, tegap tubuhnya, yang mempersembahkan kepemudaan dan ketegapannya untuk taat kepada Allah. Itulah orang yang dibanggakan Allah di hadapan para malaikat-Nya. Dikumpulkannya para malaikat itu, kemudian Allah berfirman: ‘Inilah hamba-Ku yang sebenarnya’. ” Bila seseorang sudah menjadi kekasih-Nya, dia akan memperoleh beberapa keistimewaan. Pertama, Allah akan memberi rezeki untuknya dari tempat yang tidak terduga. Kedua, doa mereka makbul. Oleh sebab itu, jika kita bertemu seseorang dan yakin bahwa orang itu wali Allah, mintalah doa kepadanya. Ketiga, kehadirannya mendatangkan berkah bagi tempat di sekitarnya. (rol)
Eramuslim Siapakah wali Allah SWT Apakah wali Allah adalah mereka yang bisa hanya melakukan ibadah sepanjang hari sepanjang malam Dalam Madarij asSalikin, Ibnu Qayyim alJauziyyah menyebut beberapa ciriciri wali Allah. Yang pertama, wali Allah adalah orang yang sangat dekat dengan kaum fakir miskin. Orang seperti itu jika berbuat dosa maka akan diampuni oleh Allah SWT. Ini seperti terjadi pada seorang Yahudi ketika akan dihukum mati oleh karena golongannya berkhianat kepada Rasulullah. Saat penghukuman mati, Jibril datang menemui Rasulullah seraya meminta seorang tawanan Yahudi tersebut dibebaskan karena ia senang menjamu tamu dan suka menolong fakir miskin. Setelah itu, Rasul menghampiri tawanan tersebut dan berkata, Baru saja Jibril datang kepadaku dan aku akan bebaskan kamu. Tawanan itu bertanya, Mengapa Karena engkau suka menjamu tamu dan membantu fakir miskin. Ketika itu juga, si Yahudi masuk Islam. Orang Yahudi itu dimaafkan karena sifat kedermawanannya. Jika kita ingin menjadi kekasih Allah tetapi kita sulit berzikir dan salat malam, cara yang paling baik ialah memberikan sebagian harta kita kepada kaum fakir miskin. Kedua, wali Allah ialah anak muda yang taat beribadah kepada Allah. Dia persembahkan masa muda dan ketegapan tubuhnya untuk Allah. Dalam salah satu hadits disebutkan, Tidak ada yang paling dicintai Allah selain pemuda yang sudah kembali kepada Allah dan tidak ada yang paling dibenci Allah selain orang tua yang terus menerus melakukan kemaksiatan. Jika ada anak yang masih kecil sudah taat kepada Allah dan rajin membaca Alquran, dekatilah ia. Ia akan menyebarkan berkah kepada kita. Dalam hadits lain disebutkan Sesungguhnya, makhluk yang paling dicintai Allah adalah anak muda yang belia usianya, tegap tubuhnya, yang mempersembahkan kepemudaan dan ketegapannya untuk taat kepada Allah. Itulah orang yang dibanggakan Allah di hadapan para malaikatNya. Dikumpulkannya para malaikat itu, kemudian Allah berfirman Inilah hambaKu yang sebenarnya. Bila seseorang sudah menjadi kekasihNya, dia akan memperoleh beberapa keistimewaan. Pertama, Allah akan memberi rezeki untuknya dari tempat yang tidak terduga. Kedua, doa mereka makbul. Oleh sebab itu, jika kita bertemu seseorang dan yakin bahwa orang itu wali Allah, mintalah doa kepadanya. Ketiga, kehadirannya mendatangkan berkah bagi tempat di sekitarnya. rol
Adab Sujud Sahwi dan Dalilnya
https://dalamislam.com/info-islami/adab-sujud-sahwi
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama Islam sebagai dan .Salah satu diantara nikmat yang Allah berikan kepada para hamba-Nya, Allah mengutus nabi-Nya dari kalangan manusia. Sehingga memungkinkan bagi mereka untuk meniru beliau dalam semua peristiwa kehidupannya. Termasuk ketika beliau lupa dalam shalat.Sehingga umatnya bisa meniru apa yang beliau lakukan ketika lupa dalam atau sebagaimana .Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan, Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa jumlah rakaat ketika shalat. Seusai shalat, beliau ditanya para sahabat, apakah ada perubahan jumlah rakaat shalat?Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Saya hanyalah manusia biasa. Saya bisa lupa sebagaimana kalian lupa. Jika saya lupa, ingatkanlah aku. Jika kalian ragu tentang jumlah rakaat shalat kalian, pilih yang paling meyakinkan, dan selesaikan shalatnya. Kemudian lakukan sujud sahwi. (HR. Bukhari & Muslim)Sujud sahwi adalah suatu istilah untuk dua sujud yang dikerjakan oleh orang yang shalat, fungsinya untuk menambah celah-celah yang kurang dalam shalatnya karena lupa sebagaimana dalam .  sujud sahwi disyariatkan dalam rangka menutup kekurangan ketika shalat disebabkan lupa. Adapun adab pelaksanaan sujud sahwi dalpat dilakukan dengan cara sebagai berikut :Adab Sujud Sahwi Dalam IslamBeberapa hal yang menyebabkan seseorang harus melakukan sujud sahwi antara lain . PenambahanDalilnya ada hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu [1] : ( ) : . : ( )“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat dzuhur 5 (lima) rakaat. Maka ada yang bertanya kepada beliau : “Apakah shalat sengaja ditambah? Beliau menjawab : “Memangnya apa yang terjadi?” Kemudian mereka (para sahabat) menjawab: “Anda telah mengerjakan shalat (dzuhur) lima rakaat. “Maka beliau langsung sujud dua kali kemudian salam”. Apabila seorang yang shalat menambah shalatnya, baik menambah berdiri, duduk, rukuk atau sujud secara sengaja, maka shalatnya batal (tidak sah). Jika dia melakukannya karena lupa dan dia tidak ingat bahwa dia telah menambah shalatnya hingga selesai shalat, maka dia tidak terkena beban apa pun kecuali hanya mengerjakan sujud sahwi, sedangkan shalatnya tetap sah. Tetapi jika dia telah menyadari adanya tambahan tersebut di saat dia masih mengerjakan shalat, maka dia wajib kembali kepada posisi yang benar, lalu mengerjakan sujud sahwi, dan shalatnya tetap sah.2. PenguranganPengurangan dalam mengerjakan shalat ada beberapa macam, di antaranya adalah sebagai berikut:Kekurangan Rukun-Rukun Dalam ShalatApabila seorang yang shalat mengurangi (tidak mengerjakan) salah satu rukun shalat, jika yang kurang tadi adalah takbiratul ihram, maka tidak ada shalat baginya, baik ketika dia meninggalkannya karena sengaja maupun karena lupa, sebab shalatnya belum dianggap dimulai. Jika yang kurang tadi bukan takbiratul ihram, dia sengaja meninggalkannya, maka shalatnya batal.Tetapi jika dia meninggalkannya karena lupa, bila dia telah sampai pada rakaat kedua maka dia harus membiarkan rukun shalat yang tertinggal tadi dan mengerjakan rakaat berikutnya sebagaimana posisinya. Tetapi jika dia belum sampai pada rakaat kedua, maka dia wajib mengulangi kembali rukun shalat yang tertinggal tadi, kemudian menyempurnakannya dan rukun-rukun setelahnya. Dalam kedua kondisi ini, maka dia wajib mengerjakan sujud sahwi setelah salam.Adanya Kekurangan Dalam Hal-Hal Yang Diwajibkan Dalam ShalatApabila seorang yang shalat dengan sengaja tidak mengerjakan salah satu dari hal-hal yang diwajibkan dalam shalat, maka shalatnya batal. Jika dia mengerjakannya karena kelupaan, kemudian dia baru mengingatnya kembali sebelum mengerjakan kewajiban kewajiban shalat yang lainnya, maka dia harus menyempurnakan kewajiban yang kelupaan tadi dan dia tidak terkena beban apapun.Jika dia baru mengingatnya kembali setelah tidak pada posisinya tetapi belum sampai pada rukun shalat berikutnya, maka dia harus kembali dan mengerjakan kewajiban shalat yang terlupakan tadi, kemudian baru menyempurnakan shalatnya dan salam. Setelah itu hendaknya dia bersujud sahwi dan salam lagi.Tetapi jika dia baru mengingatnya setelah sampai pada rukun shalat berikutnya, maka gugurlah dan dia tidak boleh kembali untuk mengerjakan rakaat yang terlupakan tadi, kemudian dia diharuskan melanjutkan shalatnya dan mengerjakan sujud sahwi sebelum salam.Dalilnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan lain-lainnya [5] dari Abdullah bin Buhainah Radhiyallahu a’nhu. ( ) “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat zhuhur bersama para sahabat, kemudian beliau langsung berdiri pada rakaat kedua yang pertama dan beliau tidak duduk (yakni tasyahud awal), maka orang-orang pun juga ikut berdiri bersama beliau hingga shalat usai. Kemudian semua orang menunggu-nunggu beliau salam, tetapi beliau bertakbir lagi padahal beliau sedang duduk, kemudian beliau bersujud dua kali sebelum salam, kemudian setelah itu baru beliau salam”3. Ragu RaguAsy-Syak adalah keraguan antara dua perkara, mana diantara keduanya yang benar. Ragu-ragu yang tidak perlu dihiraukan dalam semua ibadah adalah dalam tiga kondisi.Apabila keraguan itu hanya berupa angan-angan belaka yang tidak nyata, seperti perasaan was-was.Apabila keraguan itu hanya berupa angan-angan belaka yang tidak nyata, seperti perasaan was-was.Apabila keragu-raguan itu muncul setelah melaksanakan suatu ibadah. Maka dia tidak perlu menghiraukan perasaan ragu-ragu tersebut selama perkaranya belum jelas dan dia harus mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya.Ragu-ragu dalam shalat tidak akan terlepas dari dua kondisi dibawah ini.Dia bisa menentukan salah satu yang lebih rajih (kuat/benar) di antara dua perkara, maka dia harus mengerjakan apa yang menurutnya lebih rajih tersebut, kemudian menyempurnakan shalatnya dan salam, kemudian sujud sahwi dan salam lagi. Dalilnya adalah sebuah hadits yang disebutkan dalam Ash-Shahahain dan yang lain, dari hadits Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ( )“Apabila salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam shalatnya, maka hendaklah dia menentukan sendiri yang menurutnya benar, lalu menyempurnakan dengan pilihannya tadi dan salam, kemudian sujud dua kali” [Ini adalah lafazh Al-Bukhari]Dia tidak bisa menentukan salah satu yang lebih rajih di antara dua perkara tersebut, maka minimal dia mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya. Kemudian menyempurnakan shalatnya sesuai dengan yang diyakininya tadi, lalu sebelum salam sujud sahwi, kemudian baru salam.Dalilnya adalah sebuah hadits yangb diriwayatkan oleh Muslim [7] dari Abu Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda. “Apabila salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam shalatnya dan dia tidak tahu berapa rakaat dia shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaknya dia membuang keraguan tersebut dan hendaknya dia mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam. Jika dia ternyata shalat lima rakaat, maka shalatnya tersebut akan menjadi syafaat baginya, sedangkan jika ternyata dia shalat tepat empat rakaat, maka kedua sujudnya bisa membuat marah syetan”.itulah tadi, adab sujud sahwi dan dalilnya. semoga dapat menambha ilmu pengetahuan dan referensi bagi anda sebagaimana , , , , dan .  serta juga semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga, dan antar kaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama Islam. Sehingga memungkinkan bagi mereka untuk meniru beliau dalam semua peristiwa kehidupannya. Termasuk ketika beliau lupa dalam shalat. Seusai shalat, beliau ditanya para sahabat, apakah ada perubahan jumlah rakaat shalatJawab Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Saya hanyalah manusia biasa. Bukhari MuslimSujud sahwi adalah suatu istilah untuk dua sujud yang dikerjakan oleh orang yang shalat, fungsinya untuk menambah celahcelah yang kurang dalam shalatnya karena lupa sebagaimana dalam . Sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam pernah shalat dzuhur 5 lima rakaat. Maka ada yang bertanya kepada beliau Apakah shalat sengaja ditambah Beliau menjawab Memangnya apa yang terjadi Kemudian mereka para sahabat menjawab Anda telah mengerjakan shalat dzuhur lima rakaat. Maka beliau langsung sujud dua kali kemudian salam. Apabila seorang yang shalat menambah shalatnya, baik menambah berdiri, duduk, rukuk atau sujud secara sengaja, maka shalatnya batal tidak sah. Jika yang kurang tadi bukan takbiratul ihram, dia sengaja meninggalkannya, maka shalatnya batal. Tetapi jika dia meninggalkannya karena lupa, bila dia telah sampai pada rakaat kedua maka dia harus membiarkan rukun shalat yang tertinggal tadi dan mengerjakan rakaat berikutnya sebagaimana posisinya. Dalam kedua kondisi ini, maka dia wajib mengerjakan sujud sahwi setelah salam. Tetapi jika dia baru mengingatnya setelah sampai pada rukun shalat berikutnya, maka gugurlah dan dia tidak boleh kembali untuk mengerjakan rakaat yang terlupakan tadi, kemudian dia diharuskan melanjutkan shalatnya dan mengerjakan sujud sahwi sebelum salam. Kemudian semua orang menunggununggu beliau salam, tetapi beliau bertakbir lagi padahal beliau sedang duduk, kemudian beliau bersujud dua kali sebelum salam, kemudian setelah itu baru beliau salam3. Raguragu yang tidak perlu dihiraukan dalam semua ibadah adalah dalam tiga kondisi. Apabila keraguan itu hanya berupa anganangan belaka yang tidak nyata, seperti perasaan waswas. Apabila keraguraguan itu muncul setelah melaksanakan suatu ibadah. Maka dia tidak perlu menghiraukan perasaan raguragu tersebut selama perkaranya belum jelas dan dia harus mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya. Raguragu dalam shalat tidak akan terlepas dari dua kondisi dibawah ini. Dalilnya adalah sebuah hadits yang disebutkan dalam AshShahahain dan yang lain, dari hadits Abdullah bin Masud Radhiyallahu anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. Apabila salah seorang di antara kalian merasa ragu dalam shalatnya dan dia tidak tahu berapa rakaat dia shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaknya dia membuang keraguan tersebut dan hendaknya dia mengerjakan sesuai dengan apa yang diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam. serta juga semoga artikel ini dapat bermanfaat.
Imam masjid di daerah kami mengisahkan tentang seorang yang saleh. Dia berkata bahwa ibu dari orang saleh tersebut memakan asinan sayur saat mengandungnya tanpa seizing orang yang punya asinan tersebut. Setelah sang anak sudah dewasa, maka orang saleh tersebut memperhatikan bahwa shalatnya tidak diterima (dia dapat menilai seperti itu karena telah tersingkap tabir baginya). Lalu ketika itu, sang ibu memberitahunya tentang masalah asinan sayur tersebut. Maka orang saleh tersebut yakin bahwa itulah yang menjadi sebab shalatnya tidak diterima. Saya tidak tahu, apakah makna kasyf (tersingkapnya tabir). Apakah maknanya bahwa orang tersebut dapat mengetahui berbagai hal atas pertolongan Allah Taala, seperti misalnya dia mengetahui bahwa kedua orang tuanya di neraka misalnya? Apa hukum shalat di belakang imam yang percaya adanya kasyf tersebut? Apakah asalnya boleh shalat di belakangnya? Apakah kasyf mungkin terjadi pada orang saleh?
https://islamqa.info/id/answers/223510/membongkar-tasawuf-sahkah-shalat-di-belakang-orang-yang-mengakut-tasawuf
Alhamdulillah. Allah Taala boleh jadi memberikan kelebihan pada sebagian manusia terhadap perkara-perkara yang tidak dapat diketahui orang lain. Sebab hal itu, mungkin dapat kita simpulkan dalam dua bentuk. Pertama: Sebab-sebab syar’i, terkandung dalam: 1.Kitab-kitab yang diturunkan dan sabda para nabi. Tapi sebagian besarnya telah mengalami manipulasi. Tidak ada yang masih utuh dan benar kecuali Al-Quranul Karim dan sunah nabi yang sahih. 2.Ilham. Yaitu seseorang mendapatkan ilham melalui hatinya atau mendengar ada suara yang berbicara kepadanya. 3.Mimpi yang berasal dari Allah. Kedua: Sebab-sebab yang sumbernya dari setan. Terkandung dalam; 1.Jiwa yang jahat yang meminta tolong dari jin dan setan, seperti para penyihir, dukun dan peramal. 2.Mimpi-mimpi yang bersumber dari setan. 3.Hembusan dan bisikan setan dalam kondisi sadar. Hal tersebut karena setan boleh jadi mendengar sebagian apa yang dibicarakan para malaikat di langit atas perintah-perintah Allah Taala yang akan dilakukan, lalu mereka sampaikan berita itu kepada pengikutnya dari kalangan manusia. Maka hal inilah yang dimaksud dalam firman Allah Taala, ( : 9) “Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” QS: Jin: 9 Kadang dia keburu ditimpuk bintang sebelum mendapatkannya, tapi kadang baru ditimpuk setelah dia mendapatkannya. Semua itu mungkin saja disebut dengan istilah ‘kasyf’. Karena makna kasyf adalah dapat mengetahui apa yang terdapat dibalik tabir, berupa hal-hal gaib dan perkara-perkara tersembunyi, baik secara eksistensi atau penampakan.” (Al-Mausu’ah Al-Aqadiah, website Ad-Durar As-Saniah, 1/114) Siapa yang diperlihatkan kepadanya perkara-perkara gaib melalui sebab syar’i, maka tidak ada dosa baginya, minimal, atau bahkan dia mendapatkan pahala dan kemuliaan. Adapun orang yang mengetahui perkara gaib dari pintu-pintu kesesatan dan cara-cara setan, maka sungguh dia berada dalam bahaya dan bercampur antara dosa dan kekufuran. Lihat jawaban soal no 12778 Kasyf ala sufi yang berkembang di masa belakangan dan banyak diklaim oleh para penganut tasawuf generasi belakangan maknanya menurut mereka adalah disingkapnya tirai di hadapan hati sang sufi dan penglihatannya agar dia mengetahui apa yang terdapat di langit dan di bumi semuanya.” (Al-Fikru Ash-Shufi Fi Dhau’i Al-Kitab Wa As-Sunah, Abdurrahman Abdul Khaliq, 1/146) Hal seperti ini tidak boleh diyakini oleh seorang muslim, karena maknanya adalah sang sufi tersebut dapat mengetahui perkara gaib secara mutlak, tidak ada yang tersembunyi baginya sedikitpun. Padahal, hal seperti ini merupakan kekhususan Allah Taala, tidak ada seorang pun dari makluk yang menyekutuiNya. Disebutkan dalam Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Lil Adyan Wal Mazahib Al-Mu’ashirah (1/261-262), “Kalangan sufi berpedoman kepada kasyf sebagai sumber kuat bagi ilmu dan pengetahuan, bahkan itu merupakan wujud dari tujuan ibadah mereka. Termasuk dalam kasyf ala sufi beberapa perkara dalam urusan syariat dan fenomena alam; 1-Nabi shallallahu alaihi wa sallam, mereka mendatanginya dengan tujuan untuk mengambil ilmu darinya dalam keadaan terjaga atau mimpi. 2-Khidhr alaihissalam; Banyak riwayat yang menyebutkan bahwa mereka (kaum sufi) telah berjumpa dengannya, lalu mengambil darinya hukum-hukum syariat dan ilmu-ilmu agama, juga wirid, zikir dan manaqib. 3-Ilham, apakah dari Allah langsung. 4-Firasat, yang khusus mengetahui kehendak dan pembicaraan hati. 5-Bisikan-bisikan; Mendengar bisikan dari Allah Taala Taala, dari Malaikat, jin saleh, atau dari salah seorang wali, atau Khidhr atau Iblis, apakah melalui mimpi, terjaga atau di antara keduanya melalui perangkat telinga. 6-Isra’at dan Ma’aarij. Maksudnya, naiknya ruh sang wali ke alam eksotis dan melakukan perjalanan di sana, lalu kembali membawa berbagai ilmu dan rahasia. 7-Al-Kasyful Hissi (Penyingkapan materi). Yaitu tersingkapnya hakikat wujud dengan diangkatnya tirai materi di hadapan mata hati dan penglihatan. 8-Mimpi. Ini merupakan sumber yang paling banyak dijadikan patokan, mereka mengklaim bahwa mereka menerimanya dari Allah Taala atau dari Nabi shallalalhu alaihi wa sallam atau dari salah seorang guru mereka untuk mengetahui hukum-hukum syariat.” Kasyf ala sufi ini sebagaimana tampak dapat mengandung yang haq atau batil. Jika demikian halnya, maka tidak dapat diterima sebelum dipilah. Yang haq diterima dan yang batil ditolak. Pada awalnya, generasi awal kaum sufi tidak menerima adanya kasyf ilmi, selera, perasaan kecuali sesuai dengan Al-Quran dan Sunah. Abu Sulaiman Ad-Darani berkata, “Kadang saya merasakan dalam hati saya  bisikan jika dalam beberapa hari, maka saya tidak menerimanya kecuali dengan dua saksi yang adil; Al-Quran dan Sunah.” (Thabaqat Ash-Shufi, Assilmi, 1/76) Membedakannya mana yang haq dan mana yang batil, dapat dilakukan dengan salah satu dari dua perkara; Pertama, keadaan orang yang mengaku kasyf. Karena orang laki-laki saleh, termasuk juga perempuan, adalah orang yang mendapatkan kasyf yang bersumber dari Allah, adalah orang yang sesat, maka kasyf-nya bersumber dari setan. Allah Taala berfirman, ( : 221-223) “Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan itu turun?. Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” QS: 221-223. Kedua; Konten kasyf, apakah dia bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah sehingga harus ditolak? Ataukah dia sesuai dengan keduanya sehingga dapat diterima? Ataukah tidak bertentangan tapi juga tidak sesuai, sehingga dia termasuk berita dunia yang benar saja dan ilmu yang lurus dan tidak terkait dengan ketaatan atau permusuhan kepada Allah. Ucapan penanya; “Orang saleh itu menilai bahwa shalatnya tidak diterima.” Hal ini tidak dapat diterima, karena bertentangan dengan Al-Quranul Karim, karena Allah Taala berfirman, ( : 164) . “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” QS: Al-AN’am: 164. Bagaimana seseorang dihukum oleh sebab dosa yang tidak dia lakukan, akan tetapi yang dilakukan ibunya saat dia mengandungnya?! Maka hal ini termasuk perkara yang telah dibicarakan sebelumnya, yaitu bentuk kasyf yang bertentangan dengan Al-Quran dan Sunah, maka dia tertolak tidak boleh diterima. Dan kami pastikan bahwa perkara ini bukan dari Allah Taala. Adapun ucapan penanya, “Seperti orang yang mengetahui bahwa kedua orang tuanya di neraka, misalnya.” Jawab: “Perkara semacam ini tidak menjadi ilmu bagi orang awam, kecuali berdasarkan berita dari Allah dan RasulNya yang wajib dibenarkan. Sebagaimana riwayat tentang sepuluh orang shahabat yang dijamin masuk surga, atau selain mereka yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa mereka adalah ahli surga. Atau orang-orang yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai ahli neraka. Ilmu semacam ini harus dibenarkan orang yang menyampaikannya dan dipersaksikan. Lihat jawaban soal no. 731 Adapun orang selain mereka, misalnya dari para ulama yang khusus, maka kaidah dasarnya adalah bahwa perkara semacam ini adalah perkara gaib yang diketahui tidak dapat terjadi pada seseorang. Kalaupun ditakdirkan bahwa seseorang merasa dalam hatinya mengetahui semacam hal tersebut, maka hal semacam ini tidak boleh dijadikan sebagai saksi atas kandungannya dan tidak boleh dipastikan tentang kebenaran beritanya. Akan tetapi dia masuk dalam bab persangkaan, yang bisa benar bisa salah. Katakanlah ada seseorang yang berkata bahwa dia mengaku mengetahui perkara semacam itu dan mengabarkannya. Maka tidak boleh ada seorang pun membenarkannya ucapannya dan menyakini isi beritanya, juga menyampaikannya kepada orang lain. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, “Siapa yang telah jelas kedudukanya sebagai orang bertakwa berdasarkan nash dan bahwa dia merupakan ahli surga, seperti sepuluh orang sahabat tersebut dan lainnnya, maka ahlussunah umumnya telah bersaksi sebagaimana persaksian berdasarkan nash tersebut. Adapun orang yang sudah dikenal sebagai bahan pembicaraan di tengah umat yaitu mereka sepakat memberikan pujian kepadanya, apakah orang itu dapat dipersaksikan (ketakwaannya)? Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara ahli sunah. Yang lebih dekat (pada kebenaran) bahwa oleh tersebut boleh dipersaksikan (ketakawaannya), namun hal ini dalam perkara umum. Adapun “orang-orang khusus” boleh jadi mereka mengetahui perkara-perkara yang akan tidak wajib dibenarkan secara umum. Karena banyak mereka yang mengira bahwa dia telah mendapatkan ketersingkapan tersebut (kasyf) dia mesih menganggapnya sebagai persangkaan, dan persangkaan sedikitpun tidak mendatangkan yang haq. Orang-orang yang mendapatkan kasyf dan bisikan, kadang benar, kadang keliru, sebagaimana halnya orang-orang yang menggali dalil dalam masalah ijtihad. Karena itu, wajib bagi mereka semuanya, berpedoman kepada Al-Quran dan Sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menimbang perasaan, penglihatan dan pandangan-pandangan mereka berdasarkan Al-Quran dan Sunah Rasul-Nya, tidak cukup dengan sekedar itu semua. Karena tokoh orang yang mendapatkan bisikan dan ilham dari umat ini, yaitu Umar bin Khatab, juga mengalami pengalaman-pengalaman pribadi namun ditolak oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam atau oleh sahabat dekatnya yang jujur, yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq radhiallahu anhu, orang yang mengikutinya dan mengambil ilmu darinya. Dan beliau (Raslullah shallallahu alaihi wa sallam) lebih sempurna orang yang mendapatkan bisikan, karena hatinya mendapatkan riwayat dari Tuhannya. Karena itu, wajib bagi seluruh makhluk untuk mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” (Majmu Fatawa, 11/65) Lihat jawaban soal no. 225045 Ucapan penanya; “Hukum shalat di belakang imam yang percaya dengan masalah kasyf. Jawab: Jika sang imam mengklaim mengetahui perkara gaib secara mutlak, atau mengaitkan hal itu (mengetahui perkara gaib) kepada selain Allah atau dia pergi ke dukun dan tukang ramal dan membenarkannya, atau meminta tolong dari setan untuk mengetahui perkara gaib, maka tidak boleh shalat di belakangnya, karena perbuatan itu termasuk kufur, sehingga tidak boleh shalat di belakang orang kafir. Lihat jawaban soal no. 7873 dan 112069 Tapi jika sekedar dusta dan perkiraan, maka hendaknya orang itu dijauhi dari kedudukan semisal imam, hendaknya tidak shalat di belakangnya. Khususnya jika shalat jamaah dapat dilakukan di belakang imam yang lebih utama darinya. Lihat jawaban soal no. 102711 dan 93150.
Allah Taala boleh jadi memberikan kelebihan pada sebagian manusia terhadap perkaraperkara yang tidak dapat diketahui orang lain. Sebab hal itu, mungkin dapat kita simpulkan dalam dua bentuk. Tapi sebagian besarnya telah mengalami manipulasi. Tidak ada yang masih utuh dan benar kecuali AlQuranul Karim dan sunah nabi yang sahih. Yaitu seseorang mendapatkan ilham melalui hatinya atau mendengar ada suara yang berbicara kepadanya. Kedua Sebabsebab yang sumbernya dari setan. Maka hal inilah yang dimaksud dalam firman Allah Taala, 9 Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengardengarkan beritaberitanya. QS Jin 9 Kadang dia keburu ditimpuk bintang sebelum mendapatkannya, tapi kadang baru ditimpuk setelah dia mendapatkannya. Adapun orang yang mengetahui perkara gaib dari pintupintu kesesatan dan caracara setan, maka sungguh dia berada dalam bahaya dan bercampur antara dosa dan kekufuran. Disebutkan dalam AlMausuah AlMuyassarah Lil Adyan Wal Mazahib AlMuashirah 1261262, Kalangan sufi berpedoman kepada kasyf sebagai sumber kuat bagi ilmu dan pengetahuan, bahkan itu merupakan wujud dari tujuan ibadah mereka. Maksudnya, naiknya ruh sang wali ke alam eksotis dan melakukan perjalanan di sana, lalu kembali membawa berbagai ilmu dan rahasia. Kasyf ala sufi ini sebagaimana tampak dapat mengandung yang haq atau batil. Mereka turun kepada tiaptiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran kepada syaitan itu, dan kebanyakan mereka adalah orangorang pendusta. Kedua Konten kasyf, apakah dia bertentangan dengan AlQuran dan Sunah sehingga harus ditolak Ataukah dia sesuai dengan keduanya sehingga dapat diterima Ataukah tidak bertentangan tapi juga tidak sesuai, sehingga dia termasuk berita dunia yang benar saja dan ilmu yang lurus dan tidak terkait dengan ketaatan atau permusuhan kepada Allah. Ucapan penanya Orang saleh itu menilai bahwa shalatnya tidak diterima. Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan kami pastikan bahwa perkara ini bukan dari Allah Taala. Adapun ucapan penanya, Seperti orang yang mengetahui bahwa kedua orang tuanya di neraka, misalnya. Jawab Perkara semacam ini tidak menjadi ilmu bagi orang awam, kecuali berdasarkan berita dari Allah dan RasulNya yang wajib dibenarkan. 731 Adapun orang selain mereka, misalnya dari para ulama yang khusus, maka kaidah dasarnya adalah bahwa perkara semacam ini adalah perkara gaib yang diketahui tidak dapat terjadi pada seseorang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata, Siapa yang telah jelas kedudukanya sebagai orang bertakwa berdasarkan nash dan bahwa dia merupakan ahli surga, seperti sepuluh orang sahabat tersebut dan lainnnya, maka ahlussunah umumnya telah bersaksi sebagaimana persaksian berdasarkan nash tersebut. Adapun orang yang sudah dikenal sebagai bahan pembicaraan di tengah umat yaitu mereka sepakat memberikan pujian kepadanya, apakah orang itu dapat dipersaksikan ketakwaannya Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di antara ahli sunah. Yang lebih dekat pada kebenaran bahwa oleh tersebut boleh dipersaksikan ketakawaannya, namun hal ini dalam perkara umum. Karena itu, wajib bagi mereka semuanya, berpedoman kepada AlQuran dan Sunah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menimbang perasaan, penglihatan dan pandanganpandangan mereka berdasarkan AlQuran dan Sunah RasulNya, tidak cukup dengan sekedar itu semua. Majmu Fatawa, 1165 Lihat jawaban soal no. 225045 Ucapan penanya Hukum shalat di belakang imam yang percaya dengan masalah kasyf.
Mengenal Lima Tujuan Pokok Syariah dan Stratifikasinya
https://islami.co/mengenal-lima-tujuan-pokok-hukum-syariah-dan-stratifikasinya/
Artikel ini adalah tulisan serial bertema Maqasid Syariah (Tujuan diberlakukannya Syariah) yang diulas oleh Nur Hasan. Baca juga tulisan sebelumnya: Mengenal Maqasid Syariah: Untuk Apa dan Mengapa Syariat Islam Ditetapkan? Maqasid Syariah adalah pintu gerbang awal yang harus dilewati, supaya agama Islam mampu mengimplementasikan ekspektasinya sebagai agama yang ajarannya selalu relevan di setiap zamannya, termasuk di dalam ruang lingkup yang mengitarinya. Sehingga Islam mampu memberi solusi di setiap permasalahan yang timbul, di manapun Islam ada. Karena permasalahan yang muncul dari satu masa ke masa yang lain beragam, maka solusi yang digunakan tentu tidak semuanya sama dengan solusi yang digunakan di masa yang terdahulu. Dan Maqasid Syariah dianggap sebagai bagian dalam memunculkan solusi tersebut. Dalam Maqasid Syariah sendiri, terdapat lima tujuan pokok Syariah atau yang dikenal dengan istilah al-Kulliyat al-Khamsah. Lima pokok tujuan Syariah tersebut terdiri dari menjaga agama (Hifdz ad-Din), menjaga jiwa (Hifdz an-Nafs), menjaga akal (Hifdz al-Aql), menjaga keturunan (Hifdz an-Nasl), dan menjaga harta (Hifdz al-Mal). Walaupun dalam perkembangannya, muncul unsur-unsur baru dalam penjagaan yang ada dalam Maqasid Syariah seperti menjaga kehormatan (Hifdz al-Ird), menjaga lingkungan (Hifdz al-Biah), menjaga kesejahteraan umat (Hifdz al-Ummah), menjaga keamanan (Hifdz al-Amn), menjaga kemuliaan manusia (Hifdz al-Karomah al-Insaniyah) dan lain sebagainya. Namun oleh para ulama, unsur-unsur baru yang muncul tersebut masih termasuk ke dalam al-Kulliyat al-Khomsah atau lahir darinya. Lima tujuan pokok Maqasid Syariah tersebut, pertama kali diperkenalkan oleh al-Ghazali lewat kitabnya al-Mustasfa min Ilm al-Ushul. Yaitu ketika menjelaskan tentang apa itu maslahah; : . Adapun maslahat pada dasarnya adalah ungkapan dari menarik manfaat dan menolak mudarat, tetapi bukan itu yang kami maksud; sebab menarik manfaat dan menolak mudarat adalah tujuan makhluk (manusia), dan kebaikan makhluk itu akan terwujud dengan meraih tujuan-tujuan mereka. Yang kami maksud dengan maslahat ialah memelihara tujuan syara atau hukum Islam, dan tujuan syara dari makhluk itu ada lima, yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan (ada yang menyatakan keturunan dan kehormatan), dan harts mereka. Setiap yang mengandung upaya memelihara kelima hal prinsip ini disebut maslahat, dan setup yang menghilangkan kelima prinsip ini disebut mafsadat dan menolaknya disebut maslahat. Dalam keterangan di atas, al-Ghazali menyatakan bahwa maslahah adalah ungkapan yang asal maknanya adalah menarik kemanfaatan dan menolak kesulitan. Akan tetapi, bukan hal tersebut yang diinginkan oleh al-Ghazali. Dalam pandangannya, maslahah adalah menjaga tujuan-tujuan Syariah (Maqasid Syariah) yang tercermin dalam lima hal yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Sehingga setiap hukum atau aturan yang mengandung lima prinsip tersebut dinamakan maslahah. Begitu juga setiap hukum yang mengabaikan, atau justru menafikan kelima hal tersebut, berarti mafsadah. Menolak dan menghindarinya adalah maslahah. Dan menurut al-Syatibi dalam karyanya al-Muwafaqat fi Ushuli al-Syariah, ketika menetapkan lima unsur pokok Syariah tersebut harus didasarkan kepada dalil-dalil Al-Qur`an dan hadis. Dalil-dalil tersebut berfungsi sebagai kaidah-kaidah umum dalam menetapkan lima tujuan pokok Syariah tersebut. Adapun ayat-ayat Al-Qur`an yang dijadikan dasar pada umumnya adalah ayat-ayat Makiyyah yang tidak dinasakh, dan ayat-ayat Madaniyyah yang mengukuhkan ayat-ayat Makiyyah. Di antara ayat-ayat tersebut adalah ayat yang berhubungan dengan kewajiban shalat, larangan membunuh, larangan meminum-minuman memabukan, larangan berzina dan larangan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar. Urutan tentang kelima tujuan pokok Maqasid al-Khamsah tersebut sifatnya adalah ijtihadi. Artinya ia disusun berdasarkan pemahaman para ulama terhadap nash yang diambil dengan cara istiqra (induktif). Dan para ulama Ushul Fiqih pun tidak pernah ada kata sepakat perihal kelima urutan Maqashid al-Khamsah tersebut. Oleh sebab itu, dalam merangkai kelima Maqashid al-Khamsah, al-Syatibi terkadang lebih mendahulukan menjaga akal dari pada menjaga jiwa, terkadang menjaga jiwa terlebih dahulu. Namun al-Syatibi tetap mengawali dengan menjaga agama, dan menjaga jiwa terlebih dahulu Sedangkan al-Zarkasyi dalam al-Bahr al-Muhith menyebut urutannya mulai dari menjaga jiwa, menjaga harta, menjaga keturunan, menjaga agama, dan menjaga akal. Adapun al-Amidi dalam Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, memulai urutannya dari menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga keturunan, menjaga akal, dan menjaga harta. Dan Menurut al-Qarafi dalam Syarh Tanqih al-Fushul urutannya dimulai dari menjaga jiwa, menjaga agama, menjaga keturunan, menjaga akal dan menjaga harta. Namun urutan yang dikemukakan oleh al-Ghazali merupakan urutan yang paling banyak dipegang oleh para ulama fiqih dan ushul fiqih. Oleh sebab perbedaan urutan di atas sifatnya adalah ijtihadi, maka semuanya sah-sah saja. Adapun cara untuk untuk menjaga lima pokok tujuan Syariah tersebut, menurut al-Syatibi bisa ditempuh dengan dua cara: Pertama, dari segi adanya (min nahiyati al-wujud) yaitu dengan cara menjaga dan memelihara hal-hal yang dapat melanggengkan keberadaannya. Kedua, dari segi tidak adanya (min nahiyati al-adam) yaitu dengan cara mencegah hal-hal yang menyebabkan ketiadaannya. Adapun penjelasan mengenai hal ini, akan dijelaskan pada artikel-artikel berikutnya. Sekali lagi, stratifikasi lima tujuan pokok Maqasid Syariah bersifat ijtihadi, maka dalam prakteknya bisa berubah-ubah urutan atau stratifikasinya. Yang paling penting adalah kelima hal tersebut tidak boleh bertentangan, dan abai antara satu dengan lainnya. Misalnya dalam menjaga jiwa. Di era pandemi ini tidak boleh abai atau bertentangan dengan yang lainnya, misalnya menjaga jiwa, agama, menjaga harta (ekonomi), dan lainnya. Itu semua tidak lain adalah untuk mewujudkan kemaslahatan hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat.
Artikel ini adalah tulisan serial bertema Maqasid Syariah Tujuan diberlakukannya Syariah yang diulas oleh Nur Hasan. Baca juga tulisan sebelumnya Mengenal Maqasid Syariah Untuk Apa dan Mengapa Syariat Islam Ditetapkan Maqasid Syariah adalah pintu gerbang awal yang harus dilewati, supaya agama Islam mampu mengimplementasikan ekspektasinya sebagai agama yang ajarannya selalu relevan di setiap zamannya, termasuk di dalam ruang lingkup yang mengitarinya. Sehingga Islam mampu memberi solusi di setiap permasalahan yang timbul, di manapun Islam ada. Walaupun dalam perkembangannya, muncul unsurunsur baru dalam penjagaan yang ada dalam Maqasid Syariah seperti menjaga kehormatan Hifdz alIrd, menjaga lingkungan Hifdz alBiah, menjaga kesejahteraan umat Hifdz alUmmah, menjaga keamanan Hifdz alAmn, menjaga kemuliaan manusia Hifdz alKaromah alInsaniyah dan lain sebagainya. Namun oleh para ulama, unsurunsur baru yang muncul tersebut masih termasuk ke dalam alKulliyat alKhomsah atau lahir darinya. Lima tujuan pokok Maqasid Syariah tersebut, pertama kali diperkenalkan oleh alGhazali lewat kitabnya alMustasfa min Ilm alUshul. Yaitu ketika menjelaskan tentang apa itu maslahah . Adapun maslahat pada dasarnya adalah ungkapan dari menarik manfaat dan menolak mudarat, tetapi bukan itu yang kami maksud sebab menarik manfaat dan menolak mudarat adalah tujuan makhluk manusia, dan kebaikan makhluk itu akan terwujud dengan meraih tujuantujuan mereka. Akan tetapi, bukan hal tersebut yang diinginkan oleh alGhazali. Sehingga setiap hukum atau aturan yang mengandung lima prinsip tersebut dinamakan maslahah. Menolak dan menghindarinya adalah maslahah. Dan menurut alSyatibi dalam karyanya alMuwafaqat fi Ushuli alSyariah, ketika menetapkan lima unsur pokok Syariah tersebut harus didasarkan kepada dalildalil AlQuran dan hadis. Adapun ayatayat AlQuran yang dijadikan dasar pada umumnya adalah ayatayat Makiyyah yang tidak dinasakh, dan ayatayat Madaniyyah yang mengukuhkan ayatayat Makiyyah. Di antara ayatayat tersebut adalah ayat yang berhubungan dengan kewajiban shalat, larangan membunuh, larangan meminumminuman memabukan, larangan berzina dan larangan memakan harta orang lain dengan cara yang tidak benar. Artinya ia disusun berdasarkan pemahaman para ulama terhadap nash yang diambil dengan cara istiqra induktif. Dan para ulama Ushul Fiqih pun tidak pernah ada kata sepakat perihal kelima urutan Maqashid alKhamsah tersebut. Namun alSyatibi tetap mengawali dengan menjaga agama, dan menjaga jiwa terlebih dahulu Sedangkan alZarkasyi dalam alBahr alMuhith menyebut urutannya mulai dari menjaga jiwa, menjaga harta, menjaga keturunan, menjaga agama, dan menjaga akal. Adapun alAmidi dalam AlIhkam fi Ushul alAhkam, memulai urutannya dari menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga keturunan, menjaga akal, dan menjaga harta. Namun urutan yang dikemukakan oleh alGhazali merupakan urutan yang paling banyak dipegang oleh para ulama fiqih dan ushul fiqih. Oleh sebab perbedaan urutan di atas sifatnya adalah ijtihadi, maka semuanya sahsah saja. Kedua, dari segi tidak adanya min nahiyati aladam yaitu dengan cara mencegah halhal yang menyebabkan ketiadaannya. Adapun penjelasan mengenai hal ini, akan dijelaskan pada artikelartikel berikutnya. Yang paling penting adalah kelima hal tersebut tidak boleh bertentangan, dan abai antara satu dengan lainnya. Di era pandemi ini tidak boleh abai atau bertentangan dengan yang lainnya, misalnya menjaga jiwa, agama, menjaga harta ekonomi, dan lainnya.
Panduan Tayamum (1), Kapan Kita Boleh Tayamum?
https://rumaysho.com/2092-panduan-tayamum-1-kapan-kita-boleh-tayamum.html
Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.Tayamum adalah di antara bentuk thoharoh (bersuci) sebagai pengganti wudhu dan mandi. Dalam beberapa serial, insya Allah kami akan mengkaji tahap demi tahap perihal tayamum. Kesempatan kali ini kita akan mengangkat bahasan berbagai sebab yang membolehkan kita bertayamum. Namun sebelum itu kita akan melihat alasan dibolehkannya tayamum.Definisi TayamumTayamum secara bahasa berarti al qoshdu, yang artinya berniat atau bermaksud. Makna ini sebagaimana terdapat dalam ayat, Dan janganlah kamu (berniat) memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya (QS. Al Baqarah: 267)Sedangkan secara istilah, tayamum bermaksud menggunakan shoid (debu atau tanah) untuk mengusap wajah dan kedua telapak tangan dengan niat untuk melaksanakan shalat dan ibadah lainnya. (Fiqh Sunnah, 1: 57)Dalil Pensyariatan TayamumTayamum dibolehkan ketika safar maupun ketika mukim. Dalil pensyariatannya adalah berdasarkan Al Quran, hadits dan ijma (kesepakatan para ulama). (Al Mawsuah Al Fiqhiyah, 14: 248 dan Fiqh Sunnah, 1: 57)Dalil dari Al Quran, Allah Taala berfirman, Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); usaplah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS. An Nisa: 43)Begitu pula firman Allah Taala, Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al Maidah: 6)Dalil dari hadits, yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid (tempat shalat) dan untuk bersuci. (HR. Bukhari no. 438)Para ulama pun sepakat bahwa tayamum disyariatkan sebagai pengganti dari wudhu dan mandi dalam keadaan tertentu. (Al Mawsuah Al Fiqhiyah, 14: 248)Kapan Dibolehkan untuk Tayamum?Ada sebab utama yang membolehkan tayamum yaitu: (1) karena tidak mendapati air, (2) khawatir menggunakan air. (Ad Daroril Mudhiyyah, 103)Secara lebih lengkap sebab yang dimaksud adalah sebagai berikut:Dalil bolehnya tayamum karena tidak mendapati air sudah diisyaratkan dalam ayat, Kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci) … (QS. An Nisa: 43)Sedangkan dalil bahwa tayamum dibolehkan ketika khawatir menggunakan air akan menimbulkan dhoror atau bahaya dapat dilihat dalam hadits berikut. - - « »Dari Jabir, ia berkata, Kami pernah keluar pada saat safar, lalu seseorang di antara kami ada yang terkena batu dan kepalanya terluka. Kemudian ia mimpi basah dan bertanya pada temannya, Apakah aku mendapati keringanan untuk bertayamum? Mereka menjawab, Kami tidak mendapati padamu adanya keringanan padahal engkau mampu menggunakan air. Orang tersebut kemudian mandi (junub), lalu meninggal dunia. Ketika tiba dan menghadap Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kami menceritakan kejadian orang yang mati tadi. Beliau lantas bersabda, Mereka telah membunuhnya. Semoga Allah membinasakan mereka. Hendaklah mereka bertanya jika tidak punya ilmu karena obat dari kebodohan adalah bertanya. Cukup baginya bertayamum dan mengusap lukanya. (HR. Abu Daud no. 336, Ibnu Majah no. 572 dan Ahmad 1: 330. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan selain perkataan cukup baginya bertayamum)Tayamum Pengganti Bersuci dengan AirPerlu dipahami bahwa tayamum adalah pengganti bersuci dengan air ketika tidak mampu menggunakan air. Dengan tayamum seseorang boleh melakukan berbagai hal yang dibolehkan ketika bersuci dengan air seperti shalat, thowaf, membaca Al Quran dan selain itu. Karena Allah Taala telah menjadikan debu (atau segala hal di permuakaan bumi) itu suci dan mensucikan sebagaimana air pun demikian. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dan dijadikan debunya untuk kami sebagai alat untuk bersuci …. (HR. Muslim no. 522). (Al Mulakhoshul Fiqhiy, 1: 70)Pembahasan di atas masih berlanjut pada debu yang digunakan untuk tayamum, tata cara tayamum dan bahasan tambahan lainnya. Nantikan serial berikutnya. Semoga Allah beri kemudahan.Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.-bersambung insya Allah- @ Ummul Hamam, Riyadh KSA, 6 Muharram 1432 Hwww.rumaysho.com
Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya. Dalam beberapa serial, insya Allah kami akan mengkaji tahap demi tahap perihal tayamum. Kesempatan kali ini kita akan mengangkat bahasan berbagai sebab yang membolehkan kita bertayamum. Makna ini sebagaimana terdapat dalam ayat, Dan janganlah kamu berniat memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan daripadanya QS. Dalil pensyariatannya adalah berdasarkan Al Quran, hadits dan ijma kesepakatan para ulama. Al Mawsuah Al Fiqhiyah, 14 248 dan Fiqh Sunnah, 1 57Dalil dari Al Quran, Allah Taala berfirman, Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik suci usaplah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. An Nisa 43Begitu pula firman Allah Taala, Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik bersih sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Al Maidah 6Dalil dari hadits, yaitu sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Dianugerahkan untukku tanah sebagai masjid tempat shalat dan untuk bersuci. 438Para ulama pun sepakat bahwa tayamum disyariatkan sebagai pengganti dari wudhu dan mandi dalam keadaan tertentu. Al Mawsuah Al Fiqhiyah, 14 248Kapan Dibolehkan untuk TayamumAda sebab utama yang membolehkan tayamum yaitu 1 karena tidak mendapati air, 2 khawatir menggunakan air. Dari Jabir, ia berkata, Kami pernah keluar pada saat safar, lalu seseorang di antara kami ada yang terkena batu dan kepalanya terluka. Kemudian ia mimpi basah dan bertanya pada temannya, Apakah aku mendapati keringanan untuk bertayamum Mereka menjawab, Kami tidak mendapati padamu adanya keringanan padahal engkau mampu menggunakan air. Orang tersebut kemudian mandi junub, lalu meninggal dunia. Ketika tiba dan menghadap Nabi shallallahu alaihi wa sallam, kami menceritakan kejadian orang yang mati tadi. Hendaklah mereka bertanya jika tidak punya ilmu karena obat dari kebodohan adalah bertanya. Cukup baginya bertayamum dan mengusap lukanya. Karena Allah Taala telah menjadikan debu atau segala hal di permuakaan bumi itu suci dan mensucikan sebagaimana air pun demikian. Al Mulakhoshul Fiqhiy, 1 70Pembahasan di atas masih berlanjut pada debu yang digunakan untuk tayamum, tata cara tayamum dan bahasan tambahan lainnya. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna. Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.bersambung insya Allah Ummul Hamam, Riyadh KSA, 6 Muharram 1432 Hwww.rumaysho.com
Hukum Salat dengan Shaf Campur dalam Islam
https://dalamislam.com/shalat/hukum-salat-dengan-shaf-campur-dalam-islam
Dalam Salat, tentu saja segala hal nya sudah diatur tata caranya berdasarkan Fiqih. Tata cara yang dicontohkan Rasulullah dalam Hadist shahih adalah contoh yang paling benar dan harus ditiru. Adapun diluar tata cara gerakan dan bacaan, ada juga ketentuan yang harus dipenuhi dalam salat (terkusus salat berjamaah).Dalam salat berjamaah, kita pasti akan sering menemui, bahwa di masjid atau musholla tertentu, sebagian besar pasti ada pembatas yang memisahkan antara syaf lelaki dan syaf perempuan (dipisahkan satu garis lurus kiri dan kanan).Namun semisal ada yang bertanya, bagaimana hukum syaf salat jamaah apabila dicampur (sejajar lelaki dan perempuan)? Seperti apakah jawabannya dalam Islam? Dalam artikel ini kita akan mengkaji hukum salat dengan shaf campur dalam islam. Sebelumnya, mari kita simak Hadist berikut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sebaik-baik shaf (barisan di dalam shalat) bagi laki-laki adalah yang paling depan, dan yang paling buruk adalah yang terakhir. Dan sebaik-baik shaf bagi wanita adalah yang terakhir dan yang paling buruk adalah yang paling depan (HR. Muslim 132, Tirmidzi, no. 224, dan Ibnu Majah, no. 1000)Hadist diatas merupakan aturan ideal yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam salat berjamaah. Dimana syaf lelaki berada satu garis di depan dan perempuan di belakangnya.Lantasbagaimana hukumnya apabila syaf salat jamaah ditata di sisi kiri dan kanan?Dari mana dasarnya? Apakah hal tersebut dapat membatalkan salat? Terdapat duapandangan dalam hal ini.Syaikhul Islam menyebutkan bahwa posisi shaf perempuan di belakang laki-laki adalah aturan yang diperintahkan Rasulullah. Sehingga saat barisan perempuan ini berdiri di shaf lelaki (sesejar dengan lelaki) maka statusnya dibenci (tidak dianjurkan).Baca juga :Lantas apakah salat lelaki yang berada di sampingnya itu menjadi batal? Ada dua pendapat antara madzhab hambali dan madzhab yang lainnya,Pendapat pertama, menyatakan bahwa, saalat lelaki yang disampingnya akan batal, ini pendapat Abu Hanifah , dan pendapat yang dipilih oleh Abu Bakr dan Abu Hafsh di kalangan ulama madzab hambali.Pendapat kedua, salatnya tidaklah batal. Ini adalah pendapat Malik, as-Syafii, pendapat yang dipilih oleh Abu Hamid, al-Qadhi dan yang lain. (al-Fatawa al-Kubro, 2/325).Dari dua pendapat diatas manakah yang lebih shahih? Terjadi perselisihan antara batal atau tidaknya salat jamaah apabila syafnya bersebelahan lelaki dan perempuan dimana yang juga berkaitan dengan hukum salat dengan shaf campur dalam islam. Memang, kebanyakan ulama meyakiniapabila ada syaf sejajar laki laki dan perempuan namun dipisahkan tirai pembatas, masih sah walhamdulillah. Dan tidak akanmenimbulkan kemusyrikan apapun.Apabila Shaf Salat Lelaki  dan Perempuan Dicampur (Selang seling dan berjajar) Fenomena ini menjadi perbincangan akhir-akhir ini. Pasalnya baru saja terjadi prakteknya di stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Bahwasanya jemaah lelaki dan perempuan syaf nya tercampur tatkala salat subuh berjamaah (7/4/2019). Lantas bagaimana kita memahami peristiwa tersebut? dan apa hukum salat dengan shaf campur dalam islam ?Kita dapat menyikapi dengan menilik beberapa pandangan. Yang pertama adalah Menurut As-Sarkhasi (ulama hanafi/483 H). Menyatakan bahwa :“Ketika salat, manusia tengah bermunajat kepada Allah, karena itu tidak sepatutnya terlintas dalam benaknya hal hal yang memicu syahwat. Sementara saat bersejajar dengan perempuan, umumnya tidak bisa lepas dari syahwat. Sehingga perintah untuk memposisikan perempuan di belakang, termasuk kewajiban shalat. Dan jika ditinggalkan maka salatnya tidak sah.” (al-Mabsuth, 2/30)Adapun pandangan lain dari Imam Ibnu Utsaimin yangmenyatakan bahwa :“Posisi perempuan yang berada (berjajar) di depan lelaki, semacam ini kita yakini bertentangan dengan sunah. Karena yang sesuai sunah, wanita di belakang lelaki. Namun kondisi darurat memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu di luar keinginannya. Karena itu, jika di depan lelaki ada shaf perempuan, atau beberapa perempuan, maka status salat orang yang berada di belakang mereka hukumnya boleh, apabila aman dan terhinar dari munculnya fitnah dalam dirinya.” Baca juga :Shaf perempuan di depan lelaki, tidak menghalangi lelaki di belakangnya untuk menjadi makmum dalam salat jamaah. Namun mengingat alasan munculnya syahwat ini, beliau melarang seseorang lelaki untuk berdiri tepat di samping perempuan (sejajar tanpa pembatas).“Untuk lelaki yang satu shaf dengan perempuan (berjajar bahkan bersentuhan), ini bisa memicu fitnah yang besar. Dan tidak boleh seorang lelaki mengambil posisi di samping perempuan. Jika seorang lelaki tidak mendapatkan tempat kecuali harus di samping wanita persis, hendaknya dia pindah tempatk dan tidak berdiri di sampingnya persis. Karena semacam ini menjadi sumber firnah besar.” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin, volume 15, Bab. Shalat Berjamaah)Lantas, apakah kesimpulannya? Karenaterdapat dua pandangan yang bertentangan. Maka pada dasarnya tidak perludipermasalahkan. Toh, memang sudah terjadi dan itu diluar kemampuan kita dalammenyikapi. Kesalahan tidak sepenuhnya milik jemaat, namun bisa saja milikpanitia penyelenggara yang memang kurang rapih dalam mengkondisikan tempat dankegiatan.Saat muncul pertanyaan, apakah salatkita akan diterima? Jawabannya adalah wallahua’lam bishowab, Allah yang menilai dan Allah yang menentukan. Selama kitapunya upaya untuk menunaikan kewajiban salat, maka itu sudah cukup. Selebihnyaadalah urusan Allah dan bagaimana Yang Maha Tau menilainya.Namun, apabila kita mencari tuntunanyang sudah 100 persen benar, alangkah lebih aman apabila (di lain kesempatan)kita meninggikan contoh yang diajarkan Rasulullah. Yang mana memang harus adapembeda dan penataan syaf lelaki di barisan depan dan perempuan di bagianbelakang. Karena ini merupakan Sunnah yang diajarkan Rasulullah. Dan sifatnya shahih. Wallahu a’lamBaca juga :Tak perlu lah ada upaya dari manusiauntuk menilai. Ibadah sejatinya urusan pribadi dengan Allah SWT. Melaksanakanadalah kewajiban, dan diterima atau tidak. Itu bukan urusan kita. Selama kitabersungguh-sungguh, ikhlas dan kusyu’ dalammelaksanakannya, maka urusan manusia sampai disitu saja.Semoga kajian tentang hukum salat dengan shaf campur dalam islam, dapat menuntun kita ke jalan yang benar, dan menjauhkan kita dari segala macam prasangka dan kemusyrikan. Insya Allah.Hamsa,
Dalam Salat, tentu saja segala hal nya sudah diatur tata caranya berdasarkan Fiqih. Adapun diluar tata cara gerakan dan bacaan, ada juga ketentuan yang harus dipenuhi dalam salat terkusus salat berjamaah. Sebelumnya, mari kita simak Hadist berikut. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda Sebaikbaik shaf barisan di dalam shalat bagi lakilaki adalah yang paling depan, dan yang paling buruk adalah yang terakhir. Dimana syaf lelaki berada satu garis di depan dan perempuan di belakangnya. Syaikhul Islam menyebutkan bahwa posisi shaf perempuan di belakang lakilaki adalah aturan yang diperintahkan Rasulullah. Ini adalah pendapat Malik, asSyafii, pendapat yang dipilih oleh Abu Hamid, alQadhi dan yang lain. alFatawa alKubro, 2325.Dari dua pendapat diatas manakah yang lebih shahih Terjadi perselisihan antara batal atau tidaknya salat jamaah apabila syafnya bersebelahan lelaki dan perempuan dimana yang juga berkaitan dengan hukum salat dengan shaf campur dalam islam. Memang, kebanyakan ulama meyakiniapabila ada syaf sejajar laki laki dan perempuan namun dipisahkan tirai pembatas, masih sah walhamdulillah. Dan tidak akanmenimbulkan kemusyrikan apapun. Pasalnya baru saja terjadi prakteknya di stadion Gelora Bung Karno Jakarta. Lantas bagaimana kita memahami peristiwa tersebut dan apa hukum salat dengan shaf campur dalam islam Kita dapat menyikapi dengan menilik beberapa pandangan. Dan jika ditinggalkan maka salatnya tidak sah. Namun kondisi darurat memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu di luar keinginannya. Karena itu, jika di depan lelaki ada shaf perempuan, atau beberapa perempuan, maka status salat orang yang berada di belakang mereka hukumnya boleh, apabila aman dan terhinar dari munculnya fitnah dalam dirinya. Dan tidak boleh seorang lelaki mengambil posisi di samping perempuan. Majmu Fatawa wa Rasail Ibnu Utsaimin, volume 15, Bab. Maka pada dasarnya tidak perludipermasalahkan. Kesalahan tidak sepenuhnya milik jemaat, namun bisa saja milikpanitia penyelenggara yang memang kurang rapih dalam mengkondisikan tempat dankegiatan. Selebihnyaadalah urusan Allah dan bagaimana Yang Maha Tau menilainya. Karena ini merupakan Sunnah yang diajarkan Rasulullah. Ibadah sejatinya urusan pribadi dengan Allah SWT. Selama kitabersungguhsungguh, ikhlas dan kusyu dalammelaksanakannya, maka urusan manusia sampai disitu saja.
8 Amalan Penghapus Dosa Zina
https://dalamislam.com/akhlaq/amalan-shaleh/amalan-penghapus-dosa-zina
Di zaman yang sudah serba canggih sekarang ini, budaya asing sudah masuk dan mempengaruhi sebagian besar orang. Salah satunya yaitu pergaulan bebas di kalangan remaja. Hubungan antara laki-laki dan perempuan menjadi sangat wajar berbaur.Dalam agama islam, hubungan antara laki-laki dan perempuan sangat dilarang, karena hal ini bisa menjerumuskan kepada perbuatan zina. Faktanya, sudah banyak kejadian hamil di luar nikah akibat dari perbuatan zina, sebaiknya ini.Adapun hukuman dari perbuatan zina ini tidak boleh diremehkan. Lemparan batu, hukuman cambuk, serta diasingkan selama satu tahun menjadi hukuman bagi yang melakukan zina ghouro mukhson. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS An Nur ayat 2)“Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya.” (QS An Nisa ayat 15)Untuk itu amalan penghapus dosa zina berikut bisa kamu ketahui, apa saja. Dan semoga amalan berikut bisa menghapus dosa.Menyesali PerbuatannyaSemua hal-hal negatif yang kita lakukan, pastinya ada rasa sesal yang dirasakan oleh seseorang yang berbuat zina. Tidak akan terhapus dosa seseorang jika tidak mengawalinya dengan penyesalan, rasa sesal yang dirasakan seseorang akan membawanya ke jalan yang benar.Menyesali perbuatan dengan membersihkan hati dan memantapkan niat untuk kembali menjadi lebih baik. Rasa sesal itu dijadikan awal untuk bertaubat kepada Allah SWT. Hal ini juga termasuk .Taubat Nasuha Jika ingin menghapus dosa, terutama karena zina maka seseorang haruslah bertaubat dengan sungguh-sungguh. Taubat Nasuha adalah taubatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh karena Allah dan seseorang itu menyesali atas perbuatannya. Inilah .Allah memberikan janji bahwa Ia akan mengampuni dosa-dosa hambanya yang melakukan kesalahan, sebagaimana dalam firman Allah SWT pada surat At Tahrim ayat 8 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At tahrim ayat 8) Shalat TaubatShalat adalah salah satu amalan yang wajib dilakukan setiap umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Seseorang yang ingin bertaubat atas kesalahan atau dosa yang ia perbuat dapat meminta ampunan lewat shalat taubat. Shalat taubat adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebanyak dua hingga enam rakaat pada malam hari selepas shalat isya.Dengan mengerjakan shalat taubat dan tidak meninggalkan , Insya Allah dosa yang dilakukan akan diampuni oleh Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam Qur’an: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS 222) Perbanyak Zikir dan IstighfarMemperbanyak dzikir dan istigfar kepada Allah, menjadi satu amalan dalam menghapuskan dosa-dosa kita yang lalu. Kalimat istighfar adalah kalimat permohonan untuk mengharap ampun dari Allah SWT dan dosa-dosa dapat dihilangkan degan terus menyebut nama Allah.Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT surat Al imran ayat 135: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Al imran ayat 135)Melakukan Kebaikan pada SesamaJika seseorang berbuat dosa, maka untuk menghapusnya dengan melakukan kebaikan terhadap sesama. Contohnya seperti bersedekah, memberi makan binatang, dan sebagainya. Seperti pada kisah wanita pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan.BerpuasaBerpuasa adalah salah satu cara melatih hawa nafsu dan juga kesabaran. Puasa juga dapat menghapuskan dosa apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh terutama jika melakukan puasa sunnah seperti puasa arafah dan asy syura. Kenali .Memperbanyak Membaca Alqur’anAlqur’an dapat menjernihkan hati dan membacanya tidak hanya mendatangkan ketenangan akan tetapi juga menghapuskan dosa seseorang. Kenali .Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut ini: “Bacalah Al Qur`an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat untuk memberikan syafa`at kepada pembacanya.” (HR. Muslim).Dzikir Penghapus Dosa ZinaApabila ingin bersungguh-sungguh dalam bertaubat dari dosa zina, maka sebaiknya kamu mengamalkan kumpulan dzikir penghapus dosa zina berikut ini:Dzikir penghapus doza zina yang pertama dikutip dari Surat Al-A’raf ayat 23. Doa ini merupakan doa yang dipanjatkan Nabi Adam dan Siti Hawa.Bacaan Zikir Subhanallah yang Diajarkan Rasullah Pada IstrinyaRabbanaa zhalamnaa anfusanaa. Wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa, lanakuunanna minal khaasiriinaArtinya:“Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri. Jika Kau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk hamba-Mu yang merugi.“Dzikir Penghapus Dosa Zina 2Dzikir penghapus dosa zina yang kedua dikutip dari Surat Al-Anbiya ayat 87 berikut ini;Laa ilaaha illaa anta. Subhaanaka innii kuntu minaz zhaalimiinaArtinya:“Tiada tuhan selain Allah. Maha Suci Allah sesungguhnya aku tergolong orang-orang yang zalim.”Dzikir Penghapus Dosa Zina 3Dzikir penghapus dosa zina selanjutnya ini hendaknya dibaca sebanyak 100 kali dengan hati yang tulus: Astaghfirullahal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihiUrutan Doa Al Ma’tsurat, Kumpulan Dzikir Pagi dan Petang Agar Mendapat RahmatArtinya:“Aku meminta pengampunan kepada Allah yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepadanya.”Dzikir Penghapus Dosa Zina 4Dzikir penghapus dosa zina selanjutnya dilakukan dengan memperbanyak bacaan tasbih:Subhanallah wa bihamdihiArtinya:“Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya.”Demikian pembahasan amalan penghapus dosa zina yang sudah dibahas. Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi untuk selalu bertaubat kepada-Nya.
Di zaman yang sudah serba canggih sekarang ini, budaya asing sudah masuk dan mempengaruhi sebagian besar orang. Hubungan antara lakilaki dan perempuan menjadi sangat wajar berbaur. Adapun hukuman dari perbuatan zina ini tidak boleh diremehkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT Perempuan yang berzina dan lakilaki yang berzina, maka deralah tiaptiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orangorang yang beriman. Kemudian apabila mereka telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka wanitawanita itu dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan lain kepadanya. Rasa sesal itu dijadikan awal untuk bertaubat kepada Allah SWT. QS At tahrim ayat 8 Shalat TaubatShalat adalah salah satu amalan yang wajib dilakukan setiap umat muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Seseorang yang ingin bertaubat atas kesalahan atau dosa yang ia perbuat dapat meminta ampunan lewat shalat taubat. QS 222 Perbanyak Zikir dan IstighfarMemperbanyak dzikir dan istigfar kepada Allah, menjadi satu amalan dalam menghapuskan dosadosa kita yang lalu. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT surat Al imran ayat 135 Dan juga orangorang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosadosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Contohnya seperti bersedekah, memberi makan binatang, dan sebagainya. Seperti pada kisah wanita pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan. BerpuasaBerpuasa adalah salah satu cara melatih hawa nafsu dan juga kesabaran. Puasa juga dapat menghapuskan dosa apabila dilakukan dengan sungguhsungguh terutama jika melakukan puasa sunnah seperti puasa arafah dan asy syura. Kenali .Memperbanyak Membaca AlquranAlquran dapat menjernihkan hati dan membacanya tidak hanya mendatangkan ketenangan akan tetapi juga menghapuskan dosa seseorang. Doa ini merupakan doa yang dipanjatkan Nabi Adam dan Siti Hawa. Wa illam taghfir lanaa wa tarhamnaa, lanakuunanna minal khaasiriinaArtinyaWahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri sendiri. Subhaanaka innii kuntu minaz zhaalimiinaArtinyaTiada tuhan selain Allah. Maha Suci Allah sesungguhnya aku tergolong orangorang yang zalim. Dzikir Penghapus Dosa Zina 4Dzikir penghapus dosa zina selanjutnya dilakukan dengan memperbanyak bacaan tasbihSubhanallah wa bihamdihiArtinyaMaha Suci Allah dan segala puji bagiNya. Demikian pembahasan amalan penghapus dosa zina yang sudah dibahas.
Tegar di Atas Jalan Kebahagiaan (Bag. 1)
https://muslim.or.id/84461-tegar-di-atas-jalan-kebahagiaan-bag-1.html
Daftar Isi Saya ingin merasakan kebahagiaan di dalam hidup saya. Ya, itulah hal yang didambakan setiap manusia, tidak terkecuali Anda. Dan jika Anda cermati, kebahagiaan ini pada dasarnya adalah buah dari kehendak atau cita-cita yang berhasil diraih oleh seseorang. Hasil panen yang melimpah akan sangat menggembirakan seorang petani. Lulus ujian dengan predikat terbaik akan menyukacitakan dan mendatangkan senyuman lebar pada seorang pelajar. Menang tender akan membuat seorang pengusaha atau kontraktor tertawa sambil melompat kegirangan. Lahirnya anak yang didambakan akan membungahkan para ayah dan membuatnya lalai akan peluh yang ada di kening sang istri. Begitu juga berbagai hal lain yang dimimpikan manusia, tentunya akan melahirkan kebahagiaan di dalam hati mereka, tatkala apa yang diangan-angankan tersebut berhasil ia capai. Demikianlah remah-remah kebahagiaan yang Allah Taala simpankan di kotak-kotak kehidupan manusia. Seperti itulah kebahagiaan semu yang dibagikan kepada setiap hamba yang bernyawa. Namun, tahukah Anda? Kebahagiaan yang hakiki tidaklah dirasakan semua insan. Mengapa? Karena ia ditempatkan di kotak khusus yang hanya bisa diraih oleh manusia-manusia istimewa. Kebahagiaan ini hanya dimiliki oleh mereka yang menemukan dan mewujudkan perkara paling penting di dalam hidup mereka. Apakah itu? Hal terpenting dari hidup adalah tujuan kehidupan itu sendiri. Yakni tujuan penciptaan manusia dan seluruh makhluk yang ada di alam raya, termasuk Anda. Coba Anda pikirkan dan perhatikan keadaaan di sekitar Anda! Bahwa segala gerak dan diam yang dilakukan oleh makhluk, pasti memiliki tujuan. Dari ayam yang berkokok ketika dini hari, burung-burung yang berterbangan di atas angkasa, hewan melata yang bertebaran di permukaan bumi, sampai singa pejantan yang mengendus keberadaan singa betina, semuanya itu memiliki tujuan. Termasuk seluruh aktivitas yang dilakukan manusia, dari ia bangun tidur hingga tidur lagi, pasti memiliki tujuan yang ia ingin capai. Jika makhluk saja memiliki keinginan yang ingin ia raih, bagaimana lagi dengan Sang Khalik yang menciptakan tujuh lapis langit beserta bumi dan segala isinya, merajai, serta mengatur seluruh detak dan perputaran di alam semesta? Tentu lebih-lebih lagi, bahwa Dia pasti memiliki kehendak yang ingin diwujudkan. Simaklah apa yang Allah katakan tentang perkara ini, Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu (sekedar) main-main? (QS. Al-Muminun: 115) Orang yang memiliki akal yang sehat dan hati yang bersih tentu akan mengatakan, Tidak, ya Rabb! Dengan demikian, apakah tujuan Allah mengadakan semua yang ada di jagad raya ini? Tentunya kita sebagai manusia tidak bisa menebak dan menerkanya. Mengapa? Karena ia perkara yang transeden dan di luar jangkauan akal manusia. Namun, Allah tidak membiarkan anak Adam terombang-ambing mencari sendiri tujuan kehidupan mereka. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul alaihimussalam kepada setiap generasi untuk menyampaikan hikmah kehidupan dan kematian. Bersama mereka alaihimussalam, Allah Taala turunkan kitab-kitab serta suhuf-suhuf sebagai petunjuk dan pedoman hidup agar para hamba dapat merealisasikan tujuan penciptaan tersebut secara benar. Di dalam Al-Quran yang mulia, Allah Taala setidaknya menyebutkan 3 tujuan pewujudan manusia bersama ciptaan yang lain, yaitu: 1) untuk mengenal Allah Taala; 2) untuk beribadah kepada Allah Taala semata; dan 3) untuk diuji oleh Allah Taala. LANJUT KE BAGIAN 2 *** Disarikan pada Malam 20 Ramadan 1444 H Di bawah langit kota Yogyakarta, Oleh Al-Faqir yang membutuhkan rahmat dan ampunan dari Rabb-Nya, Penulis: Sudarmono Ahmad Tahir, S.Si., M.Biotech. Artikel: Muslim.or.id Catatan kaki: Untuk terjemahan Al-Quran dan Hadis, sebagiannya berdasarkan referensi dan artikel yang ada di website Muslim.or.id, Muslimah.or.id, Rumaysho.com, dan Almanhaj.or.id.
Daftar Isi Saya ingin merasakan kebahagiaan di dalam hidup saya. Ya, itulah hal yang didambakan setiap manusia, tidak terkecuali Anda. Hasil panen yang melimpah akan sangat menggembirakan seorang petani. Lulus ujian dengan predikat terbaik akan menyukacitakan dan mendatangkan senyuman lebar pada seorang pelajar. Menang tender akan membuat seorang pengusaha atau kontraktor tertawa sambil melompat kegirangan. Lahirnya anak yang didambakan akan membungahkan para ayah dan membuatnya lalai akan peluh yang ada di kening sang istri. Begitu juga berbagai hal lain yang dimimpikan manusia, tentunya akan melahirkan kebahagiaan di dalam hati mereka, tatkala apa yang dianganangankan tersebut berhasil ia capai. Seperti itulah kebahagiaan semu yang dibagikan kepada setiap hamba yang bernyawa. Mengapa Karena ia ditempatkan di kotak khusus yang hanya bisa diraih oleh manusiamanusia istimewa. Apakah itu Hal terpenting dari hidup adalah tujuan kehidupan itu sendiri. Yakni tujuan penciptaan manusia dan seluruh makhluk yang ada di alam raya, termasuk Anda. Dari ayam yang berkokok ketika dini hari, burungburung yang berterbangan di atas angkasa, hewan melata yang bertebaran di permukaan bumi, sampai singa pejantan yang mengendus keberadaan singa betina, semuanya itu memiliki tujuan. Simaklah apa yang Allah katakan tentang perkara ini, Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu sekedar mainmain QS. Mengapa Karena ia perkara yang transeden dan di luar jangkauan akal manusia. Allah telah mengutus para Nabi dan Rasul alaihimussalam kepada setiap generasi untuk menyampaikan hikmah kehidupan dan kematian. LANJUT KE BAGIAN 2 Disarikan pada Malam 20 Ramadan 1444 H Di bawah langit kota Yogyakarta, Oleh AlFaqir yang membutuhkan rahmat dan ampunan dari RabbNya, Penulis Sudarmono Ahmad Tahir, S.Si.,
Bacaan Doa Shalat Dhuha Latin, Arab, Beserta Terjemahannya
https://islami.co/doa-shalat-dhuha-latin-arab/
Shalat dhuha adalah shalat yang dilakukan setelah terbitnya matahari (syuruq). Shalat ini biasa dilakukan dengan dua rakaat hingga delapan rakaat. Salah dua keutamaannya adalah memudahkan rezeki dan dapat mengganti sedekah yang tidak mampu dilakukan karena kekurangan ekonomi dan lain sebagainya. Namun, melaksanakan shalat dhuha tidak utama jika kita tidak membaca doa shalat dhuha juga. Salah satu tata cara shalat dhuha adalah membaca doa shalat dhuha berikut ini: Allahumma innad dhuhaa dhuhauka, wal bahaa bahauka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahumma in kana rizki fis samai, fa anzilhu. Wa in kana fil ardhi, fa akhrijhu. Wa in kana musiron, fa yassirhu. Wa in kana haraman, fa thahhirhu. Wa in kana baidan, fa qarribhu bi haqqi dhuhaika, wa bahaika, wa jamalika, wa quwwatika, wa qudratika. Atini ma ataita ibadakas shalihin. Allâhumma bika ushawilu, wa bika uhawilu, wa bika uqatilu. Rabbighfir li, warhamni, watub alayya. Innaka antat tawwabur rahim. (Dibaca sebanyak 40/100 kali). Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu. Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu. Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh. Tuhanku, dengan-Mu aku bergerak. Dengan-Mu aku berusaha. Dengan-Mu, aku berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmat-Mu kepadaku. Anugerahkanlah tobat-Mu untukku. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang. Selain doa di atas, masih ada beberapa doa lain yang bisa dibaca sebagai media kita untuk memohon kepada Allah SWT. (AN) Wallahu Alam.
Shalat dhuha adalah shalat yang dilakukan setelah terbitnya matahari syuruq. Shalat ini biasa dilakukan dengan dua rakaat hingga delapan rakaat. Salah dua keutamaannya adalah memudahkan rezeki dan dapat mengganti sedekah yang tidak mampu dilakukan karena kekurangan ekonomi dan lain sebagainya. Namun, melaksanakan shalat dhuha tidak utama jika kita tidak membaca doa shalat dhuha juga. Salah satu tata cara shalat dhuha adalah membaca doa shalat dhuha berikut ini Allahumma innad dhuhaa dhuhauka, wal bahaa bahauka, wal jamala jamaluka, wal quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahumma in kana rizki fis samai, fa anzilhu. Wa in kana fil ardhi, fa akhrijhu. Wa in kana musiron, fa yassirhu. Wa in kana haraman, fa thahhirhu. Wa in kana baidan, fa qarribhu bi haqqi dhuhaika, wa bahaika, wa jamalika, wa quwwatika, wa qudratika. Atini ma ataita ibadakas shalihin. Allâhumma bika ushawilu, wa bika uhawilu, wa bika uqatilu. Rabbighfir li, warhamni, watub alayya. Innaka antat tawwabur rahim. Dibaca sebanyak 40100 kali. Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milikMu. Yang ada hanya keagunganMu. Tiada lagi selain keindahanMu. Hanya ada kekuatanMu. Yang ada hanya kuasaMu. Tidak ada yang lain kecuali lindunganMu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaanMu. Tuhanku, berikanlah aku apa yang Kau anugerahkan kepada hambahambaMu yang saleh. Tuhanku, denganMu aku bergerak. DenganMu aku berusaha. DenganMu, aku berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmatMu kepadaku. Anugerahkanlah tobatMu untukku. Sungguh Engkau maha penerima tobat, lagi maha penyayang. Selain doa di atas, masih ada beberapa doa lain yang bisa dibaca sebagai media kita untuk memohon kepada Allah SWT. AN Wallahu Alam.
Dianjurkan Memperbanyak Amalan di Hari Jumat, Ini Salah Satunya
https://www.laduni.id/post/read/55125/dianjurkan-memperbanyak-amalan-di-hari-jumat-ini-salah-satunya.html
Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Terdapat beberapa aktivitas ibadah yang secara khusus dianjurkan pada hari Jumat. Oleh karenanya, hari Jumat disebut dengan hari ibadah. Di antara amalan yang sangat dianjurkan pada hari Jumat adalah memperbanyak doa. Berdoa tentu bisa kapan pun dan di mana pun. Tapi kalau berdoa di waktu yang tepat tentu itu lebih baik. Karena Jumat salah satu hari terbaik untuk berdoa, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tersebut. Syekh Nawawi Banten menjelaskan dalam Nihayatuz Zain: . : Artinya, “Disunnahkan berdoa, maksudnya memperbanyak doa pada siang hari dan malam hari Jumat. Adapun memperbanyak doa di siang hari harapannya agar sesuai dengan waktu ijabah. Pendapat yang shahih tentang waktu ijabah adalah antara duduknya khatib sampai selesai shalat. Maksudnya bukan seluruh waktu, tapi hanya sebentar dari rentang waktu tersebut. Adapun terkait doa malam hari, Imam As-Syafi’i berkata, ‘Telah sampai hadits kepadaku bahwa doa diijabah pada malam Jumat dan ini bisa diqiyaskan dengan siang harinya.’ Dianjurkan juga memperbanyak sedekah dan perbuatan baik pada malam dan siang hari Jumat.” Memperbanyak doa sangat dianjurkan pada siang hari dan malam hari Jumat. Khusus pada siang hari, ada waktu yang paling baik untuk berdoa yaitu ketika antara khatib naik mimbar sampai shalat Jumat selesai. Memang tidak diketahui waktu pastinya, tapi ulama hanya menjelaskan rentang waktunya saja. Dikarenakan tidak ada yang tahu waktu pastinya, maka perbanyaklah berdoa. Kemudian berdoa tidak hanya dianjurkan di siang hari, tapi juga malam hari. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam As-Syafi’i, berdoa di malam hari bisa disamakan dengan doa di siang hari. Selain doa, kita pada hari Jumat juga dianjurkan memperbanyak sedekah dan amal saleh lainnya. Wallahu a'lam. Sumber : Dari Berbagai Sumber
Hari Jumat memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan harihari yang lain. Terdapat beberapa aktivitas ibadah yang secara khusus dianjurkan pada hari Jumat. Oleh karenanya, hari Jumat disebut dengan hari ibadah. Di antara amalan yang sangat dianjurkan pada hari Jumat adalah memperbanyak doa. Berdoa tentu bisa kapan pun dan di mana pun. Tapi kalau berdoa di waktu yang tepat tentu itu lebih baik. Karena Jumat salah satu hari terbaik untuk berdoa, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak doa pada hari tersebut. Syekh Nawawi Banten menjelaskan dalam Nihayatuz Zain . Artinya, Disunnahkan berdoa, maksudnya memperbanyak doa pada siang hari dan malam hari Jumat. Adapun memperbanyak doa di siang hari harapannya agar sesuai dengan waktu ijabah. Pendapat yang shahih tentang waktu ijabah adalah antara duduknya khatib sampai selesai shalat. Maksudnya bukan seluruh waktu, tapi hanya sebentar dari rentang waktu tersebut. Adapun terkait doa malam hari, Imam AsSyafii berkata, Telah sampai hadits kepadaku bahwa doa diijabah pada malam Jumat dan ini bisa diqiyaskan dengan siang harinya. Dianjurkan juga memperbanyak sedekah dan perbuatan baik pada malam dan siang hari Jumat. Memperbanyak doa sangat dianjurkan pada siang hari dan malam hari Jumat. Khusus pada siang hari, ada waktu yang paling baik untuk berdoa yaitu ketika antara khatib naik mimbar sampai shalat Jumat selesai. Memang tidak diketahui waktu pastinya, tapi ulama hanya menjelaskan rentang waktunya saja. Dikarenakan tidak ada yang tahu waktu pastinya, maka perbanyaklah berdoa. Kemudian berdoa tidak hanya dianjurkan di siang hari, tapi juga malam hari. Hal ini sebagaimana dikatakan Imam AsSyafii, berdoa di malam hari bisa disamakan dengan doa di siang hari. Selain doa, kita pada hari Jumat juga dianjurkan memperbanyak sedekah dan amal saleh lainnya. Wallahu alam. Sumber Dari Berbagai Sumber
Hukum Puasa Sunnah di Bulan Syawal
https://www.laduni.id/post/read/58839/hukum-puasa-sunnah-di-bulan-syawal.html
) ( ) ) Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim). Dalil ini yang dibuat pijakan kuat madzhab syafi’i, Ahmad Bin Hanbal dan Abu Daud tentang kesunahan menjalankan puasa 6 hari dibulan syawal, sedang Abu Hanifah memakruhkan menjalaninya dengan argument agar tidak memberi prasangka akan wajibnya puasa tersebut. Para pengikut kalangan Syafi’i menilai yang lebih utama menjalaninya berurutan secara terus-menerus (mulai hari kedua syawal) namun andaikan dilakukan dengan dipisah-pisah atau dilakukan diakhir bulan syawal pun juga masih mendapatkan keutamaan sebagaimana hadits diatas. Ulama berkata “alasan menyamainya puasa setahun penuh berdasarkan bahwa satu kebaikan menyamai sepuluh kebaikan, dengan demikian bulan ramadhan menyamai sepuluh bulan lain (1 bulan x 10 = 10 bulan) dan 6 hari di bulan syawal menyamai dua bulan lainnya ( 6 x 10 = 60 = 2 bulan). [ Syarh nawaawi ‘ala Muslim VIII/56 ]. Baca Juga Penjelasan Hukum dan Fadhilah Puasa Rajab Hukum Niat Puasa Sunnah Setelah Terbit Matahari Hukum Puasa Saat Hari Jum'at PUASA SYAWAL Bersamaan QADHA PUASA Diperbolehkan menggabung niat puasa 6 hari bulan syawal dengan qadha ramadhan menurut Imam Romli dan keduanya mendapatkan pahala. Sedangkan menurut Abu Makhromah tidak mendapatkan pahala keduanya bahkan tidak sah. ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) “Berkata Guru kami seperti guru beliau : Pendapat yang memiliki wajah penyengajaan dalam niat (dalam masalah ini) adalah adanya puasa didalamnya maka sama seperti shalat tahiyyat bila diniati kesunahan kedua-duanya juga mendapatkan pahala bila tidak diniati maka gugur tuntutannya”. (Keterangan seperti shalat tahiyyat ) artinya shalat tahiyyah bisa berhasil ia dapatkan saat ia menjalani kewajiaban shalat fardhu atau sunah lainnya karena tujuan niat (dalam shalat tahiyyah ) adalah terdapatnya aktifitas ibadah di dan ini sudah terjadi. (Keterangan diniati kesunahan) sama halnya saat ia niati ibadah fardhu (Keterangan kedua-duanya juga mendapatkan) artinya mendapatkan pahala puasa sunah dan puasa fardhu (Keterangan bila tidak ia niati) artinya ia tidak niat puasa sunah tapi hanya niat puasa fardhu saja (Keterangan maka gugur tuntutannya) artinya tuntutan puasa sunnahnya karena telah tercakup dalam puasa fardhu. [ I’aanah at-Thoolibiin II/271 ]. (: ): : « » ( ) . : . Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim). Bila melihat zhahirnya hadits seolah memberi pengertian tidak terjadinya kesunahan 6 hari bulan syawal saat ia niati bersamaan dengan qadha ramadhan namun Ibn Hajar menjelaskan mendapatkan kesunahan dan pahalanya bila ia niati sama seperti puasa-puasa sunah lainnya seperti puasa hari arafah dan asyura bahkan Imam Romli mengunggulkan pendapat terjadinya pahala ibadah-ibadah sunah lainnya yang dilakukan bersamaan ibadah fardhu meskipun tidak ia niati selama tidak terbelokkan arah ibadahnya seperti ia niat puasa qadha ramadhan dibulan syawal dan ia niati sekalian puasa qadha 6 hari dibulan dzil hijjah (maka tidak ia dapati kesunahan puasa syawalnya). Disunahkan menjalankan puasa 6 hari dibulan syawal meskipun ia memiliki tanggungan qadha karena ia menjalani berbuka puasa dibulan ramadhannya. Abu Makhromah dengan mengikuti pendapat al-Mashudi berkeyakinan tidak dapatnya pahala keduanya bila ia niati keduanya bersamaan seperti saat ia niat shalat dhuhur dan shalat sunah dhuhur bahkan Abu Makhromah menyatakan tidak sahnya puasa 6 hari bulan syawal bagi yang memiliki tanggungan Qadha puasa ramadhan secara muthlak. [ Bughyah iin Hal. 113-114 ]. QADHA PUASA Karena RAGU-RAGU Diharamkan menjalankan puasa dengan niat QADHA dengan alasan karena ihtiyaath (hati-hati) selama ia yakin atau memiliki sangkaan kuat tidak memiliki tanggungan mengqadha puasa ramadhan dan boleh menjalaninya bila ia ragu-ragu . Barangsiapa yakin atau memiliki sangkaan kuat tidak memiliki kewajiban mengqadha puasa ramadhan maka haram baginya puasa dengan diniati qadha karena sama halnya dngan mempermainkan ibadah namun barangsiapa ragu-ragu diperbolehkan dengan niat puasa qadha bila memiliki tanggungan qadha dan puasa sunnah bila tidak memiliki tanggungan. [ Ahkaam al-Fuqahaa II/29 ]. Dapat diambil kesimpulan dari masalah wudhu ini, sesungghnya bila seseorang ragu-ragu atas kewajiban mengqadha baginya kemudian puasa dengan niat mengqadhainya bila ada tanggungan dan niat puasa sunnah bila tidak memiliki tanggungan maka juga sah niatnya dan qadha puasanya juga terjadi bila memang tanggungan tersebut diperkirakan terdapat padanya bahkan andai telah nyata sekalipun baginya namun bila ia tidak memiliki tanggungan, puasanya menjadi puasa sunnah. [ Fataawy al-Fqhiyyah al-Kubraa II/90 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab. Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka pahalanya seperti ia berpuasa selama satu tahun. Dalil ini yang dibuat pijakan kuat madzhab syafii, Ahmad Bin Hanbal dan Abu Daud tentang kesunahan menjalankan puasa 6 hari dibulan syawal, sedang Abu Hanifah memakruhkan menjalaninya dengan argument agar tidak memberi prasangka akan wajibnya puasa tersebut. Para pengikut kalangan Syafii menilai yang lebih utama menjalaninya berurutan secara terusmenerus mulai hari kedua syawal namun andaikan dilakukan dengan dipisahpisah atau dilakukan diakhir bulan syawal pun juga masih mendapatkan keutamaan sebagaimana hadits diatas. Ulama berkata alasan menyamainya puasa setahun penuh berdasarkan bahwa satu kebaikan menyamai sepuluh kebaikan, dengan demikian bulan ramadhan menyamai sepuluh bulan lain 1 bulan x 10 10 bulan dan 6 hari di bulan syawal menyamai dua bulan lainnya 6 x 10 60 2 bulan. Baca Juga Penjelasan Hukum dan Fadhilah Puasa Rajab Hukum Niat Puasa Sunnah Setelah Terbit Matahari Hukum Puasa Saat Hari Jumat PUASA SYAWAL Bersamaan QADHA PUASA Diperbolehkan menggabung niat puasa 6 hari bulan syawal dengan qadha ramadhan menurut Imam Romli dan keduanya mendapatkan pahala. Sedangkan menurut Abu Makhromah tidak mendapatkan pahala keduanya bahkan tidak sah. Berkata Guru kami seperti guru beliau Pendapat yang memiliki wajah penyengajaan dalam niat dalam masalah ini adalah adanya puasa didalamnya maka sama seperti shalat tahiyyat bila diniati kesunahan keduaduanya juga mendapatkan pahala bila tidak diniati maka gugur tuntutannya. Keterangan seperti shalat tahiyyat artinya shalat tahiyyah bisa berhasil ia dapatkan saat ia menjalani kewajiaban shalat fardhu atau sunah lainnya karena tujuan niat dalam shalat tahiyyah adalah terdapatnya aktifitas ibadah di dan ini sudah terjadi. Keterangan diniati kesunahan sama halnya saat ia niati ibadah fardhu Keterangan keduaduanya juga mendapatkan artinya mendapatkan pahala puasa sunah dan puasa fardhu Keterangan bila tidak ia niati artinya ia tidak niat puasa sunah tapi hanya niat puasa fardhu saja Keterangan maka gugur tuntutannya artinya tuntutan puasa sunnahnya karena telah tercakup dalam puasa fardhu. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka pahalanya seperti ia berpuasa selama satu tahun. Disunahkan menjalankan puasa 6 hari dibulan syawal meskipun ia memiliki tanggungan qadha karena ia menjalani berbuka puasa dibulan ramadhannya. Abu Makhromah dengan mengikuti pendapat alMashudi berkeyakinan tidak dapatnya pahala keduanya bila ia niati keduanya bersamaan seperti saat ia niat shalat dhuhur dan shalat sunah dhuhur bahkan Abu Makhromah menyatakan tidak sahnya puasa 6 hari bulan syawal bagi yang memiliki tanggungan Qadha puasa ramadhan secara muthlak. QADHA PUASA Karena RAGURAGU Diharamkan menjalankan puasa dengan niat QADHA dengan alasan karena ihtiyaath hatihati selama ia yakin atau memiliki sangkaan kuat tidak memiliki tanggungan mengqadha puasa ramadhan dan boleh menjalaninya bila ia raguragu . Barangsiapa yakin atau memiliki sangkaan kuat tidak memiliki kewajiban mengqadha puasa ramadhan maka haram baginya puasa dengan diniati qadha karena sama halnya dngan mempermainkan ibadah namun barangsiapa raguragu diperbolehkan dengan niat puasa qadha bila memiliki tanggungan qadha dan puasa sunnah bila tidak memiliki tanggungan. Dapat diambil kesimpulan dari masalah wudhu ini, sesungghnya bila seseorang raguragu atas kewajiban mengqadha baginya kemudian puasa dengan niat mengqadhainya bila ada tanggungan dan niat puasa sunnah bila tidak memiliki tanggungan maka juga sah niatnya dan qadha puasanya juga terjadi bila memang tanggungan tersebut diperkirakan terdapat padanya bahkan andai telah nyata sekalipun baginya namun bila ia tidak memiliki tanggungan, puasanya menjadi puasa sunnah.
Dana Mepet, Haji Dulu atau Umroh?
https://bimbinganislam.com/dana-mepet-haji-dulu-atau-umroh-umrah/
Dana Mepet, Haji Dulu atau Umroh? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Dana Mepet, Haji Dulu atau Umroh? Selamat membaca. Pertanyaan: Bismillah. Izin bertanya Ustadz, Manakah yang ditunaikan terlebih dulu antara ibadah haji atau umroh bila bekal yang dimiliki hanya bisa untuk ibadah umroh dan belum mendaftar untuk ibadah haji karena bekal belum cukup? Jazakallahu khoiron Barokallahu fiikum (Ditanyakan oleh Santri Mahad BIAS) Jawaban: Bismillah Pilihan antara umroh dan haji, dengan berbagai problematika dari pendaftaran dan antrian haji yang sangat panjang dikembalikan kepada pendapat yang kita ikuti dari para ulama terkait dengan hukum umroh itu sendiri. Bila berpandapat bahwa umroh hukumnya wajib, maka dalam pelaksanaan wajib hendaknya mendahulukan kewajiban yang terdekat dan termudah, sehingga pilihan jatuh kepada pelaksanaan umroh terlebih dahulu. Dengan pertimbangan kewajiban yang terdekat dan harapan Allah memberikan rezki setelah pelaksanaan umroh yang dilakukan. Namun, bila mengatakan bahwa umroh adalah sunnah dan bukan wajib, maka hendaknya ia mendaftar haji terlebih dahulu untuk menggugurkan kewajiban haji dengan cara niat dan mendaftar, karena kewajiban harus didahulukan dibandingkan sunnah. Walaupun nanti antrian panjang atau ada halangan di tengah jalan sehingga tidak bisa melaksanakan haji, tidak menjadi masalah. Yang terpenting niat dan usaha telah dijalankan. Sehingga pilihan ada di kita, apakah mengatakan umroh adalah ibadah wajib atau sunnah bagi yang mampu. Pendapat yang menurut kami lebih kuat adalah dengan mendahulukan umroh terlebih dahulu karena beberapa alasan: 1. Bahwa umroh adalah haji kecil dan hukumnya wajib bagi yang mampu. Sebagaimana pendapat dari ulama Syafiiyah dan Hambali yang berpendapat bahwa umroh itu wajib sekali seumur hidup dengan alasan firman Allah Taala, Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. (QS. Al Baqarah: 196). Maksud ayat ini adalah sempurnakanlah kedua ibadah tersebut. Dalil ini menggunakan kata perintah, hal itu menunjukkan akan wajibnya haji dan umroh. Juga sebagaimana yang di dapatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, : : : : . Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan umroh. (HR. Ibnu Majah no. 2901, hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani). 2. Berharap ketika menjalankan umroh Allah memberikan rezki dan kesempatan untuk segera bisa mendaftarkan dan melaksanakan haji, sebagaimana yang Rasulullah sebutkan: Dari Abdullah bin Masud, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga. (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih) 3. Alasan yang lain, karena umroh lebih mudah untuk di jalankan, terlebih bagi orang yang sudah lemah, sehingga kemudahan di antara dua perkara yang di perintahkan di dalam agama untuk lebih di kedepankan. Sebagaimana firman Allah Jalla Jalaluhu sesudah ayat itu. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu Juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda : Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat. Ketika dihadapkan pada pilihan Rasulullah selalu memilih yang lebih mudah. Dan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam disuruh memilih di antara dua perkara, niscaya beliau lebih memilih yang lebih mudah di antara keduanya, selama itu tidak dosa. Adapun jika itu adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh dari dosa. (Muttafaq Alaih) 4. Di samping pendapat ini juga lebih dapat menenangkan hati, karena seseorang bisa segera dapat mengobati kerinduan yang sangat untuk mengunjungi baitullah haram yang telah lama terpendam. Dengan bisa segera menjalani umroh dan beribadah di Masjidil Haram berharap akan banyak meningkatkan diri seseorang dalam beribadah kepada Rabb nya. Namun, bila dimungkinkan bisa menjalankan keduanya, di mana ada harapan besar bila uang yang dimiliki dipergunakan terlebih dahulu untuk mendaftar haji dan mendapatkan kursi/porsi haji, yang insyaallah dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mendapatkan biaya untuk menjalankan umroh sebelum waktu pelaksanaan haji maka dalam posisi seperti ini hendaknya mendahulukan mendaftar haji, supaya dapat menggabungkan di antara haji dan umroh, supaya tidak terlalu lama dalam masa penantian/antrian yang panjang atau minimalnya dapat menggugurkan kewajiban haji karena telah niat dan usaha mendaftar. Maka dari beberapa keadaan di atas, silakan kita memosisikan diri dari keadaan yang terbaik buat kita dalam menjalankan ibadah dan mengabdi kepadaNya. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk bisa menjalankan keduanya dari ibadah haji dan umroh. Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Rabu, 14 Shafar 1443 H/ 22 September 2021 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam (BIAS), alumus Universitas Islam Madinah kuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkap dari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik disini
Dana Mepet, Haji Dulu atau Umroh Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan Dana Mepet, Haji Dulu atau Umroh Selamat membaca. Bila berpandapat bahwa umroh hukumnya wajib, maka dalam pelaksanaan wajib hendaknya mendahulukan kewajiban yang terdekat dan termudah, sehingga pilihan jatuh kepada pelaksanaan umroh terlebih dahulu. Walaupun nanti antrian panjang atau ada halangan di tengah jalan sehingga tidak bisa melaksanakan haji, tidak menjadi masalah. Yang terpenting niat dan usaha telah dijalankan. Pendapat yang menurut kami lebih kuat adalah dengan mendahulukan umroh terlebih dahulu karena beberapa alasan 1. Maksud ayat ini adalah sempurnakanlah kedua ibadah tersebut. Dalil ini menggunakan kata perintah, hal itu menunjukkan akan wajibnya haji dan umroh. Juga sebagaimana yang di dapatkan dari hadits Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, . Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan umroh. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih 3. Sebagaimana firman Allah Jalla Jalaluhu sesudah ayat itu. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu Juga hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekalikali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan dalam beramal hendaklah pertengahan yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi, bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan didalam ketaatan kepada Allah dengan amalamal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat. Ketika dihadapkan pada pilihan Rasulullah selalu memilih yang lebih mudah. Dan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, Apabila Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam disuruh memilih di antara dua perkara, niscaya beliau lebih memilih yang lebih mudah di antara keduanya, selama itu tidak dosa. Adapun jika itu adalah dosa, maka beliau adalah orang yang paling jauh dari dosa. Di samping pendapat ini juga lebih dapat menenangkan hati, karena seseorang bisa segera dapat mengobati kerinduan yang sangat untuk mengunjungi baitullah haram yang telah lama terpendam. Dengan bisa segera menjalani umroh dan beribadah di Masjidil Haram berharap akan banyak meningkatkan diri seseorang dalam beribadah kepada Rabb nya. Namun, bila dimungkinkan bisa menjalankan keduanya, di mana ada harapan besar bila uang yang dimiliki dipergunakan terlebih dahulu untuk mendaftar haji dan mendapatkan kursiporsi haji, yang insyaallah dalam waktu yang tidak terlalu lama bisa mendapatkan biaya untuk menjalankan umroh sebelum waktu pelaksanaan haji maka dalam posisi seperti ini hendaknya mendahulukan mendaftar haji, supaya dapat menggabungkan di antara haji dan umroh, supaya tidak terlalu lama dalam masa penantianantrian yang panjang atau minimalnya dapat menggugurkan kewajiban haji karena telah niat dan usaha mendaftar. Maka dari beberapa keadaan di atas, silakan kita memosisikan diri dari keadaan yang terbaik buat kita dalam menjalankan ibadah dan mengabdi kepadaNya. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk bisa menjalankan keduanya dari ibadah haji dan umroh. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. Rabu, 14 Shafar 1443 H 22 September 2021 M Ustadz Mutashim Lc.,
Qodho Shalat Sunnah Qobliyah Shubuh
https://rumaysho.com/2807-qodho-shalat-sunnah-qobliyah-shubuh.html
Kita sudah mengetahui bagaimana keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar. Dalam shahih Muslim terdapat hadits dari Aisyah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dua rakaat sunnah fajar (qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya. Dalam hadits muttafaqun alaih, Aisyah mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya (kesinambungannya) melebihi dua rakaat (shalat rawatib) Shubuh. Lihat bahasan keutamaan shalat sunnah fajar 5 Shalat Sunnah yang Bisa Dirutinkan atau Merutinkan Shalat Sunnah Rawatib.Lantas bagaimana jika kita telat datang Shubuh. Sampai di masjid imam sedang menunaikan shalat Shubuh. Apakah boleh shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah fajar tadi diqodho? Kapan diqodhonya?Jawaban dari permasalahan di atas, jika shalat Shubuh sedang didirikan, maka kita tentu tidak bisa disibukkan dengan sesuatu apa pun, walaupun dengan shalat sunnah fajar sekalipun. Jadi, siapa saja yang mendapati imam sedang shalat Shubuh, maka ia mengikuti imam melaksanakan shalat wajib tersebut. Lalu bagaimana dengan shalat sunnah fajar? Kapan ditunaikan? Apakah ditunaikan setelah shalat Shubuh langsung atau tunggu sampai waktu Dhuha (sampai matahari setinggi tombak)?Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini. Salah satu pendapat menyatakan boleh mengqodho shalat sunnah fajar tadi langsung setelah shalat Shubuh. Ada riwayat yang shahih disebutkan oleh Al Baihaqi dalam Al Kubro, : - - :« ». : - -Dari Qois (kakeknya Saad), ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah melihatku sedang shalat sunnah fajar setelah shalat Shubuh. Beliau berkata, Dua rakaat apa yang kamu lakukan, wahai Qois? Aku berkata, Wahai Rasulullah, aku belum melaksanakan shalat sunnah Fajar. Inilah dua rakaat shalat sunnah tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas mendiamkannya. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari Muslim. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa hadits ini memiliki illah yaitu munqothi seperti kata Tirmidzi.Dalam Al Mughni, Ibnu Qudamah berkata, Diamnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan akan bolehnya. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengqodho shalat sunnah Zhuhur setelah Ashar. Ini pun sama maksudnya.Ulama Hanafiyah mengatakan tidak bolehnya menunaikan setelah shalat Shubuh secara langsung. Karena ada riwayat dari Tirmidzi, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang belum menunaikan shalat sunnah Fajar, hendaklah ia menunaikannya setelah terbit matahari. Karena Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah menunaikan qodho shalat sunnah fajar di waktu Dhuha.Ibnu Qudamah menyatakan kembali bahwa larangan ini masih bisa dipahami dengan makna lain. Jika memang seperti itu, menunaikannya di waktu Dhuha lebih baik dan terlepas dari perselisihan ulama dan tidak menyelisihi keumuman hadits tadi. Akan tetapi jika dikerjakan langsung setelah shalat Shubuh, itu boleh. Karena hadits terakhir tadi tidak membatasi kebolehan tadi. Demikian kata beliau.Sedangkan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia di masa silam memilih lebih afdhol ditunaikan setelah matahari meninggi. Beliau menjelaskan,: 11/373Jika seorang muslim tidak mampu menunaikan shalat sunnah fajar sebelum penunaian shalat Shubuh, maka ia boleh memilih menunaikannya setelah shalat Shubuh atau menundanya sampai matahari meninggi. Karena ada dalil (hadits) yang menunjukkan bolehnya kedua-keduanya. Akan tetapi jika menundanya sampai matahari meninggi itu lebih baik karen ada perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai hal ini. Adapun qodho shalat sunnah fajar tadi setelah shalat Shubuh maka telah shahih pula dari ketetapan (taqrir) beliau shallallahu alaihi wa sallam yang menunjukkan bolehnya. (Majmu Al Fatawa, 11: 373).Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk terus menjaga amalan sholih. Wallahu waliyyut taufiq.Sumber bahasan: Sakan 27 Jamiah Malik Suud, Riyadh, KSA, 29 Syawal 1433 Hwww.rumaysho.com
Kita sudah mengetahui bagaimana keutamaan shalat sunnah qobliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar. Dalam hadits muttafaqun alaih, Aisyah mengatakan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak melakukan satu pun shalat sunnah yang kontinuitasnya kesinambungannya melebihi dua rakaat shalat rawatib Shubuh. Lantas bagaimana jika kita telat datang Shubuh. Sampai di masjid imam sedang menunaikan shalat Shubuh. Salah satu pendapat menyatakan boleh mengqodho shalat sunnah fajar tadi langsung setelah shalat Shubuh. Beliau berkata, Dua rakaat apa yang kamu lakukan, wahai Qois Aku berkata, Wahai Rasulullah, aku belum melaksanakan shalat sunnah Fajar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas mendiamkannya. Sedangkan ulama lain mengatakan bahwa hadits ini memiliki illah yaitu munqothi seperti kata Tirmidzi. Dalam Al Mughni, Ibnu Qudamah berkata, Diamnya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menunjukkan akan bolehnya. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah mengqodho shalat sunnah Zhuhur setelah Ashar. Ulama Hanafiyah mengatakan tidak bolehnya menunaikan setelah shalat Shubuh secara langsung. Ibnu Qudamah menyatakan kembali bahwa larangan ini masih bisa dipahami dengan makna lain. Jika memang seperti itu, menunaikannya di waktu Dhuha lebih baik dan terlepas dari perselisihan ulama dan tidak menyelisihi keumuman hadits tadi. Sedangkan Syaikh Abdul Aziz bin Baz, mufti Saudi Arabia di masa silam memilih lebih afdhol ditunaikan setelah matahari meninggi. Beliau menjelaskan, 11373Jika seorang muslim tidak mampu menunaikan shalat sunnah fajar sebelum penunaian shalat Shubuh, maka ia boleh memilih menunaikannya setelah shalat Shubuh atau menundanya sampai matahari meninggi. Karena ada dalil hadits yang menunjukkan bolehnya keduakeduanya. Majmu Al Fatawa, 11 373.Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk terus menjaga amalan sholih. Sumber bahasan Sakan 27 Jamiah Malik Suud, Riyadh, KSA, 29 Syawal 1433 Hwww.rumaysho.com
Tafsir Surah Al-Isra’ Ayat 19: Empat Cara Mendapatkan Pahala di Akhirat
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/tafsir-surah-al-isra-ayat-19-empat-cara-mendapatkan-pahala-di-akhirat/
Salah satu tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah, dengan harapan akan mendapatkan keberuntungan di akhirat kelak. Namunsayangnya banyak orang yang lupa akan tujuan akhir hidupnya sehingga kehidupannya tak tertata, ia menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan sesaat. Begitu juga banyak ahli ibadah yang tekun dalam beramal, namun tanpa menyadari amalannya sirna, tak berguna dikarenakan tak didasari dengan ilmu, serta tak mengerti tata caranya, akhirnya amalannya sia-sia, sedangkan dirinya tak menyadarinya. Ibarat sebuah bejana yang selalu diisi air setiap waktu, tanpa disadari terjadi kebocoran, maka otomatis airnya akan habis tanpa tersisa sedikitpun. Dalam hal ini, Allah mengingatkan bahwa orang yang menuju akhirat harus sesuai dengan tuntunan syariat, seperti keterangan dalam Surah al-Isra ayat 19: Artinya: Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Menurut Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa orang yang menghendaki pahala akhirat harus mengikuti ajaran Syariat agama dengan benar sesuai dengan prosedur, serta harus menjauhi larangan-Nya, bukan berdasarkan keinginan nafsunya, maka amal perbuatannya akan diterima oleh Allah dan akan mendapatkan pahala yang besar. Menurut Raghib al-Asbihani menjelaskan bahwa untuk mendapatkannya pahala yang telah dijanjikan, ada empat hal yang harus dilakukan: Pertama, harus menggunakan akal fikiran yang sehat dalam memahami ajaran agama. Untuk lebih menjadi sempurna maka harus didasari dengan ilmu. Kedua, harus menjaga harga dirinya dari hal yang terlarang. Hal ini akan menjadi lebih sempurna bila didasari sifat wara (menjaga diri dari hal syubhat yang belum jelas hukumnya. Ketiga, adanya keberanian dalam bertindak, berbuat bukan karena paksaan atau mengejar pujian manusia. Hal ini lebih sempurna bila didasari dengan sikap mental (bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu). Keempat, harus didasari rasa keadilan tak hanya untuk diri sendiri atau orang lain. yang demikian akan lebih sempurna bila didasari insyaf (menerima kebenaran) dari berbagai sumber yang didapatkan. Dengan demikian orang yang ingin mengharapkan ketentraman dunia dan akhirat harus mengikuti petunjuk yang telah ditentukan supaya pahalanya amalnya tak berantakan. Selengkapnya di Islami.co
Salah satu tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah, dengan harapan akan mendapatkan keberuntungan di akhirat kelak. Namunsayangnya banyak orang yang lupa akan tujuan akhir hidupnya sehingga kehidupannya tak tertata, ia menghalalkan segala cara demi meraih keuntungan sesaat. Begitu juga banyak ahli ibadah yang tekun dalam beramal, namun tanpa menyadari amalannya sirna, tak berguna dikarenakan tak didasari dengan ilmu, serta tak mengerti tata caranya, akhirnya amalannya siasia, sedangkan dirinya tak menyadarinya. Ibarat sebuah bejana yang selalu diisi air setiap waktu, tanpa disadari terjadi kebocoran, maka otomatis airnya akan habis tanpa tersisa sedikitpun. Dalam hal ini, Allah mengingatkan bahwa orang yang menuju akhirat harus sesuai dengan tuntunan syariat, seperti keterangan dalam Surah alIsra ayat 19 Artinya Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguhsungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orangorang yang usahanya dibalasi dengan baik. Menurut Imam alBaidhawi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa orang yang menghendaki pahala akhirat harus mengikuti ajaran Syariat agama dengan benar sesuai dengan prosedur, serta harus menjauhi laranganNya, bukan berdasarkan keinginan nafsunya, maka amal perbuatannya akan diterima oleh Allah dan akan mendapatkan pahala yang besar. Menurut Raghib alAsbihani menjelaskan bahwa untuk mendapatkannya pahala yang telah dijanjikan, ada empat hal yang harus dilakukan Pertama, harus menggunakan akal fikiran yang sehat dalam memahami ajaran agama. Untuk lebih menjadi sempurna maka harus didasari dengan ilmu. Kedua, harus menjaga harga dirinya dari hal yang terlarang. Hal ini akan menjadi lebih sempurna bila didasari sifat wara menjaga diri dari hal syubhat yang belum jelas hukumnya. Ketiga, adanya keberanian dalam bertindak, berbuat bukan karena paksaan atau mengejar pujian manusia. Hal ini lebih sempurna bila didasari dengan sikap mental bersungguhsungguh dalam melawan hawa nafsu. Keempat, harus didasari rasa keadilan tak hanya untuk diri sendiri atau orang lain. yang demikian akan lebih sempurna bila didasari insyaf menerima kebenaran dari berbagai sumber yang didapatkan. Dengan demikian orang yang ingin mengharapkan ketentraman dunia dan akhirat harus mengikuti petunjuk yang telah ditentukan supaya pahalanya amalnya tak berantakan. Selengkapnya di Islami.co
Jilbab Bukan Hanya Penutup Rambut Kepala
https://rumaysho.com/8455-jilbab-bukan-hanya-penutup-rambut-kepala.html
Ada yang mengira bahwa jilbab hanyalah penutup rambut kepala. Tak apalah katanya berpakaian ketat yang penting rambut kepala sudah tertutup. Benarkah pengertian demikian?Perintah mengenakan jilbab sebagaimana diterangkan dalam ayat, Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Ahzab: 59)Jika kita telusuri penjelasan dari Imam Nawawi -ulama besar Syafiiyah-, kita akan mendapat titik terang manakah yang dimaksud jilbab.Imam Nawawi rahimahullah berkata, Disebutkan dalam Al Bayan, jilbab adalah khimar (penutup kepala) dan izar (kain penutup badan). Al Kholil berkata, Jilbab itu lebih lebar dari khimar dan lebih tipis dari izar. Al Mahamili berkata, Jilbab adalah izar (kain penutup badan) itu sendiri. Penulis kitab Al Matholi berkata bahwa An Nadhr bin Syamil berkata, Jilbab adalah kain yang lebih pendek dari khimar, yang lebih lebar dan menutup kepala wanita. Penulis Matholi mengatakan, ulama lainnya berkata bahwa jilbab adalah kain yang lebar selain rida (mantel) yang di mana kain tersebut menutupi punggung dan dada wanita. Ibnul Arobi juga mengatakan bahwa jilbab adalah izar (kain penutup badan). Ada pula ulama yang mengatakan, Jilbab adalah baju panjang.Ulama lainnya berkata bahwa jilbab adalah baju panjang yang menyelimuti baju bagian dalam wanita. Pendapat terakhir inilah yang dimaksud oleh Imam Syafii, Imam Asy Syairozi dan ulama Syafiiyah lainnya. Itulah yang dimaksud dengan izar oleh para ulama yang diungkapkan di atas seperti dari Al Mahamili dan lainnya. Izar yang dimaksud di sini bukanlah kain sarung. (Al Majmu, 3: 125).Kemudian Imam Nawawi membawakan dalil mengenai masalah penutup aurat wanita di atas dengan membawakan hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu anha. Ia bertanya pada Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengenai apakah boleh wanita shalat dengan dengan gamis (yang menutupi badan hingga kaki) dan khimar (penutup kepala), ia tidak memakai izar (sarung). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Boleh jika gamis tersebut menutupi punggung telapak kakinya. (HR. Abu Daud no. 640. Imam Nawawi mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid). Imam Nawawi menyatakan bahwa kebanyakan perowi meriwayatkan dari Ummu Salamah secara mauquf, berarti hanya perkataan Ummu Salamah saja. Al Hakim mengatakan bahwa hadits tersebut shahih sesuai syarat Al Bukhari.Ada hadits pula dari Ibnu Umar. - - « ». . Dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang menjulurkan pakaiannya (di bawah mata kaki) karena sombong, maka Allah pasti tidak akan melihat kepadanya pada hari kiamat. Ummu Salamah lantas berkata, Lalu bagaimana para wanita menyikapi ujung pakaiannya? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Hendaklah mereka menjulurkannya sejengkal. Ummu Salamah berkata lagi, Kalau begitu, telangkap kakinya masih tersingkap. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Turunkan satu hasta, jangan lebih dari itu.(HR. Tirmidzi no. 1731 dan An Nasai no. 5338. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih). Lihat Al Majmu, 3: 124.Ada yang memahami bahwa jilbab hanyalah penutup kepala. Dari penjabaran yang kita lihat di awal dari ulama Syafiiyah dapat disimpulkan bahwa jilbab lebih daripada sekedar penutup kepala. Adapun penutup kepala saja biasa disebut khimar. Sedangkan jilbab yang melapisi luar tubuh. Deskripsinya sebagaimana gambar Muslimah.Or.Id yang kami berikan di bawah ini.Konsekuensi dari jilbab adalah menutup aurat seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Berarti bagian dada, lengan tangan, dan kaki bukan hanya dibalut dengan baju dan celana. Namun jilbab yang sempurna adalah bersifat longgar (tidak ketat). Sehingga yang lebih tepat adalah dengan menggunakan jilbab lebar ditambah dengan bergamis atau mengenakan rok. Jilbab lebar yang dimaksud, panjangnya hingga paha sehingga membuat lengan tangan tidak dibalut yang membentuk lekuk tubuh. Jika lekuk tubuh nampak, maka berarti aurat tidaklah tertutup dengan sempurna.Wallahu alam, hanya Allah yang memberi taufik.—Disusun di Panggang, Gunungkidul, 15 Syawal 1435 HAkhukum fillah: Muhammad Abduh TuasikalIkuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom—Telah hadir tiga buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc: 1- Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang (Rp.30.000), 2- Panduan Mudah Tentang Zakat (Rp.20.000,-), 3- Buku Saku 10 Pelebur Dosa (Rp.6.000,-), semuanya terbitan Pustaka Muslim Yogyakarta (biaya belum termasuk ongkos kirim).Segera pesan via sms +62 852 00 171 222 atau BB 2A04EA0F atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: nama buku#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.
Ada yang mengira bahwa jilbab hanyalah penutup rambut kepala. Tak apalah katanya berpakaian ketat yang penting rambut kepala sudah tertutup. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Penulis kitab Al Matholi berkata bahwa An Nadhr bin Syamil berkata, Jilbab adalah kain yang lebih pendek dari khimar, yang lebih lebar dan menutup kepala wanita. Ibnul Arobi juga mengatakan bahwa jilbab adalah izar kain penutup badan. Ulama lainnya berkata bahwa jilbab adalah baju panjang yang menyelimuti baju bagian dalam wanita. Pendapat terakhir inilah yang dimaksud oleh Imam Syafii, Imam Asy Syairozi dan ulama Syafiiyah lainnya. Itulah yang dimaksud dengan izar oleh para ulama yang diungkapkan di atas seperti dari Al Mahamili dan lainnya. Izar yang dimaksud di sini bukanlah kain sarung. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Boleh jika gamis tersebut menutupi punggung telapak kakinya. Imam Nawawi mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid. Dari Ibnu Umar, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Siapa yang menjulurkan pakaiannya di bawah mata kaki karena sombong, maka Allah pasti tidak akan melihat kepadanya pada hari kiamat. Ummu Salamah lantas berkata, Lalu bagaimana para wanita menyikapi ujung pakaiannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Hendaklah mereka menjulurkannya sejengkal. Ummu Salamah berkata lagi, Kalau begitu, telangkap kakinya masih tersingkap. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Turunkan satu hasta, jangan lebih dari itu. Deskripsinya sebagaimana gambar Muslimah. Berarti bagian dada, lengan tangan, dan kaki bukan hanya dibalut dengan baju dan celana. Jilbab lebar yang dimaksud, panjangnya hingga paha sehingga membuat lengan tangan tidak dibalut yang membentuk lekuk tubuh. Jika lekuk tubuh nampak, maka berarti aurat tidaklah tertutup dengan sempurna. Wallahu alam, hanya Allah yang memberi taufik. Disusun di Panggang, Gunungkidul, 15 Syawal 1435 HAkhukum fillah Muhammad Abduh TuasikalIkuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom, Instagram RumayshoComTelah hadir tiga buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc 1 Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang Rp.30.000, 2 Panduan Mudah Tentang Zakat Rp.20.000,, 3 Buku Saku 10 Pelebur Dosa Rp.6.000,, semuanya terbitan Pustaka Muslim Yogyakarta biaya belum termasuk ongkos kirim. Kirim format pesan nama bukunama pemesanalamatno HPjumlah buku.
Materi Kultum 10: Orang yang Beriman Ibarat Nakhlah dan Nahlah
https://www.dakwah.id/materi-kultum-ramadhan-orang-yang-beriman-adalah/
Tulisan yang berjudul Orang yang Beriman Ibarat Nakhlah dan Nahlah adalah seri ke-10 dari serial Materi Kultum Ramadhan yang ditulis oleh ustadz Muhammad Faishal Fadhli.Syaikh Shalih Al-Munajjid, salah seorang ulama kontemporer paling produktif asal Suriah yang menimba ilmu di Hijaz, menyebutkan sebuah kalimat indah, singkat, dan padat dalam menjelaskan kepribadian orang yang beriman kepada Allah.Di dalam al-Quran dan hadits, kepribadian orang yang beriman kepada Allah disebut dengan kalimat, Tsaabitun ka An-Nakhlah, wa Naafiun ka An-Nahlah. Teguh seperti pohon kurma. Bermanfaat seperti lebah.Berikut ini ayat-ayat dan hadits yang berkaitan kepribadian orang yang beriman tersebut:Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. Ibrahim: 24-25)Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl: 68-69) ‌ ‌ ‌ ‌ Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya perumpamaan orang yang beriman itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak. (HR. Ahmad No. 6872)Mari kita bahas satu per satu dalil-dalil tersebut.Diawali dari surat Ibrahim ayat 24 dan 25.Para sahabat Nabi radhiyallahu anhum sepakat, yang dimaksud syajarah thayyibah yang artinya pohon yang baik dalam ayat ini adalah pohon kurma. Nakhlah artinya pohon kurma. Akarnya kokoh. Daunnya tidak jatuh berguguran.Seperti inilah perumpamaan seorang mukmin dalam menjaga akidah. Tidak mudah goyah. Teguh dalam memegang prinsip.Seumpama pohon kurma: tetap tegak, tidak tumbang saat diamuk badai.Begitulah kondisi orang beriman menghadapi terpaan fitnah syubhat dan fitnah syahwat yang kian menyambar-menyambar di akhir zaman.Kemudian, selain kuat dan tinggi menjulang, pohon kurma juga bisa dijadikan tempat bernaung dan buahnya sangat bermanfaat bagi manusia. Bisa dimakan kapan saja; tamr saat musim dingin dan ruthab saat musim panas. Batangnya pun dapat dimanfaatkan untuk bangunan.Inilah kepribadian seorang mukmin dalam berakidah. Kuat dan bermanfaat.Sekarang kita akan mengkaji kepribadian orang yang beriman dalam berakhlak, yang diserupakan seperti lebah. Nahlah artinya lebah. Apa saja keistimewaan lebah?Untuk menghasilkan madu, lebah mendatangi bunga-bunga, mengitari buah-buahan, serta mengunjungi tempat-tempat lain yang bersih, segar dan mengandung nektar.Hal inilah yang menjadi khas ciri orang yang beriman. Dalam mencari rezeki, ia mengutamakan berkah dari pada jumlah.Orang beriman selayak lebah. Ia mampu melihat dari ketinggian dengan ilmu dan imannya untuk memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Matanya selalu tertuju pada yang halal meskipun harus didapat dengan bersusah payah.Sebaliknya, ia tidak mudah tergiur pada yang haram, meskipun bertebaran di mana-mana. Lebih baik pontang-panting dengan jual-beli, daripada duduk manis dengan transaksi ribawi.Lebah memproduksi madu sepuluh kali lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Satu-satunya alasan kenapa makhluk mungil ini memproduksi madu secara berlebihan adalah agar manusia memperoleh manfaat dari madu, sebagaimana diilhamkan oleh Allah kepada mereka.Selama hidupnya, lebah hanya menghasilkan kebaikan bagi seluruh makhluk. Mulai dari madu, royal jelly, hingga propolis. Seluruhnya, berkhasiat untuk kesehatan. Berbagai jenis penyakit bisa sembuh berkat izin Allah dengan wasilah madu.Seorang dokter asal Rumania mengatakan bahwa ia mencoba menggunakan madu untuk mengobati pasien katarak. Hasilnya, sangat fantastis. 2002 dari 2094 pasien, sembuh seperti sedia kala. Masih banyak lagi testimoni tentang khasiat madu dalam dunia pengobatan.Seperti halnya lebah, seorang mukmin selalu memberi kebaikan yang dirasakan oleh manusia dan mahluk lainnya.Sesuai dengan adagium yang berbunyi, Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti.Khairunnāsi anfauhum lin nās. Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.Mudharat bisa diartikan kerugian atau segala sesuatu yang berbahaya dan bersifat merusak.Lebah, adalah serangga mungil paling istimewa. Karena selain mendatangkan manfaat, ia juga mencegah datangnya mudharat kepada siapa pun dan di mana pun, minimal dari dirinya sendiri. Setiap termpat yang dihinggapinya; ranting, tangkai bunga, tidak ada yang rusak.Beginilah sifat orang yang beriman kepada Allah.Orang beriman adalah manusia yang punya komitmen kuat untuk tidak menyebabkan kerusakan dan kerugiaan dalam hal apapun; baik secara material maupun non-material. Ia tidak mendatangkan mudharat, baik kepada sekelompok orang atau individu lain. Dia sangat telaten dalam merawat benda-benda di sekitarnya, sebagaimana ia pandai menjaga perasaan sesamanya. Karena menyakiti dan menghina orang beriman adalah salah satu dosa yang dimurkai Allah dan Rasul-Nya.Lebah adalah makhluk yang cinta damai. Mereka tidak akan mengusik kehidupan makhluk lain. Namun, jika eksistensi mereka teracam, lebah tidak akan segan-segan untuk melawan. Meski nyawa taruhannya. Kira-kira demikianlah sikap orang beriman manakala agama mereka dinista.Lebah melakukan banyak pekerjaan dan mereka berhasil menyelesaikannya dengan baik. Ribuan lebah bekerja bersamaan demi satu tujuan. Rata-rata, 60-70 ribu lebah, hidup dalam satu sarang.Bayangkan, dengan populasi yang begitu padat, mereka mampu bekerja secara terencana dan rapi. Pembagian job desc-nya jelas, mulai dari: menjaga kebersihan sarang, mencari sumber nektar, menghalau serangga penyusup, serta ada juga yang mengatur suhu dan kelembaban sarang dengan kipasan angin melalui kepakan sayap mereka.Masyaallah.Demikianlah hikmah dari penciptaan pohon kurma dan lebah, serta kaitannya dengan kepribadian orang selalu Allah seru dengan kalimat istimewa Yā ayyuhalladzīna āmanū Hai orang-orang yang beriman. Semoga bermanfaat. Amin. (Muhammad Faishal Fadhli/dakwah.id)Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Muhammad Faishal Fadhli.Penulis: Muhammad Faishal Fadhli Editor: Ahmad RobithArtikel Materi Kultum Ramadhan sebelumnya:
Tulisan yang berjudul Orang yang Beriman Ibarat Nakhlah dan Nahlah adalah seri ke10 dari serial Materi Kultum Ramadhan yang ditulis oleh ustadz Muhammad Faishal Fadhli. Syaikh Shalih AlMunajjid, salah seorang ulama kontemporer paling produktif asal Suriah yang menimba ilmu di Hijaz, menyebutkan sebuah kalimat indah, singkat, dan padat dalam menjelaskan kepribadian orang yang beriman kepada Allah. Ibrahim 2425Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah Buatlah sarangsarang di bukitbukit, di pohonpohon kayu, dan di tempattempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiaptiap macam buahbuahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan bagimu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda kebesaran Tuhan bagi orangorang yang memikirkan. AnNahl 6869 Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya perumpamaan orang yang beriman itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. 6872Mari kita bahas satu per satu dalildalil tersebut. Diawali dari surat Ibrahim ayat 24 dan 25.Para sahabat Nabi radhiyallahu anhum sepakat, yang dimaksud syajarah thayyibah yang artinya pohon yang baik dalam ayat ini adalah pohon kurma. Begitulah kondisi orang beriman menghadapi terpaan fitnah syubhat dan fitnah syahwat yang kian menyambarmenyambar di akhir zaman. Kemudian, selain kuat dan tinggi menjulang, pohon kurma juga bisa dijadikan tempat bernaung dan buahnya sangat bermanfaat bagi manusia. Bisa dimakan kapan saja tamr saat musim dingin dan ruthab saat musim panas. Apa saja keistimewaan lebahUntuk menghasilkan madu, lebah mendatangi bungabunga, mengitari buahbuahan, serta mengunjungi tempattempat lain yang bersih, segar dan mengandung nektar. Hal inilah yang menjadi khas ciri orang yang beriman. Matanya selalu tertuju pada yang halal meskipun harus didapat dengan bersusah payah. Lebih baik pontangpanting dengan jualbeli, daripada duduk manis dengan transaksi ribawi. Masih banyak lagi testimoni tentang khasiat madu dalam dunia pengobatan. Sesuai dengan adagium yang berbunyi, Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti. Karena selain mendatangkan manfaat, ia juga mencegah datangnya mudharat kepada siapa pun dan di mana pun, minimal dari dirinya sendiri. Setiap termpat yang dihinggapinya ranting, tangkai bunga, tidak ada yang rusak. Dia sangat telaten dalam merawat bendabenda di sekitarnya, sebagaimana ia pandai menjaga perasaan sesamanya. Karena menyakiti dan menghina orang beriman adalah salah satu dosa yang dimurkai Allah dan RasulNya. Mereka tidak akan mengusik kehidupan makhluk lain. Lebah melakukan banyak pekerjaan dan mereka berhasil menyelesaikannya dengan baik. Bayangkan, dengan populasi yang begitu padat, mereka mampu bekerja secara terencana dan rapi. Pembagian job descnya jelas, mulai dari menjaga kebersihan sarang, mencari sumber nektar, menghalau serangga penyusup, serta ada juga yang mengatur suhu dan kelembaban sarang dengan kipasan angin melalui kepakan sayap mereka. Muhammad Faishal Fadhlidakwah.idBaca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Muhammad Faishal Fadhli.
Lakukan Empat Hal Ini Agar Hidup Berkah
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ibadah/lakukan-empat-hal-ini-agar-hidup-berkah/
Dikaruniai kehidupan yang penuh dengan keberkahan merupakan salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hamba-Nya. Berkah dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan karunia tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia. Keberkahan yaitu keberuntungan, kebahagiaan. Adapun dalam bahasa arab berasal dari kata barakah yang berarti a-namau wa al-ziyadah penambahan, al-saadah kebahagiaan, dan al-nimah kenikmatan.Adapun agar hidup yang kita jalani penuh berkah, kita bisa melakukan empat hal berikut ini Pertama, bertakwa dan taat kepada Allah dan rasul-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Adapun amalan takwa yang paling cepat mendatangkan keberkahan dalam hidup adalah silaturahim.Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah mengatakan bahwa barang siapa yang ingin dimudahkan rejeki dan dipanjangkan umurnya agar selalu menyambung silaturahim. Adapun larangan yang paling harus dihindari adalah menipu, riba dan lainnya. Sebab Allah berfrman Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. (QS. al-Baqarah; 276) Muhammad Amin al-Syanqithi dalam Adhwa al-Bayan mengutip Ibnu Kastir, menjelaskan bahwa ayat di atas menjelaskan bahwa harta seseorang yang bercampur atau didapat karena riba maka hartanya tidak akan berkah dan tidak akan mendapatkan manfaat terhadap pemiliknya. Kedua, bersyukur atas nikmat yang telah Allah karuniakan. Sebab dalam QS Ibrahim [14]: 7, Allah telah menjanjikan akan menambah nikmat bagi orang-orang yang bersyukur. Adapun syukur tidak cukup hanya di bibir saja, tapi dalam hati dan perbuatan. Syukur dengan hati yaitu dengan menyadari bahwa segala nikmat yang ia peroleh sungguh karena kemurahan Allah. Adapun dengan lisan dengan tidak menyombongkan kekayaan yang dimiliki sebab semua hanya titipin Allah. Adapun bersyukur dengan perbuatan yaitu dengan tidak menggunakan harta yang dimiliki untuk hal-hal yang diharamkan, sebaliknya ia gunakan untuk kebaikan seperti sedekah dan lain sebagainya. Ketiga, memulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, dengan melantunkan bismillah, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kepada umatnya. Dan sebagai umat muslim kita disunahkan mengikuti adab yang diajarkan oleh rasulullah, dari adab makan dan minum, adab bergaul dengan teman, dan sebagainya. Keempat, membiasakan diri dengan berzikir dan berdoa dengan bacaaan yang telah diajarkan Rasulullah. Seperti membaca doa pagi dan petang, zikir setelah salat fardu dan lain sebagainya. Wallahualam.
Dikaruniai kehidupan yang penuh dengan keberkahan merupakan salah satu nikmat yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya. Berkah dalam kamus besar bahasa Indonesia merupakan karunia tuhan yang membawa kebaikan dalam hidup manusia. Keberkahan yaitu keberuntungan, kebahagiaan. Adapun dalam bahasa arab berasal dari kata barakah yang berarti anamau wa alziyadah penambahan, alsaadah kebahagiaan, dan alnimah kenikmatan.Adapun agar hidup yang kita jalani penuh berkah, kita bisa melakukan empat hal berikut ini Pertama, bertakwa dan taat kepada Allah dan rasulNya serta menjauhi laranganNya. Adapun amalan takwa yang paling cepat mendatangkan keberkahan dalam hidup adalah silaturahim.Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah mengatakan bahwa barang siapa yang ingin dimudahkan rejeki dan dipanjangkan umurnya agar selalu menyambung silaturahim. Adapun larangan yang paling harus dihindari adalah menipu, riba dan lainnya. Sebab Allah berfrman Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. QS. alBaqarah 276 Muhammad Amin alSyanqithi dalam Adhwa alBayan mengutip Ibnu Kastir, menjelaskan bahwa ayat di atas menjelaskan bahwa harta seseorang yang bercampur atau didapat karena riba maka hartanya tidak akan berkah dan tidak akan mendapatkan manfaat terhadap pemiliknya. Kedua, bersyukur atas nikmat yang telah Allah karuniakan. Sebab dalam QS Ibrahim 14 7, Allah telah menjanjikan akan menambah nikmat bagi orangorang yang bersyukur. Adapun syukur tidak cukup hanya di bibir saja, tapi dalam hati dan perbuatan. Syukur dengan hati yaitu dengan menyadari bahwa segala nikmat yang ia peroleh sungguh karena kemurahan Allah. Adapun dengan lisan dengan tidak menyombongkan kekayaan yang dimiliki sebab semua hanya titipin Allah. Adapun bersyukur dengan perbuatan yaitu dengan tidak menggunakan harta yang dimiliki untuk halhal yang diharamkan, sebaliknya ia gunakan untuk kebaikan seperti sedekah dan lain sebagainya. Ketiga, memulai segala sesuatu dengan menyebut nama Allah, dengan melantunkan bismillah, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kepada umatnya. Dan sebagai umat muslim kita disunahkan mengikuti adab yang diajarkan oleh rasulullah, dari adab makan dan minum, adab bergaul dengan teman, dan sebagainya. Keempat, membiasakan diri dengan berzikir dan berdoa dengan bacaaan yang telah diajarkan Rasulullah. Seperti membaca doa pagi dan petang, zikir setelah salat fardu dan lain sebagainya. Wallahualam.
Mencari Hari Baik untuk Pernikahan, Bagaimana Hukumnya?
https://islami.co/mencari-hari-baik-untuk-pernikahan-bagaimana-hukumnya/
Menikah merupakan salah satu amalan sunnah, setiap yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari allah dan yang tidak mengerjakannya tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena satu faktor inilah kemudian pernikahan menjadi ibadah, dan dengan demikian setiap pelakunya akan sangat berhati-hati dalam menjalankannya. Tidak hanya itu, bentuk kehati-hatian dalam melangsungkan pernikahan, bukan hanya karena menikah adalah ibadah, tapi juga termasuk dalam bidang tradisi dan keyakinan masyarakat sekitar. Banyak elemen masyarakat yang harus melakukan perhitungan dan ritual yang bermacam-macam demi untuk meyakinkan mereka bahwa yang dilakukan terlepas dari bencana dan sesuatu yang nahas. Satu hal yang paling banyak terjadi adalah mencari hari baik ketika hendak melangsungkan akad nikah. Tradisi mencari hari baik ini tidak hanya dilakukan semata-mata karena ingin mendapatkan tanggal yang indah, yang unik atau yang mudah diingat. Tapi juga dengan keyakinan bahwa di antara hari-hari itu ada hari nahas bagi mereka. Bahkan tidak jarang dua orang kekasih harus rela membatalkan pernikahan karena perhitungan yang tidak cocok antara satu keluarga dengan yang lain. Tentu hal ini menjadi polemik. Karena tidak sedikit cendekiawan muslim yang memiliki pendapat fundamentalis. Sehingga berakibat pada tuduhan khurafat, bidah atau bahkan syirik. Tidak hanya itu tapi perbedaan pendapat yang langsung berhubungan dengan masyarakat umum seperti itu akan cenderung membuat kebingungan dikalangan masyarakat dan bahkan perpecahan dan perselisihan. Lantas bagaimana kasus ini dalam khazanah keilmuan Islam? Memang benar bahwa ada perbedaan ulama tentang hal ini. Pertama, golongan ulama yang melarang kita percaya pada perhitungan seperti itu. Seperti Ibnu Yunus yang menjelaskan dalam kitab Qurrotu Uyun hal 64-65 : … … Semua hari adalah milik Allah… sampai perkataan beliau… janganlah kalian memusuhi hari-hari , maka hari-hari itu akan memusuhimu. Maksudnya, jangan meyakini bahwa hari-hari itu berpengaruh pada sialmu, karena mungkin bertepatan dengan kehendak Allah atasmu. Maka menurut pendapat ini, mencari hari yang baik dengan keyakinan bahwa ada hari yang buruk dan nahas adalah tidak boleh. Karena semua hari adalah milik Allah, begitu juga amalan-amalan yang akan kita lakukan juga milik Allah. Maka, jika memang kebetulan kita mengalami kesialan pada hari itu, bukan berarti karena harinya, akan tetapi semata-mata karena bertepatan dengan kehendak dan takdir Allah. Kedua, golongan ulama yang memperbolehkan, bahkan menganjurkan untuk memilih hari yang baik ketika akan melakukan sesuatu. Imam Jafar al-Shadiq dalam kitab Makarim al-Ahlaq karya al-Syeih al-Jalil Rodliyuddin abu Nasr al-Hasan ibn Fadzl al-Tabrasi hal 600-601 menjelaskan dengan sangat rinci terkait pilihan hari baik tersebut. Dalam kitab tersebut, terdapat satu bab yang dikhususkan untuk menjelaskan secara rinci perihal hari dan sifat-sifatnya apakah baik ataukah nahas. Kesimpulan dari pendapat Imam Jafar al-Shadiq adalah bahwa hari-hari itu mempunyai sifat masing-masing. Terkadang sesuai untuk satu hal tapi tidak untuk yang lain. Hal inilah yang menyebabkan seseorang harus memilih waktu yang tepat untuk melakukan hal yang tepat pula. Di antara rentang tanggal 1-30 setiap bulan hijriyah akan ada beberapa hari yang terpilih dan terlepas dari nahas sama sekali. Tetapi ada juga beberapa hari yang punya sifat nahas berkelanjutan. Dalam konteks inilah kita dianjurkan untuk memilih. Imam Jafar al-Shadiq adalah keturunan Rasulullah generasi kelima. Beliau adalah Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin al Husein bin Ali dan Fatimah al-Zahra putri Rasulullah SAW. Beliau juga merupakan guru dari Imam Abu Hanifah, yang kemudian memiliki murid bernama Imam Malik, guru dari Imam as-Syafii, yang sekaligus menjadi guru dari Imam Ahmad. Maka pasti pendapat beliau sangat diperhitungkan. Lebih jauh lagi, Syeih Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari dalam kitab Fathul Muin hal 99 menjelaskan bahwa pernikahan seyogyanya dilakukan tidak hanya dalam perhitungan hari yang tepat, tapi juga waktu, bulan dan tempat yang tepat pula. Beliau berkata: dan sebaiknya akad nikah dilakukan dimasjid, pada hari jumat waktu pagi dan pada bulan syawwal. Dari sini kita dapat memahami, bahwa khazanah keilmuan Islam sangatlah luas. Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin tidak akan mempersempit langkah kehidupan manusia. Sekalipun ulama menganjurkan untuk memilih hari yang baik, bukan berarti memaksa kita untuk mengikuti pendapatnya. Selain itu, para ulama tersebut juga memberikan solusi bagi yang terpaksa melakukan sesuatu pada hari yang tidak disarankan dengan cara membaca doa tertentu, agar senantiasa dilindungi oleh Allah dan terhindar dari nahasnya hari tersebut. Wallahu Alam.
Menikah merupakan salah satu amalan sunnah, setiap yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari allah dan yang tidak mengerjakannya tidak akan mendapatkan apaapa. Tidak hanya itu, bentuk kehatihatian dalam melangsungkan pernikahan, bukan hanya karena menikah adalah ibadah, tapi juga termasuk dalam bidang tradisi dan keyakinan masyarakat sekitar. Banyak elemen masyarakat yang harus melakukan perhitungan dan ritual yang bermacammacam demi untuk meyakinkan mereka bahwa yang dilakukan terlepas dari bencana dan sesuatu yang nahas. Tradisi mencari hari baik ini tidak hanya dilakukan sematamata karena ingin mendapatkan tanggal yang indah, yang unik atau yang mudah diingat. Bahkan tidak jarang dua orang kekasih harus rela membatalkan pernikahan karena perhitungan yang tidak cocok antara satu keluarga dengan yang lain. Karena tidak sedikit cendekiawan muslim yang memiliki pendapat fundamentalis. Sehingga berakibat pada tuduhan khurafat, bidah atau bahkan syirik. Tidak hanya itu tapi perbedaan pendapat yang langsung berhubungan dengan masyarakat umum seperti itu akan cenderung membuat kebingungan dikalangan masyarakat dan bahkan perpecahan dan perselisihan. Lantas bagaimana kasus ini dalam khazanah keilmuan Islam Memang benar bahwa ada perbedaan ulama tentang hal ini. Pertama, golongan ulama yang melarang kita percaya pada perhitungan seperti itu. Seperti Ibnu Yunus yang menjelaskan dalam kitab Qurrotu Uyun hal 6465 Semua hari adalah milik Allah sampai perkataan beliau janganlah kalian memusuhi harihari , maka harihari itu akan memusuhimu. Maka, jika memang kebetulan kita mengalami kesialan pada hari itu, bukan berarti karena harinya, akan tetapi sematamata karena bertepatan dengan kehendak dan takdir Allah. Imam Jafar alShadiq dalam kitab Makarim alAhlaq karya alSyeih alJalil Rodliyuddin abu Nasr alHasan ibn Fadzl alTabrasi hal 600601 menjelaskan dengan sangat rinci terkait pilihan hari baik tersebut. Terkadang sesuai untuk satu hal tapi tidak untuk yang lain. Hal inilah yang menyebabkan seseorang harus memilih waktu yang tepat untuk melakukan hal yang tepat pula. Tetapi ada juga beberapa hari yang punya sifat nahas berkelanjutan. Dalam konteks inilah kita dianjurkan untuk memilih. Imam Jafar alShadiq adalah keturunan Rasulullah generasi kelima. Maka pasti pendapat beliau sangat diperhitungkan. Lebih jauh lagi, Syeih Zainuddin bin Abdul Aziz alMalibari dalam kitab Fathul Muin hal 99 menjelaskan bahwa pernikahan seyogyanya dilakukan tidak hanya dalam perhitungan hari yang tepat, tapi juga waktu, bulan dan tempat yang tepat pula. Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin tidak akan mempersempit langkah kehidupan manusia. Sekalipun ulama menganjurkan untuk memilih hari yang baik, bukan berarti memaksa kita untuk mengikuti pendapatnya. Selain itu, para ulama tersebut juga memberikan solusi bagi yang terpaksa melakukan sesuatu pada hari yang tidak disarankan dengan cara membaca doa tertentu, agar senantiasa dilindungi oleh Allah dan terhindar dari nahasnya hari tersebut.
Apapun Keadaanya, Jangan Pernah Tinggalkan Majelis Ilmu
https://radiomutiaraquran.com/2020/06/03/apapun-keadaanya-jangan-pernah-tinggalkan-majelis-ilmu/
“Pada majelis ilmu ada dua hal utama yang membuat istiqomah sampai ajal menjemput: pertama adalah ilmu yang menjaga kita dan kedua adalah sahabat yang shalih yang selalu meingingatkan akan akhirat” Saudaraku, apapun keadaannya dan bagaimanapun kondisinya, jangan pernah meninggalkan majelis ilmu. Jangan lah tinggalkan secara total, jika tidak bisa sepekan sekali, mungkin sebulan sekali, jika tidak bisa mungkin 2 atau 3 bulan sekali, insyaallah waktu itu selalu ada, yang menjadi intinya adalah apakah kita memprioritaskan atau tidak? Jika tidak menjadi prioritas, maka tidak akan ada waktu dan tidak akan ada usaha untuk itu. Jangan pernah juga meninggalkan majelis ilmu karena sudah merasa berilmu atau telah menjadi “ikhwan senior”, para ustadz dan ulama pun terus belajar dan menuntut ilmu. Saudaraku, mereka yang berguguran dipersimpangan jalan dakwah adalah orang perlahan-lahan meninggalkan majelis ilmu secara total, baik itu tenggelam dengan kesibukan dunia atau merasa sudah berilmu kemudian menjadi sombong dan tergelincir. Abdullan bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Beliau berkata, , “Aku heran dengan mereka yang tidak menuntut ilmu, bagaimana mungkin jiwanya bisa mengajak kepada kebaikan.”? [Siyar A’lam AN-Nubala 8/398] Sebagaimana yang kita sampai di awal bahwa pada majelis ilmu terdapat dua faktor utama agar seseorang bisa istiqamah: [1] Ilmu yang menjaganya Dengan ilmu dan pemahaman yang benar seseorang agar terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran. Ibnul Qayyim berkata, ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ “Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya.”[Miftah Daris Sa’adah 1/29] Dengan menghadiri majelis ilmu juga akan menimbulkan ketenangan dan kebahagiaan yang mejadi tujuan seseorang hidup di dunia ini. Apabila niatnya ikhlas, maka ia akan merasakan ketenangan di majelis ilmu dan akan terus mencari majelis ilmu di mana pun berada. Majelis ilmu adalah taman surga yang membuat seseorang merasakan ketenangan. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Jika kamu melewati taman-taman surga, maka singgahlah dengan senang.” Para sahabat bertanya,”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab,”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir.” [HR Tirmidzi, no. 3510, Ash Shahihah, no. 2562] Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa diserupai oleh sesuatupun, seandaikan tidak ada balasan pahala bagi hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang yang berdziki, maka hal itu [kenikmatan berdzikit saja, pent] sudah mencukupi, oleh karena itu majelis-majelis dzikir dinamakan taman-taman surga.” [Al-Wabilush Shayyib hal. 81, Darul Hadist, Koiro,, Asy-Syamilah] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumah-rumah Allah; mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebut-nyebut mereka di kalangan (para malaikat) di hadapanNya.” [HR Muslim, no. 2699]. Baca Juga: Kiat Mengobati Futur Dan Malas Menuntut Ilmu Agama [2] Di majelis ilmu kita akan bertemu dengan sahabat yang selalu mengingatkan akan akhirat Di majelis ilmu kita akan berjumpa dengan sahabat yang benar-benar sejati, yaitu sahabat yang selalu memberikan nasihat dan mengingatkan kita apabila salah. Sebuah ungkapan arab berbunyi: ﺻﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ ﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ “Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka” “Sahabat sejati-mu adalah yang senantiasa jujur (kalau salah diingatkan), bukan yang senantiasa membenarkanmu” Dengan Sering berjumpa dengan orang shalih yang sabar dengan kehidupan dunia ini dan tidak rakus akan harta dan kedudukan, hidup kita akan mudah dan lebih bahagia. Perhatikan bagaimana Ibnul Qayyim mengisahkan tentang guru beliau Ibnu Taimiyyah, beliau berkata: “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami merasakan kesempitan hidup, kami segera mendatangi beliau untuk meminta nasehat, maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”[ Al-wabilush shayyib hal 48, Darul Hadits, Syamilah] Demikian semoga bermanfaat @ Lombok, Pulau Seribu Masjid Penyusun: Raehanul Bahraen Sumber: https://muslim.or.id/
Pada majelis ilmu ada dua hal utama yang membuat istiqomah sampai ajal menjemput pertama adalah ilmu yang menjaga kita dan kedua adalah sahabat yang shalih yang selalu meingingatkan akan akhirat Saudaraku, apapun keadaannya dan bagaimanapun kondisinya, jangan pernah meninggalkan majelis ilmu. Jangan lah tinggalkan secara total, jika tidak bisa sepekan sekali, mungkin sebulan sekali, jika tidak bisa mungkin 2 atau 3 bulan sekali, insyaallah waktu itu selalu ada, yang menjadi intinya adalah apakah kita memprioritaskan atau tidak Jika tidak menjadi prioritas, maka tidak akan ada waktu dan tidak akan ada usaha untuk itu. Jangan pernah juga meninggalkan majelis ilmu karena sudah merasa berilmu atau telah menjadi ikhwan senior, para ustadz dan ulama pun terus belajar dan menuntut ilmu. Abdullan bin Mubarak menunjukkan keheranan, bagaimana mungkin seseorang jiwanya baik jika tidak mau menuntut ilmu dan menghadiri majelis ilmu. Siyar Alam ANNubala 8398 Sebagaimana yang kita sampai di awal bahwa pada majelis ilmu terdapat dua faktor utama agar seseorang bisa istiqamah 1 Ilmu yang menjaganya Dengan ilmu dan pemahaman yang benar seseorang agar terjaga dari kesalahan dan ketergelinciran. Ibnul Qayyim berkata, ﺃﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺮﺱ ﺻﺎﺣﺒﻪ ﻭﺻﺎﺣﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻳﺤﺮﺱ ﻣﺎﻟﻪ Ilmu itu menjaga pemiliknya sedangkan pemilik harta akan menjaga hartanya. Miftah Daris Saadah 129 Dengan menghadiri majelis ilmu juga akan menimbulkan ketenangan dan kebahagiaan yang mejadi tujuan seseorang hidup di dunia ini. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika kamu melewati tamantaman surga, maka singgahlah dengan senang. Para sahabat bertanya,Apakah tamantaman surga itu Beliau menjawab,Halaqahhalaqah kelompokkelompok dzikir. 2562 Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Sesungguhnya dzikir di antara amal memiliki kelezatan yang tidak bisa diserupai oleh sesuatupun, seandaikan tidak ada balasan pahala bagi hamba kecuali kelezatan dan kenikmatan hati yang dirasakan oleh orang yang berdziki, maka hal itu kenikmatan berdzikit saja, pent sudah mencukupi, oleh karena itu majelismajelis dzikir dinamakan tamantaman surga. 81, Darul Hadist, Koiro,, AsySyamilah Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Dan tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam satu rumah di antara rumahrumah Allah mereka membaca Kitab Allah dan saling belajar diantara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, malaikat mengelilingi mereka, dan Allah menyebutnyebut mereka di kalangan para malaikat di hadapanNya. Baca Juga Kiat Mengobati Futur Dan Malas Menuntut Ilmu Agama 2 Di majelis ilmu kita akan bertemu dengan sahabat yang selalu mengingatkan akan akhirat Di majelis ilmu kita akan berjumpa dengan sahabat yang benarbenar sejati, yaitu sahabat yang selalu memberikan nasihat dan mengingatkan kita apabila salah. Sebuah ungkapan arab berbunyi ﺻﺪﻳﻘﻚ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ ﻻ ﻣﻦ ﺻﺪﻗﻚ Shadiqaka man shadaqaka laa man shaddaqaka Sahabat sejatimu adalah yang senantiasa jujur kalau salah diingatkan, bukan yang senantiasa membenarkanmu Dengan Sering berjumpa dengan orang shalih yang sabar dengan kehidupan dunia ini dan tidak rakus akan harta dan kedudukan, hidup kita akan mudah dan lebih bahagia.
Hukum Mandi Memakai Sabun Saat Ihram
https://www.harakatuna.com/hukum-mandi-memakai-sabun-saat-ihram.html
Harakatuna.com – Ibadah haji yang didalamnya memuat rangkaian ibadah yang banyak seperti ihram, sai, tahalul, tawaf dan wukuf membutuhkan pemahaman dan ilmu yang baik. Orang yang pergi haji tentu harus paham ilmu tentang haji terlebih dahulu, karena apabila pergi haji tanpa memiliki pengetahuan tentang haji dikhawatirkan hajinya tidak sah karena bisa jadi melanggar apa yang dilarang saat haji. Perlu diketahui salah satu larang dalam ibadah haji saat ihram adalah memakai wewangian, lantas apa hukum mandi memakai sabun saat ihram yang mana sabun umumnya mengandung wewangian? Larangan memakai wewangian saat ihram ini berdasarkan sebuah hadis Nabi Muhammad : – – – : ? : ” , , , , , , ” Artinya: “Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa Rasulullah pernah ditanya mengenai pakaian apa yang boleh dipakai oleh muhrim (orang yang berihram)?” Beliau menjawab, “Tidak boleh memakai baju yang punya lengan, ‘imamah (penutup yang menyelubungi kepala), celana, baronis (pakaian yang menutupi kepala dan badan), sepatu, kecuali jika tidak memiliki sendal, hendaklah ia mengenakan dua sepatu lalu dipotong bagian yang lebih bawah dari dua mata kaki. Dan jangan memakai pakaian yang tersentuh minyak za’faran dan waros (wewangian dari tanaman yang warnanya merah).” Memakai Sabun Saat Ihram Adapun terkait mandi menggunakan sabun saat ihram, para ulama sendiri berbeda pendapat ada yang mengatakan boleh dan ada yang mengatakan tidak. Syaikh Wahbah Zuhaili dalam kitabnya, Fikhul Islam Waadillatuhu menjelaskan hukum memakai sabun saat ihram Artinya: “Boleh mandi (bagi orang yang dalam ihram) dengan sabun menurut Mazhab Syafi’i dan Hanbali, tidak boleh menurut Mazhab Hanafi mandi dengan sabun dan sejenisnya. Sedang menurut Mazhab Maliki boleh mandi untuk mendinginkan badan bukan untuk membersihkan”. (Lihat Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus-Dar al-Fikr, cet ke-2, 1305 H/1985 M, juz, 3, h. 239) Titik perbedaan pandangan ulama di atas yaitu apakah sabun dikategorikan sebagai wewangian atau bukan. Atau apakah orang yang mandi dengan sabun dikategorikan ia memakai wewangian apa tidak. Dalam pandangan Mazhab Syafi’i dan Hanbali sabun bukan masuk kategori wewangian. Sebab, orang yang mandi dengan sabun tidak dinamakan orang yang memakai wewangian. Karenanya, orang yang sedang dalam kondisi ihram boleh mandi dengan sabun. Hal ini tentunya berbeda dengan Mazhab Hanafi yang cenderung memahami sabun sebagai salah satu wewangian. Artinya orang yang mandi dengan sabun sama dengan orang yang memakai wewangian sehingga tidak diperbolehkan bagi orang yang sedang ihram. Dari penjelasan singkat di atas maka setidaknya bisa ditarik kesimpulan bahwa jika kita menganggap bahwa sabun adalah termasuk wewangian maka orang yang sedang dalam kondisi ihram tidak boleh mandi dengan sabun. Sebab semua ulama sepakat bahwa orang yang dalam kondisi ihram tidak boleh memakai wewangian. Tetapi jika kita memahami bahwa sabun bukan masuk kategori wewangian maka boleh bagi orang yang sedang dalam kondisi ihram mandi dengan sabun. Demikian hukum mandi memakai sabun saat Ihram, Wallahu A’lam Bishowab
Harakatuna.com Ibadah haji yang didalamnya memuat rangkaian ibadah yang banyak seperti ihram, sai, tahalul, tawaf dan wukuf membutuhkan pemahaman dan ilmu yang baik. Orang yang pergi haji tentu harus paham ilmu tentang haji terlebih dahulu, karena apabila pergi haji tanpa memiliki pengetahuan tentang haji dikhawatirkan hajinya tidak sah karena bisa jadi melanggar apa yang dilarang saat haji. Dan jangan memakai pakaian yang tersentuh minyak zafaran dan waros wewangian dari tanaman yang warnanya merah. Memakai Sabun Saat Ihram Adapun terkait mandi menggunakan sabun saat ihram, para ulama sendiri berbeda pendapat ada yang mengatakan boleh dan ada yang mengatakan tidak. Sedang menurut Mazhab Maliki boleh mandi untuk mendinginkan badan bukan untuk membersihkan. Atau apakah orang yang mandi dengan sabun dikategorikan ia memakai wewangian apa tidak. Dalam pandangan Mazhab Syafii dan Hanbali sabun bukan masuk kategori wewangian. Artinya orang yang mandi dengan sabun sama dengan orang yang memakai wewangian sehingga tidak diperbolehkan bagi orang yang sedang ihram. Sebab semua ulama sepakat bahwa orang yang dalam kondisi ihram tidak boleh memakai wewangian. Tetapi jika kita memahami bahwa sabun bukan masuk kategori wewangian maka boleh bagi orang yang sedang dalam kondisi ihram mandi dengan sabun.
Makna Dibalik La Hauwla Wa La Quwwata Illa Billah
https://www.eramuslim.com/hikmah/makna-dibalik-la-hauwla-wa-la-quwwata-illa-billah/
Eramuslim – Sering kita mengucapkan kalimat “la hauwla wa la quwwata illa billah” dalam hidup sehari-hari kita. Kalimat tersebut disebut dengan hauwqalah. Apa sebenarnya makna dari kalimat thayyibah tersebut? Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliki al-Hasani, dalam kitabnya Abwab al-Faraj, mengemukakan makna dari hauwqalah. Dia mengutip pernyatanan Imam as-Syadzili bahwa, kalimat ini adalah bentuk penolakan segala keburukan yang menimpa seorang hamba. Dengan mengucapkan kalimat ini, seakan hamba tersebut menyatakan ‘Jauhkan segala keburukan dariku, dan aku alihkan daya upayaku kepada daya dan upaya Allah SWT.’ Dengan kepasrahan dan kesadaran penuh terhadap daya dan upaya Sang Khaliq tersebut, maka Allah SWT akan mendatangkan pertolongan baik langsung ataupun tak langsung kepada hamba-Nya. Prinsip ini sesuai dengan QS at-Thalaq ayat ke-3: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” Sayyid Muhammad juga memaparkan, pemaknaan lain dari kalimat thayyibah ini adalah, bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk dari pelaksanaan amanat Allah SWT oleh manusia. Dalam QS al-Ahzab ayat ke-72 Allah berfirman, ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Maksud dari ayat itu, amanat yang adalah segala perbuatan yang bersumber dari manusia. Jika manusia tersebut menyatakan bahwa segala perbuatan itu dia lakukan dengan daya dan upayanya sendiri, maka dia sejatinya telah mengkhianati amanat. Namun bila dia mengatakan bahwa hal itu dilakukannya atas daya dan upaya Allah, sejatinya dia telah menunaikan amanat. (rol)
Eramuslim Sering kita mengucapkan kalimat la hauwla wa la quwwata illa billah dalam hidup seharihari kita. Kalimat tersebut disebut dengan hauwqalah. Apa sebenarnya makna dari kalimat thayyibah tersebut Sayyid Muhammad bin alAlawy alMaliki alHasani, dalam kitabnya Abwab alFaraj, mengemukakan makna dari hauwqalah. Dia mengutip pernyatanan Imam asSyadzili bahwa, kalimat ini adalah bentuk penolakan segala keburukan yang menimpa seorang hamba. Dengan mengucapkan kalimat ini, seakan hamba tersebut menyatakan Jauhkan segala keburukan dariku, dan aku alihkan daya upayaku kepada daya dan upaya Allah SWT. Dengan kepasrahan dan kesadaran penuh terhadap daya dan upaya Sang Khaliq tersebut, maka Allah SWT akan mendatangkan pertolongan baik langsung ataupun tak langsung kepada hambaNya. Prinsip ini sesuai dengan QS atThalaq ayat ke3 Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sayyid Muhammad juga memaparkan, pemaknaan lain dari kalimat thayyibah ini adalah, bahwa pernyataan tersebut adalah bentuk dari pelaksanaan amanat Allah SWT oleh manusia. Dalam QS alAhzab ayat ke72 Allah berfirman, Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat1233 kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Maksud dari ayat itu, amanat yang adalah segala perbuatan yang bersumber dari manusia. Jika manusia tersebut menyatakan bahwa segala perbuatan itu dia lakukan dengan daya dan upayanya sendiri, maka dia sejatinya telah mengkhianati amanat. Namun bila dia mengatakan bahwa hal itu dilakukannya atas daya dan upaya Allah, sejatinya dia telah menunaikan amanat. rol
Tumaninah Dalam Shalat (4)
https://muslim.or.id/14051-tumaninah-dalam-shalat-4.html
Berdasarkan hadits-hadits Rasulullah yang telah kami sebutkan sebelumnya, para ulama kaum muslimin telah bersepakat bahwa menegakkan badan dala ruku, sujud, itidal dan duduk antara dua sujud adalah sesuatu yang wajib dalam shalat, bahkan merupakan rukun shalat. Apabila seorang yang shalat tidak melakukannya, maka shalatnya batal dan dia wajib mengulang shalat. Pendapat yang disampaikan para ulama tentang masalah ini amatlah banyak, tak mungkin kita bawakan satu persatu di sini. Namun saya cukupkan untuk membawakan salah satu pendapat mereka yaitu pendapat seorang Imam besar yaitu Imam Abu Yusuf (salah satu murid Imam Abu Hanifah rahimahumallah). Imam Abu Yusuf ini mengatakan, meluruskan badan (yaiu tumaninah dalam ruku dan sujud, demikian pula menyempurnakan itidal dan duduk di antara dua sujud) hukumnya wajib dalam shalat. Shalat akan batal kalau hal tersebut ditinggalkan. Ucapan ini dibawakan oleh para ulama (di antaranya adalah Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitabnya At Taudhih an Tauhiid Al Khallaq, 260-261). Sesungguhnya kewajiban seorang muslim adalah menjaga sholatnya dengan sesempurna mungkin. Dia kerjakan dengan sempurna syaratnya, rukunnya, hal-hal wajibnya dan hal-hal yang sunnahnya. Allah taala berfirman: Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu dalam shalatnya (QS. Al Mukminun: 1-2) Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Ashar. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu (QS. Al Baqarah: 238) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. Al Maun: 4 – 5) Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (QS. Al Maun: 5) Yaitu lalai dari waktu-waktu awalnya, dalam setiap sholatnya (atau dalam sebagian besar sholatnya) dia selalu mengakhirkan dari waktunya. Atau dia lalai menyempurnakan rukun dan syaratnya sesuai yang diperintahkan. Atau dia lalai untuk khusyu dan lalai memahami bacaan shalatnya, maka kata lalai ini mencakup hal tersebut. Setiap orang yang memiliki sebagian sifat lalai tersebut, maka dia punya bagian dari penyebutan ayat ini. Terlebih lagi orang yang benar-benar memiliki semua sifat tersebut dalam shalatnya, maka dia adalah orang yang benar-benar lalai bahkan munafik dalam amalannya (Tafsir Ibnu Katsir 8/493). Semoga Allah melindungi kita dari keburukan tersebut, dan semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk beramal dengan kitabNya dan berpegang teguh dengan sunah NabiNya. Semoga Allah menjadikan kita orang yang menunaikan shalat dan memperhatikan rukun, syarat dan segala yang wajib dikerjakan dalam shalat. Semoga Allah menerima segala perkataan baik dan amal shalih kita serta mengampuni kekeliruan, kekurangan dan ketergelinciran kita. Sesungguhnya Dia adalah Zat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. — Penerjemah: Amrullah Akadhinta Artikel Muslim.Or.Id
Berdasarkan haditshadits Rasulullah yang telah kami sebutkan sebelumnya, para ulama kaum muslimin telah bersepakat bahwa menegakkan badan dala ruku, sujud, itidal dan duduk antara dua sujud adalah sesuatu yang wajib dalam shalat, bahkan merupakan rukun shalat. Apabila seorang yang shalat tidak melakukannya, maka shalatnya batal dan dia wajib mengulang shalat. Pendapat yang disampaikan para ulama tentang masalah ini amatlah banyak, tak mungkin kita bawakan satu persatu di sini. Imam Abu Yusuf ini mengatakan, meluruskan badan yaiu tumaninah dalam ruku dan sujud, demikian pula menyempurnakan itidal dan duduk di antara dua sujud hukumnya wajib dalam shalat. Ucapan ini dibawakan oleh para ulama di antaranya adalah Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab dalam kitabnya At Taudhih an Tauhiid Al Khallaq, 260261. Allah taala berfirman Sungguh beruntung orangorang yang beriman, yaitu mereka yang khusyu dalam shalatnya QS. Al Mukminun 12 Peliharalah semua shalatmu, dan peliharalah shalat Ashar. Al Maun 4 5 Ibnu Katsir mengatakan ketika menafsirkan ayat yaitu orangorang yang lalai dari shalatnya QS. Al Maun 5 Yaitu lalai dari waktuwaktu awalnya, dalam setiap sholatnya atau dalam sebagian besar sholatnya dia selalu mengakhirkan dari waktunya. Atau dia lalai menyempurnakan rukun dan syaratnya sesuai yang diperintahkan. Semoga Allah melindungi kita dari keburukan tersebut, dan semoga Allah memberi taufik kepada kita untuk beramal dengan kitabNya dan berpegang teguh dengan sunah NabiNya. Semoga Allah menjadikan kita orang yang menunaikan shalat dan memperhatikan rukun, syarat dan segala yang wajib dikerjakan dalam shalat. Sesungguhnya Dia adalah Zat Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Penerjemah Amrullah Akadhinta Artikel Muslim.
Semangat Berdakwah
https://konsultasisyariah.com/492-semangat-berdakwah.html
Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi, Ustadz Ana ini lagi cemburu sekali dengan para ustadz dan pendakwah. Dengan ilmu yang pas-pasan ini tidak mungkin ana berdakwah. Adakah amalan yang bisa membuat ana menyusul mereka para pendakwah ini. Kalaulah saya menjalankan rukun islam mereka juga menjalankan, kalaulah saya shadaqah, infaq, wakaf, dan beramal yang lain, mereka juga. Lalu bagaimana saya bisa menyusul mereka (para ust.) sedangkan saya tidak ingin (jika Allah menjadikan saya ahli surga) hanya dapat surga dibawah. Sedangkan saya selalu merasa tidak aman dari api neraka. Jangankan membayangkan surga, saya masih ketakutan jika mengingat neraka. Tolong ust. adakah dalil yang menunjukkan amalan yang mana ana bisa menyusul amalan para ust yang berdakwah. salahkah saya berharap surga yang paling tinggi di sisi Alloh? Jazakallahu khairon katsiran. Jawaban Ustadz: Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sesungguhnya Alloh telah memudahkan bagi setiap orang untuk mendapatkan surga, oleh sebab itu Alloh memberikan banyak jalan untuk ke surga, sehingga jumlah pintu surga lebih banyak dari jumlah pintu neraka, ada orang masuk surga dengan sebab ilmunya, ada dengan sebab harta, dengan sebab jihad, ada lagi dengan sebab puasa, ada lagi karena husnul khuluk (berbudi pekerti yang baik), ada pula sebab berbakti kepada kedua orang tuanya dan seterusnya, tidak mungkin kita sebutkan jalan kebaikan tersebut satu persatu di sini. Ada sebagian kita mampu untuk melakukan banyak kebaikan, ada pula yang kurang, mungkin karena dibatasi oleh situasi atau kondisi yang berada di setiap kita, juga tergantung himmah (kesungguh-sungguhan kita dalam beramal). Bila jalan-jalan kebaikan tersebut sangat banyak di hadapan kita, di sini kita dituntut untuk memilih dan menempuh yang paling utama dan paling cocok dengan situasi dan kondisi, contoh bila kita punya harta, tetapi di segi kemampuan ilmu kurang, maka yang sesuai dengannya adalah memperjuangkan Islam dengan hartanya, jika ia seorang yang terhormat dan disegani, maka ia memperjuangkan Islam melalui kedudukannya, adapun besar kecilnya pahala tergantung dari manfaat yang ditimbulkan oleh perjuangannya tersebut, belum tentu orang yang memiliki ilmu lebih besar pahalanya dari orang yang memperjuangkan Islam dengan cara lain, jadi ustadz-ustadz belum tentu mereka itu lebih tinggi kedudukannya di sisi Alloh, karena semuanya berbalik kepada dua hal; ikhlas dan bobot kemanfaatan yang ditimbulkan amal tersebut, ini bila amal yang bermanfaat muta’adi (menyebar kepada orang lain), adapun bila amal tersebut manfaatnya tidak muta’adi (khusus untuk pelakunya) juga kelebihan nilainya kembali kedua hal; yaitu ikhlas dan muwafaqatus sunnah (sesuai dengan sunnah). Contoh bila seseorang berpangkat mampu memperjuangkan Islam dengan pangkatnya sehingga Islam tegak dan tersebar dengan sebab yang dilakukannya, maka pahalanya sangat besar sekali, berapa jumlah orang yang mendapat petunjuk dengan melalui usahanya, ia akan menerima balasan sebanyak jumlah pahala orang-orang tersebut. Berbeda dengan ustadz yang hanya berceramah di hadapan bilangan terbatas, mungkin ustadz tersebut berdakwah lancar berkat dari usaha orang tersebut yang telah memberi fasilitas untuk berdakwah dengan aman dan lancar. Contoh untuk bentuk kedua; dalam hal melakukan sholat belum tentu sholat ustadz lebih besar pahalanya dari orang yang bukan ustadz, kalau keikhlasan dan kekhusyukan orang tersebut melebihi keikhlasan dan kekhusyukan seorang ustadz. Begitu pula dalam hal berinfak sekalipun jumlahnya sama, tetapi nilainya berbada di sisi Alloh, pertama dari segi kondisi dan situasi si pemberi dan si penerima, kedua dari tingkat keikhlasan si pemberi. Begitulah seterusnya dalam amal-amal yang lain. Jadi tidak benar bila berasumsi bila ustadz kedudukannya akan jauh lebih tinggi dari surga karena ke”ustadz”annya tetapi semuanya kembali kepada amal dan keikhlasan seseorang, tidakkah antum dengar hadits yang menerangkan tiga orang yang pertama kali ditarik ke neraka, di antara mereka seorang ‘alim yang tidak beramal dengan ilmunya, na’uzubillahi minzdzaalik. Disebutkan pula dalam sebuah hadits, yang mana sebagian sahabat yang fakir berkata kepada Nabi; orang-orang kaya telah merebut semua pahala wahai Rosululloh, mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, lalu mereka berinfak dengan kelebihan harta mereka, kemudian Rosululloh berkata; “Maukah kalian aku tunjukan suatu amalan yang bila kamu lakukan, kamu akan dapat menandingi mereka?” Lalu Rosululloh mengajarkan kepada mereka tentang berzikir selesai sholat lima waktu. Namun orang-orang kaya turut melakukan apa yang mereka lakukan, lalu sahabat yang fakir tadi datang lagi kepada Rosululloh untuk mengadukan keadaan mereka, maka Rosululloh bersabda, “Itu keutamaan yang diberikan Alloh kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” Maka yang perlu kita lakukan dalam hal berlomba-lomba dalam kebaikan adalah beramal dengan ikhlas dan sungguh-sungguh sesuai kemampuan kita masing-masing, dalam segala kesempatan, kapan dan di mana pun kita berada, kita beramal dan memperjuangkan Islam di situ. Sekalipun hanya mengajak teman sekantor, teman sekuliah, teman sekampung untuk menghadiri pengajian yang diadakan oleh ustadz-ustadz kita, ini sudah amal yang amat besar. *** Penanya: Abdullah Dijawab Oleh: Ustadz Ali Musri Sumber:
Pertanyaan Assalamualaikum warahmatullahi, Ustadz Ana ini lagi cemburu sekali dengan para ustadz dan pendakwah. Dengan ilmu yang paspasan ini tidak mungkin ana berdakwah. Adakah amalan yang bisa membuat ana menyusul mereka para pendakwah ini. Kalaulah saya menjalankan rukun islam mereka juga menjalankan, kalaulah saya shadaqah, infaq, wakaf, dan beramal yang lain, mereka juga. sedangkan saya tidak ingin jika Allah menjadikan saya ahli surga hanya dapat surga dibawah. Sedangkan saya selalu merasa tidak aman dari api neraka. Ada sebagian kita mampu untuk melakukan banyak kebaikan, ada pula yang kurang, mungkin karena dibatasi oleh situasi atau kondisi yang berada di setiap kita, juga tergantung himmah kesungguhsungguhan kita dalam beramal. Contoh bila seseorang berpangkat mampu memperjuangkan Islam dengan pangkatnya sehingga Islam tegak dan tersebar dengan sebab yang dilakukannya, maka pahalanya sangat besar sekali, berapa jumlah orang yang mendapat petunjuk dengan melalui usahanya, ia akan menerima balasan sebanyak jumlah pahala orangorang tersebut. Berbeda dengan ustadz yang hanya berceramah di hadapan bilangan terbatas, mungkin ustadz tersebut berdakwah lancar berkat dari usaha orang tersebut yang telah memberi fasilitas untuk berdakwah dengan aman dan lancar. Begitu pula dalam hal berinfak sekalipun jumlahnya sama, tetapi nilainya berbada di sisi Alloh, pertama dari segi kondisi dan situasi si pemberi dan si penerima, kedua dari tingkat keikhlasan si pemberi. Begitulah seterusnya dalam amalamal yang lain. Jadi tidak benar bila berasumsi bila ustadz kedudukannya akan jauh lebih tinggi dari surga karena keustadzannya tetapi semuanya kembali kepada amal dan keikhlasan seseorang, tidakkah antum dengar hadits yang menerangkan tiga orang yang pertama kali ditarik ke neraka, di antara mereka seorang alim yang tidak beramal dengan ilmunya, nauzubillahi minzdzaalik. Disebutkan pula dalam sebuah hadits, yang mana sebagian sahabat yang fakir berkata kepada Nabi orangorang kaya telah merebut semua pahala wahai Rosululloh, mereka sholat sebagaimana kami sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, lalu mereka berinfak dengan kelebihan harta mereka, kemudian Rosululloh berkata Maukah kalian aku tunjukan suatu amalan yang bila kamu lakukan, kamu akan dapat menandingi mereka Lalu Rosululloh mengajarkan kepada mereka tentang berzikir selesai sholat lima waktu. Sekalipun hanya mengajak teman sekantor, teman sekuliah, teman sekampung untuk menghadiri pengajian yang diadakan oleh ustadzustadz kita, ini sudah amal yang amat besar. Penanya Abdullah Dijawab Oleh Ustadz Ali Musri Sumber
15 Ayat Al Qur’an tentang Membahagiakan Orang Lain
https://dalamislam.com/info-islami/ayat-al-quran-tentang-membahagiakan-orang-lain
Dalam hidup, tentu semua orang ingin ya sobat, baik itu di dunia maupun di akherat. Tentu sobat pernah mendengar bahwa apa yang dilakukan manusia nantinya akan kembali dan mendapat balasan sesuai yang dilakukannya tersebut. Misalnya jika sering berbuat baik pada orang lain juga akan mendapat banyak kebaikan dari orang lain, jika sering membahagiakan orang lain, nantinya juga akan mendapat kebahagiaan dari banyak hal juga.Nah sobat, tentunya hal ini dapat menjadi motivasi bagi kita semua, yakni berusaha untuk menjadi orang baik dan . Membahagiakan orang lain itu tidak semata berhubungan dengan memebrikan hadiah atau memberikan sesuatu ya sobat,misalnya dengan orang tua, rutin mengabari jika berada dalam jarak jauh, memperhatikan segala kebutuhan mereka, bertutur kata dan bersikap lemah lembut pada mereka, mendengarkan dan melakukan nasehat mereka, tentu sudah termasuk sesuatu yang amat membahagiakan dan sebagai kita tercita. Sedangkan bagi keluarga atau anak anak dengan berbuat baik dan melakukan kewajiban terbaik, atau dengan orang lain cukup dengan memiliki wajah yang ceria dan tersenyum serta menyapa ketika bertemu agar memiliki , tentu sudah cukup menjadi jalan kebahagiaan untuk mereka ya sobat? Tak perlu muluk muluk dan berlebihan, sesepele apapun kebaikan tetap akan memberi kebahagiaan pada orang lain. Setuju ya sobat?Nah sobat, agar kita semua lebih bersemangat lagi dalam membahagiakan orang lain agar kita juga mendapat , penulis kali ini mengulas mengenai 15 Ayat Al Qur’an tentang Membahagiakan Orang Lain, semoga dapat menjadi motivas dan penyemangat untuk kita semua agar terus meluaskan kebaikan dan memperbaiki diri, yuk sobat simak selengkapnya. 1. Membahagiakan Orang Tua Paling Utama“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra`: 23). 2. Berbuat Baik pada Sesama Manusia“Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan tunaikanlah .” (QS. Al-Baqarah: 83). Nah sobat, seperti yang sebelumnya penulis uraikan bahwa membahagiakan orang lain tidak harus muluk muluk dan berlebihan, dapat dilakukan dengan mudah seperti berbuat baik yakni berkata yang baik pada sesama manusia sehingga tidak menyakiti hati orang lain dan menghindari ghibah atau bergosip yang juga bisa menimbulkan rasa sakit hati. 3. Mengungkapkan Pendapat Tanpa Menyakiti “Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125). Sebagai manusia tentu tidak selalu sejalan ya sobat, di kemudian hari pastinya ada sesuatu yang berbeda pendapat yang terkadang bisa menjadi penyebab pertengkaran, namun untuk membahgaiakan orang lain, tentu dapat dilakukan dengan saling memahami, saling mendengarkan dan tidak mengutamakan rasa egois atau keinginannya sendiri. 4.Tidak Menghina Agama Lain“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu satu; dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.” (QS. Al-‘Ankabut: 46).  Tiap orang tentu punya kepercayaan masing masing ya sobat, biarlah hal itu menjadi hak mereka dan menjadi urusannya dengan Allah, namun sebagai manusia, kita tak perlu menghakimi dan merasa paling benar, kita tak perlu berbuat buruk pada orang yang beragama lain, tetap ebrbuat baik dengan tetap berpegang teguh pada agama islam serta tidak mengikuti apa yang mereka lakukan, tak ada salahnya tetap menyapa dan tetap saling bekerja sama atau saling mengingatkan dalam kebaikan demi kerukunan dan kebahagiaan semua umat.Baca juga mengenai : 5. Mengajak Kebaikan pada Sesama Manusia“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik.” (QS. An Nahl: 125). Mengajak manusia lain untuk berbuat kebaikan juga merupakan cara untuk membahagiakan orang lain loh sobat, dimana cara tersebut tidak hanya akan memberikan kebahagiaan di dunia saja namun juga di akherat sebab jika orang tersebut mengikuti perbuatan baik yang sobat ajarkan, sobat akan mendapat pahala dan ia pun mendapat ganjaran yang baik di sisi Allah. 6. Dijauhkan dari KesedihanAl-Baqoroh : 112 (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Tentunya ketika memberi kebahagiaan pada orang lain Allah juga akan memberi balasan ya sobat, yakni memberi kebahagiaan pada orang yang melakukan kebaikan tersebut sehingga orang tersebut jauh dari kesusahan dan kesedihan dunia dan akherat. 7.Disukai Oleh AllahAl-Baqoroh : 195 Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. 8. Mencegah KerusakanAl-Baqoroh : 220 Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 9. Membantu Orang LainAli-‘Imran : 134 (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 10. Tidak Sombong atau Menghina Orang LainAn-Nisa’ : 36 Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. 11. Mendapat Jaminan SurgaAl-Ma’idah : 13 (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. 12. Memberikan Hak Bahagia kepada Orang LainAr – Rum : 38 Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari kerida’an Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.Tiap orang tentu berhak untuk bahagia ya sobat, sobat dapat mewujudkan hal tersebut dengan terus menyebar dan memberi kebaikan pada orang lain sehingga ketika sobat membantu orang lain mendapatkan haknya maka sobat juga mendapat hak bahagia dari Allah di dunia dan di akherat. 13. Sekecil Apapun Bernilai MuliaSurah Al-Zalzalah Ayat 7 dan 8 “Barang siapa berbuat kebaikan sekecil apa pun perbuatan baik itu, dia akan menyaksikan hasilnya. Begitu pula yang melakukan perbuatan buruk, sekecil apa pun perbuatan buruk itu, dia akan menyaksikan hasilnya.” 14. Kekal di SurgaMaka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan,(yaitu) surga yang mengali sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya.Dan itulah balasan bagi orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS 5 Al Ma-idah ayat 85) 15. Pahala tanpa Batas“Katakanlah: ‘Haihamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas.Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.s. az-Zumar: 10).Ketika memberikan kebahagiaan pada orang lain dan orang itu teru mengingat serta berterima kasih, maka pahala yang sobat terima akan terus mengalir sebab terus memberi kebahagiaan pada orang tersebut, sehingga sobat selalu diingat sebagai orang yang baik dan terus mendapat doa kebaikan dari orang lain.Demikian yang bisa disampaikan penulis, tentunya segala ayat yang berhubungan dengan membahgaiakan orang lain dan kebaikan ini dapat menjadi motivasi untuk terus berbuat baik pada sesama ya sobat, oke sobat, sampai jumpa di artikel berikutnya. Terima kasih.
Dalam hidup, tentu semua orang ingin ya sobat, baik itu di dunia maupun di akherat. Tentu sobat pernah mendengar bahwa apa yang dilakukan manusia nantinya akan kembali dan mendapat balasan sesuai yang dilakukannya tersebut. Misalnya jika sering berbuat baik pada orang lain juga akan mendapat banyak kebaikan dari orang lain, jika sering membahagiakan orang lain, nantinya juga akan mendapat kebahagiaan dari banyak hal juga. Membahagiakan Orang Tua Paling UtamaDan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduaduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Berbuat Baik pada Sesama ManusiaDan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan tunaikanlah . Mengungkapkan Pendapat Tanpa Menyakiti Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sebagai manusia tentu tidak selalu sejalan ya sobat, di kemudian hari pastinya ada sesuatu yang berbeda pendapat yang terkadang bisa menjadi penyebab pertengkaran, namun untuk membahgaiakan orang lain, tentu dapat dilakukan dengan saling memahami, saling mendengarkan dan tidak mengutamakan rasa egois atau keinginannya sendiri. 4.Tidak Menghina Agama LainDan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik, kecuali dengan orangorang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, Kami telah beriman kepada kitabkitab yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu Tuhan kami dan Tuhan kamu satu dan hanya kepadaNya kami berserah diri. Dijauhkan dari KesedihanAlBaqoroh 112 Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Tentunya ketika memberi kebahagiaan pada orang lain Allah juga akan memberi balasan ya sobat, yakni memberi kebahagiaan pada orang yang melakukan kebaikan tersebut sehingga orang tersebut jauh dari kesusahan dan kesedihan dunia dan akherat. 7.Disukai Oleh AllahAlBaqoroh 195 Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik. Mencegah KerusakanAlBaqoroh 220 Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Membantu Orang LainAliImran 134 yaitu orangorang yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orangorang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang. Tidak Sombong atau Menghina Orang LainAnNisa 36 Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibubapa, karibkerabat, anakanak yatim, orangorang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Mendapat Jaminan SurgaAlMaidah 13 Tetapi karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan Allah dari tempattempatnya, dan mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu Muhammad senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka yang tidak berkhianat, maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik. Dan mereka itulah orangorang yang beruntung. Begitu pula yang melakukan perbuatan buruk, sekecil apa pun perbuatan buruk itu, dia akan menyaksikan hasilnya. Kekal di SurgaMaka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan,yaitu surga yang mengali sungaisungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah balasan bagi orangorang yang berbuat kebaikan. Pahala tanpa BatasKatakanlah HaihambahambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya hanya orangorang yang bersabar yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Hukum Harta Hasil Korupsi
https://muhammadiyah.or.id/2021/02/hukum-harta-hasil-korupsi/
Modus operandi dari perilaku korupsi berkembang pesat dan meresahkan. Berbagai macam cara digunakan untuk melakukan kejahatan ini. terlebih lagi seseorang dapat terlibat praktik krupsi tanpa sadar, yakni dengan ikut menerima harta hasil korupsi. Hal ini lantas menjadi sumber pertanyaan tersendiri di kalangan umat Islam tentang bagaimana jika mendapati pemberian yang tidak jelas dan mencurigakan? Pemberian (atau apa saja yang kita dapat dengan cara halal), baik uang, makanan, pakaian, atau barang lainnya, yang kita tidak mengetahui asal-usul bagaimana barang itu didapat, maka kita hukumi saja sebagai halal. Dalam kasus seperti ini, berlaku sebuah ungkapan apa saja yang tidak kita ketahui detailnya, kita tidak perlu mempertanyakaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Maidah ayat 101, Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu … .”(Al-Maidah:101). Maksudnya, jika memang tampak bagi kita itu sesuatu yang baik/halal, maka halal hukumnya kita manfaatkan. Ini berlaku bagi jasa secara umum, kecuali jika sampai ke tingkat patut dicurigai, yakni kita mempunyai dugaan keras bahwa barang yang diberikan itu barang haram. Misalnya kita menerima pemberian dari orang yang suka berjudi, maka kita perlu mencari tahu asal-usul barang yang diberikan tersebut. Selama kecurigaan kita belum hilang, sebaiknya kita jangan menggunakan (baik kita manfaatkan sendiri atau kita berikan kepada orang lain) pemberian tersebut. Atau kita tempuh jalan pintas, yaitu mengembalikan barang tersebut kepada si pemberi. Itu hampir sama dengan sebuah pemberian yang lebih mendekati praktik suap, karena kita mempunyai jabatan penting, misalnya, yang sekarang populer dengan sebutan gratifikasi. Oleh sebab itu kita perlu mencurigai si pemberi, boleh jadi ada maksud tertentu dibalik pemberian tersebut. Kita harus mencari tahu, sampai kecurigaan kita hilang. Jika memang lebih mendekati kasus penyuapan, maka sebaiknya kita jangan menerima pemberian itu, atau pilihan lain, melaporkannya kepada yang berwajib (polisi), jika sekiranya persoalan beri-memberi itu memasuki wilayah kriminalitas. Dalam hal ini perlu memahami peta harta haram yang banyak tersebar di masyarakat kita. Secara umum, harta haram bisa dikelompokkan menjadi dua: 1. Harta haram karena dzatnya, seperti khamr, babi, bangkai, anjing, darah, dan seterusnya. 2. Harta haram karena cara mendapatkannya, meskipun dzatnya halal, seperti uang riba, barang curian, mobil korupsi, sapi suap, dan seterusnya. Selanjutnya, untuk harta haram karena cara mendapatkannya, dibagi menjadi dua: a. Harta haram yang diambil secara suka rela, saling ridha, atau dengan izin pemilik pertama. Seperti upah wanita pezina, hasil judi, atau jual beli barang haram (misal: hasil menjual babi, khamr), dan seterusnya. b. Harta haram yang diambil secara sepihak, dan merugikan pihak lain, tidak saling rida. Seperti harta hasil curian, harta hasil merampas, hasil menipu, dan lain-lain. Harta haram yang diambil tanpa kerelaan pemilik yang asli, tidak saling ridha, statusnya tetap haram, meskipun berpindah ke tangan orang lain, baik diberikan dalam bentuk hadiah atau hibah. Sebagian ulama menjelaskan dengan dalil sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci, dan tidak pula sedekah hasil korupsi.” (HR. Muslim) Ibnu Hajar mengatakan, . “Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedekah tidak diterima karena hasil korupsi” menunjukkan bahwa orang yang korupsi tidak bisa lepas dari tanggung jawab kecuali dengan mengembalikan harta korupsi itu kepada pemiliknya, bukan dengan mensedekahkannya ketika tidak mengetahui siapa pemiliknya. Sebabnya adalah bahwa harta itu masih milik al-Ghanimin (pasukan perang yang mendapat ghanimah, pemilik asli), sekalipun pemilik asli tidak diketahui, tidak boleh bagi koruptor untuk manyalurkan uang itu dengan mensedekahkannya kepada orang lain.” (Fath al-Bari: III: 278) Harta hasil korupsi termasuk jenis harta haram yang diambil tanpa kerelaan pemilik yang asli. Hal ini karena sejatinya harta itu adalah milik rakyat, dan semua orang sepakat tidak ada rakyat yang bersedia hartanya diambil oleh pejabat. Oleh karena itu, sekalipun telah dilakukan money laundry (pencucian uang) atau diserahkan kepada orang lain harta itu wajib untuk disita dan dikembalikan kepada negara. Bagi penerima yang mengetahui bahwa itu hasil korupsi maka dia harus menolaknya.(sul) Wallahu a’lam bishowwab Sumber: Majalah Suara Muhammadiyah No. 9, 2014 dengan penyesuaian https://fatwatarjih.or.id/wp-content/uploads/2020/08/Fatwa_05_2014_Modus-Cara-Korupsi_edit-web.pdf
Modus operandi dari perilaku korupsi berkembang pesat dan meresahkan. Berbagai macam cara digunakan untuk melakukan kejahatan ini. terlebih lagi seseorang dapat terlibat praktik krupsi tanpa sadar, yakni dengan ikut menerima harta hasil korupsi. Hal ini lantas menjadi sumber pertanyaan tersendiri di kalangan umat Islam tentang bagaimana jika mendapati pemberian yang tidak jelas dan mencurigakan Pemberian atau apa saja yang kita dapat dengan cara halal, baik uang, makanan, pakaian, atau barang lainnya, yang kita tidak mengetahui asalusul bagaimana barang itu didapat, maka kita hukumi saja sebagai halal. Dalam kasus seperti ini, berlaku sebuah ungkapan apa saja yang tidak kita ketahui detailnya, kita tidak perlu mempertanyakaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wa taala dalam surah AlMaidah ayat 101, Artinya Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu menanyakan kepada Nabimu halhal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu .AlMaidah101. Maksudnya, jika memang tampak bagi kita itu sesuatu yang baikhalal, maka halal hukumnya kita manfaatkan. Misalnya kita menerima pemberian dari orang yang suka berjudi, maka kita perlu mencari tahu asalusul barang yang diberikan tersebut. Selama kecurigaan kita belum hilang, sebaiknya kita jangan menggunakan baik kita manfaatkan sendiri atau kita berikan kepada orang lain pemberian tersebut. Atau kita tempuh jalan pintas, yaitu mengembalikan barang tersebut kepada si pemberi. Itu hampir sama dengan sebuah pemberian yang lebih mendekati praktik suap, karena kita mempunyai jabatan penting, misalnya, yang sekarang populer dengan sebutan gratifikasi. Oleh sebab itu kita perlu mencurigai si pemberi, boleh jadi ada maksud tertentu dibalik pemberian tersebut. Kita harus mencari tahu, sampai kecurigaan kita hilang. Secara umum, harta haram bisa dikelompokkan menjadi dua 1. Harta haram karena cara mendapatkannya, meskipun dzatnya halal, seperti uang riba, barang curian, mobil korupsi, sapi suap, dan seterusnya. Seperti upah wanita pezina, hasil judi, atau jual beli barang haram misal hasil menjual babi, khamr, dan seterusnya. Seperti harta hasil curian, harta hasil merampas, hasil menipu, dan lainlain. Sebagian ulama menjelaskan dengan dalil sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam dari Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Shalat tidak akan diterima tanpa bersuci, dan tidak pula sedekah hasil korupsi. Fath alBari III 278 Harta hasil korupsi termasuk jenis harta haram yang diambil tanpa kerelaan pemilik yang asli. Hal ini karena sejatinya harta itu adalah milik rakyat, dan semua orang sepakat tidak ada rakyat yang bersedia hartanya diambil oleh pejabat. Bagi penerima yang mengetahui bahwa itu hasil korupsi maka dia harus menolaknya.sul Wallahu alam bishowwab Sumber Majalah Suara Muhammadiyah No.
Cara Rasulullah Berbagi Susu untuk Fakir dan Sahabat yang Kelaparan
https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-7318710/cara-rasulullah-berbagi-susu-untuk-fakir-dan-sahabat-yang-kelaparan
Rasulullah SAW adalah sosok yang dermawan, beliau selalu berbagi ketika mendapat rezeki. Termasuk berbagi susu segar kepada Abu Hurairah. Sebagai seorang sahabat, Abu Hurairah memiliki banyak pengalaman bersama Rasulullah SAW. Salah satunya yakni pengalaman diberi susu segar oleh Rasulullah SAW ketika ia sedang dalam keadaan sangat lapar. Kisah ini banyak diabadikan melalui riwayat para sahabat. Kemudian dituliskan juga dalam buku 115 Kisah Menakjubkan Dalam Hidup Rasulullah karya Fuad Abdurrahman. Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan, Rasulullah SAW melihat Abu Hurairah RA duduk di pinggir jalan dengan tubuh yang tampak lunglai. Beliau tahu, sahabatnya itu sedang kelaparan. Beliau tersenyum seraya memanggil, "Hai Aba Hirr (panggilan Abu Hurairah)!" "Labbaika, Ya Rasulullah," jawab Abu Hurairah. "Ikutilah aku," kata Rasulullah SAW mengajak sahabatnya ini. Abu Hurairah mengikuti Rasulullah SAW yang berjalan menuju ke rumahnya. Setelah diberi izin, Abu Hurairah masuk ke rumah mengikuti Rasulullah SAW. Di dalam rumah, Rasulullah SAW melihat satu wadah penuh susu dan beliau bertanya kepada istrinya, "Dari mana susu ini?" "Seseorang mengirimkannya untukmu sebagai hadiah," jawab istrinya. Rasulullah SAW memanggil Abu Hurairah, "Hai, Aba Hirr!" "Labbaika, Ya Rasulullah," "Panggillah ahlu shuffah (kaum fakir yang menetap di serambi Masjid Nabawi)," Rasulullah SAW memiliki jiwa dermawan yang sangat tinggi, beliau akan berbagi dengan ahlu shuffah ketika mendapatkan rezeki. Ketika mendapatkan hadiah, beliau akan memakan sebagian dan memberikan sebagian lainnya kepada para sahabat, terutama ahlu shuffah. Ketika diperintahkan untuk memanggil ahlu shuffah, Abu Hurairah berkata dalam hati, "Aku berhak mendapat seteguk lebih dulu untuk mengembalikan tenagaku. Toh nanti, kalau ahlu shuffah datang, tentu aku yang akan disuruh melayani mereka. Pasti nanti aku akan mendapatkan sisanya." Perkataan ini hanya terucap di dalam hati. Abu Hurairah tidak berani memintanya kepada Rasulullah SAW. Ia lantas bergegas pergi memanggil ahlu shuffah, sesuai yang diperintahkan Rasulullah SAW. Saat tiba di rumah Rasulullah SAW, mereka langsung menempati tempat duduk masing-masing. "Hai, Aba Hirr!" "Labbaika, Ya Rasulullah." "Terima (susu) ini dan bagikan kepada mereka!" perintah Rasulullah SAW. Abu Hurairah pun langsung menerima wadah susu itu. Lalu, ia memberikan kepada orang pertama untuk diminum sampai puas. Lalu, orang kedua, ketiga, keempat, sampai semuanya mendapat jatah susu. Setelah itu, wadah dikembalikan kepadanya, dan ia langsung memberikannya kepada Rasulullah SAW. Beliau menerimanya sambil tersenyum. "Hai, Aba Hirr!" "Labbaika, Ya Rasulullah." "Kini, tinggal aku dan engkau." "Benar, ya Rasulullah." "Duduklah dan minumlah," pinta beliau. Abu Hurairah pun duduk dan minum susu itu. Rasulullah SAW beberapa kali menyuruhnya untuk meminumnya, "Minumlah!" sehingga Abu Hurairah terus-terusan minum sampai kekenyangan. "Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, aku sudah kenyang," ujar Abu Hurairah. "Kalau begitu, berikan kepadaku!" Abu Hurairah pun memberikan wadah itu. Rasulullah SAW memuji Allah SWT, membaca basmalah, lalu meminum susu itu. Sekilas susu tersebut terlihat tidak banyak, tetapi nyatanya bisa dinikmati oleh banyak orang sehingga memberi rasa kenyang. Kisah ini sekaligus menjadi pelajaran bahwa rezeki yang diberkahi Allah SWT akan mampu mencukupi kebutuhan. MasyaAllah!
Rasulullah SAW adalah sosok yang dermawan, beliau selalu berbagi ketika mendapat rezeki. Termasuk berbagi susu segar kepada Abu Hurairah. Sebagai seorang sahabat, Abu Hurairah memiliki banyak pengalaman bersama Rasulullah SAW. Salah satunya yakni pengalaman diberi susu segar oleh Rasulullah SAW ketika ia sedang dalam keadaan sangat lapar. Kisah ini banyak diabadikan melalui riwayat para sahabat. Suatu hari ketika sedang berjalanjalan, Rasulullah SAW melihat Abu Hurairah RA duduk di pinggir jalan dengan tubuh yang tampak lunglai. Beliau tersenyum seraya memanggil, Hai Aba Hirr panggilan Abu Hurairah Labbaika, Ya Rasulullah, jawab Abu Hurairah. Abu Hurairah mengikuti Rasulullah SAW yang berjalan menuju ke rumahnya. Di dalam rumah, Rasulullah SAW melihat satu wadah penuh susu dan beliau bertanya kepada istrinya, Dari mana susu ini Seseorang mengirimkannya untukmu sebagai hadiah, jawab istrinya. Rasulullah SAW memanggil Abu Hurairah, Hai, Aba Hirr Labbaika, Ya Rasulullah, Panggillah ahlu shuffah kaum fakir yang menetap di serambi Masjid Nabawi, Rasulullah SAW memiliki jiwa dermawan yang sangat tinggi, beliau akan berbagi dengan ahlu shuffah ketika mendapatkan rezeki. Ketika mendapatkan hadiah, beliau akan memakan sebagian dan memberikan sebagian lainnya kepada para sahabat, terutama ahlu shuffah. Ketika diperintahkan untuk memanggil ahlu shuffah, Abu Hurairah berkata dalam hati, Aku berhak mendapat seteguk lebih dulu untuk mengembalikan tenagaku. Pasti nanti aku akan mendapatkan sisanya. Perkataan ini hanya terucap di dalam hati. Abu Hurairah tidak berani memintanya kepada Rasulullah SAW. Saat tiba di rumah Rasulullah SAW, mereka langsung menempati tempat duduk masingmasing. Lalu, ia memberikan kepada orang pertama untuk diminum sampai puas. Lalu, orang kedua, ketiga, keempat, sampai semuanya mendapat jatah susu. Abu Hurairah pun duduk dan minum susu itu. Rasulullah SAW beberapa kali menyuruhnya untuk meminumnya, Minumlah sehingga Abu Hurairah terusterusan minum sampai kekenyangan. Demi Allah yang mengutusmu dengan kebenaran, aku sudah kenyang, ujar Abu Hurairah. Kalau begitu, berikan kepadaku Abu Hurairah pun memberikan wadah itu. Rasulullah SAW memuji Allah SWT, membaca basmalah, lalu meminum susu itu. Kisah ini sekaligus menjadi pelajaran bahwa rezeki yang diberkahi Allah SWT akan mampu mencukupi kebutuhan.
Bolehkah Puasa Sunnah Sebelum Qadha Puasa Ramadhan?
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/bolehkah-puasa-sunnah-sebelum-qadha-puasa-ramadhan/
Akibat suatu kendala tertentu membuat sebagian orang tidak melaksanakan puasa Ramadhan secara penuh. Tetapi, kebanyakan orang tidak lantas mengqadha puasanya, bahkan ada yang memilih untuk melaksanakan puasa sunnah terlebih dahulu. Lantas, bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan? Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan mengenai kewajiban untuk menyegerakan qadha puasa Ramadhan yang tertinggal. Kewajiban ini harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan. Sebagaimana dalam kitab Ianah at-Thalibin, juz 4, halaman 294 berikut, Artinya : Redaksi dalam kitab az-Zawaajir, mengenai urutan yang ke sebelas dari syarat-syaratnya taubat adalah mengqadha ibadah, yakni apabila maksiat yang dilakukan akibat meninggalkan ibadah di masa silam, maka dalam meninggalkan shalat dan puasa misalnya, untuk dapat mengabsahkan taubatnya, dia harus mengqadha terlebih dahulu karena mengqadhanya diwajibkan sesegera mungkin dan dihukumi fasik bila ditinggalkan seperti keterangan yang telah lewat. Bila tidak diketahui jumlah yang wajib ia qadha seperti dalam kasus shalat misalnya, maka menurut al-Ghazali wajib baginya meneliti dan mengqadha yang telah nyata ia tinggalkan mulai masa balighnya. Akan tetapi, bagi seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan. Sebagaimana dalam kitab al Asbahu wa al Nazhair berikut, . : . Artinya : Seandainya seorang puasa pada hari Arafah misalnya, ia melaksanakan puasa qadha, nazar, atau kafarat, kemudian ia berniat beserta puasa Arafah, maka menurut Imam Al Barizi puasanya sah dan memperoleh pahala dari kedua puasa tersebut. Beliau berkata Demikian pula jika secara mutlak. Imam Al Barizi menyamakan kasus ini dengan kebolehan menggabung shalat tahiyat masjid. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kewajiban qadha puasa yang tertinggal harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan. Tetapi, seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan. Demikian penjelasan mengenai bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. [Baca juga:Membayar Qadha Puasa Ramadhan Dulu atau Puasa Syawal Dulu?].
Akibat suatu kendala tertentu membuat sebagian orang tidak melaksanakan puasa Ramadhan secara penuh. Tetapi, kebanyakan orang tidak lantas mengqadha puasanya, bahkan ada yang memilih untuk melaksanakan puasa sunnah terlebih dahulu. Lantas, bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan Dalam literatur kitab fikih, dijumpai beberapa keterangan yang menjelaskan mengenai kewajiban untuk menyegerakan qadha puasa Ramadhan yang tertinggal. Kewajiban ini harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan. Sebagaimana dalam kitab Ianah atThalibin, juz 4, halaman 294 berikut, Artinya Redaksi dalam kitab azZawaajir, mengenai urutan yang ke sebelas dari syaratsyaratnya taubat adalah mengqadha ibadah, yakni apabila maksiat yang dilakukan akibat meninggalkan ibadah di masa silam, maka dalam meninggalkan shalat dan puasa misalnya, untuk dapat mengabsahkan taubatnya, dia harus mengqadha terlebih dahulu karena mengqadhanya diwajibkan sesegera mungkin dan dihukumi fasik bila ditinggalkan seperti keterangan yang telah lewat. Bila tidak diketahui jumlah yang wajib ia qadha seperti dalam kasus shalat misalnya, maka menurut alGhazali wajib baginya meneliti dan mengqadha yang telah nyata ia tinggalkan mulai masa balighnya. Akan tetapi, bagi seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan. Sebagaimana dalam kitab al Asbahu wa al Nazhair berikut, . . Artinya Seandainya seorang puasa pada hari Arafah misalnya, ia melaksanakan puasa qadha, nazar, atau kafarat, kemudian ia berniat beserta puasa Arafah, maka menurut Imam Al Barizi puasanya sah dan memperoleh pahala dari kedua puasa tersebut. Beliau berkata Demikian pula jika secara mutlak. Imam Al Barizi menyamakan kasus ini dengan kebolehan menggabung shalat tahiyat masjid. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa kewajiban qadha puasa yang tertinggal harus didahulukan dari pelaksanaan puasa sunnah, karena merupakan perintah yang wajib dikerjakan. Tetapi, seseorang yang ingin melaksanakan puasa sunnah diperbolehkan untuk menggabung niat qadha puasa dan puasa sunnah, sehingga dapat memperoleh kedua pahalanya secara bersamaan. Demikian penjelasan mengenai bolehkah melaksanakan puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat. Wallahu alam. Baca jugaMembayar Qadha Puasa Ramadhan Dulu atau Puasa Syawal Dulu.
Ramadhan Magnet Bagi Orang Mukmin
https://www.eramuslim.com/hikmah/tafakur/ramadan-magnet-bagi-orang-mukmin/
Eramuslim – MOMENTUM Ramadan tiap tahunnya- selalu menjadi magnet yang menarik hati orang mukmin untuk selalu menyambut kedatangannya; menyimpan aroma wangi kerinduan yang membuat setiap orang beriman kangen keharumannya. Karena itulah, tidak mengherankan masyarakat Muslim pada umumnya- jika Ramadan datang, masjid yang sebelumnya hanya berisi satu shaf, tiba-tiba menjadi penuh; orang yang biasanya jarang berinfak tiba-tiba berinfak; orang yang biasanya jarang mengaji, tiba-tiba ramai-ramai mengkhatamkan Alquran; orang yang biasanya tak pernah salat malam, tiba-tiba mengikuti salat Tarawih. Selama ini Ramadan dimaknai hanya sebagai bulan suci dan mulia yang patut disambut dan dimuliakan kedatangannya dengan amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Karena begitu besarnya pahala, ampunan, dan rahmat yang ditaburkan Allah ta`ala pada bulan ini, banyak orang yang meresponnya sebagai momen yang tepat untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya, meminta ampunan sebesar-besarnya, memohon rahmat seluas-luasnya. Akibatnya, Ramadan seolah-olah dijadikan sebagai pabrik pahala, sehingga yang keluar darinya pasti meraup pahala sebesar-besarnya; Ramadan seakan-akan dijadikan sebagai pabrik ampunan yang membuat orang terlepas dari segala dosa selepas darinya. Apa ada yang salah dengan makna Ramadan selama ini, sehingga kita perlu memaknainya kembali? Sebenarnya, makna yang berkembang selama ini di masyarakat secara umum tidak ada salahnya sama sekali. Hanya saja, makna yang selama ini dipahami berakibat negatif pada sikap orang pada umumnya dalam memperlakukan Ramadan. Banyak sekali yang salah kaprah dalam memahaminya, sehingga Ramadan dijadikan semacam bulan pelampiasan baik untuk salat, puasa, sedekah dan ibadah lainnya, tentunya untuk meraih keuntungan pahala sebanyak-banyaknya, syukur-syukur segala dosa diampuni sehingga ketika keluar dari Ramadan kondisinya bersih bagaikan bayi yang baru dilahirkan. Meski pada dasarnya kita dibolehkan mencari pahala, rahmat, dan ampunan sebanyak-banyaknya, tetapi kita juga harus tetap ingat bahwa fokus ibadah kita tetap pada Allah. Di samping itu, ibadah tidak hanya khusus pada bulan Ramadan. Ramadan bermakna bulan yang dipilih oleh Allah untuk menempa dan menguji setiap orang beriman untuk menjadi orang bertakwa kapan pun dan dimana pun berada. Makna ini memberikan kita pengertian lebih bahwa Ramadan mengandung nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran untuk dijadikan kesadaran mendasar pada hati tiap-tiap orang beriman untuk selalu menjaganya di setiap waktu dan tempat. Dalam sejarah emas Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wasallam, sahabat, serta salafus saleh (ulama terdahulu), maka kita akan menemukan kenyataan menarik mengenai penyikapan mereka terhadap bulan Ramadhan. Apa yang mereka lakukan di bulan Ramadhan, tetap terjaga di bulan-bulan lainnya. Mereka paham betul bahwa Ramadhan merupakan momentum untuk beramal dan berkarya yang ditularkan pada bulan-bulan selanjutnya. Ketika Ramadhan telah pergi, mereka berdoa agar diperjumpakan kembali dengan Ramadhan. Tak sedikit dari mereka yang sejak jauh-jauh hari mempersiapkan diri untuk menyambut bulan Ramadhan. Bagi mereka, ibadah dalam bulan Ramadhan dimaksudkan untuh melatih diri agar bertakwa(sesuai Qs. Al-Baqarah: 183), sedangkan takwa harus terus diupayakan oleh orang beriman baik dalam bulan Ramadhan maupun bulan-bulan lainnya. Maka tak berlebihan jika ada riwayat yang menyatakan: Sekiranya para hamba Allah mengetahui (apa yang terkandung) pada Ramadan, maka pasti setiap umat akan mengharap setiap hari dijadikan sebagai Ramadan. (R. Abu Ya`la, Ibnu Huzaimah). Dalam riwayat lain disebutkan, ada seorang ulama salaf menjual budak perempuannya. Ketika bulan Ramadan sudah menjelang, (budak perempuan yang sudah dijual itu) melihat tuan barunya sedang bersiap-siap (mengumpulkan) makanan dan keperluan lainnya. Lantas budak perempuan itu bertanya pada tuan barunya tentang yang sedang dilihat. Tuannya pun menjawab: “Kami sedang siap-siap untuk berpuasa Ramadhan“. Budak perempuan itu lalu berkomentar: “Kalian hanya berpuasa ketika bulan ramadan. Dulu aku berada bersama tuan yang semua waktunya adalah ramadan (maksudnya, tuannya yang dulu tetap berpuasa meski di luar bulan Ramadan). (Sekarang) kembalikanlah aku kepada mereka,”(Asrru al-Muhibbn fi Ramadhn, Hal: 364). Ya, dengan memperbaiki makna Ramadan, maka tidak akan kita jumpai lagi orang yang rajin ibadah hanya pada bulan Ramadan, karena Ramadan sudah dijadikan kesadaran mendasar dalam jiwa, sehingga setiap bulan selalu diisi dengan amal sebagaimana Ramadan. Ramadan bukan lagi dipandang rutinitas tahunan, tapi ia sudah menjadi kesadaran mendalam seakan-akan ia hadir sepanjang waktu. (inilah) Oleh Amoe Hirata/dakwatuna
Eramuslim MOMENTUM Ramadan tiap tahunnya selalu menjadi magnet yang menarik hati orang mukmin untuk selalu menyambut kedatangannya menyimpan aroma wangi kerinduan yang membuat setiap orang beriman kangen keharumannya. Karena itulah, tidak mengherankan masyarakat Muslim pada umumnya jika Ramadan datang, masjid yang sebelumnya hanya berisi satu shaf, tibatiba menjadi penuh orang yang biasanya jarang berinfak tibatiba berinfak orang yang biasanya jarang mengaji, tibatiba ramairamai mengkhatamkan Alquran orang yang biasanya tak pernah salat malam, tibatiba mengikuti salat Tarawih. Selama ini Ramadan dimaknai hanya sebagai bulan suci dan mulia yang patut disambut dan dimuliakan kedatangannya dengan amalanamalan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Karena begitu besarnya pahala, ampunan, dan rahmat yang ditaburkan Allah taala pada bulan ini, banyak orang yang meresponnya sebagai momen yang tepat untuk meraih pahala sebanyakbanyaknya, meminta ampunan sebesarbesarnya, memohon rahmat seluasluasnya. Hanya saja, makna yang selama ini dipahami berakibat negatif pada sikap orang pada umumnya dalam memperlakukan Ramadan. Banyak sekali yang salah kaprah dalam memahaminya, sehingga Ramadan dijadikan semacam bulan pelampiasan baik untuk salat, puasa, sedekah dan ibadah lainnya, tentunya untuk meraih keuntungan pahala sebanyakbanyaknya, syukursyukur segala dosa diampuni sehingga ketika keluar dari Ramadan kondisinya bersih bagaikan bayi yang baru dilahirkan. Meski pada dasarnya kita dibolehkan mencari pahala, rahmat, dan ampunan sebanyakbanyaknya, tetapi kita juga harus tetap ingat bahwa fokus ibadah kita tetap pada Allah. Di samping itu, ibadah tidak hanya khusus pada bulan Ramadan. Apa yang mereka lakukan di bulan Ramadhan, tetap terjaga di bulanbulan lainnya. Bagi mereka, ibadah dalam bulan Ramadhan dimaksudkan untuh melatih diri agar bertakwasesuai Qs. Dalam riwayat lain disebutkan, ada seorang ulama salaf menjual budak perempuannya. Ketika bulan Ramadan sudah menjelang, budak perempuan yang sudah dijual itu melihat tuan barunya sedang bersiapsiap mengumpulkan makanan dan keperluan lainnya. Lantas budak perempuan itu bertanya pada tuan barunya tentang yang sedang dilihat. Tuannya pun menjawab Kami sedang siapsiap untuk berpuasa Ramadhan. Budak perempuan itu lalu berkomentar Kalian hanya berpuasa ketika bulan ramadan. Dulu aku berada bersama tuan yang semua waktunya adalah ramadan maksudnya, tuannya yang dulu tetap berpuasa meski di luar bulan Ramadan. Sekarang kembalikanlah aku kepada mereka,Asrru alMuhibbn fi Ramadhn, Hal 364. Ya, dengan memperbaiki makna Ramadan, maka tidak akan kita jumpai lagi orang yang rajin ibadah hanya pada bulan Ramadan, karena Ramadan sudah dijadikan kesadaran mendasar dalam jiwa, sehingga setiap bulan selalu diisi dengan amal sebagaimana Ramadan.
Saya menikahi seorang wanita di salah satu negara Islam. Saya telah menceraikannya dua kali. Adapun cara pernikahan, kami laksanakan secara adat tanpa dicatat secara resmi. Saat itu walinya diwakili oleh seorang tokoh agama yang telah diberikan kuasa oleh orang tuanya. Bapaknya kini telah wafat, sedangkan semua saudara laki-laki sekandungnya lebih muda darinya. Saya tidak mengetahui siapa wali bagi wanita tersebut. Saya sekarang ingin merujuknya kembali setelah perceraian sekitar dua tahun lalu. Apakah keberadaan wali merupakan suatu keharusan untuk kesempurnaan pernikahan. Padahal bapak telah wafat, sementara adik laki-laki sekandungnya masih kecil? Ataukah dibenarkan merujuknya tanpa perlu wali? Apalagi dahulu dia adalah mantan istriku.
https://islamqa.info/id/answers/99696/siapakah-wali-nikah-ketika-tidak-ada-bapak
Alhamdulillah.Kalau suami telah menceraikan istrinya dan selesai masa iddahnya, maka dia tidak halal baginya kecuali dengan akad baru. Dan wali merupakan salah satu syarat sah akad nikah. Tidak sah pernikahan tanpanya. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam Kitab ‘Al-Mughni, 7/5: “Nikah tidak sah kecuali dengan adanya wali. Wanita tidak memiliki wewenang menikahkan dirinya atau orang lain, begitu juga tidak sah mewakilkan orang lain selain walinya untuk menikahkannya. Kalau dilangsungkan, maka nikahnya tidak sah. Dalil akan hal itu adalah sabda Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, "Tidak (sah) pernikahan kecuali dengan adanya wali." (HR. Abu Daud, no. 2085. Tirmizi, no. 1101. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi) Karena anda telah menceraikannya dua tahun, maka telah selesai iddanya. Bagi mantan suami ketika mantan isteri telah selesai masa iddahnya, maka dia menjadi orang asing seperti laki-laki lainnya. Karenanya, tidak halal bagi anda dengannya kecuali dengan melangsungkan akad baru. Dan akadnya harus dilakukan oleh walinya, atau sang wali mewakilkan seseorang untuk menikahkannya. Apabila tidak ada bapak, kakeknya adalah walinya. Kalau tidak ada, maka saudara laki-laki adalah walinya. Tidak mengapa meskipun lebih muda umurnya. Akan tetapi disyaratkan baligh dalam perwalian. Maka, kalau salah seorang dari saudaranya telah baligh, dia adalah walinya meskipun lebih muda dari dirinya. Telah disebutkan dalam Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah, 18/14: “Tidak boleh menikahkan seorang wanita kecuali mukallaf (sudah terkena beban kewajiban agama) dan matang kejiwaan. Kalau tidak ada, maka hakim (yang menikahkan). Karena penguasa adalah wali bagi yang tidak mempunyai wali. Hakim adalah penggantinya dalam kondisi seperti ini. Mukallaf (orang yang terkena beban kewajiban) cirinya adalah dengan keluar mani karena syahwat, baik dengan bermimpi atau lainnya. Atau tumbuh rambut di sekitar kemaluan, atau usianya telah mencapai lima belas tahun. Rasyid (matang kejiwaan) maksudnya bijak dalam berprilaku. Hal tersebut terwujud dengan sikap hati-hati dalam mencari yang setara dengan tepat untuk kebaikan orang yang ada di bawah wilayahnya. Kalau semua saudara laki-lakinya masih kecil dan tidak ada seorang pun yang baligh. Maka perwaliannya pindah kepada orang setelahnya. Mereka adalah para paman. Kalau tidak ada seorang pun, maka anak-anak paman. Kalau tidak ada seorang pun dari mereka sebagai wali. Maka yang melaksanakan akan nikahnya adalah hakim agama. Berdasarkan sabda Nabi sallallahu’alai wa sallam:  ( 2083 1102 ) “Kalau mereka (para wali) berselisih, maka penguasa adalah wali bagi yang tidak mempunyai wali.” (HR. Abu Daud, 2083, Tirmizi, no. 1102. Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Abu Daud) Dengan demikian, jika anda ingin menikah dengan wanita itu, sementara tidak ada seorang pun walinya. Maka anda merujuk kepada hakim agama di pengadilan untuk melangsungkan akad pernikahannya. Catatan; Ungkapan anda bahwa pernikahan pertama anda dilakukan tanpa di catat secara resmi. Hal ini menjadi sah kalau terpenuhi syarat dan rukun nikah. Karena bukan merupakan persyaran sah nikah dicatat secara resmi. Akan tetapi kami tekankan urgensinya catatan pernikahan. Dan kami nasehatkan agar jangan meremehkan hal itu, agar hak-hak terjaga dan tidak menjadi permainan orang-orang tidak baik, baik laki-laki maupun wanita. Silakan lihat soal jawab no. 22728. Wallahu’alam .
Kalau suami telah menceraikan istrinya dan selesai masa iddahnya, maka dia tidak halal baginya kecuali dengan akad baru. Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam Kitab AlMughni, 75 Nikah tidak sah kecuali dengan adanya wali. Wanita tidak memiliki wewenang menikahkan dirinya atau orang lain, begitu juga tidak sah mewakilkan orang lain selain walinya untuk menikahkannya. Dishahihkan oleh AlAlbany dalam Shahih Tirmizi Karena anda telah menceraikannya dua tahun, maka telah selesai iddanya. Bagi mantan suami ketika mantan isteri telah selesai masa iddahnya, maka dia menjadi orang asing seperti lakilaki lainnya. Karenanya, tidak halal bagi anda dengannya kecuali dengan melangsungkan akad baru. Dan akadnya harus dilakukan oleh walinya, atau sang wali mewakilkan seseorang untuk menikahkannya. Apabila tidak ada bapak, kakeknya adalah walinya. Tidak mengapa meskipun lebih muda umurnya. Akan tetapi disyaratkan baligh dalam perwalian. Telah disebutkan dalam Fatawa AlLajnah AdDaimah, 1814 Tidak boleh menikahkan seorang wanita kecuali mukallaf sudah terkena beban kewajiban agama dan matang kejiwaan. Kalau tidak ada, maka hakim yang menikahkan. Karena penguasa adalah wali bagi yang tidak mempunyai wali. Mukallaf orang yang terkena beban kewajiban cirinya adalah dengan keluar mani karena syahwat, baik dengan bermimpi atau lainnya. Atau tumbuh rambut di sekitar kemaluan, atau usianya telah mencapai lima belas tahun. Rasyid matang kejiwaan maksudnya bijak dalam berprilaku. Hal tersebut terwujud dengan sikap hatihati dalam mencari yang setara dengan tepat untuk kebaikan orang yang ada di bawah wilayahnya. Maka perwaliannya pindah kepada orang setelahnya. Kalau tidak ada seorang pun, maka anakanak paman. Berdasarkan sabda Nabi sallallahualai wa sallam 2083 1102 Kalau mereka para wali berselisih, maka penguasa adalah wali bagi yang tidak mempunyai wali. Catatan Ungkapan anda bahwa pernikahan pertama anda dilakukan tanpa di catat secara resmi. Hal ini menjadi sah kalau terpenuhi syarat dan rukun nikah. Akan tetapi kami tekankan urgensinya catatan pernikahan. Dan kami nasehatkan agar jangan meremehkan hal itu, agar hakhak terjaga dan tidak menjadi permainan orangorang tidak baik, baik lakilaki maupun wanita.
Doa Hari Ahad
https://islami.co/doa-hari-ahad/
Hari Ahad atau Minggu selain sebagai hari untuk berlibur, juga sebagai hari untuk berkumpul dengan keluarga besar, setelah melepas penat pekerjaan selama satu minggu, atau enam hari sebelumnya. Pun sebagai persiapan menuju hari Senin berikutnya. Namun saat hari Ahad tiba, ada baiknya kita berdoa memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan ketetapan dan kemantapan hati untuk terus taat kepada Allah SWT dan selalu mengharapkan ridhanya. Allahumma inni Abrau ilaika fi yaumi hadza wa maa badahu minal aahaad minasy syirki wal ilhad. Wa ahlishu laka duai taarrudhan lil ijaabah. Wa uqimu ala thaitika rajaan lil itsabah. Ya Allah aku ingin membebaskan diriku dari syirik dan kejahatan pada hari ini dan hari-hari Ahad setelahnya dan aku ikhlas atas doaku tanpa mengharap untuk dikabulkan dan aku akan menegakkan taatku untuk berharap pahala dari-Mu. Wallahu alam.
Hari Ahad atau Minggu selain sebagai hari untuk berlibur, juga sebagai hari untuk berkumpul dengan keluarga besar, setelah melepas penat pekerjaan selama satu minggu, atau enam hari sebelumnya. Pun sebagai persiapan menuju hari Senin berikutnya. Namun saat hari Ahad tiba, ada baiknya kita berdoa memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan ketetapan dan kemantapan hati untuk terus taat kepada Allah SWT dan selalu mengharapkan ridhanya. Allahumma inni Abrau ilaika fi yaumi hadza wa maa badahu minal aahaad minasy syirki wal ilhad. Wa ahlishu laka duai taarrudhan lil ijaabah. Wa uqimu ala thaitika rajaan lil itsabah. Ya Allah aku ingin membebaskan diriku dari syirik dan kejahatan pada hari ini dan harihari Ahad setelahnya dan aku ikhlas atas doaku tanpa mengharap untuk dikabulkan dan aku akan menegakkan taatku untuk berharap pahala dariMu. Wallahu alam.
Apakah Terkena Najis Membatalkan Wudhu?
https://bimbinganislam.com/apakah-terkena-najis-membatalkan-wudhu/
Apakah Terkena Najis Membatalkan Wudhu? Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Apakah Terkena Najis Membatalkan Wudhu? selamat membaca. Pertanyaan: Bismillah, afwan ustadz, saya izin bertanya. Berdasar materi fiqih sebelumnya, air kencing dan kotoran ayam itu suci krn ayam itu halal dimakan dagingnya. Nah, kalau kita terkena kotoran ayam, maka itu bisa langsung shalat atau kita cuci dulu sampai bersih? Maksud suci disitu apa ya? Apa maksudnya tidak membatalkan wudu? atau ada yang lain? Jazaakallahu khayran. Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam Jawaban: Bismillah.. sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, ada perbedaan di dalam najisnya kotoran hewan apakah najis atau tidak. Bila menganggap bahwa kotoran tersebut tidak najis, pada dasarnya tidak mengapa bila menggunakan baju atau badan yang terkena kotoran tersebut. Namun walaupun begitu, bila memungkinkan untuk mencuci dan membersihkannya maka semestinya ia bersihkan terlebih dahulu, untuk menjaga kebersihan atau tidak mengganggu orang lain dengan kotoran tersebut dengan bau atau wujudnya atau dengan maksud menghormati orang lain yang mengatakan najisnya kotoran binatang tersebut. Dalil yang mengatakan kotoran tidak najis sebagaimana dalil berikut, hadits dari Anas, ketika segerombolan orang datang dari Ukel atau dari Uraynah, disebutkan dalam hadits, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyuruh mereka untuk meminum kencing dan susu dari unta perah. (HR. Bukhari, no. 233) Jika susu unta boleh diminum, maka kencingnya pula demikian dan itu disebutkan bersamaan dalam satu konteks. Kita ketahui bahwa unta adalah di antara hewan yang halal dimakan. Hadits ini jadi dalil dari ulama yang menyatakan sucinya kotoran atau kencing hewan yang halal dimakan. Ada hadits pula dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau ditanya mengenai hukum shalat di kandang kambing, Silakan shalat di kandang kambing, di sana mendatangkan keberkahan (ketenangan). (HR. Abu Daud, no. 184 dan Ahmad, 4:288. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih) Imam Syafii menambahkan, kambing mendatangkan ketenangan dan keberkahan. Ketika ada yang shalat di kandang kambing, hewan itu tidak mengganggu dan tidak memutus shalat orang yang shalat. Dalam hadits ditunjukkan bolehnya shalat di kandang kambing dan tidak boleh shalat di kandang unta. Demikian disebutkan dalam Aun Al-Mabud, 1:232. keterangan Umar bin Khatab ketika peristiwa perang Tabuk Kami berangkat menuju tabuk dalam keadaan sangat serba kekurangan. Kemudian kami singgah di suatu tempat, dan kami sangat kehausan. Hingga kami menyangka leher kami akan putus. Hingga ada orang yang menyembelih ontanya, lalu dia memeras kotorannya dan meminumnya, sementara sisa perasannya ditaruh di atas perutnya. (HR. Ibnu Hibban 1383, Baihaqi dalam Sunan al-Kubro 20131, al-Bazzar dalam Musnadnya 215 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth). Apakah bila kita terkena najis akan membatalkan wudhu? Jawabnya tidak, terkena najis tidak membatalkan wudhu, sebagaimana yang dipelajari dari pembatal pembatal wudhu. Hanya saja ketika terkait dengan syarat sucinya pakaian atau tempat yang di pergunakan untuk melakukan shalat maka seseorang harus memperhatikan baju atau tempatnya ketika shalat. Bila sengaja memakai baju najis atau di tempat najis maka bisa membatalkan shalatnya. Wallahu a`lam. Dijawab dengan ringkas oleh: Ustadz Mutashim, Lc. MA. Jumat, 15 Jumadil Awal 1444H / 9 Desember 2022 M Ustadz Mutashim Lc., M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslam(BIAS), alumusUniversitas Islam Madinahkuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Mutashim Lc., M.A. klik di sini
Apakah Terkena Najis Membatalkan Wudhu Para pembaca Bimbinganislam.com yang memiliki akhlaq mulia berikut kami sajikan tanya jawab, serta pembahasan tentang Apakah Terkena Najis Membatalkan Wudhu selamat membaca. Pertanyaan Bismillah, afwan ustadz, saya izin bertanya. Nah, kalau kita terkena kotoran ayam, maka itu bisa langsung shalat atau kita cuci dulu sampai bersih Maksud suci disitu apa ya Apa maksudnya tidak membatalkan wudu atau ada yang lain Jazaakallahu khayran. Ditanyakan oleh Santri Mahad Bimbingan Islam Jawaban Bismillah sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, ada perbedaan di dalam najisnya kotoran hewan apakah najis atau tidak. Bila menganggap bahwa kotoran tersebut tidak najis, pada dasarnya tidak mengapa bila menggunakan baju atau badan yang terkena kotoran tersebut. Namun walaupun begitu, bila memungkinkan untuk mencuci dan membersihkannya maka semestinya ia bersihkan terlebih dahulu, untuk menjaga kebersihan atau tidak mengganggu orang lain dengan kotoran tersebut dengan bau atau wujudnya atau dengan maksud menghormati orang lain yang mengatakan najisnya kotoran binatang tersebut. 233 Jika susu unta boleh diminum, maka kencingnya pula demikian dan itu disebutkan bersamaan dalam satu konteks. Kita ketahui bahwa unta adalah di antara hewan yang halal dimakan. Hadits ini jadi dalil dari ulama yang menyatakan sucinya kotoran atau kencing hewan yang halal dimakan. Syaikh AlAlbani mengatakan bahwa hadits tersebut shahih Imam Syafii menambahkan, kambing mendatangkan ketenangan dan keberkahan. Dalam hadits ditunjukkan bolehnya shalat di kandang kambing dan tidak boleh shalat di kandang unta. Demikian disebutkan dalam Aun AlMabud, 1232. keterangan Umar bin Khatab ketika peristiwa perang Tabuk Kami berangkat menuju tabuk dalam keadaan sangat serba kekurangan. Kemudian kami singgah di suatu tempat, dan kami sangat kehausan. Hingga kami menyangka leher kami akan putus. Hingga ada orang yang menyembelih ontanya, lalu dia memeras kotorannya dan meminumnya, sementara sisa perasannya ditaruh di atas perutnya. Ibnu Hibban 1383, Baihaqi dalam Sunan alKubro 20131, alBazzar dalam Musnadnya 215 dan dishahihkan Syuaib alArnauth. Apakah bila kita terkena najis akan membatalkan wudhu Jawabnya tidak, terkena najis tidak membatalkan wudhu, sebagaimana yang dipelajari dari pembatal pembatal wudhu. Bila sengaja memakai baju najis atau di tempat najis maka bisa membatalkan shalatnya. Dijawab dengan ringkas oleh Ustadz Mutashim, Lc. M.A. Dewan konsultasi BimbinganIslamBIAS, alumusUniversitas Islam Madinahkuliah Syariah dan MEDIU Untuk melihat artikel lengkapdari Ustadz Mutashim Lc.,
Hukum Mengantarkan Khatib Naik Mimbar
https://www.laduni.id/post/read/64581/hukum-mengantarkan-khatib-naik-mimbar.html
LADUNI.ID, Sebelum pelaksanaan shalat Jum’at sebelum khatib naik mimbar ada seseorang yang disebut Muraqqi berdiri di depan jamaah. Dia membacakan sebuah hadits dengan maksud mengingatkan jamaah untuk bersikap tenang dan  menyimak dengan khusyu’ khutbah yang hendak disampaikan oleh khatib dan menghindarkan berbibacara yang dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan pahala. Praktek tersebut di atas bukanlah termasuk bid’ah karena Rasulullah SAW juga melakukannya. Saat itu beliau hendak menyampaikan khutbah Mina pada Haji Wada’. Beliau memerintahkan seseorang untuk mengingatkan agar orang-orang menyimak khutbah beliau itu. Praktek demikian ini sebagaimana ketika membaca ayat : Yang merupakan peringatan bagi kita agar memperbanyak membaca shalawat khsusunya pada hari Jum’at. Demikian juga halnya dengan membaca hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya adalah untuk mengingatkan agar kita menghindarkan berbicara yang hukumnya haram atau makruh pada saat itu. Rasulullah SAW sendiri membaca hadits tersebut dalam khutbah beliau. Menurut Imam Asy Syubramalisi barangkali Rasulullah membaca hadits tersebut pada awal khutbah, sebab maksud hadits itu adalah memerintahkan jamaah untuk menyimak.[1] Hadits yang sunnat dibaca adalah hadits yang mengingatkan untuk menyimak khutbah, misalnya : [2] Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau bicara pada temanmu pada hari Jum’at maka diamlah saat imam berkhutbah. (Sebab jika tidak) sia-sialah engkau”. Jadi tidak ada alasan untuk menilai bahwa praktek tersebut di atas adalah bid’ah, karena memang itu bertujuan untuk memeberi peringatan, disamping bahwa Rasulullah SAW sendiri juga mempraktekkannya. [1] Tanwir al Qulub, hal. 179-180 [2] Shahih Al Bukhari, nomor 882
LADUNI.ID, Sebelum pelaksanaan shalat Jumat sebelum khatib naik mimbar ada seseorang yang disebut Muraqqi berdiri di depan jamaah. Dia membacakan sebuah hadits dengan maksud mengingatkan jamaah untuk bersikap tenang dan menyimak dengan khusyu khutbah yang hendak disampaikan oleh khatib dan menghindarkan berbibacara yang dapat menjadi penghalang untuk mendapatkan pahala. Praktek tersebut di atas bukanlah termasuk bidah karena Rasulullah SAW juga melakukannya. Saat itu beliau hendak menyampaikan khutbah Mina pada Haji Wada. Beliau memerintahkan seseorang untuk mengingatkan agar orangorang menyimak khutbah beliau itu. Praktek demikian ini sebagaimana ketika membaca ayat Yang merupakan peringatan bagi kita agar memperbanyak membaca shalawat khsusunya pada hari Jumat. Demikian juga halnya dengan membaca hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya adalah untuk mengingatkan agar kita menghindarkan berbicara yang hukumnya haram atau makruh pada saat itu. Rasulullah SAW sendiri membaca hadits tersebut dalam khutbah beliau. Menurut Imam Asy Syubramalisi barangkali Rasulullah membaca hadits tersebut pada awal khutbah, sebab maksud hadits itu adalah memerintahkan jamaah untuk menyimak.1 Hadits yang sunnat dibaca adalah hadits yang mengingatkan untuk menyimak khutbah, misalnya 2 Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, Jika engkau bicara pada temanmu pada hari Jumat maka diamlah saat imam berkhutbah. Sebab jika tidak siasialah engkau. Jadi tidak ada alasan untuk menilai bahwa praktek tersebut di atas adalah bidah, karena memang itu bertujuan untuk memeberi peringatan, disamping bahwa Rasulullah SAW sendiri juga mempraktekkannya. 1 Tanwir al Qulub, hal. 179180 2 Shahih Al Bukhari, nomor 882
Kewajiban Suami (3)
https://rumaysho.com/2276-kewajiban-suami-3.html
Masih melanjutkan bahasan kewajiban suami yang dibahas sebelumnya. Kali ini ada dua kewajiban penting lainnya yang mesti diperhatikan suami. Yang pertama, memperhatikan agama si istri dengan mendidiknya. Dan yang kedua, mengajak istri untuk taat dalam ibadah. Kedua kewajiban tersebut teramat penting karena berkaitan dengan akhirat. Jadi, si suami bukan hanya memperhatikan bagaiamana biar rumah bisa terus ada asap dapur atau sandang, pangan dan papan. Masalah agama si istri juga sangat perlu, bahkan urgent untuk diperhatikan.Kelima: Mengajarkan istri masalah agamaSebagian suami kurang mempedulikan hal ini. Mereka hanya tahu bahwa kewajibannya hanyalah memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal atau kesenangan dunia. Kewajiban kali ini sebenarnya terbilang penting bahkan teramat penting karena berkaitan dengan akhirat.Coba bayangkan jika suami melihat istrinya enggan berjilbab, malas shalat fardhu, sering bermaksiat, atau tidak bisa membaca Al Quran, apakah ia rela istrinya seperti itu? Semua itu tentu saja perlu didikan. Selain dibini, yah harus dibina pula. Bukan hanya biologis saja yang ia nikmati dari istri. Seharusnya ada simbiosis mutualisme. Istri bisa membahagiakan suami, begitu pula sebaliknya. Dan kebahagiaan rohani ini lebih dari segalanya, lebih pula dari kebahagiaan dunia.Semoga menjadi renungan bagi kita –para suami- firman Allah Taala, Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At Tahrim: 6). Lihatlah tafsiran para salaf mengenai ayat tersebut.Lihatlah apa yang dikatakan oleh sahabat Ali radhiyallahu anhu, .Ajarilah adab dan agama kepada mereka.Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma juga berkata, .Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hati-hatilahlah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka.Mujahid berkata, . .Bertakwalah pada Allah dan nasehatilah keluargamu untuk bertakwa pada-Nya.Adh Dhohak dan Maqotil berkata, Kewajiban bagi seorang muslim adalah mengajari keluarganya, termasuk kerabat, budak laki-laki atau perempuannya. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang. (Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 14: 59)Ingatlah, termasuk suatu kebahagiaan jika istri, anak dan kerabat kita mendapatkan hidayah. Lihatlah perkataan Al Hasan Al Bashri, . .Yang ingin dilihat Allah pada hamba muslim dari istri, saudara, dan sahabat karibnya adalah mereka semua taat pada Allah. Wallahi, demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan pandangan mata seorang muslim melebihi ketaatan pada Allah yang ia lihat pada anak, cucu, saudara dan sahabat karibnya. (Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 10: 333).Lalu bagaimana jika kita tidak bisa mendidik istri kita karena kita sendiri kurang dalam agama?Jawabnya, hendaklah suami pun memperbaiki diri. Berusaha untuk mempelajari Islam lebih dalam sehingga ia bisa memperingatkan dan mendidik istrinya di rumah. Lebih maslahat jika istri dididik di rumah dibanding di luar. Itu jika mampu dan ini jalan yang lebih baik. Jika tidak bisa demikian, hendaklah si suami mengajak istri untuk datang ke majelis ilmu sebagaimana dirinya pun demikian. Belajarlah dari ilmu dasar, dimulai dari memperbaiki akidah, tauhid, dan memperbaiki amalan ibadah wajib serta ilmu penting lainnya. Dengan demikian, rumah akan terhiasi dengan cahaya ilmu dan itulah yang akan membuat keluarga semakin tentram dan bahagia.Semoga Allah memudahkan kita untuk mendidik istri dan anak-anak kita dalam hal agama, sehingga kita pun terbebas dari siksa neraka.Keenam: Mengajak istri dan anak untuk rajin beribadahSelain mendidik istri dan anak dalam masalah diin (agama), suami pun berusaha untuk mengajak keluarganya untuk memperhatikan ibadahnya. Terutama sekali hal yang wajib. Didiklah istri dan anak untuk menjaga shalat lima waktu. Didiklah mereka memperhatikan pula amalan wajib lainnya dan sempurnakanlah amalan tersebut dengan amalan sunnah.Cobalah perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk memperhatikan shalat anak-anak kita. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Perhatikanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat ketika mereka berumur 7 tahun. Jika mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka. (HR. Abu Daud no. 495. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwaul Gholil 298).Begitu pula beliau memerintahkan pada suami untuk memperhatikan shalat malam istrinya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Semoga Allah merahmati seorang lelaki yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya lalu si istri mengerjakan shalat. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Bila suaminya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah suaminya. (HR. Abu Daud no. 1450, An Nasai no. 1610, dan Ahmad 2: 250. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits hasan sebagaimana dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 625).Sungguh kemesraan yang luar biasa di akhir malam. Sedikit yang melakukannya. Dan sedikit pula yang mempedulikan pasangannya untuk shalat malam. Suami tentu saja bisa mengajak istri untuk rajin beribadah dengan ia terlebih dahulu membiasakan dirinya.Semoga Allah memudahkan kita untuk menjalankan ketaatan, menjaga ibadah wajib dan merutinkan sunnah, sehingga itu pun bisa tertular pada istri dan anak-anak kita.Masih berlanjut pembahasan kewajiban suami pada kesempatan lainnya, moga Allah memberi kemudahan demi kemudahan.Wallahu waliyyut taufiq was sadaad. @ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 2 Rabiuts Tsani 1433 Hwww.rumaysho.com
Masih melanjutkan bahasan kewajiban suami yang dibahas sebelumnya. Yang pertama, memperhatikan agama si istri dengan mendidiknya. Jadi, si suami bukan hanya memperhatikan bagaiamana biar rumah bisa terus ada asap dapur atau sandang, pangan dan papan. Mereka hanya tahu bahwa kewajibannya hanyalah memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal atau kesenangan dunia. Kewajiban kali ini sebenarnya terbilang penting bahkan teramat penting karena berkaitan dengan akhirat. Coba bayangkan jika suami melihat istrinya enggan berjilbab, malas shalat fardhu, sering bermaksiat, atau tidak bisa membaca Al Quran, apakah ia rela istrinya seperti itu Semua itu tentu saja perlu didikan. Istri bisa membahagiakan suami, begitu pula sebaliknya. Dan kebahagiaan rohani ini lebih dari segalanya, lebih pula dari kebahagiaan dunia. Lihatlah tafsiran para salaf mengenai ayat tersebut. Lihatlah apa yang dikatakan oleh sahabat Ali radhiyallahu anhu, .Ajarilah adab dan agama kepada mereka. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma juga berkata, .Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hatihatilahlah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah berdzikir, niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka. Ajarkanlah mereka perkara wajib yang Allah perintahkan dan larangan yang Allah larang. Lihat Tafsir Al Quran Al Azhim, 14 59Ingatlah, termasuk suatu kebahagiaan jika istri, anak dan kerabat kita mendapatkan hidayah. Wallahi, demi Allah, tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan pandangan mata seorang muslim melebihi ketaatan pada Allah yang ia lihat pada anak, cucu, saudara dan sahabat karibnya. Lebih maslahat jika istri dididik di rumah dibanding di luar. Itu jika mampu dan ini jalan yang lebih baik. Belajarlah dari ilmu dasar, dimulai dari memperbaiki akidah, tauhid, dan memperbaiki amalan ibadah wajib serta ilmu penting lainnya. Semoga Allah memudahkan kita untuk mendidik istri dan anakanak kita dalam hal agama, sehingga kita pun terbebas dari siksa neraka. Didiklah istri dan anak untuk menjaga shalat lima waktu. Cobalah perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita untuk memperhatikan shalat anakanak kita. Jika mereka telah berumur 10 tahun, namun mereka enggan, pukullah mereka. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwaul Gholil 298.Begitu pula beliau memerintahkan pada suami untuk memperhatikan shalat malam istrinya. Bila istrinya enggan untuk bangun, ia percikkan air di wajah istrinya. Semoga Allah merahmati seorang wanita yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suami lalu si suami mengerjakan shalat. Suami tentu saja bisa mengajak istri untuk rajin beribadah dengan ia terlebih dahulu membiasakan dirinya.
3 Jalan Keselamatan Manusia Menurut Hadis Nabi
https://www.harakatuna.com/3-jalan-keselamatan-manusia-menurut-hadis-nabi.html
Harakatuna.com – Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mengharapkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Agama Islam tentu hadir untuk membersamai manusia menuju tuhannya dengan jalan keselamatan. Agama Islam hadir membawa pesan dan pegangan manusia untuk meniti dunia dengan penuh keselamatan dan agar terhindar dari kesengsaraan. Dan berikut 3 jalan keselamatan manusia menurut Hadis Nabi Nabi Muhammad dalam hadisnya, ketika ditanya oleh sahabat mengenai jalan keselamatan mengatakan setidaknya ada 3 jalan keselamatan manusia ketika hidup didunia : :  : « ». Artinya: “Dari Uqbah bin Amir, ia berkata, “Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Beliau bersabda, “Jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu terasa luas olehmu dan menangislah karena kesalahanmu! Dari hadis ini menjadi sangat jelas bahwa 3 jalan keselamtan manusia adalah Pertama, menjaga lisan. Dalam hadisnya, Nabi Muhammad secara ekspilisit mengatakan dengan begitu gamblang bahwa keselamatan manusia itu ada pada menjaga lidahnya. Artinya: “Keselamatan manusia itu ada pada menjaga lisannya” Menjaga lisan ini amat penting untuk dilakukan, karena dengan menjaga lisan akan menghindarkanmu dari setan dan mempermudah dalam urusan agama. Artinya: “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR. Ahmad). Kedua, menjadikan rumah terasa luas dan nyaman dalam hati. Menjadikan rumah yang nyaman sehingga meminimalisir ia pergi-pergi keluar adalah jalan utama untuk meraih keselamatan. Betapa banyak kerusakan yang sekarang ini terjadi berawal dari rumah yang tidak nyaman untuk ditinggali. Ketiga, menangisi kesalahan. Jalur keselamatan terakhir adalah menyesali perbuatan atau kesalahan yang pernah dilakukan dengan memperbanyak beristihfar kepada Allah. Demikianlah 3 jalan keselamatan manusia menurut hadis Nabi Muhammad Saw. Semoga kita semua bisa mengamalkan 3 jalan ini sehingga bisa akhirnya bisa memperoleh surganya Allah Swt, Amin
Harakatuna.com Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti mengharapkan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Agama Islam tentu hadir untuk membersamai manusia menuju tuhannya dengan jalan keselamatan. Agama Islam hadir membawa pesan dan pegangan manusia untuk meniti dunia dengan penuh keselamatan dan agar terhindar dari kesengsaraan. Dan berikut 3 jalan keselamatan manusia menurut Hadis Nabi Nabi Muhammad dalam hadisnya, ketika ditanya oleh sahabat mengenai jalan keselamatan mengatakan setidaknya ada 3 jalan keselamatan manusia ketika hidup didunia . Artinya Dari Uqbah bin Amir, ia berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu Beliau bersabda, Jagalah lisanmu, jadikanlah rumahmu terasa luas olehmu dan menangislah karena kesalahanmu Dari hadis ini menjadi sangat jelas bahwa 3 jalan keselamtan manusia adalah Pertama, menjaga lisan. Dalam hadisnya, Nabi Muhammad secara ekspilisit mengatakan dengan begitu gamblang bahwa keselamatan manusia itu ada pada menjaga lidahnya. Artinya Keselamatan manusia itu ada pada menjaga lisannya Menjaga lisan ini amat penting untuk dilakukan, karena dengan menjaga lisan akan menghindarkanmu dari setan dan mempermudah dalam urusan agama. Artinya Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu. HR. Ahmad. Kedua, menjadikan rumah terasa luas dan nyaman dalam hati. Menjadikan rumah yang nyaman sehingga meminimalisir ia pergipergi keluar adalah jalan utama untuk meraih keselamatan. Betapa banyak kerusakan yang sekarang ini terjadi berawal dari rumah yang tidak nyaman untuk ditinggali. Ketiga, menangisi kesalahan. Jalur keselamatan terakhir adalah menyesali perbuatan atau kesalahan yang pernah dilakukan dengan memperbanyak beristihfar kepada Allah. Demikianlah 3 jalan keselamatan manusia menurut hadis Nabi Muhammad Saw. Semoga kita semua bisa mengamalkan 3 jalan ini sehingga bisa akhirnya bisa memperoleh surganya Allah Swt, Amin
Hujan, Karunia dan Rahmat Allah yang Tak Tergantikan
https://www.dakwah.id/hujan-karunia-rahmat-allah/
Hujan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai Titik-titik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Makna ini sama dengan makna kata al-matharu dalam bahasa arab. Selain bermakna asli, kata hujan juga memiliki makna kiasan, tidak selalunya dimaknai sebagai titik-titik air yang berjatuhan dari udara.Al-Bukhari meriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhani, bahwa ia berkata, : : .: : : .Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melakukan Shalat Subuh mengimami kami di Hudaibiyah pada bekas hujan yang terjadi pada malam hari. Selesai shalat, beliau menghadap ke arah orang-orang dan berkata:Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Tuhan kalian?Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahuinya.Beliau bersabda: Allah berfirman: Pada pagi ini di antara para hamba-ku ada yang beriman kepada-ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, Hujan turun hujan kepada kami dengan karena Allah dan rahmat-Nya, maka orang tersebut adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang. Adapun orang yang mengatakan, Hujan turun kepada kami berkat bintang ini dan ini, maka orang tersebut adalah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada kepada bintang. (HR. Al-Bukhari: 846) Turunnya hujan dari awan masih menjadi isu ilmiah yang tidak jelas rinciannya. Adapun yang para ilmuwan ketahui bahwa Bumi adalah planet terkaya di tata surya dalam hal air. Diperkirakan Bumi berisi 1.360-1.385 juta km kubik. Adapun pembagiannya, samudera dan lautan (97,2%), sedangkan air tawar hanya mewakili 2,8% dari jumlah total air di Bumi.Sebagian besar air tersebut (2,052% – 2,15%) tersimpan dalam lapisan es tebal yang menutupi kedua kutub Bumi dan puncak gunung. Sisanya disimpan dalam batuan dari kerak Bumi (0,27%), danau air tawar (0,36%), dalam bentuk kelembaban di tanah dan atmosfer (0,36%), serta air yang mengalir di sungai dan anak sungai (0,0047%).Allah Yang Maha Kuasa mengeluarkan air dari dalam Bumi melalui gunung berapi, kemudian membagikannya sesuai dengan kebijakan-Nya. Allah juga memasukkannya ke dalam siklus yang sempurna antara Bumi dan langit.Kalau bukan karena siklus ini, air di permukaan Bumi akan kotor. Sebab, air tersebut mengandung miliaran makhluk hidup, baik yang hidup maupun yang masi di banyak tempat yang dapat mengotori air jika tidak dibuat siklus mengelilingi Bumi.Allah Yang Maha Kuasa menetapkan bahwa sejumlah tertentu dari air harus berada di Bumi dan didistribusikan secara akurat ke samudera, laut, danau, dan sungai. Allah juga menyimpan air dalam batuan kerak Bumi, menjaganya dalam bentuk es di puncak gunung dan dua kutub Bumi, serta menyebarkannya dalam wujud kelembaban di udara dan tanah. Semua ini terjadi menurut sistem tertentu yang sesuai dengan kebutuhan hidup di Bumi sekaligus menjaga keseimbangan panas pada permukaan Bumi dari satu tempat ke tempat yang lain; dari satu musim ke musim yang lain.Jika takaran air tersebut lebih sedikit saja, maka akan menutupi Bumi (banjir). Sebaliknya, jika takaran kurang sedikit saja, maka air tersebut tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup di Bumi.Panas matahari menguapkan air dari permukaan laut, lautan, sungai, danau, kolam, rawa-rawa, daerah dingin (es), serta air tanah, nafas manusia, hewan, dan transpirasi tanaman, termasuk berbagai sumber lainnya, kemudian membawa uap ini ke lapisan atas atmosfer.Uap tersebut akan kehilangan panas secara bertahap karena berpindah ke tempat yang lebih tinggi dan tekanan yang kian menurun. Hal tersebut memungkinkan uap air untuk mulai mengembun dari wujud gas menjadi butir-butir air. Dengan demikian, air yang naik dari Bumi akan kembali lagi ke Bumi dalam bentuk hujan, hujan es, salju, kabut, atau embun.Sekitar 380.000 km kubik air di Bumi menguap setiap tahun. Sebagian besar dari jumlah tersebut (sekitar 320.000 km kubik) berasal dari lautan dan samudera. Sedangkan sisanya (60.000 km kubik) berasal dari darat.Air kemudian akan kembali ke Bumi dengan jumlah angka yang berbeda (284.000 km kubik kembali ke lautan dan samudera, sementara 96.000 km kubik jatuh ke tanah). Adapun jumlah keduanya (380.000 km kubik) akan bermuara ke lautan dan samudera. Seperti disebutkan sebelumnya, proses hujan masih belum diketahui dengan rincian ilmiah yang akurat. Peristiwa itu terdiri dari serangkaian proses yang tidak bisa secara langsung diamati. Oleh karena itu, para ilmuwan mengembangkan sejumlah hipotesis dan teori-teori untuk menjelaskan fenomena ini.Beberapa teori tersebut ada yang menyebutkan bahwa hujan dipengaruhi gerakan angin darat (angin yang berembus dari darat ke laut) di mana terjadi peningkatan suhu di atas permukaan Bumi.Teori yang lain merujuk pada arus listrik di antara awan yang berbeda lalu bertemu dan saling bertabrakan. Teori lainnya menyebutkan adanya pengaruh matahari pada lapisan atmosfer.Namun demikian, satu-satunya faktor utama dari itu semua adalah kehendak Sang Pencipta, seperti telah jelas ditunjukkan dalam hadits Nabi.Diketahui bahwa prosentase air di awan sangat kecil dan tidak melebihi 2% dari air di atmosfer, yang berjumlah tidak lebih dari 0,36% dari jumlah total air di Bumi. Adapun jumlah air di atmosfer diperkirakan sebanyak 15.000 juta km kubik.Air ditemukan di zona iklim Bumi dalam wujud tetesan yang sangat kecil (berdiameter kurang dari satu micron). Tetesan ini menempel di udara karena viskositas dan tegangan permukaan yang intens. Hal ini terjadi di awan biasa yang dibawa oleh angin tanpa hujan. Kecuali jika bertemu dua awan; awan panas dan dingin atau awan bermuatan listrik positif dan negatif.Hal ini juga dapat terjadi melalui benda padat berukuran mikro dalam debu yang dibawa oleh angin dari permukaan Bumi untuk membuahi awan dan mempercepat kondensasi uap air dan turunnya hujan dengan izin Allah Yang Maha Kuasa, dan kapanpun Dia berkehendak. Hujan biasanya jatuh berwujud tetesan kecil, tapi terkadang juga jatuh berupa tetesan besar (diameter 4-8 mm). tetesan besar ini terbentuk sebagai akibat dari kondensasi uap air pada inti kondensasi dari debu yang relatif besar, yang secara bertahap membesar hingga mencapai ukuran tersebut.Semua proses tersebut, baik secara individual maupun kolektif membutuhkan takdir dan tidak dapat terjadi sembarangan atau secara kebetulan. Ini membuktikan bahwa pembentukan hujan adalah salah satu rahasia Ilahi yang belum dipahami sepenuhnya oleh manusia.Akan tetapi, kekuatan Ilahi dalam wujud matahari tampak jelas dalam proses ini, khususnya dalam mendistribusikan hujan di Bumi. Semua hal tersebut adalah kehendak Sang Pencipta.Jika anda buka al-Quran, anda akan menemukan banyak ayat yang menginformasikan betapa vitalnya keberadaan hujan dalam ekosistem alam ini. Allah berfirman, Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (QS. Al-Araf: 57) Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (QS. Al-Hijr: 22) . Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, ( ) Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22) Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anam: 99) Yang telah menjadikan bagimu Bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di Bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (QS. Thaha: 53) Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di Bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (QS. Al-Mukminun: 18) (Disadur dari buku Miracles of al-Quran & as-Sunnah (Edisi Terjemah), Dr. Zakir Naik, Penerbit Aqwam, 113-120) [shodiq/dakwah.id]
Hujan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai Titiktitik air yang berjatuhan dari udara karena proses pendinginan. Makna ini sama dengan makna kata almatharu dalam bahasa arab. Selain bermakna asli, kata hujan juga memiliki makna kiasan, tidak selalunya dimaknai sebagai titiktitik air yang berjatuhan dari udara. AlBukhari meriwayatkan dari Zaid bin Khalid alJuhani, bahwa ia berkata, . .Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melakukan Shalat Subuh mengimami kami di Hudaibiyah pada bekas hujan yang terjadi pada malam hari. Selesai shalat, beliau menghadap ke arah orangorang dan berkataApakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Tuhan kalianMereka menjawab, Allah dan RasulNya lebih mengetahuinya. Adapun orang yang mengatakan, Hujan turun kepada kami berkat bintang ini dan ini, maka orang tersebut adalah orang yang kafir kepadaKu dan beriman kepada kepada bintang. Sisanya disimpan dalam batuan dari kerak Bumi 0,27, danau air tawar 0,36, dalam bentuk kelembaban di tanah dan atmosfer 0,36, serta air yang mengalir di sungai dan anak sungai 0,0047.Allah Yang Maha Kuasa mengeluarkan air dari dalam Bumi melalui gunung berapi, kemudian membagikannya sesuai dengan kebijakanNya. Allah juga menyimpan air dalam batuan kerak Bumi, menjaganya dalam bentuk es di puncak gunung dan dua kutub Bumi, serta menyebarkannya dalam wujud kelembaban di udara dan tanah. Jika takaran air tersebut lebih sedikit saja, maka akan menutupi Bumi banjir. Hal tersebut memungkinkan uap air untuk mulai mengembun dari wujud gas menjadi butirbutir air. Sebagian besar dari jumlah tersebut sekitar 320.000 km kubik berasal dari lautan dan samudera. Peristiwa itu terdiri dari serangkaian proses yang tidak bisa secara langsung diamati. Oleh karena itu, para ilmuwan mengembangkan sejumlah hipotesis dan teoriteori untuk menjelaskan fenomena ini. Namun demikian, satusatunya faktor utama dari itu semua adalah kehendak Sang Pencipta, seperti telah jelas ditunjukkan dalam hadits Nabi. Adapun jumlah air di atmosfer diperkirakan sebanyak 15.000 juta km kubik. Kecuali jika bertemu dua awan awan panas dan dingin atau awan bermuatan listrik positif dan negatif. Hal ini juga dapat terjadi melalui benda padat berukuran mikro dalam debu yang dibawa oleh angin dari permukaan Bumi untuk membuahi awan dan mempercepat kondensasi uap air dan turunnya hujan dengan izin Allah Yang Maha Kuasa, dan kapanpun Dia berkehendak. Semua proses tersebut, baik secara individual maupun kolektif membutuhkan takdir dan tidak dapat terjadi sembarangan atau secara kebetulan. Ini membuktikan bahwa pembentukan hujan adalah salah satu rahasia Ilahi yang belum dipahami sepenuhnya oleh manusia. Akan tetapi, kekuatan Ilahi dalam wujud matahari tampak jelas dalam proses ini, khususnya dalam mendistribusikan hujan di Bumi. Seperti itulah Kami membangkitkan orangorang yang telah mati, mudahmudahan kamu mengambil pelajaran. AlBaqarah 2122 Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuhtumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuhtumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak dan dari mayang korma mengurai tangkaitangkai yang menjulai, dan kebunkebun anggur, dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tandatanda kekuasaan Allah bagi orangorang yang beriman. AlMukminun 18 Disadur dari buku Miracles of alQuran asSunnah Edisi Terjemah, Dr. Zakir Naik, Penerbit Aqwam, 113120 shodiqdakwah.id
Benarkah Bumi Itu Datar? Begini Kata Gus Baha…
https://www.eramuslim.com/hikmah/benarkah-bumi-itu-datar-begini-kata-gus-baha/
Eramuslim.com – Benarkah bumi itu datar karena Al-Qur’an menyebutnya hamparan? Mari simak penjelasan ahli tafsir Qur’an Gus Baha berikut. Ulama bernama KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini menerangkannya dengan mengulas arti hakikat dan istilah, sehingga mudah dipahami pendengarnya. Dalam satu tausiyahnya, Gus Baha menjelaskan dalam Surat Al-Kahfi Ayat 86 mengenai kisah Raja Dzulqarnain disebutkan bahwa raja tersebut melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam. Menariknya Al-Qur’an menyebutkan bahwa matahari “bisa” tenggelam di dalam laut. Padahal, kita tahu bahwa matahari berada di luar angkasa dan ukurannya jauh lebih besar, melebihi ukuran seluruh samudera di Bumi tentunya. “ Bukanlah mataharinya yang tenggelam, melainkan pandangan Raja Dzulqarnain-lah yang melihat matahari tenggelam. Hal ini menjadi perdebatan di kalangan mufassir. Tentang apakah sifat-sifat Allah (yang disebutkan dalam firman-firman-Nya) dapat dipahami secara hakikat atau yang manusia kenali (mashadiqul lafdzi). Misalnya, dalam Surah Muhammad Ayat 7 yang menyebutkan hal sebagai berikut. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” “Ini jika dipahami bahwa Allah membutuhkan pertolongan, bisa-bisa kita kafir.” kata Gus Baha. “Kita juga bisa melihatnya dari kalimat tasbih, SubhanAllah. Kalau kita meyakini bahwa kalimat tasbih kita menambah kesucian Allah, dari yang sudah Maha Suci menjadi lebih suci. Bisa-bisa kita masuk neraka.” Seorang waliyullah, Abu Yazid Al-Busthami pernah mukasyafah (dibukakan rahasia Allah). Beliau membaca “Subhanallah, Subhanallah..” “Abu Yazid, apa yang kau baca?” “Baca Tasbih ya Rabb”. “Apa itu Tasbih?” “Menyucikan Engkau Ya Rabb.” “Apakah Aku tidak suci sehingga perlu kau sucikan?” Mendengar itu, Abu Yazid menangis kemudian belajar ilmu Nahwu. Makanya kata Sayyid Abdullah Al-Haddad: “Hamba mengesakan Tuhan, Maha Suci Allah dari pengesaanku, sedangkan Dia adalah esa. Kalimat itu keluar saking takutnya salah. Maka dari itu, kata Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqalani dan Syeikh Abu Bakar Al-Baqilani, semua lafadz itu tidak bermakna. Yang memaknai itu hati masing-masing. Bahasa hanyalah media komunikasi. Kalimat tidak selalu benar. Termasuk ketika Al-Qur’an membahas bentuk bumi yang ditengarai berbentuk datar. Dalam QS Al Ghasyiyah Ayat 20, Allah berfirman: “Dan bumi bagaimana dihamparkan..?” Makna dihamparkan ini adalah seperti karpet. Karpet berbentuk datar. Karpet jelas tidak berbentuk bola. Maksudnya “Seperti karpet” adalah dalam pandangan mata (Fi nadzaril ‘aini). Hakikatnya seperti apa? Menurut ilmu pengetahuan, jelas bahwa Bumi itu berbentuk bulat menyerupai bola yang pepat di tengah. Lalu, mengapa disebutkan bahwa Bumi berbentuk “hamparan” yang seperti karpet..?” Ini seperti kutu yang ada di kepala kita pun bisa saja menyebut kepala kita “hamparan seperti karpet”. Buktinya, mereka bisa pergi kesana kemari, mengira kepala kita datar. Tapi, apakah kepala kita datar seperti karpet? Sekali lagi, inilah yang namanya ilmu Nadzar (pandangan), diambil dari ayat sebelum-sebelumnya, yaitu “Afala yandzuruna”, (maka tidakkah mereka memperhatikan) (QS. Al Ghasyiyah : 17). Makanya keliru kalau ada Kiyai membantah: “Bumi itu tidak bulat, tapi Flat. Dalilnya “dan bumi bagaimana dihamparkan”? Ya Bumi yang kita injak sekarang secara lahiriyah memang seperti karpet. Kamu lari kemana pun mirip hamparan. Tapi apakah hakikatnya seperti itu? Paham nggeh..? [sindonews]
Eramuslim.com Benarkah bumi itu datar karena AlQuran menyebutnya hamparan Mari simak penjelasan ahli tafsir Quran Gus Baha berikut. Ulama bernama KH Ahmad Bahauddin Nursalim ini menerangkannya dengan mengulas arti hakikat dan istilah, sehingga mudah dipahami pendengarnya. Menariknya AlQuran menyebutkan bahwa matahari bisa tenggelam di dalam laut. Bukanlah mataharinya yang tenggelam, melainkan pandangan Raja Dzulqarnainlah yang melihat matahari tenggelam. Hal ini menjadi perdebatan di kalangan mufassir. Tentang apakah sifatsifat Allah yang disebutkan dalam firmanfirmanNya dapat dipahami secara hakikat atau yang manusia kenali mashadiqul lafdzi. Misalnya, dalam Surah Muhammad Ayat 7 yang menyebutkan hal sebagai berikut. Hai orangorang mukmin, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Ini jika dipahami bahwa Allah membutuhkan pertolongan, bisabisa kita kafir. Kita juga bisa melihatnya dari kalimat tasbih, SubhanAllah. Seorang waliyullah, Abu Yazid AlBusthami pernah mukasyafah dibukakan rahasia Allah. Apa itu Tasbih Menyucikan Engkau Ya Rabb. Apakah Aku tidak suci sehingga perlu kau sucikan Mendengar itu, Abu Yazid menangis kemudian belajar ilmu Nahwu. Makanya kata Sayyid Abdullah AlHaddad Hamba mengesakan Tuhan, Maha Suci Allah dari pengesaanku, sedangkan Dia adalah esa. Kalimat itu keluar saking takutnya salah. Maka dari itu, kata Syeikh Ibnu Hajar AlAsqalani dan Syeikh Abu Bakar AlBaqilani, semua lafadz itu tidak bermakna. Dalam QS Al Ghasyiyah Ayat 20, Allah berfirman Dan bumi bagaimana dihamparkan Makna dihamparkan ini adalah seperti karpet. Maksudnya Seperti karpet adalah dalam pandangan mata Fi nadzaril aini. Hakikatnya seperti apa Menurut ilmu pengetahuan, jelas bahwa Bumi itu berbentuk bulat menyerupai bola yang pepat di tengah. Lalu, mengapa disebutkan bahwa Bumi berbentuk hamparan yang seperti karpet Ini seperti kutu yang ada di kepala kita pun bisa saja menyebut kepala kita hamparan seperti karpet. Buktinya, mereka bisa pergi kesana kemari, mengira kepala kita datar. Makanya keliru kalau ada Kiyai membantah Bumi itu tidak bulat, tapi Flat. Tapi apakah hakikatnya seperti itu Paham nggeh sindonews
Doa Lailatul Qadar dari Rasulullah
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/inilah-doa-lailatul-qadar-yang-diajarkan-rasulullah-pada-aisyah/
Inilah doa Lailatul Qadaryang diajarkan Rasulullah pada Aisyah. Doa ini bisa diamalkan pada 10 malam terkahir bulan Ramadhan. Yang menurut ulama, menjadi salah satu malam lailatul qadar. Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa di antara bulan hijriyah lainnya. Bagaimana tidak? Pada bulan ini terdapat satu malam yang begitu agung bahkan lebih baik dari seribu bulan. Malam itu adalah lailatul qadar. Pada malam tersebut, setiap hamba yang beribadah dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Sayangnya, tidak ada yang tahu persis kapanLailatul Qadar,Rasulullah hanya menjelaskan bahwa malam mulia tersebut terjadi pada sepuluh terakhir bulan Ramadan. Karena itulah di sepuluh hari terakhir kita disunahkan memperbanyak ibadah dan berdoa. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Aisyah ra. bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang harus dilakukannya jika dia bertemu malamLailatul Qadar. Lalu beliau menjawab bacalah doa ini Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fafu anni Artinya:Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf. Maka maafkanlah aku.(Diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi, al-Nasa dan Ibn Majah). Demikian penjelasan terkait doa Lailatul Qadar yang diajarkan Rasulullah pada Aisyah. Doa ini bisa diamalkan kaum muslimin pada 10 malam terkahir dari bulan Ramadhan. (Baca juga:Doa Mustajab Malam Lailatul Qadar). *Tulisan ini juga telah dimuat di .*
Inilah doa Lailatul Qadaryang diajarkan Rasulullah pada Aisyah. Doa ini bisa diamalkan pada 10 malam terkahir bulan Ramadhan. Yang menurut ulama, menjadi salah satu malam lailatul qadar. Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa di antara bulan hijriyah lainnya. Bagaimana tidak Pada bulan ini terdapat satu malam yang begitu agung bahkan lebih baik dari seribu bulan. Malam itu adalah lailatul qadar. Pada malam tersebut, setiap hamba yang beribadah dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka Allah akan mengampuni dosadosanya yang telah lalu. Sayangnya, tidak ada yang tahu persis kapanLailatul Qadar,Rasulullah hanya menjelaskan bahwa malam mulia tersebut terjadi pada sepuluh terakhir bulan Ramadan. Karena itulah di sepuluh hari terakhir kita disunahkan memperbanyak ibadah dan berdoa. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Aisyah ra. bertanya kepada Rasulullah tentang apa yang harus dilakukannya jika dia bertemu malamLailatul Qadar. Lalu beliau menjawab bacalah doa ini Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fafu anni ArtinyaYa Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf. Maka maafkanlah aku.Diriwayatkan oleh Imam alTirmidzi, alNasa dan Ibn Majah. Demikian penjelasan terkait doa Lailatul Qadar yang diajarkan Rasulullah pada Aisyah. Doa ini bisa diamalkan kaum muslimin pada 10 malam terkahir dari bulan Ramadhan. Baca jugaDoa Mustajab Malam Lailatul Qadar. Tulisan ini juga telah dimuat di .
Mimpi Basah, Tapi Tidak Keluar Mani, Apakah Wajib Mandi?
https://islami.co/mimpi-basah-tapi-tidak-keluar-mani-apakah-wajib-mandi/
Mimpi basah kerap dialami oleh siapa pun yang sudah mencapai usia balig. Pada umumnya, orang yang mimpi basah akan keluar cairan dari kemaluannya yang bernama mani. Akan tetapi bagaimana jika terdapat seseorang yang mimpi basah, namun tidak sampai mengeluarkan mani? Imam al-Nawawi dalam kitab al-Majmu syarah al-Muhadzab memerinci panjang lebar mengenai hal tersebut menjadi tiga permasalahan. Pertama,tidak wajib mandi. Misalnya, seseorang yang bermimpi basah, namun saat ia bangun tidak terdapat basah-basah bekas mani atau kerak yang sudah mengering, itu tidak diwajibkan mandi. Hal ini juga berlaku bagi orang yang tidur sendirian di kasurnya, dan ia ragu-ragu apakah mimpi basahnya itu berimplikasi keluar mani atau tidak. Orang yang mengalami hal seperti ini tidak diwajibkan mandi junub. Menurut Imam Ibn al-Mundzir, sebagaimana dikutip Imam al-Nawawi, ketidakwajiban mandi bagi orang yang mimpi basah namun tidak sampai keluar mani itu merupakan ijmak ulama. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Aisyah yang pernah mendengar Rasulullah SAW pernah ditanyai mengenai seorang lelaki yang mendapati basah-basah, walaupun tidak mengalami mimpi apa pun. Kata Nabi, lelaki itu wajib mandi. Sebaliknya, ada seorang lelaki yang mimpi basah, namun tidak sampai keluar mani. Kata Nabi, orang yang seperti ini tidak diwajibkan mandi (HR Tirmidzi) Kedua, disunahkan mandi. Misalnya, ada dua orang lelaki yang berteman tidur di atas satu kasur. Saat bangun tidur, terdapat bercak air mani. Namun keduanya tidak yakin air mani yang keluar itu keluar dari siapa, dan tidak ada bekas bercak di pakaian dekat kemaluan keduanya. Bercak mani hanya ada di kasur. Jika keduanya ragu, maka keduanya hanya disunahkan mandi, tidak wajib. Ketiga, wajib mandi. Misalnya, ada seseorang yang tidur sendirian di kasur, kemudian ia mendapati ada sebuah bercak mani. Walaupun ia tidak merasakan keluar mani, maka ia tetap wajib mandi. Selengkapnya, klik di sini
Mimpi basah kerap dialami oleh siapa pun yang sudah mencapai usia balig. Pada umumnya, orang yang mimpi basah akan keluar cairan dari kemaluannya yang bernama mani. Akan tetapi bagaimana jika terdapat seseorang yang mimpi basah, namun tidak sampai mengeluarkan mani Imam alNawawi dalam kitab alMajmu syarah alMuhadzab memerinci panjang lebar mengenai hal tersebut menjadi tiga permasalahan. Pertama,tidak wajib mandi. Misalnya, seseorang yang bermimpi basah, namun saat ia bangun tidak terdapat basahbasah bekas mani atau kerak yang sudah mengering, itu tidak diwajibkan mandi. Hal ini juga berlaku bagi orang yang tidur sendirian di kasurnya, dan ia raguragu apakah mimpi basahnya itu berimplikasi keluar mani atau tidak. Orang yang mengalami hal seperti ini tidak diwajibkan mandi junub. Menurut Imam Ibn alMundzir, sebagaimana dikutip Imam alNawawi, ketidakwajiban mandi bagi orang yang mimpi basah namun tidak sampai keluar mani itu merupakan ijmak ulama. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Aisyah yang pernah mendengar Rasulullah SAW pernah ditanyai mengenai seorang lelaki yang mendapati basahbasah, walaupun tidak mengalami mimpi apa pun. Kata Nabi, lelaki itu wajib mandi. Sebaliknya, ada seorang lelaki yang mimpi basah, namun tidak sampai keluar mani. Kata Nabi, orang yang seperti ini tidak diwajibkan mandi HR Tirmidzi Kedua, disunahkan mandi. Misalnya, ada dua orang lelaki yang berteman tidur di atas satu kasur. Saat bangun tidur, terdapat bercak air mani. Namun keduanya tidak yakin air mani yang keluar itu keluar dari siapa, dan tidak ada bekas bercak di pakaian dekat kemaluan keduanya. Bercak mani hanya ada di kasur. Jika keduanya ragu, maka keduanya hanya disunahkan mandi, tidak wajib. Ketiga, wajib mandi. Misalnya, ada seseorang yang tidur sendirian di kasur, kemudian ia mendapati ada sebuah bercak mani. Walaupun ia tidak merasakan keluar mani, maka ia tetap wajib mandi. Selengkapnya, klik di sini
Doa Abdullah bin Mas’ud Ketika Hendak Makan
https://bincangsyariah.com/zikir-dan-doa/doa-abdullah-bin-masud-ketika-hendak-makan/
Dalam Islam, dianjurkan untuk membaca doa sebelum dan sesudah makan. Ini bukan hanya sekadar ritual, tapi memiliki makna dan manfaat yang luar biasa. Yuk, simak penjelasan tentang doa ketika hendak makan dari Abdullah bin Masud. Pada saat makanan telah dihidangkan di hadapan kita, maka kita dianjurkan untuk tidak buru-buru menyantapnya, namun kita dianjurkan untuk membaca doa terlebih dahulu. Selain membaca doa sebelum makan yang sudah masyhur, kita juga bisa membaca doa Abdullah bin Masud sebelum beliau makan. Doanya sebagai berikut; Bismillah khoirul asma-i lillahi fil ardhi wa fis sama-i la yadhurru maas mihi da-un. Allohummajal fihi barokatan wa syifa-an. Dengan nama Allah, sebaik-baik nama bagi Allah di bumi dan di langit, tidak membahayakan bersama nama-Nya penyakit apa pun. Ya Allah jadikanlah padanya berkah dan kesembuhan. Doa ini berdasarkan hadis Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannaf-nya dari Abdullah bin Masud, dia berkata; : . Barangsiapa membaca ketika makanan telah dihidangkan; Bismillah khoirul asma-i lillahi fil ardhi wa fis sama-i la yadhurru maas mihi da-un. Allohummajal fihi barokatan wa syifa-an, maka makanan tersebut tidak akan membahayakannya. Membiasakan diri membaca doa sebelum dan sesudah makan mungkin terlihat sederhana. Namun, manfaat yang terkandung di dalamnya sungguh luar biasa. Yuk, mulai biasakan diri berdoa sebelum dan sesudah makan agar berkah dan manfaat dari makanan yang kita konsumsi semakin bertambah. Membiasakan diri membaca doa sebelum makan dapat dimulai sejak dini. Orang tua bisa mengajarkan doa kepada anak-anak mereka sejak kecil. Selain itu, biasakan juga untuk membaca doa dalam hati jika sedang makan bersama dengan orang lain. Membaca doa sebelum makan adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam. Dengan membiasakan diri doa ketika hendak makan, kita bisa mendapatkan pahala, keberkahan dalam makanan, dan terhindar dari gangguan setan. Yuk biasakan diri berdoa sebelum makan!
Dalam Islam, dianjurkan untuk membaca doa sebelum dan sesudah makan. Ini bukan hanya sekadar ritual, tapi memiliki makna dan manfaat yang luar biasa. Yuk, simak penjelasan tentang doa ketika hendak makan dari Abdullah bin Masud. Pada saat makanan telah dihidangkan di hadapan kita, maka kita dianjurkan untuk tidak buruburu menyantapnya, namun kita dianjurkan untuk membaca doa terlebih dahulu. Selain membaca doa sebelum makan yang sudah masyhur, kita juga bisa membaca doa Abdullah bin Masud sebelum beliau makan. Doanya sebagai berikut Bismillah khoirul asmai lillahi fil ardhi wa fis samai la yadhurru maas mihi daun. Allohummajal fihi barokatan wa syifaan. Dengan nama Allah, sebaikbaik nama bagi Allah di bumi dan di langit, tidak membahayakan bersama namaNya penyakit apa pun. Ya Allah jadikanlah padanya berkah dan kesembuhan. Doa ini berdasarkan hadis Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannafnya dari Abdullah bin Masud, dia berkata . Barangsiapa membaca ketika makanan telah dihidangkan Bismillah khoirul asmai lillahi fil ardhi wa fis samai la yadhurru maas mihi daun. Allohummajal fihi barokatan wa syifaan, maka makanan tersebut tidak akan membahayakannya. Membiasakan diri membaca doa sebelum dan sesudah makan mungkin terlihat sederhana. Namun, manfaat yang terkandung di dalamnya sungguh luar biasa. Yuk, mulai biasakan diri berdoa sebelum dan sesudah makan agar berkah dan manfaat dari makanan yang kita konsumsi semakin bertambah. Membiasakan diri membaca doa sebelum makan dapat dimulai sejak dini. Orang tua bisa mengajarkan doa kepada anakanak mereka sejak kecil. Selain itu, biasakan juga untuk membaca doa dalam hati jika sedang makan bersama dengan orang lain. Membaca doa sebelum makan adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam. Dengan membiasakan diri doa ketika hendak makan, kita bisa mendapatkan pahala, keberkahan dalam makanan, dan terhindar dari gangguan setan. Yuk biasakan diri berdoa sebelum makan
Janji Allah bagi yang beramal shaleh
https://www.laduni.id/alquran/tema/tema-ayat-quran-Janji-Allah-bagi-yang-beramal-shaleh
QS.Surat An-Nur[24]:54 () 54. Katakanlah: Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. QS.Surat An-Nur[24]:55 () 55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah hai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
QS.Surat AnNur2454 54. Katakanlah Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah sematamata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan amanat Allah dengan terang. QS.Surat AnNur2455 55. Dan Allah telah berjanji kepada orangorang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amalamal yang saleh bahwa Dia sungguhsungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orangorang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah haiNya untuk mereka, dan Dia benarbenar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orangorang yang fasik.
Beliau Pun Menyimak dan Mencatat (Ikatlah Ilmu dengan Menulis)
https://rumaysho.com/13457-beliau-pun-menyimak-dan-mencatat-ikatlah-ilmu-dengan-menulis.html
Kami tahu beliau sangat-sangat sibuk, namun masih menyempatkan waktu untuk hadir dalam Kajian Gunungkidul Mengaji yang diadakan setiap Ahad Pon di Masjid Al-Ikhlas Wonosari Gunungkidul di lantai Basement.Kala itu giliran kami yang mengisi.Kami lihat Bu Badingah, Bupati Gunungkidul hadir dan duduk di depan.Ketika kajian dimulai, kami melihat beliau mengeluarkan buku catatan, beliau pun mencatat, merangkum kalimat-kalimat yang kami sampaikan.Kala itu membahas masalah puasa. Salah satu point pengantar adalah boleh bermadzhab namun jangan sampai fanatik buta. Ketika itu kami sedang menyampaikan pembahasan fikih Syafii tentang puasa dari Matan Abi Syuja (Matan Al-Ghayah wa At-Taqrib).Kata Abu Darda, jadilah di antara empat orang berikut.1. Seorang alim2. Orang yang mau mengkaji ilmu.3. Orang yang mau mendengar ilmu.4. Orang yang mau mencintai ilmu.Jangan jadi yang kelima, yaitu ahli bidah (yang beramal tanpa ilmu). (Al-Ibanah Al-Kubra karya Ibnu Batthah). Bacaan tentang nukilan tersebut, bisa dikaji di sini: Imam Asy-Syabi pernah berkata,Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok.Imam Syafii rahimahullah juga pernah bertutur, * Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannyaIkatlah buruanmu dengan tali yang kuatTermasuk kebodohan kalau engkau memburu kijangSetelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. (Diwan Asy-Syafii) Dari Abdullah bin Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jagalah ilmu dengan menulis. (Shahih Al-Jami, no.4434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini sahih).Yang dimaksud qayyidul ilma adalah kuatkan dan hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu itu perlahan-lahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat. Allah pun telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka. Allah Taala berfirman, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS. Al-Baqarah: 282)Referensi: Semoga kita bisa mencontoh.—Ditulis, pagi hari 9 Syaban 1437 HOleh: Muhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com
Kami tahu beliau sangatsangat sibuk, namun masih menyempatkan waktu untuk hadir dalam Kajian Gunungkidul Mengaji yang diadakan setiap Ahad Pon di Masjid AlIkhlas Wonosari Gunungkidul di lantai Basement.Kala itu giliran kami yang mengisi.Kami lihat Bu Badingah, Bupati Gunungkidul hadir dan duduk di depan.Ketika kajian dimulai, kami melihat beliau mengeluarkan buku catatan, beliau pun mencatat, merangkum kalimatkalimat yang kami sampaikan.Kala itu membahas masalah puasa. Salah satu point pengantar adalah boleh bermadzhab namun jangan sampai fanatik buta. Ketika itu kami sedang menyampaikan pembahasan fikih Syafii tentang puasa dari Matan Abi Syuja Matan AlGhayah wa AtTaqrib.Kata Abu Darda, jadilah di antara empat orang berikut.1. Seorang alim2. Orang yang mau mengkaji ilmu.3. Orang yang mau mendengar ilmu.4. Orang yang mau mencintai ilmu.Jangan jadi yang kelima, yaitu ahli bidah yang beramal tanpa ilmu. AlIbanah AlKubra karya Ibnu Batthah. Bacaan tentang nukilan tersebut, bisa dikaji di sini Imam AsySyabi pernah berkata,Apabila engkau mendengar sesuatu, maka tulislah sekali pun di tembok.Imam Syafii rahimahullah juga pernah bertutur, Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannyaIkatlah buruanmu dengan tali yang kuatTermasuk kebodohan kalau engkau memburu kijangSetelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja. Diwan AsySyafii Dari Abdullah bin Amr dan Anas bin Malik radhiyallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jagalah ilmu dengan menulis. Shahih AlJami, no.4434. Syaikh AlAlbani mengatakan bahwa hadits ini sahih.Yang dimaksud qayyidul ilma adalah kuatkan dan hafalkan serta jaga jangan sampai lepas. Ilmu jika terus didengar, hati akan sulit mengingatnya. Ilmu itu diikat lalu dijaga. Jika hati sering lupa, ilmu itu perlahanlahan akan hilang. Itulah sebabnya kenapa penting untuk mencatat. Allah pun telah mengajarkan kepada hambaNya untuk mencatat karena itu bermaslahat untuk mereka. Allah Taala berfirman, Hai orangorang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS. AlBaqarah 282Referensi Semoga kita bisa mencontoh.Ditulis, pagi hari 9 Syaban 1437 HOleh Muhammad Abduh TuasikalRumaysho.Com
Ini Dalil Kesunahan Diam Bagi Imam Setelah Membaca al-Fatihah
https://bincangsyariah.com/hukum-islam/ubudiyah/ini-dalil-kesunahan-diam-bagi-imam-setelah-membaca-al-fatihah/
Tak jarang kita jumpai ketika salat berjamaah yang sifatnya jahriyyah imam yang langsung membaca al-Fatihah. Tak jarang pula kita jumpai imam yang setelah membaca surah al-Fatihah langsung membaca surah tertentu. Dari sini kita tidak bisa mendapat pahala kesunnahan membaca doa iftitah dan membaca al-Fatihah, kendati membaca al-Fatihah bagi seorang makmum sudah terkaver oleh bacaan imam. Imam an-Nawawi dalam karyanya, al-Adzkar an-Nawawiyah menyebutkan salah satu kesunahan bagi seorang imam dalam salat adalah diam. Maksud dari diam di sini adalah diam sejenak yang hanya ada di salat yang sifatnya jahriyyah atau keras bacaannya; Salat Maghrib, Isya, dan Subuh. Masing-masing diam ini memiliki faedah tersendiri. Imam an-Nawawi menyebutkan ada 4 kesunahan bagi seorang imam untuk diam, yaitu: Pertama, setelah takbiratul ihram. Imam memulai salat dengan takbiratul ihram lalu diam sejenak; tidak langsung membaca al-Fatihah. Fungsinya agar imam dan makmum bisa membaca doa iftitah terlebih dahulu. Kedua, setelah membaca al-Fatihah. Imam selesai membaca al-Fatihah lalu diam sejenak sebelum membaca Amin bersama makmum. Imam an-Nawawi mendeskripsikan diam di sini dengan diam yang sangat sejenak. Kenapa? Karena antara selesai membaca al-Fatihah dan penyebutan Amin itu tidak bisa ada jeda yang cukup panjang, sehingga Imam an-Nawawi mendeskripsikan diam di sini sangat sejenak. Tujuannya, agar kata Amin itu tidak termasuk bagian surah al-Fatihah. Ketiga, setelah membaca Amin. Imam an-Nawawi mendeskripsikan diam di sini dengan diam yang cukup lama; kadar seseorang membaca surah al-Fatihah. Tujuannya agar makmum memiliki kesempatan untuk membaca al-Fatihah. Keempat, setelah selesai membaca surah pendek atau ayat tertentu. Diam di sini tidak memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan diam yang sebelumnya, yang memelukan kadar selesai membaca al-Fatihah. Tujuannya agar ada pemisah antara pembacaan surah dan takbir menuju ruku. Berikut adalah redaksinya, : : : . Ulama Syafiiyyah berpendapat, bahwa bagi seorang imam salat jahriyyah, disunnahkan untuk diam di 4 waktu, yaitu: Pertama, setelah takbiratul ihram agar (imam dan makmum) membaca doa iftitah. Kedua, usai membaca al-Fatihah untuk diam yang sangat sejenak antara selesainya membaca al-Fatihah dengan sebelum megucapkan Amin. Tujuannya agar dapat diketahui bahwa Amin itu bukan termasuk bagian dari surah al-Fatihah. Ketiga, setelah membaca Amin ada diam yan cukup lama dengan kadar makmum sempurna membaca al-Fatihah. Keempat, setelah selesai membaca surah tertentu, agar ada pemisah antara bacaan surah dengan takbir menuju ruku. Itulah salah satu tuntunan menjadi imam yang baik dan bijak menurut Imam an-Nawawi. Semoga dengan ini kita semua bisa menjadi muslim yang semakin hari semakin baik serta bermanfaat bagi orang lain. Wa ilallahi-l-Mashir
Tak jarang kita jumpai ketika salat berjamaah yang sifatnya jahriyyah imam yang langsung membaca alFatihah. Tak jarang pula kita jumpai imam yang setelah membaca surah alFatihah langsung membaca surah tertentu. Dari sini kita tidak bisa mendapat pahala kesunnahan membaca doa iftitah dan membaca alFatihah, kendati membaca alFatihah bagi seorang makmum sudah terkaver oleh bacaan imam. Imam anNawawi dalam karyanya, alAdzkar anNawawiyah menyebutkan salah satu kesunahan bagi seorang imam dalam salat adalah diam. Maksud dari diam di sini adalah diam sejenak yang hanya ada di salat yang sifatnya jahriyyah atau keras bacaannya Salat Maghrib, Isya, dan Subuh. Masingmasing diam ini memiliki faedah tersendiri. Imam anNawawi menyebutkan ada 4 kesunahan bagi seorang imam untuk diam, yaitu Pertama, setelah takbiratul ihram. Imam memulai salat dengan takbiratul ihram lalu diam sejenak tidak langsung membaca alFatihah. Fungsinya agar imam dan makmum bisa membaca doa iftitah terlebih dahulu. Kedua, setelah membaca alFatihah. Imam selesai membaca alFatihah lalu diam sejenak sebelum membaca Amin bersama makmum. Imam anNawawi mendeskripsikan diam di sini dengan diam yang sangat sejenak. Kenapa Karena antara selesai membaca alFatihah dan penyebutan Amin itu tidak bisa ada jeda yang cukup panjang, sehingga Imam anNawawi mendeskripsikan diam di sini sangat sejenak. Tujuannya, agar kata Amin itu tidak termasuk bagian surah alFatihah. Ketiga, setelah membaca Amin. Imam anNawawi mendeskripsikan diam di sini dengan diam yang cukup lama kadar seseorang membaca surah alFatihah. Tujuannya agar makmum memiliki kesempatan untuk membaca alFatihah. Keempat, setelah selesai membaca surah pendek atau ayat tertentu. Diam di sini tidak memerlukan waktu yang lama. Berbeda dengan diam yang sebelumnya, yang memelukan kadar selesai membaca alFatihah. Tujuannya agar ada pemisah antara pembacaan surah dan takbir menuju ruku. Berikut adalah redaksinya, . Ulama Syafiiyyah berpendapat, bahwa bagi seorang imam salat jahriyyah, disunnahkan untuk diam di 4 waktu, yaitu Pertama, setelah takbiratul ihram agar imam dan makmum membaca doa iftitah. Kedua, usai membaca alFatihah untuk diam yang sangat sejenak antara selesainya membaca alFatihah dengan sebelum megucapkan Amin. Tujuannya agar dapat diketahui bahwa Amin itu bukan termasuk bagian dari surah alFatihah. Ketiga, setelah membaca Amin ada diam yan cukup lama dengan kadar makmum sempurna membaca alFatihah. Keempat, setelah selesai membaca surah tertentu, agar ada pemisah antara bacaan surah dengan takbir menuju ruku. Itulah salah satu tuntunan menjadi imam yang baik dan bijak menurut Imam anNawawi. Semoga dengan ini kita semua bisa menjadi muslim yang semakin hari semakin baik serta bermanfaat bagi orang lain. Wa ilallahilMashir
Hukum Mencela Agama
https://radiomutiaraquran.com/2021/01/12/hukum-mencela-agama/
Pertanyaan: Apakah mencela agama atau mencela Rabb – kita memohon ampun kepada Allah dari sikap tersebut – tergolong perbuatan kekufuran dan menyebabkan pelakunya murtad? Apa hukumnya dalam Islam? Ini nyata terjadi di negeri kita (Arab Saudi, pen.). Jawaban: Mencela agama termasuk dosa yang paling besar. Demikian juga mencela Rabb ‘Azza wa Jalla. Dua perkara ini merupakan pembatal keislaman yang paling berat, dan termasuk sebab seseorang menjadi murtad, keluar dari Islam. Jika orang yang mencela Allah atau mencela Islam ini adalah orang yang mengaku muslim, maka dia dihukumi murtad, menjadi kafir, dan diminta untuk bertaubat. Jika dia bertaubat maka diampuni, jika tidak mau bertaubat maka dia dihukum mati oleh pemerintah negara tersebut. Sebagian ulama berpendapat, “Dia tidak diminta bertaubat, tapi langsung dihukum mati, karena kesalahannya sangat besar.” Akan tetapi, pendapat yang kuat, bahwa dia tetap diminta bertaubat. Mudah-mudahan Allah memberinya hidayah, kemudian dia kembali kepada kebenaran. Meski demikian, tidak salah jika dia diberi hukuman ta’zir (sanksi). Dia berhak diberi sanksi berupa hukuman cambuk dan kurungan penjara, agar dia tidak mengulangi kesalahannya. Inilah pendapat yang tepat, yang disampaikan beberapa ulama, bahwa pelaku tetap mendapat hukuman sanksi meski kita telah meminta pelaku bertaubat dan menerima pengakuan taubatnya atas dosa besar yang dia lakukan. Kita mohon keselamatan dari Allah. Sebagian ulama lainnya menyatakan, “Dia tidak perlu diminta bertaubat, tapi langsung dihukum mati, bagaimana pun kondisinya.” Pendapat ini sangat kuat. Akan tetapi, pada zaman ini, pemaksaan dirinya untuk bertaubat, lebih baik insyaallah. Bersamaan dengan itu, dia diberi sanksi yang sesuai dan dipenjara dengan kadar yang sesuai, agar dia tidak mengulangi kemungkaran itu. Demikian pula ketika ada orang yang mencela Al-Quran atau mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia diminta untuk bertaubat. Jika dia lakukan maka taubatnya diterima, jika tidak maka dia dibunuh. Sebab, mencela agama, mencela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mencela Rabb ‘Azza wa Jalla termasuk pembatal keislaman. Demikian pula dengan tindakan mengolok-olok Allah, Rasul-Nya, surga, neraka, perintah-perintah Allah (misalnya shalat), atau zakat. Ini semua membatalkan keislaman. Allah berfirman, * “Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65 – 66) Kita memohon keselamatan dari Allah. Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz. Sumber: http://ar.islamway.net/fatwa/45943 — Penerjemah: Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id Murojaah: Ustadz Ammi Nur Baits Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/5649-mencela-agama-apa-hukumnya.html
Pertanyaan Apakah mencela agama atau mencela Rabb kita memohon ampun kepada Allah dari sikap tersebut tergolong perbuatan kekufuran dan menyebabkan pelakunya murtad Apa hukumnya dalam Islam Ini nyata terjadi di negeri kita Arab Saudi, pen Jawaban Mencela agama termasuk dosa yang paling besar. Demikian juga mencela Rabb Azza wa Jalla. Dua perkara ini merupakan pembatal keislaman yang paling berat, dan termasuk sebab seseorang menjadi murtad, keluar dari Islam. Jika orang yang mencela Allah atau mencela Islam ini adalah orang yang mengaku muslim, maka dia dihukumi murtad, menjadi kafir, dan diminta untuk bertaubat. Jika dia bertaubat maka diampuni, jika tidak mau bertaubat maka dia dihukum mati oleh pemerintah negara tersebut. Sebagian ulama berpendapat, Dia tidak diminta bertaubat, tapi langsung dihukum mati, karena kesalahannya sangat besar. Akan tetapi, pendapat yang kuat, bahwa dia tetap diminta bertaubat. Mudahmudahan Allah memberinya hidayah, kemudian dia kembali kepada kebenaran. Meski demikian, tidak salah jika dia diberi hukuman tazir sanksi. Dia berhak diberi sanksi berupa hukuman cambuk dan kurungan penjara, agar dia tidak mengulangi kesalahannya. Inilah pendapat yang tepat, yang disampaikan beberapa ulama, bahwa pelaku tetap mendapat hukuman sanksi meski kita telah meminta pelaku bertaubat dan menerima pengakuan taubatnya atas dosa besar yang dia lakukan. Kita mohon keselamatan dari Allah. Sebagian ulama lainnya menyatakan, Dia tidak perlu diminta bertaubat, tapi langsung dihukum mati, bagaimana pun kondisinya. Pendapat ini sangat kuat. Akan tetapi, pada zaman ini, pemaksaan dirinya untuk bertaubat, lebih baik insyaallah. Bersamaan dengan itu, dia diberi sanksi yang sesuai dan dipenjara dengan kadar yang sesuai, agar dia tidak mengulangi kemungkaran itu. Demikian pula ketika ada orang yang mencela AlQuran atau mencela Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dia diminta untuk bertaubat. Jika dia lakukan maka taubatnya diterima, jika tidak maka dia dibunuh. Sebab, mencela agama, mencela Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, atau mencela Rabb Azza wa Jalla termasuk pembatal keislaman. Demikian pula dengan tindakan mengolokolok Allah, RasulNya, surga, neraka, perintahperintah Allah misalnya shalat, atau zakat. Ini semua membatalkan keislaman. Allah berfirman, Katakanlah, Apakah dengan Allah, ayatayatNya dan RasulNya kamu selalu berolokolok Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu lantaran mereka taubat, niscaya Kami akan mengazab golongan yang lain disebabkan mereka adalah orangorang yang selalu berbuat dosa. QS. AtTaubah 65 66 Kita memohon keselamatan dari Allah. Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Baz. Sumber Penerjemah Tim Penerjemah Muslimah.Or.Id Murojaah Ustadz Ammi Nur Baits Baca selengkapnya
4 Mukjizat Nabi Yakub yang Harus Diketahui
https://dalamislam.com/info-islami/mukjizat-nabi-yakub
Nabi Yakub ‘alaihis salam adalah putera Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan cucu dari Nabi Ibrahim al-Khalil ‘alaihis salam.Sebagaimana telah diceritakan dalam artikel , kelahiran Nabi Yakub ‘alaihis salam juga disampaikan oleh para malaikat.Sebagai salah satu Nabi dan Rasul, Nabi Yakub ‘alaihis salam diutus oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada kaum Bani Israil di Syam. Beliau dibekali dengan beberapa mukjizat dalam berbagai bentuk seperti sifat-sifat mulia, ilmu, kekuatan, kemampuan, dan semangat untuk terus berdakwah.1. Kuat dan Berilmu TinggiNabi Yakub ‘alaihis salam salah salah satu Nabi dan Rasul yang sangat kuat dan berilmu tinggi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Shaad ayat 45 sebagai berikut.“Dan ingatlah hamba-hamba Kami : Ibrahim, Ishaq, dan Yakub yang mempunyai kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi).” QS. Shaad : 45Menurut Tafsir Al Qur’an Hidyatul Insan, yang dimaksud dengan kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu adalah para Nabi dan Rasul tersebut memiliki kekuatan dalam menjalankan ibadah dan ilmu yang bermanfaat.2. Berakhlak TinggiSelain dianugerahi kekuatan yang besar dan ilmu yang bermanfaat, Nabi Yakub ‘alaihis salam juga berakhlak tinggi yakni selalu mengingatkan manusia pada alam akhirat.Dalam surat ayat 46, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,“Sungguh Kami menyucikan mereka dengan (menganugerahkan) akhlak yang tinggi kepadanya yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.” QS. Shaad : 463. Menakwil Mimpi Nabi Yusuf ASNabi Yakub ‘alaihis salam mengetahui takwil mimpi yang dialami Nabi Yakub ‘alaihis salam. Dalam surat ayat 4-6 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” Dan demikianlah, Tuhanmu memilih engkau dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu (dengan menjadikanmu nabi) dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”QS. Yusuf : 4-6Menurut Tafsir Al Qur’an Hidayatul Insan, Nabi Ya’qub ‘alaihis salam mengetahui ta’wil mimpi itu yakni sebelas bintang itu adalah saudaranya, matahari adalah ibunya, sedangkan bulan adalah bapaknya. Selain itu, keadaan akan berubah sehingga akan membuat semua anggota keluarganya memuliakannya. Yusuf pun memahami dan menuruti apa yang dimaksud ayahnya.4. Semangat untuk BerdakwahNabi Yakub ‘alaihis salam memiliki semangat yang kuat dalam berdakwah. Semangat ini tidak luntur hingga menjelang kematiannya.Hal ini dibuktikan dengan wasiat yang disampaikan Nabi Yakub ‘alaihis salam kepada anak-anaknya sebelum beliau meninggal. Dalam surat ayat 132-133 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,“Dan Ibrahim mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata), “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” Apakah kamu hadir ketika Yakub hendak dijemput oleh maut, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan Kamu hanya tunduk patuh kepada-Nya.”QS. : 132-133Wallahu a’lam.
Nabi Yakub alaihis salam adalah putera Nabi Ishaq alaihis salam dan cucu dari Nabi Ibrahim alKhalil alaihis salam. Sebagai salah satu Nabi dan Rasul, Nabi Yakub alaihis salam diutus oleh Allah subhanahu wa taala kepada kaum Bani Israil di Syam. Allah subhanahu wa taala berfirman dalam surat Shaad ayat 45 sebagai berikut. Dan ingatlah hambahamba Kami Ibrahim, Ishaq, dan Yakub yang mempunyai kekuatan yang besar dan ilmuilmu yang tinggi. Shaad 45Menurut Tafsir Al Quran Hidyatul Insan, yang dimaksud dengan kekuatan yang besar dan ilmuilmu adalah para Nabi dan Rasul tersebut memiliki kekuatan dalam menjalankan ibadah dan ilmu yang bermanfaat.2. Berakhlak TinggiSelain dianugerahi kekuatan yang besar dan ilmu yang bermanfaat, Nabi Yakub alaihis salam juga berakhlak tinggi yakni selalu mengingatkan manusia pada alam akhirat. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Yusuf 46Menurut Tafsir Al Quran Hidayatul Insan, Nabi Yaqub alaihis salam mengetahui tawil mimpi itu yakni sebelas bintang itu adalah saudaranya, matahari adalah ibunya, sedangkan bulan adalah bapaknya. Selain itu, keadaan akan berubah sehingga akan membuat semua anggota keluarganya memuliakannya. Semangat untuk BerdakwahNabi Yakub alaihis salam memiliki semangat yang kuat dalam berdakwah. Semangat ini tidak luntur hingga menjelang kematiannya. Hal ini dibuktikan dengan wasiat yang disampaikan Nabi Yakub alaihis salam kepada anakanaknya sebelum beliau meninggal. Ibrahim berkata, Wahai anakanakku Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.
Selingkuh Menurut Islam
https://dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/selingkuh-menurut-islam
Adanya pernikahan tentu diharapkan oleh semua orang mencapai keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Rumah tangga yang harmonis tentu akan menghasilkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Adanya pertengkaran dan perbedaan pendapat di rumah tangga adalah wajar, namun jika terjadi terus menerus tentu bukanlah rumah tangga yang sehat.Pembangunan  adalah bagian dari usaha atau proses menjalankan  ,  ,  dan yang telah Allah tetapkan. Untuk itu harapannya dapat mencapai  dan . Hal ini dikarenakan  adalah impian setiap pasangan keluarga.Salah satu sebab pernikahan dapat hancur dan bercerai berai adalah adanya perselingkuhan dan . Perselingkuhan bisa terjadi karena berbagai sebab misalnya karena sering bergaul berduaan, bergaul tanpa batas-bata sesuai agama, karena godaan orang lain, atau lemahnya iman dalam diri seseorang. Untuk itu, dalam artikel ini akan diulas sekilas mengenai selingkuh menurut islam. Tentu  adalah hal yang dibenci dan berdosa. PerselingkuhanPerselingkuhan bisa berarti juga sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan dapat diartikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap komitmen dan juga prinsip-prinsip dalam perjanjian. Pernikahan tentunya adalah sebuah perjanjian dan juga kesepakatan yang berlaku sehidup semati antara pasangan suami istri. Untuk itu, melanggarnya tentu seperti berkhianat atau mengingkari janji secara sembunyi-sembunyi yang berakibat pada terzaliminya salah satu pihak. Berikut adalah ayat dan hadist mengenai selingkuh menurut islam :Perselingkuhan Memicu Perzinahan “Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra’: 32)Berzina adalah perbuatan yang keji dan sangat buruk. Perselingkuhan walaupun belum terjadi hingga perzinahan adalah salah satu jalan yang dapat memicu kepada hal tersebut. Tentunya hal ini menjadi haram untuk dilakukan. Perselingkuhan adalah adanya hubungan lawna jenis dengan yang bukan muhrim atau pasangan yang tidak halal, tentu saja dapat memicu perzinahan jika diteruskan atau tidak dikontrol.Selain itu, sebagaimana juga disampaikan hadist dibawah, bahwa perilaku zina bisa berasal dari berbagai jalan. Untuk itu harus menjaga kemaluan dan pandangan. Baik laki-laki atau perempuan mereka harus dapat menahan syahwatnya dengan baik. Persleingkuhan juga bisa terjadi bagi laki-laki atau perempuan.“Sesungguhnya Allah menetapkan bagian zina untuk setiap manusia. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Zina mata dengan melihat, zina lisan dengan ucapan, zina hati dengan membayangkan dan gejolak syahwat, sedangkan kemaluanlah yang membenarkan semua itu atau mendustakannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).Perselingkuhan Sebab Tidak Menahan Pandangan atau Kemaluan “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya‘” (QS. An-Nur: 30-31).Dari ayat diatas dijelaskan pula bahwa laki-laki dan perempuan dilarang untuk berselingkuh, dan harus menahan pandangan, kemaluan agar tidak terjad hal-hal yang diluar batas. Untuk itu wanita dan laki-laki harus da[at menahan diri dan godaan syetan terhadap hal tersebut. Perselingkuhan Mendapatkan Kedosaan  “Di Hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggi-tinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim).Allah akan membalas orang yang berlaku khianat dengan balasan di neraka. Walaupun pernikahan bukanlah seperti penguasa dan rakyat sebagaimana disampaikan dalam hadist, tentunya perselingkuhan adalah pengkhianatan terhadap janji dan komitmen yang telah dibangun oleh suami dan istri. Untuk itu dosanya tentu akan memberatkan kelak di akhirat.Sebab Selingkuh di Rumah TanggaSebab terjadinya perselingkuhan di rumah tangga bisa terjadi karena berbagai hal. Berikut adalah sebab-sebab perselingkuhan yang tentunya dapat merusak keutuuhan rumah tangga. Minimnya Kekuatan Iman dan islam Minimnya kekuatan iman dan islam pada diri seseorang dapat memicu orang tersebut melakukan apapun demi hawa nafsu dan keinginannya, walaupun sudah disadari hal tersebut adalah hal yang merusak dan perilaku kezaliman. Disaat kekuatan iman dan islamnya menurun tentu perselingkuhan bisa saja terjadi dengan berbagai godaan dan bisikan setan pada manusia.Iman dan islam adalah pondasi dasar dari hidup manusia. Tanpa adanya iman dan islam, maka akan dapat merobohkan hidup seperti rumah yang tiangnya rapuh atau roboh. Untuk itu , , islam, dan  harus senantiasa menjadi pondasi bagi seorang muslim.Kurangnya Komitmen atau Prinsip Menjalani Rumah TanggaKurangnya komitmen atau prinsip menjalani rumah tangga juga hal penting dalam sebuah pernikahan. Jika komitmen dalam diri seseorang kurang atau bahkan tidak ada, maka rumah tangga pun tidak akan mencapai tujuan sebagaimana keinginan sesama pasangan suami istri. Dengan minimnya komitmen maka akan terjadi perselingkuhan dari masing-masing pasangan.Ketidakharmonisan di Rumah Tangga Ketidakharmonisan di rumah tangga bisa membuat pasangan akhirnya beralih mencari pelampiasan pada orang lain. Pelampiasan bisa berarti kebutuhan perasaan, kasih sayang, atau bahkan perselingkuhan hingga tataran perzinahan. Untuk itu, adanya konflik atau pertengakaran dalam rumah tangga akan memicu ketidakharmonisan dalam rumah tangga yang bisa berakibat pada perselingkuhan jika tidak diselesaikan dengan benar.Adanya Orang ke-3Adanya orang ke-3 dapat membuat perselingkuhan bisa terjadi. Orang ketiga ini bisa berarti aktif menggoda atau membuat pihak suami atau istri akhirnya berselingkuh. Tentu hal ini tidak akan terjadi jika adanya keimanan yang kuat antar diri seseorang.Adanya Budaya yang Buruk di Lingkungan Adanya budaya yang buruk di lingungan sekitar juga dapat memicu perselingkuhan. Budaya ini misalnya pandangan bahwa perselingkuhan adalah hal yang biasa saja, atau dorongan pergaulan tanpa batas, dan kedekatan yang tiada batas dalam lingkungan tersebut. Hal ini tentu akan mempengaruhi kepada kepribadian seseorang, walaupun kembali lagi yang terpenting adalah pada aspek keimanan dan ketaqwaan orang tersebut.
Adanya pernikahan tentu diharapkan oleh semua orang mencapai keharmonisan dan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Rumah tangga yang harmonis tentu akan menghasilkan keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Adanya pertengkaran dan perbedaan pendapat di rumah tangga adalah wajar, namun jika terjadi terus menerus tentu bukanlah rumah tangga yang sehat. Pembangunan adalah bagian dari usaha atau proses menjalankan , , dan yang telah Allah tetapkan. Untuk itu harapannya dapat mencapai dan . Perselingkuhan bisa terjadi karena berbagai sebab misalnya karena sering bergaul berduaan, bergaul tanpa batasbata sesuai agama, karena godaan orang lain, atau lemahnya iman dalam diri seseorang. Tentu adalah hal yang dibenci dan berdosa. Pengkhianatan dapat diartikan sebagai bentuk pelanggaran terhadap komitmen dan juga prinsipprinsip dalam perjanjian. Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. Persleingkuhan juga bisa terjadi bagi lakilaki atau perempuan. Dia akan mendapatkannya dan tidak bisa dihindari. Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya QS. AnNur 3031.Dari ayat diatas dijelaskan pula bahwa lakilaki dan perempuan dilarang untuk berselingkuh, dan harus menahan pandangan, kemaluan agar tidak terjad halhal yang diluar batas. Untuk itu wanita dan lakilaki harus daat menahan diri dan godaan syetan terhadap hal tersebut. Perselingkuhan Mendapatkan Kedosaan Di Hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yang dikibarkannya tinggitinggi sesuai dengan pengkhianatannya. Ketahuilah, tak ada pengkhianatan yang lebih besar daripada pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya. Allah akan membalas orang yang berlaku khianat dengan balasan di neraka. Walaupun pernikahan bukanlah seperti penguasa dan rakyat sebagaimana disampaikan dalam hadist, tentunya perselingkuhan adalah pengkhianatan terhadap janji dan komitmen yang telah dibangun oleh suami dan istri. Untuk itu dosanya tentu akan memberatkan kelak di akhirat. Tanpa adanya iman dan islam, maka akan dapat merobohkan hidup seperti rumah yang tiangnya rapuh atau roboh. Untuk itu , , islam, dan harus senantiasa menjadi pondasi bagi seorang muslim. Jika komitmen dalam diri seseorang kurang atau bahkan tidak ada, maka rumah tangga pun tidak akan mencapai tujuan sebagaimana keinginan sesama pasangan suami istri. Adanya Orang ke3Adanya orang ke3 dapat membuat perselingkuhan bisa terjadi. Tentu hal ini tidak akan terjadi jika adanya keimanan yang kuat antar diri seseorang.
Mewaspadai Narasi “Hoax yang Membangun”
https://www.eramuslim.com/berita/mewaspadai-narasi-hoax-yang-membangun/
Eramuslim.com- Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, . ( ) . Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Ketika perjalanan Mi’raj, aku berjumpa dengan suatu kaum yang bibir dan lidah mereka digunting dari gunting yang terbuat dari api” Lalu beliau bertanya, “Wahai Jibril siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “Mereka adalah tukang khotbah dari kalangan ummatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan mereka melupakan dirinya sendiri”. (Ibnu Hibban) . Orang yang gemar berdusta dan menyebarkan berita hoax, kemudian ia menasihati orang lain agar tidak berdusta dan menyebarkan berita hoax, orang seperti ini hakikatnya telah menipu diri mereka sendiri. . Dengan kekuatan teknologi informasi yang demikian canggih dan sokongan dana yang tidak sedikit, wajah kebaikan bisa diubah jadi keburukan, dan demikian juga sebaliknya. Opini buruk dan dusta bisa menutupi kebaikan dan kebenaran. Tapi itu semua tidak akan bisa memadamkan cahaya matahari. Bahkan, panas cahaya matahari itu akan membakar dan melenyapkan setiap keburukan. . Imam Muhammad bin Ali al-Syaukani rahimahullah berkata, . . “Sesungguhnya kebatilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orang-orang yang mengikutinya.” (Fathul Qadir, jilid 3 hlm. 91). . Maka, diantara ekspresi iman kita adalah menolak lelucon hoax membangun sebagaimana kita menolak untuk membangun hoax. Wallahu a’lam. [kk/kf] Raudhah Tsaqafiyyah Jawa Barat
Eramuslim.com Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu menceritakan, . . Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, Ketika perjalanan Miraj, aku berjumpa dengan suatu kaum yang bibir dan lidah mereka digunting dari gunting yang terbuat dari api Lalu beliau bertanya, Wahai Jibril siapa mereka itu Jibril menjawab, Mereka adalah tukang khotbah dari kalangan ummatmu, mereka memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan mereka melupakan dirinya sendiri. Ibnu Hibban . Orang yang gemar berdusta dan menyebarkan berita hoax, kemudian ia menasihati orang lain agar tidak berdusta dan menyebarkan berita hoax, orang seperti ini hakikatnya telah menipu diri mereka sendiri. . Dengan kekuatan teknologi informasi yang demikian canggih dan sokongan dana yang tidak sedikit, wajah kebaikan bisa diubah jadi keburukan, dan demikian juga sebaliknya. Opini buruk dan dusta bisa menutupi kebaikan dan kebenaran. Tapi itu semua tidak akan bisa memadamkan cahaya matahari. Bahkan, panas cahaya matahari itu akan membakar dan melenyapkan setiap keburukan. . Imam Muhammad bin Ali alSyaukani rahimahullah berkata, . . Sesungguhnya kebatilan walaupun mengalahkan kebenaran pada sebagian keadaan dan mengunggulinya, maka sesungguhnya Allah pasti akan melenyapkan dan menghancurkannya serta menjadikan kesudahan yang baik bagi kebenaran dan orangorang yang mengikutinya. Fathul Qadir, jilid 3 hlm. 91. . Maka, diantara ekspresi iman kita adalah menolak lelucon hoax membangun sebagaimana kita menolak untuk membangun hoax. Wallahu alam. kkkf Raudhah Tsaqafiyyah Jawa Barat
Kembalian Dengan Permen, Jangan Sepelekan Uang Receh
https://pecihitam.org/kembalian-dengan-permen-jangan-sepelekan-uang-receh/
PeciHitam.org – Sebelum membahas hukum memberi kembalian dengan permen, sebagaimana diketahui bahwa definisi dari jual beli ialah tukar menukar objek dengan objek yang lain, dengan cara tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Adanya kalimat tukar menukar menunjukkan bahwa jual beli terjadi antara dua pihak, sehingga tidak ada jual beli secara sepihak. Adapun yang dimaksud objek yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan komoditas jual beli baik itu barang maupun jasa. Sedangkan dengan cara tertentu maksudnya ialah ada akad yang mengikat yang disebut dengan shighat jual beli baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Dan yang demikian itu merupakan definisi jual beli berdasarkan penjelasan para ulama Syafiiyah. (Lihat: Al-Fiqh ala Al-Madzahib Al-Arba’ah, 2:139) Karenanya jual beli tidak identik dengan keberadaan uang sehingga barter barang dengan barang ataupun tukar tambah barang dengan uang juga termasuk jual beli. Kemudian, diantara syarat mutlak dari jual beli adalah harus adanya rasa saling ridho dan ikhlas di dalamnya, sebagaimana firman Allah SWT: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS. an-Nisa, 4:29) Di dalam hadits dari Abu Said al-Khudri ra, juga dikelaskan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Artinya: “Jual beli harus dilakukan saling ridha.” (HR. Ibn Majah: 2185 dan Ibn Hibban: 4967) Berdasarkan hadits tersebut untuk bisa disebut dengan ridha, maka seseorang harus berada dalam dua keadaan yaitu paham dengan konsekuensi akad dan adanya al-ikhtiyar atau tidak ada paksaan di dalamnya, sebagaimana kaidah yang menyatakan: Artinya: “Unsur paksaan, menggugurkan ridha.” (Lihat: Mudzakirah Qawaid fi al-Buyu’) Berdasarkan ketentuan tersebut jika terjadi akad jual sementara pembeli memberikan uang lebih dan kemudian kembaliannya tanggung sehingga diganti permen jadi selama hal tersebut dilakukan atas dasar saling ridha maka tidak jadi masalah dan boleh-boleh saja. Yang menjadi masalah ialah ketika pembeli tidak ridha karena pada dasarnya permen bukan objek utama dari jual beli tersebut serta tidak ada niat dari pembeli untuk membeli permen maka sebelum memberikan kembalian dengan permen, sudah menjadi kewajiban mutlak bagi penjual untuk menawarkan ke pembeli, apakah bersedia jika kembaliannya diganti dengan permen. Jika setuju dapat dilanjutkan dan jika tidak, maka berikan kebebasan bagi pembeli untuk menentukan penggantinya tanpa memaksakan kehendaknya karena hal tersebut dilarang. Di Indonesia sendiri undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut juga ada yaitu sesuai Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999, pengusaha ataupun pedagang yang mengganti uang kembalian dengan permen bisa dijerat ancaman sanksi maksimal dua tahun penjara dan denda maksimal lima miliar rupiah. Fenomena tesebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia juga memberikan perlindungan bagi konsumen dalam kasus kembalian dengan permen dan apabila terjadi kesepakatan penggunaan permen sebagai pengganti uang kembalian maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah. Demikianlah jadi untuk transaksi dengan nilai kecil diharapkan semua dapat diselesaikan dengan waktu singkat dan tidak berkepanjangan sehingga pada prinsipnya, memberikan pengembalian uang nilai kecil dengan barang yang nilainya serupa dan disetujui oleh kedua pihak maka hukumnya tidak masalah dn boleh saja.
PeciHitam.org Sebelum membahas hukum memberi kembalian dengan permen, sebagaimana diketahui bahwa definisi dari jual beli ialah tukar menukar objek dengan objek yang lain, dengan cara tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang dimaksud objek yaitu mencakup semua hal yang bisa dijadikan komoditas jual beli baik itu barang maupun jasa. Sedangkan dengan cara tertentu maksudnya ialah ada akad yang mengikat yang disebut dengan shighat jual beli baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Lihat AlFiqh ala AlMadzahib AlArbaah, 2139 Karenanya jual beli tidak identik dengan keberadaan uang sehingga barter barang dengan barang ataupun tukar tambah barang dengan uang juga termasuk jual beli. Kemudian, diantara syarat mutlak dari jual beli adalah harus adanya rasa saling ridho dan ikhlas di dalamnya, sebagaimana firman Allah SWT Artinya Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. Ibn Majah 2185 dan Ibn Hibban 4967 Berdasarkan hadits tersebut untuk bisa disebut dengan ridha, maka seseorang harus berada dalam dua keadaan yaitu paham dengan konsekuensi akad dan adanya alikhtiyar atau tidak ada paksaan di dalamnya, sebagaimana kaidah yang menyatakan Artinya Unsur paksaan, menggugurkan ridha. Lihat Mudzakirah Qawaid fi alBuyu Berdasarkan ketentuan tersebut jika terjadi akad jual sementara pembeli memberikan uang lebih dan kemudian kembaliannya tanggung sehingga diganti permen jadi selama hal tersebut dilakukan atas dasar saling ridha maka tidak jadi masalah dan bolehboleh saja. Jika setuju dapat dilanjutkan dan jika tidak, maka berikan kebebasan bagi pembeli untuk menentukan penggantinya tanpa memaksakan kehendaknya karena hal tersebut dilarang. Fenomena tesebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia juga memberikan perlindungan bagi konsumen dalam kasus kembalian dengan permen dan apabila terjadi kesepakatan penggunaan permen sebagai pengganti uang kembalian maka hal tersebut tidak akan menjadi masalah. Demikianlah jadi untuk transaksi dengan nilai kecil diharapkan semua dapat diselesaikan dengan waktu singkat dan tidak berkepanjangan sehingga pada prinsipnya, memberikan pengembalian uang nilai kecil dengan barang yang nilainya serupa dan disetujui oleh kedua pihak maka hukumnya tidak masalah dn boleh saja.