id
int64
1
6.24k
surah_id
int64
1
114
surah_arabic
stringclasses
114 values
surah_latin
stringclasses
114 values
surah_transliteration
stringclasses
114 values
surah_translation
stringclasses
110 values
surah_num_ayah
int64
3
286
surah_page
int64
1
604
surah_location
stringclasses
2 values
ayah
int64
1
286
page
int64
1
604
quarter_hizb
int64
0
61
juz
int64
1
30
manzil
int64
1
7
arabic
stringlengths
6
1.22k
latin
stringlengths
6
1k
translation
stringlengths
6
1.62k
no_footnote
stringclasses
678 values
footnotes
stringclasses
678 values
tafsir_wajiz
stringlengths
6
3.62k
tafsir_tahlili
stringlengths
63
19.5k
tafsir_intro_surah
stringclasses
114 values
tafsir_outro_surah
stringclasses
113 values
tafsir_munasabah_prev_surah
stringclasses
113 values
tafsir_munasabah_prev_theme
stringlengths
126
2.63k
tafsir_theme_group
stringlengths
6
130
tafsir_kosakata
stringlengths
52
23k
tafsir_sabab_nuzul
stringclasses
172 values
tafsir_conclusion
stringlengths
127
3.71k
101
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
94
15
2
1
1
قُلْ اِنْ كَانَتْ لَكُمُ الدَّارُ الْاٰخِرَةُ عِنْدَ اللّٰهِ خَالِصَةً مِّنْ دُوْنِ النَّاسِ فَتَمَنَّوُا الْمَوْتَ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Qul in kānat lakumud-dārul-ākhiratu ‘indallāhi khāliṣatam min dūnin-nāsi fatamannawul-mauta in kuntum ṣādiqīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika negeri akhirat di sisi Allah khusus untukmu, bukan untuk orang lain, mintalah kematian jika kamu orang-orang benar.”
null
null
Selain kedurhakaan-kedurhakaan itu, mereka juga selalu menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan, meyakini tidak akan masuk neraka kecuali sebentar, dan mengklaim surga sebagai tempat yang Allah khususkan bagi mereka. Untuk membuktikan kebenaran ucapan mereka, Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Jika kenikmatan negeri akhirat di sisi Allah kamu anggap khusus untukmu saja, bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian. Itu karena semakin percaya seseorang terhadap indah dan nikmatnya sesuatu, semakin besar pula keinginannya untuk cepat-cepat menemui sesuatu tersebut. Karena keinginan mati dapat menjadi bukti hubungan baik kamu dengan Allah, maka kamu pasti ingin segera mati dan menemuinya. Mintalah kematian jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu bahwa kenikmatan akhirat hanya untuk kamu.” Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mereka sekali-kali tidak akan mengingin kan kematian itu sama sekali,
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar mengatakan kepada orang-orang Yahudi apabila memang benar perkataan dan dugaan mereka bahwa surga itu hanya untuk mereka saja, maka mintalah mati dengan segera. Kenyataan mereka tidak mau menginginkan kematian, tetapi malah sebaliknya, mereka mengejar dan berjuang terus untuk memperoleh kenikmatan dunia. Karena itu ucapan mereka itu tidak benar.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah menyebutkan kebenaran seruan para rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran. Dalam ayat-ayat yang berikut ini, Allah menyebutkan, bukan lagi sikap mental mereka, tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang memper-sekutukan Tuhan dengan menyembah patung anak sapi.
KECINTAAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA KEHIDUPAN DUNIAWI MEMBAWA MEREKA MENYIMPANG DARI KEBENARAN
Kosakata: Mīṡāqakum مِيْثَاقَكُمْ (al-Baqarah/2: 93) Kata mīṡāqakum dapat diartikan “ikrarmu”, “janjimu”, atau “perjanjian yang kamu buat”. Terambil dari kata wiṡaq atau waṡaq yaitu ikatan, atau nama dari sesuatu yang bisa mengikat yang lain. Oleh karena itu, mīṡāq diperuntukkan bagi janji yang dikukuhkan dengan sumpah. Orang Israil pengikut-pengikut Nabi Musa diberi peringatan mengenai ikrar (janji yang sungguh-sungguh dan khidmat) di kaki Gunung Sinai (Ṭūr Sinīn) yang menjulang tinggi di atas kepala sebagai saksi atas ikrar itu. Tetapi tidak lama kemudian perjanjian khidmat itu mereka langgar. Mereka sudah mendengar, tetapi tidak akan menaati. Padahal seharusnya mereka berkata, “Kami dengar, dan kami taat.” (al-Baqarah/2:285).
null
null
102
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
95
15
2
1
1
وَلَنْ يَّتَمَنَّوْهُ اَبَدًاۢ بِمَا قَدَّمَتْ اَيْدِيْهِمْ ۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ ۢ بِالظّٰلِمِيْنَ
Wa lay yatamannauhu abadam bima qaddamat aidīhim, wallāhu ‘alīmum biẓ-ẓālimīn(a).
Akan tetapi, mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali karena (dosa-dosa) yang telah dilakukan oleh tangan-tangan mereka. Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
null
null
Tetapi, mendapat tantangan seperti itu, ternyata tidak seorang pun bersedia cepat mati. Mereka sekali-kali tidak akan mengingin kan kematian itu sama sekali, bahkan mereka ingin hidup di dunia selamalamanya walau dalam bentuk kehidupan yang sederhana. Keinginan ini karena disebabkan oleh dosa-dosa yang telah dilakukan tangan mereka sendiri berupa kezaliman dan kemaksiatan. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim.
Allah menjelaskan bahwa mereka sekali-kali tidak akan menginginkan kematian, karena mereka telah mengetahui kesalahan dan dosa yang telah mereka lakukan sendiri, dan mengetahui pula bahwa semestinya mereka akan mendapat hukuman berat karena dosa-dosa itu, seperti mengubah dan memalsukan Kitab Taurat, dan mengingkari kerasulan Nabi Muhammad saw, padahal dalam Kitab Taurat disebutkan tentang kedatangan Nabi Muhammad saw. Allah mengetahui bahwa mereka itu zalim. Maksudnya Allah Maha Mengetahui bahwa mereka tidak melaksanakan hukum yang semestinya dilakukan, dan tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, seperti dugaan mereka bahwa negeri akhirat itu disediakan khusus untuk mereka, tidak untuk yang lain.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah menyebutkan kebenaran seruan para rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran. Dalam ayat-ayat yang berikut ini, Allah menyebutkan, bukan lagi sikap mental mereka, tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang memper-sekutukan Tuhan dengan menyembah patung anak sapi.
KECINTAAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA KEHIDUPAN DUNIAWI MEMBAWA MEREKA MENYIMPANG DARI KEBENARAN
Kosakata: Mīṡāqakum مِيْثَاقَكُمْ (al-Baqarah/2: 93) Kata mīṡāqakum dapat diartikan “ikrarmu”, “janjimu”, atau “perjanjian yang kamu buat”. Terambil dari kata wiṡaq atau waṡaq yaitu ikatan, atau nama dari sesuatu yang bisa mengikat yang lain. Oleh karena itu, mīṡāq diperuntukkan bagi janji yang dikukuhkan dengan sumpah. Orang Israil pengikut-pengikut Nabi Musa diberi peringatan mengenai ikrar (janji yang sungguh-sungguh dan khidmat) di kaki Gunung Sinai (Ṭūr Sinīn) yang menjulang tinggi di atas kepala sebagai saksi atas ikrar itu. Tetapi tidak lama kemudian perjanjian khidmat itu mereka langgar. Mereka sudah mendengar, tetapi tidak akan menaati. Padahal seharusnya mereka berkata, “Kami dengar, dan kami taat.” (al-Baqarah/2:285).
null
null
103
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
96
15
2
1
1
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّاسِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛوَمِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛيَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَلْفَ سَنَةٍۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَابِ اَنْ يُّعَمَّرَۗ وَاللّٰهُ بَصِيْرٌۢ بِمَا يَعْمَلُوْنَ ࣖ
Wa latajidannahum aḥraṣan-nāsi ‘alā ḥayāh(tin), wa minal-lażīna asyrakū, yawaddu aḥaduhum lau yu‘ammaru alfa sanah(tin), wa mā huwa bi muzaḥziḥihī minal-‘ażābi ay yu‘ammar(a), wallāhu baṣīrum bimā ya‘malūn(a).
Engkau (Nabi Muhammad) sungguh-sungguh akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi) sebagai manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) daripada orang-orang musyrik. Tiap-tiap orang (dari) mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
null
null
Dan tidak saja mereka enggan segera mati, sungguh demi Tuhanmu, engkau, wahai Muhammad, akan mendapati mereka, yakni orang-orang Yahudi yang mengaku kekasih Allah itu, manusia yang paling tamak atas kehidupan dunia, bahkan lebih tamak dari orang-orang musyrik, karena orang musyrik sejak semula tidak percaya kepada wujud Tuhan dan akhirat. Ini berbeda dengan orang-orang Yahudi yang mengakui wujud Tuhan dan keniscayaan akhirat. Betapa tamaknya mereka, sehingga masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, yakni hidup selama mungkin di dunia, padahal seandainya mereka diberi umur sepanjang apa pun, umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan masing-masing akan mendapat sanksi sesuai dosa-dosanya karena Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
Allah swt memberikan penjelasan bahwa Nabi Muhammad saw akan menjumpai orang-orang yang menginginkan kehidupan yang kekal di muka bumi dan mereka berusaha dengan cara apa pun juga agar mereka dapat hidup kekal. Mereka itu sebenarnya tidak yakin akan dugaan dan sangkaan mereka sendiri. Meskipun yang dinyatakan dalam ayat ini hanya mengenai orang-orang yang hidup pada masa turunnya ayat, tetapi ketentuan itu berlaku terus sepanjang masa. Bahkan orang Yahudi itu orang yang paling tamak di antara seluruh manusia, bahkan melebihi orang-orang musyrikin. Sikap demikian itu mendapat celaan dan kemarahan yang besar dari Allah. Karena orang-orang musyrik tidak percaya adanya hari kebangkitan, maka ketamakan orang-orang musyrik terhadap kenikmatan dunia bukanlah hal yang aneh. Tetapi orang-orang Yahudi yang percaya pada Al-Kitab dan mengakui adanya hari pembalasan, seharusnya tidak terlalu tamak terhadap kehidupan dunia ini. Mereka menginginkan hidup di dunia seribu tahun atau lebih. Karena itu pantas kalau Allah marah dan menghukum mereka. Panjang umur mereka di dunia ini tidaklah dapat menolongnya dan tidak pula dapat menjauhkannya dari siksaan yang tersedia bagi mereka di akhirat, lagi pula umur itu betapapun panjangnya, pasti akan berakhir. Dengan lain perkataan, panjangnya umur tidak akan dapat melepaskan diri mereka dari siksaan Tuhan, karena Allah Maha Mengetahui perbuatan-perbuatan mereka, baik yang tersembunyi, ataupun yang mereka lakukan secara terang-terangan. Seluruh perbuatan yang timbul dari mereka pasti diberi balasan yang setimpal.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan secara berulang-ulang nikmat yang dilimpahkan kepada orang-orang Yahudi, baik berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, serta menyebutkan pula sikap mental mereka terhadap nikmat itu, yaitu mereka menyambutnya dengan sikap ingkar dan sombong, bahkan menentang nikmat itu. Juga dalam ayat-ayat yang lain Allah menyebutkan kebenaran seruan para rasul dan kebenaran seruan Muhammad saw, yang membawa ajaran tauhid, namun kebenaran itu disambut dengan sikap kefanatikan, yang menutup hati mereka untuk menerima kebenaran. Dalam ayat-ayat yang berikut ini, Allah menyebutkan, bukan lagi sikap mental mereka, tetapi perbuatan-perbuatan jahat mereka, yang memper-sekutukan Tuhan dengan menyembah patung anak sapi.
KECINTAAN ORANG-ORANG YAHUDI KEPADA KEHIDUPAN DUNIAWI MEMBAWA MEREKA MENYIMPANG DARI KEBENARAN
Kosakata: Mīṡāqakum مِيْثَاقَكُمْ (al-Baqarah/2: 93) Kata mīṡāqakum dapat diartikan “ikrarmu”, “janjimu”, atau “perjanjian yang kamu buat”. Terambil dari kata wiṡaq atau waṡaq yaitu ikatan, atau nama dari sesuatu yang bisa mengikat yang lain. Oleh karena itu, mīṡāq diperuntukkan bagi janji yang dikukuhkan dengan sumpah. Orang Israil pengikut-pengikut Nabi Musa diberi peringatan mengenai ikrar (janji yang sungguh-sungguh dan khidmat) di kaki Gunung Sinai (Ṭūr Sinīn) yang menjulang tinggi di atas kepala sebagai saksi atas ikrar itu. Tetapi tidak lama kemudian perjanjian khidmat itu mereka langgar. Mereka sudah mendengar, tetapi tidak akan menaati. Padahal seharusnya mereka berkata, “Kami dengar, dan kami taat.” (al-Baqarah/2:285).
null
1. Orang-orang Yahudi yang sudah mendapat bimbingan Taurat masih juga terjerumus dalam lembah kemusyrikan, berarti mereka telah bertindak zalim, dan tidak berhak lagi untuk menggunakan sebutan beriman. 2. Dakwaan orang-orang Yahudi bahwa surga itu disediakan untuk mereka, tidak untuk orang-orang lain, berlawanan dengan perbuatan mereka sendiri, yaitu mereka takut mati untuk membela kebenaran dan sangat tamak terhadap harta benda. 3. Panjang umur seseorang tidak akan dapat melepaskan dirinya dari siksaan Allah di akhirat.
104
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
97
15
2
1
1
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
Qul man kāna ‘aduwwal lijibrīla fa'innahū nazzalahū ‘alā qalbika bi iżnillāhi muṣaddiqal limā baina yadaihi wa hudaw wa busyrā lil-mu'minīn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
null
null
Dalam satu riwayat disebutkan bahwa orang-orang Yahudi berkata, “Kami benci Jibril karena ia membawa bencana dengan menyampaikan wahyu bukan kepada golongan kami. Ia juga membongkar rahasia kami.” Menjawab pernyataan itu, katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Barang siapa menjadi musuh Jibril maka ketahuilah bahwa dia hanya akan mendapatkan keburukan, karena sesungguhnya dialah, Jibril, yang telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hatimu dengan izin Allah, bukan atas kehendaknya sendiri dan bukan pula atas kehendakmu. Dengan demikian, memusuhi Jibril sama dengan memusuhi Allah. Sungguh aneh kalau kamu memusuhinya padahal wahyu-wahyu yang disampaikannya membenarkan apa yang terdahulu, yakni kitab-kitab suci termasuk Taurat, dan wahyu-wahyu itu juga menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah, dan memusuhi Allah berarti memusuhi semua makhluk-Nya yang taat. Bila seseorang memusuhi Allah, maka Allah pun akan memusuhi nya dan menjauhkan rahmat darinya.
Pada ayat ini, Allah menjelaskan tentang penolakan alasan-alasan yang dikemukakan orang Yahudi dengan menyuruh Nabi Muhammad saw, menyampaikan kepada orang-orang Yahudi, bahwa barang siapa yang memusuhi Jibril berarti ia telah memusuhi wahyu Allah, karena tugasnya antara lain menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. Barang siapa memusuhi wahyu Allah, berarti ia telah mendustakan Taurat dan kitab-kitab Allah yang lain. Alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi adalah alasan yang timbul dari kelemahan dan kerusakan iman. Hal ini menunjukkan bahwa permusuhan orang-orang Yahudi terhadap Jibril tidaklah pantas dijadikan alasan untuk tidak mempercayai kitab yang diturunkan Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu telah disebutkan beberapa alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi mengapa mereka tidak beriman kepada Muhammad saw. Kemudian Allah membatalkan tuduhan mereka dengan mengemukakan dalil yang kuat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan alasan lain yang lebih kuat daripada alasan-alasan yang dikemukakan mereka. Alasan mereka ialah bahwa Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw adalah musuh mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mau percaya sedikit pun kepada wahyu yang dibawanya. Sesudah itu Allah menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengingkari dan memusuhi Muhammad saw, yaitu karena sebagian besar mereka mengingkari isi Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
MEMUSUHI JIBRIL BERARTI MEMUSUHI ALLAH
Kosakata: Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97) Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis). Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17). Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).
null
null
105
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
98
15
2
1
1
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَرُسُلِهٖ وَجِبْرِيْلَ وَمِيْكٰىلَ فَاِنَّ اللّٰهَ عَدُوٌّ لِّلْكٰفِرِيْنَ
Man kāna ‘aduwwal lillāhi wa malā'ikatihī wa rusulihī wa jibrīla wa mīkāla fa innallāha ‘aduwwul lil-kāfirīn(a).
Siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril, dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
null
null
Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikat-malaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau Jibril yang membawa wahyu dan Mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia telah kafir dan mengantar dirinya menuju kebinasaan. Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. Dua ayat di atas menegaskan dua hal. Pertama, Allah tidak membedabedakan para rasul dan malaikat-Nya. Kepercayaan, ketaatan, dan kecintaan kepada mereka adalah satu paket. Siapa pun yang memusuhi mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia akan menjadi musuh Allah. Kedua, sanksi kepada pelanggar tidak hanya diterapkan kepada orang Yahudi, tetapi kepada siapa saja yang kafir dan memusuhi-Nya.
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa barang siapa memusuhi Allah dan malaikat-malaikat-Nya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari-Nya, berarti orang itu telah menganiaya dirinya sendiri, karena orang yang demikian itu memusuhi orang-orang yang menyampaikan seruan Allah, yang berarti pula orang itu telah mendengar seruan Allah kepada jalan yang benar, tetapi tidak mau mendengarkan seruan itu. Ia telah berbuat zalim karena tidak mau mendengarkan seruan sebagaimana mestinya, padahal seruan itu sangat berguna bagi dirinya sendiri. Dalam ayat ini terdapat ancaman yang keras yang dinyatakan Allah secara terang-terangan, yaitu ketentuan bahwa orang-orang Yahudi digolongkan orang-orang kafir karena mereka memusuhi kebenaran dan memusuhi pula setiap orang yang menyerukan kebenaran itu. Orang-orang Yahudi semestinya harus mengerti bahwa memusuhi Al-Qur’an berarti memusuhi seluruh kitab-kitab samawiyah, karena tujuan dari kitab-kitab itu hanyalah satu, yaitu memberikan hidayah pada semua manusia dan menunjuki mereka pada jalan yang lurus. Memusuhi Nabi Muhammad pun berarti memusuhi seluruh nabi, karena tugas para nabi pada hakikatnya satu, dan tujuannya pun juga satu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu telah disebutkan beberapa alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi mengapa mereka tidak beriman kepada Muhammad saw. Kemudian Allah membatalkan tuduhan mereka dengan mengemukakan dalil yang kuat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan alasan lain yang lebih kuat daripada alasan-alasan yang dikemukakan mereka. Alasan mereka ialah bahwa Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw adalah musuh mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mau percaya sedikit pun kepada wahyu yang dibawanya. Sesudah itu Allah menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengingkari dan memusuhi Muhammad saw, yaitu karena sebagian besar mereka mengingkari isi Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
MEMUSUHI JIBRIL BERARTI MEMUSUHI ALLAH
Kosakata: Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97) Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis). Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17). Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).
null
null
106
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
99
15
2
1
1
وَلَقَدْ اَنْزَلْنَآ اِلَيْكَ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۚ وَمَا يَكْفُرُ بِهَآ اِلَّا الْفٰسِقُوْنَ
Wa laqad anzalnā ilaika āyātim bayyināt(in), wa mā yakfuru bihā illal-fāsiqūn(a).
Sungguh, Kami benar-benar telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kepadamu (Nabi Muhammad), dan tidaklah ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik.
null
null
Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang Yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi Tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang Yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh Kami, dengan menugaskan Jibril, telah menurunkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.
Allah swt menerangkan bahwa ayat-ayat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw mengandung kebenaran, karena antara teori-teori i‘tiqādiyah-nya dengan dalil-dalilnya terdapat keserasian, demikian pula antara hukum-hukumnya yang bersifat amali dengan segi-segi kemanfaatannya. Tidak diperlukan dalil lain untuk membuktikan kebenaran ayat-ayat itu. Ia laksana cahaya yang menyinari segala sesuatu, yang terang benderang dengan sendirinya, tidak memerlukan sesuatu pun untuk membantu kecerahannya. Orang-orang yang telah dipancari kebenaran, tetapi lebih suka mencari kegelapan, sebabnya tiada lain karena hasad pada orang yang menampakkan hak, juga karena sifat congkak dan sombong yang timbul dari mereka.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu telah disebutkan beberapa alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi mengapa mereka tidak beriman kepada Muhammad saw. Kemudian Allah membatalkan tuduhan mereka dengan mengemukakan dalil yang kuat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan alasan lain yang lebih kuat daripada alasan-alasan yang dikemukakan mereka. Alasan mereka ialah bahwa Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw adalah musuh mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mau percaya sedikit pun kepada wahyu yang dibawanya. Sesudah itu Allah menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengingkari dan memusuhi Muhammad saw, yaitu karena sebagian besar mereka mengingkari isi Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
MEMUSUHI JIBRIL BERARTI MEMUSUHI ALLAH
Kosakata: Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97) Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis). Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17). Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).
null
null
107
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
100
15
2
1
1
اَوَكُلَّمَا عٰهَدُوْا عَهْدًا نَّبَذَهٗ فَرِيْقٌ مِّنْهُمْ ۗ بَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Awa kullamā ‘āhadū ‘ahdan nabażahū farīqum minhum, bal akṡaruhum lā yu'minūn(a).
Mengapa setiap kali mereka mengikat janji, sekelompok mereka melanggarnya? Bahkan, sebagian besar mereka tidak beriman.
null
null
Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah . Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya? Sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedangkan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar Bani Israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demikian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman.
Pantaslah mereka itu mengingkari ayat Allah, karena setiap mereka mengadakan perjanjian, sebagian besar mereka mengkhianati janji. Janji yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah janji mereka kepada Nabi Muhammad saw, dan janji yang mereka buat itu tidak sedikit. Tegasnya, orang-orang Yahudi mempunyai watak yang tidak setia, bahkan sebagian besar dari mereka suka menyalahi janji. Allah menerangkan dalam ayat ini ketidakjujuran yang dilakukan orang-orang Yahudi dalam mengingkari ayat-ayat yang terdapat dalam kitab Taurat dan tidak mau menjalankan ajarannya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu telah disebutkan beberapa alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi mengapa mereka tidak beriman kepada Muhammad saw. Kemudian Allah membatalkan tuduhan mereka dengan mengemukakan dalil yang kuat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan alasan lain yang lebih kuat daripada alasan-alasan yang dikemukakan mereka. Alasan mereka ialah bahwa Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw adalah musuh mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mau percaya sedikit pun kepada wahyu yang dibawanya. Sesudah itu Allah menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengingkari dan memusuhi Muhammad saw, yaitu karena sebagian besar mereka mengingkari isi Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
MEMUSUHI JIBRIL BERARTI MEMUSUHI ALLAH
Kosakata: Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97) Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis). Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17). Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).
null
null
108
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
101
15
2
1
1
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيْقٌ مِّنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَۙ كِتٰبَ اللّٰهِ وَرَاۤءَ ظُهُوْرِهِمْ كَاَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَۖ
Wa lammā jā'ahum rasūlum min ‘indillāhi muṣaddiqul limā ma‘ahum nabaża farīqum minal-lażīna ūtul-kitāb(a), kitāballāhi warā'a ẓuhūrihim ka'annahum lā ya‘lamūn(a).
Setelah datang kepada mereka Rasul (Nabi Muhammad) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, sebagian orang yang diberi Kitab (Taurat) melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung (tidak menggubrisnya) seakan-akan mereka tidak tahu.
null
null
Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang Yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni Nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang Yahudi yang diberi Kitab Taurat melemparkan Kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui.
Ketika Nabi Muhammad saw datang dengan membawa kitab yang membawa keterangan-keterangan yang membenarkan kitab Taurat yang ada pada mereka, yang mengandung pokok-pokok ajaran tauhid, dasar-dasar hukum, hikmah-hikmah dan berita tentang umat yang lalu, orang Yahudi mengenyampingkan ajaran kitab Taurat. Padahal dalam kitab Taurat itu juga telah diisyaratkan kedatangan Nabi Muhammad saw, mereka itu tidak lagi berpegang pada ajaran Taurat. Tindakan orang-orang Yahudi yang mengenyampingkan Taurat dan mengingkarinya berarti mereka telah melemparkan Taurat itu ke belakang mereka, sehingga mereka tidak dapat mengetahuinya lagi.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu telah disebutkan beberapa alasan yang dikemukakan orang-orang Yahudi mengapa mereka tidak beriman kepada Muhammad saw. Kemudian Allah membatalkan tuduhan mereka dengan mengemukakan dalil yang kuat. Dalam ayat ini, Allah menyebutkan alasan lain yang lebih kuat daripada alasan-alasan yang dikemukakan mereka. Alasan mereka ialah bahwa Jibril yang membawa wahyu kepada Nabi Muhammad saw adalah musuh mereka. Itulah sebabnya mereka tidak mau percaya sedikit pun kepada wahyu yang dibawanya. Sesudah itu Allah menjelaskan sebab-sebab mengapa mereka mengingkari dan memusuhi Muhammad saw, yaitu karena sebagian besar mereka mengingkari isi Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad saw.
MEMUSUHI JIBRIL BERARTI MEMUSUHI ALLAH
Kosakata: Jibrīl جِبْرِيْل (al-Baqarah/2: 97) Jibrīl atau Jibrā’īl (al-Baqarah/2: 97-98), di dalam Al-Qur’an disebut juga dengan gelar ar-Rūḥ al-Amīn (asy-Syu‘arā’/26: 193), “Roh yang dapat dipercaya” dan Rūḥ al-Qudus (asy-Syu‘arā’/26: 102), “Roh yang suci,” yakni malaikat utusan Allah yang membawakan wahyu-Nya kepada Rasulullah saw. Dalam beberapa hadis (al-Bukhārī, Muslim, dan Aḥmad) disebut juga Nāmūs seperti yang diturunkan kepada Musa,” atau an-Nāmūs al-Akbar (Ibnu Hisyām 1/256-257). Ada juga yang mengartikan kata Nāmūs sama dengan wahyu. Ayat ini turun sehubungan dengan Abdullah bin Salam, pemuka Yahudi di Medinah yang masuk Islam pada masa Nabi (kisahnya cukup panjang dalam beberapa hadis). Ada sekelompok Yahudi yang memperolok Islam karena wahyu kepada Nabi dibawa oleh Jibril. Ada tiga alasan mereka memusuhi Jibril: pertama, semua ramalan buruk yang ditimpakan kepada orang Yahudi dan mengutuk sejarah lama mereka dibawa oleh Jibril. Dengan demikian, Jibril adalah lambang “alamat buruk dan jahat” (sebaliknya dari malaikat Mikail yang dipandang sebagai pembawa alamat baik, dan karenanya ia adalah “sahabat” mereka); kedua, karena Al-Qur’an berulang-ulang menyebutkan bahwa pembawa wahyu kepada Muhammad adalah Jibril, padahal yang sah dan berhak menerima wahyu hanyalah turunan Israil; dan ketiga, karena Al-Qur’an yang diwahyukan melalui Jibril berisi kritik terhadap keyakinan dan sikap Yahudi tertentu dan mengatakan mereka telah merusak ajaran Musa yang asli. Sebenarnya dalam Perjanjian Lama terdapat beberapa bagian yang mengecam perangai dan watak orang-orang Yahudi yang buruk itu lebih keras dari yang diperlihatkan oleh Al-Qur’an. Dalam kitab mereka, Daniel 12:1, memang sudah disebutkan bahwa pemimpin besar mereka adalah Mikail (Mikhael) dan Jibril adalah musuh mereka. Bagi mereka, bayangan Jibril (Gabriel) menimbulkan rasa takut (Daniel 8:16-17). Wahyu dan semua ajaran Allah pada dasarnya adalah satu, disampaikan melalui Jibril sebagai rasul atau utusan-Nya (asy-Syūrā/42:51)—dan wahyu tidak harus Kitab—yang juga diturunkan kepada beberapa rasul dan nabi dalam suatu bangsa atau masyarakat sebelum itu, dan ada yang tidak disebutkan namanya (an-Nisā’/4:164) ada pula yang disebutkan, seperti kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya (Yūnus/10:47), karena wahyu yang dibawa oleh Jibril atas perintah Allah disampaikan kepada siapa saja di antara hamba-Nya untuk diberi peringatan (an-Naḥl/16:2).
null
1. Alasan orang Yahudi tidak mau mempercayai Al-Qur’an, karena yang membawa adalah musuhnya yaitu Jibril, tidak dapat dibenarkan. 2. Barang siapa memusuhi malaikat yang melaksanakan tugas Allah, berarti ia memusuhi Allah, dengan demikian ia menjadi kafir. 3. Keingkaran orang-orang Yahudi terhadap Al-Qur’an sebenarnya disebabkan kefasikan yang timbul karena watak mereka yang sering menyalahi janji dan tidak setia. 4. Ketidaksetiaan mereka kepada Taurat menyebabkan mereka berani menyalahi janji-janji yang telah dibuatnya dengan Nabi Muhammad saw, mengubah sebagian yang penting dan meninggalkan sebagian yang lain.
109
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
102
16
2
1
1
وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
Wattaba‘ū mā tatlusy-syayāṭīnu ‘alā mulki sulaimān(a), wa mā kafara sulaimānu wa lākinnnasy-syayāṭīna kafarū yu‘allimūnan-nāsas siḥr(a), wa mā unzila ‘alal-malakaini bibābila hārūta wa mārūt(a), wa mā yu‘allimāni min aḥadin ḥattā yaqūlā innamā naḥnu fitnatun falā takfur, fayata‘allamūna minhumā mā yufarriqūna bihī bainal-mar'i wa zaujih(ī), wa mā hum biḍarrīna bihī min aḥadin illā bi'iżnillāh(i), wa yata‘allamūna mā yaḍurruhum wa lā yanfa‘uhum, wa laqad ‘alimū lamanisytarāhu mā lahū fil-ākhirati min khalāq(in), wa labi'sa mā syarau bihī anfusahum, lau kānū ya‘lamūn(a).
Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal, keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah fitnah (cobaan bagimu)32) oleh sebab itu janganlah kufur!” Maka, mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan (sihir)-nya, kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Sungguh, mereka benar-benar sudah mengetahui bahwa siapa yang membeli (menggunakan sihir) itu niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Sungguh, buruk sekali perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir jika mereka mengetahui(-nya).
32
32) Dalam Al-Qur’an, kata fitnah digunakan untuk menyatakan sejumlah makna sesuai dengan konteksnya, seperti ‘ujian’, ‘cobaan’, ‘azab’, ‘menghalangi kebenaran’, dan ‘mengusir orang dari kampung halamannya’.
Dan mereka, yakni sebagian pendeta-pendeta Yahudi yang meninggalkan Taurat, mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Ketika Rasulullah menye butkan Sulaiman sebagai seorang nabi, sebagian pendeta Yahudi mengatakan, “Tidakkah kamu heran karena Muhammad mengatakan bahwa Sulaiman bin Daud adalah nabi, padahal ia adalah seorang tukang sihir?” Allah lalu menurunkan ayat yang menyatakan bahwa Sulaiman itu tidak kafir, tidak pula tukang sihir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan. “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan yang Allah turunkan bagimu, sebab itu janganlah kafir dan jangan pula kamu mengguna kannya untuk mencelakakan orang lain!” Maka mereka mempelajari dari keduanya, kedua malaikat itu, apa, yakni sihir yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencela kakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli atau menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahuDan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu
Orang-orang Yahudi mengikuti sihir yang dibacakan oleh setan pada masa Sulaiman putra Daud, meskipun mereka tahu, bahwa yang demikian itu sebenarnya salah. Mereka menuduh bahwa Nabi Sulaiman yang menghimpun kitab sihir, dan menyimpan di bawah tahtanya, kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Dugaan seperti ini adalah suatu pemalsuan dan perbuatan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu. Sebenarnya mereka hanya menghubung-hubungkan sihir itu pada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman tidak mengajarkan atau mempraktekkan sihir karena ia mengetahui bahwa perbuatan yang demikian itu termasuk mengingkari Tuhan, apalagi kalau ditinjau dari kedudukannya sebagai nabi, mustahillah ia mempraktekkan sihir. Kisah tentang sihir banyak dituturkan dalam Al-Qur’an terutama dalam kisah Musa dan Fir‘aun. Dalam kisah itu diterangkan sifat-sifat sihir, bahwa sihir itu adalah sulapan yang menipu pandangan mata, sehingga orang yang melihat mengira, bahwa yang terlihat seolah-olah keadaan yang sebenarnya. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah: يُخَيَّلُ اِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ اَنَّهَا تَسْعٰى “…Terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ular merayap cepat, karena sihir mereka…. (Ṭāhā/20:66) Dan sesuai dengan firman Allah: سَحَرُوْٓا اَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوْهُمْ “…Mereka menyihir mata orang banyak dan menjadikan orang banyak itu takut,… (al-A‘rāf/7:116) Sihir termasuk sesuatu yang tersembunyi, yang hanya diketahui oleh sebagian manusia saja. Tetapi apa yang telah terjadi menunjukkan bahwa kedua malaikat[11] itu tidak mampu memberikan pengaruh gaib yang melebihi kemampuan manusia, bahkan yang disebut kekuatan gaib oleh mereka itu hanyalah kemahiran dalam menguasai sebab-sebab yang mempunyai perpautan dengan akibat yang dilakukan. Hal ini hanyalah terjadi karena izin Allah semata-mata, sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan-Nya. Dalam praktek, tukang-tukang sihir itu membaca mantera dengan menyebut nama-nama setan dan raja-raja jin agar timbul kesan seolah-olah manteranya itu dikabulkan oleh raja jin. Atas dasar praktek mereka inilah timbul anggapan yang merata dalam lapisan masyarakat, bahwa sihir itu dibantu oleh setan. Kemudian orang Yahudi yang sezaman dengan Nabi Muhammad saw menyebarluaskan sihir itu di kalangan orang-orang Islam dengan tujuan untuk menyesatkan. Mereka dapati sihir itu dari nenek moyang mereka yang mengatakan sihir itu dari Sulaiman a.s.. Padahal kedua malaikat tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, sebelum memberikan nasihat agar orang jangan mengamalkan sihir itu, sebab orang yang mempraktekkan sihir itu adalah kafir. Ayat 102 ini tidak lepas dari ayat 101 sebelumnya. Sebagian Ahli Kitab itu meninggalkan Kitab mereka (Taurat) dan mengikuti bisikan manusia-manusia setan (syayāṭīn) yang mengajarkan sihir pada masa Nabi Sulaiman. Ayat ini membantah tuduhan kelompok Yahudi, bahwa ia mendapatkan kekuasaan dan kekayaannya melalui sihir (Zamakhsyari 1/230), juga menolak pernyataan Bibel, bahwa Sulaiman telah berdosa dengan melakukan praktek syirik. Dia dituduh beristrikan 700 perempuan bangsawan asing dan 300 gundik. Karena kebanyakan mereka penyembah berhala, maka Sulaiman juga pada masa tuanya terpengaruh oleh mereka, cenderung percaya kepada berhala-berhala dan dewa-dewa—tidak seperti bapanya Daud (Kitab Raja-Raja I, 11:1-10). Harut dan Marut yang disebutkan dalam ayat ini adalah dua orang di Babilonia, sekitar Sungai Furat di Irak, “yang berpura-pura seperti orang saleh dan bertakwa. Mereka mengajarkan sihir kepada masyarakat, sehingga keduanya dikira dua malaikat yang turun dari langit, dan yang diajarkan dikira wahyu dari Allah. Mereka pandai sekali menipu dan menjaga itikad baik masyarakat kepada mereka, maka mereka berkata kepada setiap orang yang ingin belajar dari mereka, bahwa “Kami hanyalah cobaan, janganlah kamu menjadi kafir,” yakni bahwa mereka para penguji “yang akan menguji kamu, akan bersyukur atau akan kufur. Maka kami menasihati kalian, janganlah menjadi kafir.” Mereka berkata begitu untuk memberi kesan bahwa ilmu yang mereka bawa dari Tuhan, dan praktek mereka untuk kepentingan rohani. Tapi tujuannya hanya demi merusak keharmonisan. Dalam hal ini orang-orang Yahudi punya banyak tahayul. Mereka percaya bahwa sihir yang diturunkan kepada mereka sungguh dari Tuhan. Kedatangan kedua malaikat itu hanya untuk mengajar manusia. Maka Al-Qur’an datang membantah anggapan mereka, bahwa itu datang dari langit, dan mengecam keras mereka yang belajar dan mengajarkannya...” (al-Qāsimī 1/210). Mengutip al-Ḥasan al-Baṣrī, al-Zamakhsyarī (1/230) mengatakan bahwa kata malakaini (dua malaikat) ini dibaca malikaini (dua raja). Muhammad Asad menambahkan, bahwa Ibn Abbas dan tabi‘in berikutnya, seperti al-Ḥasan al-Baṣrī, Abu al-Aswad aḍ-Ḍahhāk juga membacanya malikaini. Adapun dua malaikat itu adalah Jibril dan Mikhail, mereka yang mengajarkan sihir kepada Sulaiman, seperti yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi itu. Sedang dua raja adalah Daud dan Sulaimān. Tentang kata Wa mā unzila ‘alā al-malakaini, pendapat para mufasir tidak sama, ada yang mengatakan mā nafiyyah (“tidak diturunkan”) ada pula yang berpendapat mā ismiyyah atau isim mauṣūl (“apa yang diturunkan”), dan sebagainya. Tetapi perbedaan gramatikal ini rasanya kurang perlu dibahas di sini. Dengan mengacu kepada tafsir-tafsir Haqqānī, Baiḍāwi dan ar-Rāzī, kita coba meringkaskan apa yang disebutkan dalam tafsir Abdullah Yusuf Ali, bahwa “Kata ‘para malaikat’ yang diterapkan pada Harut dan Marut ialah kata kiasan, yang berarti ‘orang-orang baik, berpengetahuan, berilmu (atau arif bijaksana) dan punya kekuatan”, seperti kata ’malaikat’ dalam bahasa-bahasa modern juga dipakai untuk perempuan yang baik dan cantik, dan bagi mereka berlaku segala sifat keindahan, yang juga berarti kebaikan, pengetahuan, kearifan dan kekuatan. “Harut dan Marut hidup di Babilonia, pusat ilmu paling tua, terutama dalam astronomi. Diperkirakan masanya sekitar zaman Kerajaan Kuno di Timur, sangat kuat dan maju. Malah mungkin lebih tua lagi, mengingat Marut atau Marduk merupakan pahlawan yang didewakan dan kemudian dipuja sebagai dewa sihir di Babilonia. Agak berbeda dengan pendapat al-Qāsimī di atas, ia menyebutkan bahwa Harut dan Marut sebagai manusia yang baik tidak mau menceburkan diri ke dalam kejahatan, mereka bersih dari segala penipuan. Ilmu dan seni jika dipelajari oleh orang jahat dapat digunakan untuk kejahatan pula. Di samping praktek sihirnya yang keji, setan juga belajar tentang ilmu yang benar itu sedikit-sedikit dan akan digunakannya untuk maksud-maksud jahat tadi. Harut dan Marut bukan mau menyembunyikan ilmu, namun mereka belum pernah mengajarkan kepada siapa pun tanpa memberikan peringatan mengenai bahaya dan godaan ilmu semacam itu bila berada di tangan orang jahat. Mereka melihat bukan tidak mungkin orang-orang jahat itu akan terjerumus ke dalam kekufuran dan akan jadi sombong karena ilmunya. Ilmu ini memang merupakan cobaan dan godaan; kalau sudah diberi peringatan, tahulah kita akan bahayanya. (Abdullah Yusuf Ali: C. 107). Yusuf Ali menambahkan, “Di antara sekian banyak cerita Israiliat dalam Midrash (Kitab Tafsir Yahudi) ada sebuah cerita tentang dua malaikat yang memohonkan izin kepada Allah hendak turun ke bumi ini, tetapi kemudian mereka menyerah kepada godaan, lalu sebagai hukuman mereka digantung di Babilonia dengan kaki di atas. Cerita-cerita tentang para malaikat yang berdosa yang telah menerima hukuman demikian sudah menjadi kepercayaan kalangan kristiani dahulu juga. (Lihat Surat Petrus yang Kedua, 2, 4, dan Surat Yudas, ayat 6). Apa yang dipelajari oleh setan dari Harut dan Marut mereka ubah untuk maksud-maksud jahat. Karena dicampur dengan kepalsuan dan penipuan, maka lahirlah segala jimat-jimat, mantera dan guna-guna. Tetapi lepas dari mudarat yang dibuat oleh penipu-penipu yang hendak ditimpakannya kepada orang lain itu, mudarat atau bahaya yang mereka lakukan itu akan menimpa jiwa mereka sendiri. Mereka menjual diri sendiri menjadi budak kejahatan (Idem). Ayat ini sebenarnya tidak menunjukkan hakikat sihir. Apakah sihir itu berpengaruh secara tabi'i atau disebabkan oleh sesuatu yang sangat misteri, juga tidak diterangkan apakah sihir itu dapat memberi pengaruh kepada manusia dengan cara yang tidak biasa, atau sama sekali tidak memberikan pengaruh apa-apa. Ringkasnya, Allah tidak memberikan keterangan secara terinci. Andaikan Allah memandang baik menerangkan hakikat sihir itu dan bermanfaat bagi manusia, tentulah Allah akan menerangkannya secara terperinci. Seterusnya Allah menjelaskan bahwa sihir tidak memberikan manfaat sedikit pun kepada manusia, bahkan memberikan mudarat. Oleh sebab itu, Allah mengancam orang yang mempraktekkannya dengan siksaan. Orang-orang Yahudi pun sebetulnya telah mengetahui bahwa sihir memudaratkan manusia, dan seharusnya mereka membencinya. Tetapi, karena ada maksud jahat yang terkandung dalam hati mereka untuk menyesatkan orang Islam, mereka pun mau mengerjakannya. Oleh karena itulah, Allah mencela perbuatan sihir dan memasukkan orang yang melakukannya ke dalam golongan orang yang memilih perbuatan sesat. Selanjutnya Allah menegaskan bahwa di akhirat mereka tidak akan mendapat kebahagiaan sedikit pun. Karena mereka yang telah memilih perbuatan sihir, berarti mereka telah menyalahi hukum yang termuat dalam Taurat, padahal dalam Kitab mereka sendiri terdapat juga ketentuan bahwa orang yang mengikuti bisikan jin, setan dan dukun itu, sama hukumnya dengan orang yang menyembah berhala dan patung. Lebih jauh Allah menjelaskan bahwa sihir yang mereka kerjakan itu sangat jelek, Allah menggambarkan orang yang memilih perbuatan sihir sebagai kesenangannya seperti orang yang menjual iman dengan kesesatan. Gambaran serupa ini gunanya untuk menyingkapkan selubung mereka, agar kesadarannya dapat terbuka dan mengetahui bahwa manusia diciptakan Allah untuk berbakti kepada-Nya. Dengan kata lain, andaikata mereka mengetahui kesesatan orang yang mempelajari dan mempraktekkan sihir, tentulah mereka tidak akan melakukannya. Tetapi mereka telah jauh tertipu, sehingga mereka beranggapan bahwa sihir itu termasuk ilmu pengetahuan, dan mereka merasa puas dengan ilmu yang tidak terbukti kebenarannya dan tidak memberikan pengaruh apa pun kepada jiwa seseorang kecuali dengan izin Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Muhammad saw diutus Allah dengan membawa wahyu (Al-Qur’an) yang membenarkan kitab Taurat. Segolongan besar ahli kitab tidak lagi memelihara kemurnian kitab mereka sehingga mereka tidak lagi menempuh jalan yang benar. Dalam ayat ini Allah menjelaskan, bahwa dalam usaha mereka untuk mengacaukan ajaran Islam, mereka berusaha menyebarkan sihir, yang mereka pelajari dari nenek moyang mereka sejak zaman Nabi Sulaiman. Mereka menganggap bahwa sihir itu adalah ajaran Nabi Sulaiman.
TUDUHAN ORANG YAHUDI TERHADAP NABI SULAIMAN
Kosakata: as-Siḥr اَلسِّحْرَ (al-Baqarah/2: 102) Biasanya sihir dan sulap yang negatif berupa usaha pengelabuan penglihatan, pikiran, perasaan, atau perbuatan manusia. Ada dua macam sihir: 1) Sihir gaib (celestial magic), dihubungkan dengan berbagai macam roh yang dipercaya menguasai planet-planet dan berpengaruh terhadap alam nyata. 2) Sihir alami (natural magic), seni atau cara memanfaatkan kekuatan alam sehingga menghasilkan sesuatu yang tampak atau terasa lain, gaib, dan adikodrati (supernatural). Kepercayaan demikian, termasuk ramalan, sihir, tahayul dan semacamnya sudah ada sepanjang sejarah, baik di kalangan awam maupun terpelajar, pada zaman primitif atau pada masa sekarang. Dalam kitab-kitab tafsir, ayat ini biasa ditafsirkan beraneka macam dan dibahas panjang lebar, karena memang perlu diberi penjelasan. Siḥr dalam bahasa Arab banyak artinya, antara lain menyihir dan menyulap mata orang banyak dengan tongkat, atau tali dan tongkat (al-A‘rāf/ 7: 116 dan Ṭāhā/20: 66) sehingga tampak seperti ular di mata atau dalam khayalan mereka (al-A‘rāf/7: 117 dan asy-Syu‘arā’/26: 32). Tetapi dalam hal ini sudah diperingatkan, bahwa perbuatan perusak kemanusiaan yang dilakukan oleh para pesihir itu tidak akan berhasil (Yūnus/10:77; Ṭāhā/20:69) karena kepercayaan kepada sihir dan praktek sihir adalah kufur dan bertolak belakang dengan keimanan tauhid. Sihir berarti juga pesona, seperti orang yang terpesona oleh suatu penampilan atau oleh retorika dalam kata-kata, seperti dalam hadis, bahwa kefasihan berbahasa atau berbicara dengan retorika sama dengan sihir (membuat pendengarnya terpesona).
null
null
110
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
103
16
2
1
1
وَلَوْ اَنَّهُمْ اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَمَثُوْبَةٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ خَيْرٌ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ ࣖ
Wa lau annahum āmanū wattaqau lamaṡūbatum min ‘indillāhi khair(un), lau kānū ya‘lamūn(a).
Seandainya mereka benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, seandainya mereka mengetahui(-nya).
null
null
Dan jika mereka beriman dan bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang menyibukkan mereka, sekiranya mereka tahu.
Allah swt menerangkan bahwa jika orang-orang Yahudi percaya kepada Kitab mereka dan bertakwa, tentulah mereka akan mendapat pahala yang besar. Selanjutnya Allah menerangkan bahwa mereka itu dalam setiap perbuatan dan kepercayaan tidak didasarkan pada ilmu pengetahuan yang benar, karena kalau mereka mendasarkan kepercayaan dan perbuatannya itu pada ilmu pengetahuan, tentulah mereka percaya pada Nabi Muhammad saw, dan mengikutinya, dan tentulah mereka tergolong pada orang-orang yang berbahagia. Tetapi kenyataannya mereka itu hanya mengikuti dugaan dan bertaklid semata. Sebenarnya di antara perbuatan mereka yang keterlaluan ialah mereka menyalahi isi kitab Taurat itu, dan mereka bergerak di bawah kekuasaan hawa nafsu dan kemauan mereka, sehingga mereka jatuh dalam kesesatan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu diterangkan bahwa Nabi Muhammad saw diutus Allah dengan membawa wahyu (Al-Qur’an) yang membenarkan kitab Taurat. Segolongan besar ahli kitab tidak lagi memelihara kemurnian kitab mereka sehingga mereka tidak lagi menempuh jalan yang benar. Dalam ayat ini Allah menjelaskan, bahwa dalam usaha mereka untuk mengacaukan ajaran Islam, mereka berusaha menyebarkan sihir, yang mereka pelajari dari nenek moyang mereka sejak zaman Nabi Sulaiman. Mereka menganggap bahwa sihir itu adalah ajaran Nabi Sulaiman.
TUDUHAN ORANG YAHUDI TERHADAP NABI SULAIMAN
Kosakata: as-Siḥr اَلسِّحْرَ (al-Baqarah/2: 102) Biasanya sihir dan sulap yang negatif berupa usaha pengelabuan penglihatan, pikiran, perasaan, atau perbuatan manusia. Ada dua macam sihir: 1) Sihir gaib (celestial magic), dihubungkan dengan berbagai macam roh yang dipercaya menguasai planet-planet dan berpengaruh terhadap alam nyata. 2) Sihir alami (natural magic), seni atau cara memanfaatkan kekuatan alam sehingga menghasilkan sesuatu yang tampak atau terasa lain, gaib, dan adikodrati (supernatural). Kepercayaan demikian, termasuk ramalan, sihir, tahayul dan semacamnya sudah ada sepanjang sejarah, baik di kalangan awam maupun terpelajar, pada zaman primitif atau pada masa sekarang. Dalam kitab-kitab tafsir, ayat ini biasa ditafsirkan beraneka macam dan dibahas panjang lebar, karena memang perlu diberi penjelasan. Siḥr dalam bahasa Arab banyak artinya, antara lain menyihir dan menyulap mata orang banyak dengan tongkat, atau tali dan tongkat (al-A‘rāf/ 7: 116 dan Ṭāhā/20: 66) sehingga tampak seperti ular di mata atau dalam khayalan mereka (al-A‘rāf/7: 117 dan asy-Syu‘arā’/26: 32). Tetapi dalam hal ini sudah diperingatkan, bahwa perbuatan perusak kemanusiaan yang dilakukan oleh para pesihir itu tidak akan berhasil (Yūnus/10:77; Ṭāhā/20:69) karena kepercayaan kepada sihir dan praktek sihir adalah kufur dan bertolak belakang dengan keimanan tauhid. Sihir berarti juga pesona, seperti orang yang terpesona oleh suatu penampilan atau oleh retorika dalam kata-kata, seperti dalam hadis, bahwa kefasihan berbahasa atau berbicara dengan retorika sama dengan sihir (membuat pendengarnya terpesona).
null
1. Usaha orang-orang Yahudi dalam mempelajari dan menyebarluaskan sihir adalah menyimpang dari ajaran Taurat. 2. Sihir tidak diajarkan oleh Nabi Sulaiman, tetapi diajarkan oleh setan, yang tidak dapat memberikan pengaruh apa pun terhadap jiwa seseorang, jika tidak dikehendaki Allah.
111
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
104
16
2
1
1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَقُوْلُوْا رَاعِنَا وَقُوْلُوا انْظُرْنَا وَاسْمَعُوْا وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū lā taqūlū rā‘inā wa qūlunẓurnā wasma‘ū wa lil-kāfirīna ‘ażābun alīm(un).
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan, “Rā‘inā.” Akan tetapi, katakanlah, “Unẓurnā”33) dan dengarkanlah. Orang-orang kafir akan mendapat azab yang pedih.
33
33) Rā‘inā berarti ‘perhatikanlah kami’. Akan tetapi, orang Yahudi memelesetkan ucapannya sehingga menjadi ru‘ūnah yang berarti ‘bodoh sekali’ sebagai ejekan kepada Rasulullah. Oleh karena itu, Allah Swt. menyuruh para sahabat untuk memakai kata unẓurnā sebagai ganti kata rā‘inā karena keduanya mempunyai makna yang sama.
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu katakan, “Ra'ina,”² yang berarti, “Peliharalah dan jagalah kami,” kepada Rasulullah karena kata itu akan dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi untuk berolok-olok yang menyerupai kata “ra unah”, yang berarti bebal dan sangat bodoh, tetapi katakanlah, “Unzurna (Perhatikanlah kami),” dalam mempelajari agama dan dengarkanlah serta taatilah perintah-perintah Allah kepadamu dan janganlah kamu menyerupai orang-orang Yahudi yang berkata, “Kami mendengar dan kami ingkar.” Dan orang-orang kafir dari kaum Yahudi itu akan mendapat azab yang pedih akibat olokolok mereka kepada Rasulullah.
Para sahabat Nabi dilarang mengucapkan kata-kata “rā‘inā” yang biasa mereka ucapkan kepada Nabi yang kemudian ditiru oleh orang Yahudi dengan mengubah bunyinya sehingga menimbulkan pengertian yang buruk, guna mengejek Nabi. Rā‘inā, seperti diterangkan di atas, artinya perhatikanlah kami. Tetapi orang Yahudi mengubah ucapannya, sehingga yang mereka maksud ialah ra‘ūnah yang artinya bodoh sekali, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Allah menyuruh sahabat-sahabat menukar rā‘inā dengan unẓurnā yang sama artinya dengan rā‘inā. Allah mengajarkan kepada orang mukmin untuk mengatakan unẓurnā, yang mengandung maksud harapan kepada Rasulullah saw agar dapat memperhatikan keadaan para sahabat. Allah juga memperhatikan orang-orang mukmin untuk mendengarkan sebaik-baiknya pelajaran agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw yang mengandung pula perintah untuk tunduk dan melaksanakan apa saja yang diperintahkan Nabi, serta menjauhi larangannya. Kemudian Allah dalam ayat ini mengingatkan bahwa orang kafir, yang tidak mau memperhatikan ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad saw akan mendapatkan siksaan yang pedih.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan berulang kali pengkhianatan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Musa dan Kitab Taurat. Mereka telah memalsukan kitab itu karena tidak senang hatinya kepada kerasulan Muhammad saw. Bahkan mereka telah terjerumus pada perbuatan setan, mempelajari dan menyebarluaskan sihir dengan maksud untuk meracuni orang-orang Islam. Perbuatan mereka ini sungguh bertentangan dengan agama dan berbuat dusta bahwa sihir itu adalah ajaran Nabi Sulaiman. Kemudian Allah membuka kesempatan pada mereka untuk kembali beriman dan bertakwa, tetapi seruan ini pun tidak mereka perhatikan karena kedengkian dan pengaruh hawa nafsu yang telah bersarang dalam hati mereka, sehingga mereka tidak dapat lagi mengetahui jalan yang benar. Kemudian dalam ayat ini Allah mengalihkan sasaran firman-Nya kepada orang-orang mukmin dan menuntun mereka cara-cara bersopan santun pada Nabi Muhammad saw, agar orang-orang mukmin tidak meniru tindak tanduk dari perbuatan orang Yahudi.
SOPAN SANTUN TERHADAP NABI SAW
Kosakata: Rā‘inā رَاعِنَا (al-Baqarah/2: 104) Kata rā‘inā artinya “peliharalah dan jagalah kami,” dengan maksud baik, ungkapan yang sudah biasa dipakai oleh para sahabat. Tetapi, oleh pihak Yahudi dimanfaatkan untuk berolok-olok dengan melekukkan lidah sehingga menyerupai kata ra‘ūnah, artinya “bebal”, “sangat bodoh”, dengan konotasi penghinaan. Oleh karena itu, pakailah kata unẓurna, “perhatikanlah kami,” yakni dalam belajar agama mereka meminta perhatian Nabi. Arti yang dimaksud sama hanya mengganti dengan kosakata yang mengandung konotasi lebih terhormat (an-Nisā’/4:46). Tentu ini juga suatu pelajaran yang berlaku bagi setiap mukmin sepanjang zaman untuk berhati-hati dalam berbicara agar jelas, tidak berliku-liku dan tidak mudah percaya terhadap orang yang bermulut manis.
null
null
112
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
105
16
2
1
1
مَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَلَا الْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ خَيْرٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Mā yawaddul-lażīna kafarū min ahlil-kitābi wa lal-musyrikīna ay yunazzila ‘alaikum min khairim mir rabbikum, wallāhu yakhtaṣṣu biraḥmatihī may yasyā'(u), wallāhu żul faḍlil-‘aẓīm(i).
Orang-orang kafir dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan dari Tuhanmu. Akan tetapi, secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya kepada orang yang Dia kehendaki. Allah pemilik karunia yang besar.
null
null
Orang-orang yang kafir dari Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya kepadamu suatu kebaikan, salah satunya Al-Qur'an sebagai kebaikan yang paling tinggi dari Tuhanmu, karena kedengkian dan rasa iri dalam diri mereka. Tetapi secara khusus Allah memberikan rahmat-Nya, berupa kenabian, wahyu, kenikmatan, dan kebajikan kepada orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, misalnya kepada Nabi Mu hammad. Dan Allah pemilik karunia, nikmat, dan kebajikan yang besar.
Para Ahli Kitab yang terdiri atas orang-orang Yahudi, Nasrani begitu pula orang-orang musyrik, tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad karena mereka iri hati dikarenakan dia diberi wahyu oleh Allah yang lebih baik. Mereka sedikit pun tidak mau mengakui bahwa Al-Qur’an kitab yang paling banyak mengandung kebaikan dan penuh hidayah. Dengan Al-Qur’an itulah Allah menghimpun dan menyatukan umat serta melenyapkan penyakit syirik yang bersarang di hati mereka, juga memberikan beberapa prinsip peraturan hidup dan penghidupan mereka. Demikian halnya orang-orang musyrik, setelah mereka melihat kenyataan bahwa makin lama Al-Qur’an makin tampak kebenarannya, dan menjadi pendorong yang kuat bagi perjuangan Muslimin, mereka pun berusaha sekuat tenaga untuk menguasai keadaan dan menghancurkan perjuangan umat Islam hingga lenyap sama sekali. Meskipun demikian, mereka tidak akan dapat merealisasikan angan-angan mereka karena Allah telah menentukan kehendak-Nya, memilih orang yang dikehendaki semata-mata karena rahmat-Nya. Dia pulalah yang melimpahkan keutamaan bagi orang yang dipilih untuk diberi kenabian. Dia pula yang melimpahkan kebaikan dan keutamaan, sehingga seluruh hamba-Nya bersenang-senang dalam kebahagiaan. Maka tidak seharusnyalah apabila ada seorang hamba Allah yang merasa dengki kepada seseorang yang telah diberi kebaikan dan keutamaan, karena saluran kebaikan dan keutamaan itu datangnya dari Allah semata.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan berulang kali pengkhianatan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Musa dan Kitab Taurat. Mereka telah memalsukan kitab itu karena tidak senang hatinya kepada kerasulan Muhammad saw. Bahkan mereka telah terjerumus pada perbuatan setan, mempelajari dan menyebarluaskan sihir dengan maksud untuk meracuni orang-orang Islam. Perbuatan mereka ini sungguh bertentangan dengan agama dan berbuat dusta bahwa sihir itu adalah ajaran Nabi Sulaiman. Kemudian Allah membuka kesempatan pada mereka untuk kembali beriman dan bertakwa, tetapi seruan ini pun tidak mereka perhatikan karena kedengkian dan pengaruh hawa nafsu yang telah bersarang dalam hati mereka, sehingga mereka tidak dapat lagi mengetahui jalan yang benar. Kemudian dalam ayat ini Allah mengalihkan sasaran firman-Nya kepada orang-orang mukmin dan menuntun mereka cara-cara bersopan santun pada Nabi Muhammad saw, agar orang-orang mukmin tidak meniru tindak tanduk dari perbuatan orang Yahudi.
SOPAN SANTUN TERHADAP NABI SAW
Kosakata: Rā‘inā رَاعِنَا (al-Baqarah/2: 104) Kata rā‘inā artinya “peliharalah dan jagalah kami,” dengan maksud baik, ungkapan yang sudah biasa dipakai oleh para sahabat. Tetapi, oleh pihak Yahudi dimanfaatkan untuk berolok-olok dengan melekukkan lidah sehingga menyerupai kata ra‘ūnah, artinya “bebal”, “sangat bodoh”, dengan konotasi penghinaan. Oleh karena itu, pakailah kata unẓurna, “perhatikanlah kami,” yakni dalam belajar agama mereka meminta perhatian Nabi. Arti yang dimaksud sama hanya mengganti dengan kosakata yang mengandung konotasi lebih terhormat (an-Nisā’/4:46). Tentu ini juga suatu pelajaran yang berlaku bagi setiap mukmin sepanjang zaman untuk berhati-hati dalam berbicara agar jelas, tidak berliku-liku dan tidak mudah percaya terhadap orang yang bermulut manis.
null
1. Allah memerintahkan umat Islam agar bersikap sopan santun terhadap Nabi Muhammad saw, tidak boleh meniru sikap Ahli Kitab, dan menyuruh umat Islam agar memperhatikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Kitab Al-Qur’an serta mengikuti semua petunjuknya. 2. Umat Islam harus waspada terhadap perilaku Ahli Kitab, karena mereka tidak senang pada Al-Qur’an, dan harus berhati-hati menghadapi tipu daya mereka.
113
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
106
17
3
1
1
۞ مَا نَنْسَخْ مِنْ اٰيَةٍ اَوْ نُنْسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَآ اَوْ مِثْلِهَا ۗ اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Mā nansakh min āyatin au nunsihā na'ti bi khairim minhā au miṡlihā, alam ta‘lam annallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Ayat yang Kami nasakh (batalkan) atau Kami jadikan (manusia) lupa padanya, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik atau yang sebanding dengannya. Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
null
null
Kaum musyrik berkata, “Tidakkah kalian perhatikan Muhammad? Ia menyuruh para sahabatnya melakukan sesuatu, kemudian ia menyuruh mereka melakukan sebaliknya. Hari ini ia mengatakan satu hal, besok ia mengatakan hal yang berbeda. Al-Qur'an itu pastilah karangan Muhammad. Ia mengatakan sesua tu yang bersumber dari dirinya sendiri, yang satu sama lain saling bertentangan.” Menjawab celaan mereka ini, Allah mengatakan bahwa ayat yang Kami batalkan atau Kami hilangkan dari ingatan-mu, wahai Muhammad dan orang beriman, pasti Kami ganti dengan yang lebih baik, lebih bermanfaat bagimu dengan mengangkat kesulitan darimu atau dengan menambahkan pahala bagimu, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu tahu, wahai Muhammad, bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu dengan mendatang kan segala kebaikan dan kebajikan bagi manusia?
Dijelaskan bahwa ayat mana pun yang dinasakh[12] hukumnya, atau diganti dengan ayat yang lain, atau ayat yang ditinggalkan, akan diganti-Nya dengan ayat yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kemaslahatan hamba-hamba-Nya, atau diganti-Nya dengan ayat yang sama nilainya dengan hukum yang lalu. Adapun hikmah diadakannya pergantian atau perubahan ayat ialah karena nilai kemanfaatannya berbeda-beda menurut waktu dan tempat, kemudian dihapuskan, atau diganti dengan hukum yang lebih baik, atau dengan ayat yang sama nilainya, adalah karena ayat yang diubah atau diganti itu tidak sesuai lagi dengan kepentingan masyarakat, sehingga apabila diadakan perubahan atau pergantian termasuk suatu tindakan yang bijaksana. Bagi yang berpendapat bahwa ayat ini ialah tanda kenabian (mukjizat) yang dijadikan penguat kenabian, maka ayat ini diartikan bahwa Allah tidak akan menghapuskan tanda kenabian yang digunakan untuk penguat kenabiannya, atau tidak akan mengubah tanda kenabian yang terdahulu dengan tanda kenabian yang datang kemudian, atau meninggalkan tanda-tanda kenabian itu, karena telah berselang beberapa abad lamanya. Terkecuali Allah yang mempunyai kekuasaan tidak terbatas memberikan tanda kenabian yang lebih baik, ditinjau dari segi kemantapannya maupun dari tetapnya kenabian itu. Karena kekuasaan-Nya yang tidak terbatas, maka hak untuk memberikan tanda kenabian kepada para nabi-Nya tidak dapat dihalang-halangi. Penggantian ayat adakalanya terjadi dengan ayat yang lebih ringan hukumnya, seperti dihapusnya idah wanita yang ditinggal mati suaminya dari setahun menjadi 4 bulan 10 hari, atau dengan ayat yang sama hukumnya seperti perintah untuk menghadapkan muka ke Baitulmakdis pada waktu melaksanakan salat diubah menjadi menghadapkan muka ke Ka‘bah. Atau dengan hukum yang lebih berat, seperti perang yang tadinya tidak diwajibkan pada orang Islam, menjadi diwajibkan. Ayat ini tidak hanya ditujukan kepada Nabi Muhammad saw tetapi juga ditujukan kepada kaum Muslimin, yang merasa sakit hatinya mendengar cemoohan orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad saw. Orang-orang yang tipis imannya tentu mudah dipengaruhi, sehingga hatinya mudah menjadi ragu-ragu. Itulah sebabnya, Allah menegaskan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, dan apabila berkehendak untuk menasakh hukum tidak dapat dicegah, karena masalah hukum itu termasuk dalam kekuasaan-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan sikap dan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani dan kedengkian mereka kepada Nabi, karena Al-Qur’an tidak diturunkan kepada orang-orang dari kalangan mereka. Dalam ayat ini Allah menerangkan hal-hal yang menyangkut masalah agama yaitu mengenai rahasia dihapusnya ayat yang diturunkan terlebih dahulu dengan ayat-ayat baru yang lebih baik, lebih sempurna atau yang sama nilainya dengan ayat yang telah lalu.
NASAKH DI DALAM AL-QUR’AN
Kosakata: Nansakh نَنْسَخْ (al-Baqarah/2: 106) Akar kata dari kalimat ini adalah “nasakha” (نسخ) yang berarti “menghapuskan” (al-Ḥajj/22: 52) atau “mengalihkan”, “menyalin” (al-Jāṡiyah/45: 29). Kebanyakan mufasir mengartikan ayat ini dengan “menasakhkan” atau “menghapus” ayat Al-Qur’an yang ada dan mengganti-nya dengan ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Al-Qāsimī (1/217) menafsirkan ayat ini dengan “mengganti sebuah ayat dengan ayat lain—seperti penggantian ayat-ayat Taurat dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. Uraian tentang hal ini akan dikemukakan kemudian. Sementara itu ada sebagian ulama tidak mengartikan naskh dengan "menghapus" atau "mengalihkan". Abdullah Yusuf Ali yang menerjemahkan kata āyah di atas dengan revelation, “wahyu”, dan menafsirkannya bahwa pada dasarnya ajaran Allah dari waktu ke waktu selalu sama, tetapi caranya yang mungkin berbeda sesuai dengan keperluan dan keadaan waktu itu, seperti yang diberikan kepada Musa, kepada Isa dan kemudian kepada Muhammad, masing-masing berbeda. Muhammad Asad menerjemahkannya dengan message, “risālah” (“ajaran suci”) dan menafsirkan bahwa dasarnya adalah ketentuan agama dalam Bibel diganti dengan syariat dalam Al-Qur’an. “Inilah yang menimbulkan kesalahan penafsiran oleh kebanyakan ulama kita”, katanya. Beberapa ulama menyimpulkan bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an sudah “dihapus” atas perintah Allah sebelum wahyu itu lengkap. Anggapan ini tidak didukung oleh hadis yang sahih. Ringkasnya, menurut pendapat ini, “paham nasikh-mansukh” itu tak punya dasar dalam kenyataan sejarah, dan harus ditolak. Ayat yang artinya risālah (ajaran suci) itu harus dibaca bahwa yang dihapus dan yang diganti itu adalah Bibel. Baik pihak Yahudi maupun Kristen tidak dapat menerima wahyu apa pun yang akan menggantikan Bibel. (Muhammad Asad, hlm. 23/C. 87). Kedua mufasir ini tidak menerjemahkan verse di bagian ini dengan “ayat” melainkan masing-masing dengan revelation, “wahyu” dan dengan message, “pesan”, “ajaran suci”. Meskipun ada perbedaan di antara ulama seputar nasakh, namun ayat ini menjelaskan apa yang Allah nasakh dari ayat-ayat Al-Qur’an akan digantikan dengan ayat-ayat yang lebih baik dan bermanfaat bagi manusia.
null
null
114
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
107
17
3
1
1
اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ لَهٗ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
Alam ta‘lam annallāha lahū mulkus-samāwāti wal arḍ(i), wa mā lakum min dūnillāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr(in).
Apakah engkau tidak mengetahui bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? (Ketahuilah bahwa) tidak ada bagimu pelindung dan penolong selain Allah.
null
null
Tidakkah kamu tahu, wahai Muhammad, bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi yang menguasai dan bertindak untuk makhlukNya, memutuskan hukum, dan memerintah sesuai kehendak-Nya? Dan tidak ada bagimu, wahai orang-orang kafir, pelindung yang dapat melindungi urusanmu dan penolong yang dapat menolongmu selain Allah. Menurut Ibnu abbas, ayat ini turun terkait abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya yang meminta Rasulullah untuk mengubah Bukit Safa menjadi emas, meluaskan tanah Mekah, dan memancarkan air dari tanah. Mereka menyatakan bahwa jika Nabi berhasil mengabulkan permintaan-permintaan itu, maka mereka akan beriman kepada beliau.
Allah swt menjelaskan bahwa Dia mempunyai kerajaan langit dan bumi. Dengan kata lain, bahwa langit dan bumi serta seluruh isinya tunduk di bawah kekuasaan-Nya, di bawah perintah dan larangan-Nya. Oleh sebab itu, Allah berkuasa pula untuk menasakh hukum dan menetapkan hukum yang lain menurut kehendak-Nya, apabila menurut pertimbangan-Nya ada manfaat bagi seluruh manusia, karena hukum yang lama sudah dipandang tidak sesuai lagi. Maka Allah memberikan penegasan kepada orang-orang Islam bahwa Allah-lah yang memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka. Oleh sebab itu, orang-orang mukmin dilarang mempedulikan orang-orang Yahudi yang mengingkari perubahan hukum itu, bahkan menghina. Sikap orang-orang Yahudi yang demikian itu sedikit pun tidak akan memberikan mudarat kepada orang mukmin.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan sikap dan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani dan kedengkian mereka kepada Nabi, karena Al-Qur’an tidak diturunkan kepada orang-orang dari kalangan mereka. Dalam ayat ini Allah menerangkan hal-hal yang menyangkut masalah agama yaitu mengenai rahasia dihapusnya ayat yang diturunkan terlebih dahulu dengan ayat-ayat baru yang lebih baik, lebih sempurna atau yang sama nilainya dengan ayat yang telah lalu.
NASAKH DI DALAM AL-QUR’AN
Kosakata: Nansakh نَنْسَخْ (al-Baqarah/2: 106) Akar kata dari kalimat ini adalah “nasakha” (نسخ) yang berarti “menghapuskan” (al-Ḥajj/22: 52) atau “mengalihkan”, “menyalin” (al-Jāṡiyah/45: 29). Kebanyakan mufasir mengartikan ayat ini dengan “menasakhkan” atau “menghapus” ayat Al-Qur’an yang ada dan mengganti-nya dengan ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Al-Qāsimī (1/217) menafsirkan ayat ini dengan “mengganti sebuah ayat dengan ayat lain—seperti penggantian ayat-ayat Taurat dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. Uraian tentang hal ini akan dikemukakan kemudian. Sementara itu ada sebagian ulama tidak mengartikan naskh dengan "menghapus" atau "mengalihkan". Abdullah Yusuf Ali yang menerjemahkan kata āyah di atas dengan revelation, “wahyu”, dan menafsirkannya bahwa pada dasarnya ajaran Allah dari waktu ke waktu selalu sama, tetapi caranya yang mungkin berbeda sesuai dengan keperluan dan keadaan waktu itu, seperti yang diberikan kepada Musa, kepada Isa dan kemudian kepada Muhammad, masing-masing berbeda. Muhammad Asad menerjemahkannya dengan message, “risālah” (“ajaran suci”) dan menafsirkan bahwa dasarnya adalah ketentuan agama dalam Bibel diganti dengan syariat dalam Al-Qur’an. “Inilah yang menimbulkan kesalahan penafsiran oleh kebanyakan ulama kita”, katanya. Beberapa ulama menyimpulkan bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an sudah “dihapus” atas perintah Allah sebelum wahyu itu lengkap. Anggapan ini tidak didukung oleh hadis yang sahih. Ringkasnya, menurut pendapat ini, “paham nasikh-mansukh” itu tak punya dasar dalam kenyataan sejarah, dan harus ditolak. Ayat yang artinya risālah (ajaran suci) itu harus dibaca bahwa yang dihapus dan yang diganti itu adalah Bibel. Baik pihak Yahudi maupun Kristen tidak dapat menerima wahyu apa pun yang akan menggantikan Bibel. (Muhammad Asad, hlm. 23/C. 87). Kedua mufasir ini tidak menerjemahkan verse di bagian ini dengan “ayat” melainkan masing-masing dengan revelation, “wahyu” dan dengan message, “pesan”, “ajaran suci”. Meskipun ada perbedaan di antara ulama seputar nasakh, namun ayat ini menjelaskan apa yang Allah nasakh dari ayat-ayat Al-Qur’an akan digantikan dengan ayat-ayat yang lebih baik dan bermanfaat bagi manusia.
null
null
115
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
108
17
3
1
1
اَمْ تُرِيْدُوْنَ اَنْ تَسْـَٔلُوْا رَسُوْلَكُمْ كَمَا سُىِٕلَ مُوْسٰى مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Am turīdūna an tas'alū rasūlakum kamā su'ila mūsā min qabl(u), wa may yatabaddalil-kufra bil-īmāni faqad ḍalla sawā'as-sabīl(i).
Ataukah kamu menghendaki untuk meminta Rasulmu (Nabi Muhammad) seperti halnya Musa (pernah) diminta (Bani Israil) dahulu?34) Siapa yang mengganti iman dengan kekufuran, sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
34
34) Bani Israil pernah meminta kepada Nabi Musa a.s. agar dapat melihat Allah Swt. dengan mata kepala mereka, dibuatkan berhala untuk disembah, dan lain-lain.
Ataukah kamu hendak meminta kepada Rasulmu, yakni Muhammad, untuk mendatangkan kepadamu ayat-ayat Al-Qur'an lebih daripada apa yang telah dibawakannya kepadamu, seperti halnya Musa pernah diminta oleh Bani Israil dahulu sesuatu yang tidak pantas mereka minta? Barang siapa mengganti iman kepada ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan kekafiran, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus, dengan memilih kufur daripada iman, kesesatan daripada petunjuk, serta jauh dari kebenaran dan kebajikan.
Allah mencela sikap orang Yahudi yang menghina orang-orang Islam, karena adanya penasakhan hukum karena perintah Allah. Dalam hal ini Allah menyindir mereka, apakah mereka ingin mengulang perbuatan nenek moyang mereka, yaitu mengemukakan persoalan kepada Rasul, sebagaimana nenek moyang mereka menanyakan sesuatu kepada Nabi Musa ataukah mereka itu ingin meminta kepada Nabi Muhammad saw, agar ia mendatangkan hukum yang lain dari hukum yang telah ditetapkan, seperti halnya nenek moyang mereka itu mengajukan yang tidak semestinya kepada Nabi Musa. Firman Allah swt: يَسْـَٔلُكَ اَهْلُ الْكِتٰبِ اَنْ تُنَزِّلَ عَلَيْهِمْ كِتٰبًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَقَدْ سَاَلُوْا مُوْسٰٓى اَكْبَرَ مِنْ ذٰلِكَ فَقَالُوْٓا اَرِنَا اللّٰهَ جَهْرَةً (Orang-orang) Ahli Kitab meminta kepadamu (Muhammad) agar engkau menurunkan sebuah kitab dari langit kepada mereka. Sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata, ”Perlihatkanlah Allah kepada kami secara nyata.” … (an-Nisā’/4:153) Kemudian Allah mengingatkan orang Yahudi bahwa orang yang tidak berpegang pada perintah Allah dengan alasan ingin mencari hukum yang lain, yang menurut pertimbangannya lebih baik, berarti dia telah mengganti imannya dengan kekafiran, lebih mencintai kesesatan daripada hidayah, serta dia telah jauh dari kebenaran. Barang siapa melampaui hukum-hukum Allah, berarti dia telah jatuh ke dalam lembah kesesatan. Dalam ayat ini terdapat petunjuk bagi orang-orang Islam, yaitu agar mereka mengerjakan apa yang diperintahkan Rasul saw dan menjauhi segala larangannya. Juga terdapat larangan meminta sesuatu di luar ketentuan hukum yang sudah ada.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan sikap dan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani dan kedengkian mereka kepada Nabi, karena Al-Qur’an tidak diturunkan kepada orang-orang dari kalangan mereka. Dalam ayat ini Allah menerangkan hal-hal yang menyangkut masalah agama yaitu mengenai rahasia dihapusnya ayat yang diturunkan terlebih dahulu dengan ayat-ayat baru yang lebih baik, lebih sempurna atau yang sama nilainya dengan ayat yang telah lalu.
NASAKH DI DALAM AL-QUR’AN
Kosakata: Nansakh نَنْسَخْ (al-Baqarah/2: 106) Akar kata dari kalimat ini adalah “nasakha” (نسخ) yang berarti “menghapuskan” (al-Ḥajj/22: 52) atau “mengalihkan”, “menyalin” (al-Jāṡiyah/45: 29). Kebanyakan mufasir mengartikan ayat ini dengan “menasakhkan” atau “menghapus” ayat Al-Qur’an yang ada dan mengganti-nya dengan ayat yang lain dalam Al-Qur’an. Al-Qāsimī (1/217) menafsirkan ayat ini dengan “mengganti sebuah ayat dengan ayat lain—seperti penggantian ayat-ayat Taurat dengan ayat-ayat Al-Qur’an”. Uraian tentang hal ini akan dikemukakan kemudian. Sementara itu ada sebagian ulama tidak mengartikan naskh dengan "menghapus" atau "mengalihkan". Abdullah Yusuf Ali yang menerjemahkan kata āyah di atas dengan revelation, “wahyu”, dan menafsirkannya bahwa pada dasarnya ajaran Allah dari waktu ke waktu selalu sama, tetapi caranya yang mungkin berbeda sesuai dengan keperluan dan keadaan waktu itu, seperti yang diberikan kepada Musa, kepada Isa dan kemudian kepada Muhammad, masing-masing berbeda. Muhammad Asad menerjemahkannya dengan message, “risālah” (“ajaran suci”) dan menafsirkan bahwa dasarnya adalah ketentuan agama dalam Bibel diganti dengan syariat dalam Al-Qur’an. “Inilah yang menimbulkan kesalahan penafsiran oleh kebanyakan ulama kita”, katanya. Beberapa ulama menyimpulkan bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an sudah “dihapus” atas perintah Allah sebelum wahyu itu lengkap. Anggapan ini tidak didukung oleh hadis yang sahih. Ringkasnya, menurut pendapat ini, “paham nasikh-mansukh” itu tak punya dasar dalam kenyataan sejarah, dan harus ditolak. Ayat yang artinya risālah (ajaran suci) itu harus dibaca bahwa yang dihapus dan yang diganti itu adalah Bibel. Baik pihak Yahudi maupun Kristen tidak dapat menerima wahyu apa pun yang akan menggantikan Bibel. (Muhammad Asad, hlm. 23/C. 87). Kedua mufasir ini tidak menerjemahkan verse di bagian ini dengan “ayat” melainkan masing-masing dengan revelation, “wahyu” dan dengan message, “pesan”, “ajaran suci”. Meskipun ada perbedaan di antara ulama seputar nasakh, namun ayat ini menjelaskan apa yang Allah nasakh dari ayat-ayat Al-Qur’an akan digantikan dengan ayat-ayat yang lebih baik dan bermanfaat bagi manusia.
null
1. Penggantian isi ayat oleh Allah tidak dapat diingkari terjadinya, karena hal itu termasuk dalam kekuasaan Allah. 2. Segala sesuatu yang diperintahkan kepada seorang rasul pasti ada manfaatnya, oleh sebab itu haruslah dilakukan. Segala sesuatu yang dilarang tentu mengandung kemudaratan, oleh karenanya harus dijauhi. 3. Umat Islam dilarang mempersoalkan sesuatu yang akan memberatkan diri mereka sendiri.
116
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
109
17
3
1
1
وَدَّ كَثِيْرٌ مِّنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ لَوْ يَرُدُّوْنَكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ اِيْمَانِكُمْ كُفَّارًاۚ حَسَدًا مِّنْ عِنْدِ اَنْفُسِهِمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۚ فَاعْفُوْا وَاصْفَحُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Wadda kaṡīrum min ahlil-kitābi lau yaruddūnakum mim ba‘di īmānikum kuffārā(n), ḥasadam min ‘indi anfusihim mim ba‘di mā tabayyana lahumul-ḥaqq(u), fa‘fū waṣfaḥū ḥattā ya'tiyallāhu bi amrih(ī), innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Banyak di antara Ahlulkitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman menjadi kafir kembali karena rasa dengki dalam diri mereka setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka, maafkanlah (biarkanlah) dan berlapang dadalah (berpalinglah dari mereka) sehingga Allah memberikan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
null
null
Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan atau mema lingkan kamu setelah kamu beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad, menjadi kafir kembali seperti yang kamu lakukan dahulu, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka dengan adanya dalil-dalil kuat yang menunjukkan Nabi Muhammad benar-benar menyampaikan ayat-ayat Allah seperti yang diberitakan dalam kitab-kitab mereka. Maka maafkanlah kesalahan-kesalahan mereka, pergaulilah mereka dengan akhlak yang baik, dan berlapangdadalah dengan mengabaikan cacian dan tentangan mereka sampai Allah memberi kan perintah-Nya dengan bantuan dan dukunganNya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Ia akan menguatkan kedudukanmu dan memberimu kekuatan yang lebih besar.
Allah swt menjelaskan bahwa sebagian besar Ahli Al-Kitab selalu berangan-angan agar dapat membelokkan kaum Muslimin dari agama Tauhid menjadi kafir seperti mereka, setelah mereka mengetahui dengan nyata bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu benar dan sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam Kitab Taurat. Ayat ini mengandung peringatan kepada orang-orang Islam agar mereka waspada terhadap tipu muslihat yang dilakukan Ahli Kitab itu. Adakalanya dengan jalan mengeruhkan ajaran Islam, dan adakalanya dengan jalan menumbuhkan keragu-raguan di kalangan umat Islam sendiri. Mereka melakukan tipu muslihat karena kedengkian semata, tidak timbul dari pandangan yang bersih. Kedengkian mereka bukanlah karena keragu-raguan terhadap kandungan isi Al-Qur’an atau bukan karena didorong oleh kebenaran yang terdapat dalam Kitab Taurat, tetapi karena dorongan hawa nafsu, kemerosotan mental dan kedongkolan hati mereka. Itulah sebabnya mereka terjerumus dalam lembah kesesatan dan kebatilan. Sesudah itu Allah memberikan tuntunan pada umat Islam bagaimana caranya menghadapi tindak-tanduk mereka. Allah menyuruh umat Islam menghadapi mereka dengan sopan santun serta suka memaafkan segala kesalahan mereka, juga melarang agar jangan mencela mereka hingga tiba saatnya Allah memberikan perintah. Karena Allah-lah yang akan memberikan bantuan kepada umat Islam, hingga umat Islam dapat menentukan sikap dalam menghadapi tantangan mereka, apakah mereka itu harus diperangi atau diusir. Peristiwa ini telah terjadi, umat Islam memerangi Bani Quraizah dan Bani Nadir dari Medinah setelah mereka merobek-robek perjanjian. Mereka memberi bantuan kepada orang-orang musyrikin, setelah mereka diberi maaf berulang kali. Kemudian Allah memberikan ketegasan atau janji bahwa Dia akan memberikan bantuan kepada kaum Muslimin, dengan menyatakan bahwa Dia berkuasa untuk memberikan kekuatan lain. Dia berkuasa pula untuk memberikan ketetapan hati agar umat Islam tetap berpegang pada kebenaran. Sehingga mereka dapat mengalahkan orang-orang yang memusuhi umat Islam secara terang-terangan serta menyombongkan kekuatan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan sifat orang-orang Yahudi yang terlalu rewel, banyak mengajukan pertanyaan kepada rasul, yang akibatnya memberatkan diri mereka sendiri dan melarang orang-orang Islam menerima pendapat orang-orang Yahudi dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah membuka rahasia orang-orang Yahudi, serta menerangkan sifat-sifat mereka yang dengki kepada orang-orang Islam, terutama kepada Nabi Muhammad saw. Karena mereka telah melihat kenyataan, betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepada orang-orang Islam, mereka mendapat bimbingan Al-Qur’an. Rasa dengki ini tampak jelas dalam sikap mereka. Mereka berat sekali meninggalkan nenek moyang mereka dan tidak mau percaya kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP ORANG MUKMIN
Kosakata: Ḥasad حَسَدْ (al-Baqarah/2: 109) Ḥasad dari kata ḥasada-yaḥsudu-ḥasadan. Dalam kamus al-Muḥīṭ kata ḥasadan berarti mengharapkan hilangnya kenikmatan, keutamaan yang ada pada seseorang, atau menginginkan hal tersebut berpindah kepadanya. Hasad diharamkan dalam Islam kecuali pada dua hal yang disabdakan oleh Rasulullah saw, yakni tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara, yaitu pertama seseorang yang diberikan Allah harta kemudian dihabiskannya harta tersebut di jalan yang benar; kedua seseorang yang diberikan ilmu kemudian dia kerjakan dan mengajarkannya kepada manusia (diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan Ibnu Mājah). Dalam ayat ini, orang Yahudi hasad terhadap orang mukmin. Hasad ini timbul dari diri mereka sendiri, bukan dari ajaran Taurat karena sosok pribadi Rasul diterangkan dengan jelas dalam Taurat. Mereka dengki karena Nabi akhir zaman bukan dari keturunan Ishak (Bani Israil) tapi dari keturunan Ismail.
null
null
117
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
110
17
3
1
1
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ ۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Wa aqīmuṣ-ṣalāta wa ātuz-zakāh(ta), wa mā tuqaddimū li'anfusikum min khairin tajidūhu ‘indallāh(i), innallāha bimā ta‘malūna baṣīr(un).
Dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
null
null
Dan laksanakanlah salat sebagai ibadah badaniah dengan benar sesuai tuntunan, dan tunaikanlah zakat sebagai ibadah maliah, karena keduanya merupakan fondasi Islam. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu berupa salat, zakat, sedekah, atau amal-amal saleh lainnya, baik yang wajib maupun sunah, kamu akan mendapatkannya berupa pahala di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat dan memberi balasan pahala di akhirat atas apa yang kamu kerjakan.
Allah menyuruh kaum Muslimin agar terus-menerus menempuh jalan yang sebaik-baiknya, melakukan salat dan mengeluarkan zakat. Perintah ini dikaitkan dengan janji Allah berupa pertolongan mendapat kemenangan. Karena dalam salat terdapat hikmah yang banyak, seperti memperkuat jalinan iman, mempertinggi cita-cita serta mempertinggi daya tahan mental. Karena di dalam salat itu terdapat doa kepada Allah yang diucapkan seorang hamba sebagai pernyataan kehendak yang serius, serta memperkuat jalinan hati di antara orang-orang mukmin, dengan jalan melakukan salat berjamaah dan pergaulan mereka di dalam masjid. Dengan jalan inilah iman itu dapat berkembang dan kukuh, dapat juga memelihara kebersihan jiwa, dapat mencegah diri untuk melakukan perbuatan yang keji, serta dapat mempertinggi daya juang untuk melaksanakan kebenaran. Apabila kaum Muslimin menempuh cara-cara yang demikian, niscaya mereka akan mendapat pertolongan dari Allah. Hikmah yang terdapat dalam mengeluarkan zakat ialah mempererat hubungan antara Muslimin yang kaya dengan yang miskin, sehingga dengan kuatnya hubungan itu akan tercipta kesatuan dan persatuan umat yang kukuh dan bulat. Sesudah itu Allah menegaskan bahwa salat dan zakat itu sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh kemenangan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Hal ini dapat diketahui dari pernyataan Allah bahwa kebaikan apa pun yang dilakukan oleh kaum Muslimin, niscaya akan mendapat balasan dari sisi Allah pada hari pembalasan dengan seadil-adilnya. Allah menyuruh orang-orang Islam agar berbuat baik karena Allah benar-benar Maha Mengetahui segala amalan, baik amal yang banyak maupun amal yang sedikit. Tak ada amal yang disia-siakan baik amal yang saleh maupun amal yang jelek, semua akan mendapat balasan yang setimpal.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah menerangkan sifat orang-orang Yahudi yang terlalu rewel, banyak mengajukan pertanyaan kepada rasul, yang akibatnya memberatkan diri mereka sendiri dan melarang orang-orang Islam menerima pendapat orang-orang Yahudi dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama. Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini Allah membuka rahasia orang-orang Yahudi, serta menerangkan sifat-sifat mereka yang dengki kepada orang-orang Islam, terutama kepada Nabi Muhammad saw. Karena mereka telah melihat kenyataan, betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepada orang-orang Islam, mereka mendapat bimbingan Al-Qur’an. Rasa dengki ini tampak jelas dalam sikap mereka. Mereka berat sekali meninggalkan nenek moyang mereka dan tidak mau percaya kepada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
SIKAP ORANG YAHUDI TERHADAP ORANG MUKMIN
Kosakata: Ḥasad حَسَدْ (al-Baqarah/2: 109) Ḥasad dari kata ḥasada-yaḥsudu-ḥasadan. Dalam kamus al-Muḥīṭ kata ḥasadan berarti mengharapkan hilangnya kenikmatan, keutamaan yang ada pada seseorang, atau menginginkan hal tersebut berpindah kepadanya. Hasad diharamkan dalam Islam kecuali pada dua hal yang disabdakan oleh Rasulullah saw, yakni tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara, yaitu pertama seseorang yang diberikan Allah harta kemudian dihabiskannya harta tersebut di jalan yang benar; kedua seseorang yang diberikan ilmu kemudian dia kerjakan dan mengajarkannya kepada manusia (diriwayatkan oleh al-Bukhārī, Muslim dan Ibnu Mājah). Dalam ayat ini, orang Yahudi hasad terhadap orang mukmin. Hasad ini timbul dari diri mereka sendiri, bukan dari ajaran Taurat karena sosok pribadi Rasul diterangkan dengan jelas dalam Taurat. Mereka dengki karena Nabi akhir zaman bukan dari keturunan Ishak (Bani Israil) tapi dari keturunan Ismail.
null
1. Kaum Muslimin tidak boleh mengambil pendapat orang Yahudi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan agama, karena mereka sudah jelas dengki dan hasud serta ingin menjadikan Muslimin kafir. 2. Dalam menghadapi tipu muslihat mereka, kaum Muslimin harus bersabar dan berlapang dada, disertai dengan memohon pertolongan kepada Allah, terus-menerus melakukan salat dan mengeluarkan zakat.
118
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
111
17
3
1
1
وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ
Wa qālū lay yadkhulal-jannata illā man kāna hūdan au naṣārā, tilka amāniyyuhum, qul hātū burhānakum in kuntum ṣādiqīn(a).
Mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.”35) Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang-orang yang benar.”
35
35) Orang Yahudi mengatakan bahwa mereka saja yang akan masuk surga. Orang Nasrani pun meyakini bahwa hanya merekalah yang akan masuk surga.
Dan mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, berkata, “Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani." Itu hanya angan-angan dan mimpi-mimpi mereka. Katakanlah kepada mereka, wahai Muhammad, “Tunjukkan bukti kebenaranmu dengan alasan-alasan yang meyakinkan, jika kamu orang yang benar dalam anggapanmu itu. Ketahuilah, kamu tidak akan pernah dapat menunjukkan bukti itu!”
Ahli Kitab, baik Yahudi maupun Nasrani, masing-masing menganggap bahwa tidak akan masuk surga kecuali golongan mereka sendiri. Orang-orang Yahudi beranggapan bahwa yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Yahudi, demikian juga orang-orang Nasrani beranggapan bahwa yang akan masuk surga hanyalah orang-orang Nasrani. Untuk menolak dan membatalkan anggapan mereka itu Allah memberikan penegasan bahwa anggapan mereka itu hanyalah angan-angan yang timbul dari khayalan mereka. Angan-angan mereka, meskipun disebutkan secara global, namun maknanya mencakup arti yang luas, yaitu angan-angan mereka agar terhindar dari siksa serta anggapan bahwa yang bukan golongan mereka akan terjerumus ke dalam siksa, dan tidak memperoleh nikmat sedikit pun. Itulah sebabnya maka dalam ayat itu angan-angan mereka dinyatakan dalam bentuk jamak. Dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa suatu pendapat yang tidak didasarkan pada bukti-bukti yang benar tidak boleh diterima.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan tuntunan kepada orang orang mukmin tentang cara-cara yang harus mereka tempuh untuk memperoleh pertolongan dan bantuan dari Allah dalam menghadapi muslihat orang orang Ahli Kitab. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan Ahli Kitab itu dalam keadaan bertentangan pendapat, dan masing-masing pendapat mereka tidak didasarkan prinsip yang benar, tetapi hanyalah timbul dari angan-angan mereka.
ANGGAPAN ORANG YAHUDI TERHADAP ORANG NASRANI DAN SEBALIKNYA
Kosakata: Hūdan au Naṣārā هُوْدًا اَوْنَصَارٰى (al-Baqarah/2: 111) Kata Hūd artinya adalah “orang yang mengikuti agama Yahudi”. Yahūd adalah nama salah seorang putra Yakub a.s.. Yakub sendiri mendapat gelar Israel. Kata Yahūd dalam bahasa Ibrani adalah Yahoza. Sesudah Nabi Sulaiman wafat tahun 975 SM, kata Yahūd dikenal sebagai gelar bagi orang-orang yang mengikuti ajaran Taurat. Kata Naṣārā adalah bentuk jamak dari Nāṣirī, atau dari kata Nazareth, nisbah kepada tempat Maryam, ibunda Nabi Isa, dibesarkan. Ketika hamil, Maryam pergi ke Baitulmakdis. Di salah satu desa di Baitulmakdis yaitu Baitlehem, Maryam melahirkan Nabi Isa a.s. Orang-orang Israel menyebut Nabi Isa sebagai Yassu‘ an-Nāṣirī atau Yassu‘ an-Naṣārā. Pengikut Nabi Isa akhirnya dikenal sebagai kaum Naṣarā.
null
null
119
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
112
17
3
1
1
بَلٰى مَنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهٗٓ اَجْرُهٗ عِنْدَ رَبِّهٖۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ࣖ
Balā man aslama wajhahū lillāhi wa huwa muḥsinun falahū ajruhū ‘inda rabbih(i), wa lā khaufun ‘alaihim wa lā hum yaḥzanūn(a).
Tidak demikian! Orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah serta berbuat ihsan, akan mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka, dan mereka pun tidak bersedih.
null
null
Tidak! Mereka berdusta. Yang akan memasuki surga bukan hanya Yahudi atau Nasrani, melainkan barang siapa yang menyerahkan diri, tunduk, patuh, taat, ikhlas sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, beriman, membenarkan, dan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka di akhirat dan mereka tidak bersedih hati. Mereka kekal dalam kenikmatan. ,
Anggapan masing-masing golongan dari Ahli Kitab tidak benar, karena masuk surga tidak hanya dimonopoli oleh suatu bangsa atau suatu golongan, tetapi akan didapat oleh siapa saja yang berusaha mendapatkannya dengan ketentuan harus beriman dan beramal saleh. Sebagai ketegasan, Allah memberikan pernyataan bahwa barang siapa beriman kepada Allah dan membuktikan imannya itu dengan amal yang ikhlas, maka dia akan memperoleh pahala. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal baik seorang hamba. Ayat ini juga menunjukkan bahwa iman yang tidak direalisasikan dalam amal saleh, tidak menjamin tercapainya kebahagiaan seseorang. Dalam Al-Qur’an banyak didapati kata-kata iman senantiasa diiringi dengan amal saleh: وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا ١٢٤ (النساۤء) Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. (an-Nisā’/4:124) فَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا كُفْرَانَ لِسَعْيِهٖۚ Barang siapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak akan diingkari (disia-siakan), …( al-Anbiyā’/21:94) Apabila mereka telah berserah diri kepada Allah dan beramal saleh, maka mereka tidak perlu khawatir dan bersedih. Di antara tabiat orang-orang mukmin ialah apabila mereka ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan, mereka akan menyelidiki sebab-sebab terjadinya dan berusaha keras untuk mengatasinya. Kalau masih juga belum teratasi, mereka menyerahkan persoalan itu kepada kekuasaan Allah: niat mereka sedikit pun tidak melemah dan hati mereka pun menyadari bahwa untuk mengatasi semua kesulitan itu dia menyerahkan diri kepada kekuatan yang hakiki, yaitu Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan tuntunan kepada orang orang mukmin tentang cara-cara yang harus mereka tempuh untuk memperoleh pertolongan dan bantuan dari Allah dalam menghadapi muslihat orang orang Ahli Kitab. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan Ahli Kitab itu dalam keadaan bertentangan pendapat, dan masing-masing pendapat mereka tidak didasarkan prinsip yang benar, tetapi hanyalah timbul dari angan-angan mereka.
ANGGAPAN ORANG YAHUDI TERHADAP ORANG NASRANI DAN SEBALIKNYA
Kosakata: Hūdan au Naṣārā هُوْدًا اَوْنَصَارٰى (al-Baqarah/2: 111) Kata Hūd artinya adalah “orang yang mengikuti agama Yahudi”. Yahūd adalah nama salah seorang putra Yakub a.s.. Yakub sendiri mendapat gelar Israel. Kata Yahūd dalam bahasa Ibrani adalah Yahoza. Sesudah Nabi Sulaiman wafat tahun 975 SM, kata Yahūd dikenal sebagai gelar bagi orang-orang yang mengikuti ajaran Taurat. Kata Naṣārā adalah bentuk jamak dari Nāṣirī, atau dari kata Nazareth, nisbah kepada tempat Maryam, ibunda Nabi Isa, dibesarkan. Ketika hamil, Maryam pergi ke Baitulmakdis. Di salah satu desa di Baitulmakdis yaitu Baitlehem, Maryam melahirkan Nabi Isa a.s. Orang-orang Israel menyebut Nabi Isa sebagai Yassu‘ an-Nāṣirī atau Yassu‘ an-Naṣārā. Pengikut Nabi Isa akhirnya dikenal sebagai kaum Naṣarā.
null
null
120
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
113
18
3
1
1
وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ لَيْسَتِ النَّصٰرٰى عَلٰى شَيْءٍۖ وَّقَالَتِ النَّصٰرٰى لَيْسَتِ الْيَهُوْدُ عَلٰى شَيْءٍۙ وَّهُمْ يَتْلُوْنَ الْكِتٰبَۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللّٰهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيْمَا كَانُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ
Wa qālatil-yahūdu laisatin-naṣārā ‘alā syai'(in), wa qālatin-naṣārā laisatil-yahūdu ‘alā syai'(in), wa hum yatlūnal-kitāb(a), każālika qālal-lażīna lā ya‘lamūna miṡla qaulihim, fallāhu yaḥkumu bainahum yaumal-qiyāmati fīmā kānū fīhi yakhtalifūn(a).
Orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak menganut sesuatu (agama yang benar)” dan orang-orang Nasrani (juga) berkata, “Orang-orang Yahudi tidak menganut sesuatu (agama yang benar),” padahal mereka membaca Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak berilmu (musyrik Arab) berkata seperti ucapan mereka itu. Allah akan memberi putusan di antara mereka pada hari Kiamat tentang apa (agama) yang mereka perselisihkan.
null
null
Dan orang Yahudi berkata, “Orang Nasrani itu tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan berupa agama yang benar, padahal Nabi Isa telah datang kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya.” Dan orangorang Nasrani juga berkata, “Orang-orang Yahudi tidak memiliki sesuatu, yakni pegangan berupa agama yang benar, padahal Nabi Musa telah datang kepada mereka, lalu mereka mengingkarinya.” Padahal, mereka membaca Kitab, yakni Taurat bagi orang Yahudi dan Injil bagi orang Nasrani. Apa yang disebutkan dalam ayat ini merupakan isi perdebatan antara Yahudi dan Nasrani di hadapan Rasulullah . Rafi bin armalah, seorang Yahudi, mengatakan kepada orang Nasrani, “Kalian tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap Isa dan Injil.” Seorang Nasrani dari Najran lalu menanggapinya, “Kalian juga tidak punya suatu pegangan dan telah kafir terhadap Musa dan Taurat.”Demikian pula orang-orang musyrik Arab yang tidak berilmu; mereka berkata seperti ucapan me-reka, Ahli Kitab, itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari Kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan dalam soal agama.
Orang Yahudi beranggapan bahwa orang-orang Nasrani tidak mempunyai pegangan sedikit pun. Orang Yahudi mengingkari Almasih, padahal mereka telah membaca Kitab Taurat yang di dalamnya terdapat berita tentang kedatangan Nabi Isa. Orang Yahudi memberikan sebutan pada Almasih dengan sebutan yang tidak sepantasnya. Orang Nasrani beranggapan pula bahwa orang Yahudi tidak mempunyai pegangan agama yang benar, karena orang Yahudi telah mengingkari kenabian Almasih, yang bertindak sebagai penyempurna agama mereka. Padahal mereka telah membaca Kitab, yang semestinya tidak akan terjadi tuduh-menuduh itu. Kalau demikian, mereka mengatakan sesuatu yang tidak tercantum dalam Kitab mereka, karena Taurat memuat berita gembira tentang kedatangan Almasih yang menyempurnakan peraturan-peraturan agama yang dibawa oleh Musa a.s. bukan untuk membatalkan. Tetapi mengapa sampai terjadi orang Nasrani membatalkan sama sekali agama orang Yahudi? Secara singkat dapat dikatakan bahwa agama mereka sebenarnya satu. Hanya saja karena ada bagian-bagian yang dibuang dari isi Kitab itu, terjadilah tuduh-menuduh itu. Dengan demikian Kitab yang mereka baca itu menjadi bukti kedustaan mereka. Kata-kata yang mereka ucapkan bukanlah persoalan baru, bahkan bangsa sebelum mereka mengatakan sesuatu tanpa didasari bukti-bukti yang kuat. Seperti penganut waṡaniah, paganisme (penyembah berhala) juga mengatakan pada agama lain, bahwa agama yang dianut orang itu tidak mempunyai pegangan apa-apa. Kalau manusia dapat mengetahui yang sebenarnya, tentulah tidak akan terjadi pertentangan yang bersifat prinsip. Kemudian Allah memberikan penegasan bahwa Allah adalah Yang Maha Mengetahui segala kebenaran dan kebatilan yang mereka perselisihkan. Allah pula yang membenarkan mana yang benar dan menempatkan orang-orang yang mencintai kebenaran itu dalam surga, juga yang membatalkan mana yang batil, serta mengekalkan para pencinta dan pendukung kebatilan itu dalam neraka.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat-ayat yang lalu Allah memberikan tuntunan kepada orang orang mukmin tentang cara-cara yang harus mereka tempuh untuk memperoleh pertolongan dan bantuan dari Allah dalam menghadapi muslihat orang orang Ahli Kitab. Dalam ayat-ayat berikut ini Allah menerangkan Ahli Kitab itu dalam keadaan bertentangan pendapat, dan masing-masing pendapat mereka tidak didasarkan prinsip yang benar, tetapi hanyalah timbul dari angan-angan mereka.
ANGGAPAN ORANG YAHUDI TERHADAP ORANG NASRANI DAN SEBALIKNYA
Kosakata: Hūdan au Naṣārā هُوْدًا اَوْنَصَارٰى (al-Baqarah/2: 111) Kata Hūd artinya adalah “orang yang mengikuti agama Yahudi”. Yahūd adalah nama salah seorang putra Yakub a.s.. Yakub sendiri mendapat gelar Israel. Kata Yahūd dalam bahasa Ibrani adalah Yahoza. Sesudah Nabi Sulaiman wafat tahun 975 SM, kata Yahūd dikenal sebagai gelar bagi orang-orang yang mengikuti ajaran Taurat. Kata Naṣārā adalah bentuk jamak dari Nāṣirī, atau dari kata Nazareth, nisbah kepada tempat Maryam, ibunda Nabi Isa, dibesarkan. Ketika hamil, Maryam pergi ke Baitulmakdis. Di salah satu desa di Baitulmakdis yaitu Baitlehem, Maryam melahirkan Nabi Isa a.s. Orang-orang Israel menyebut Nabi Isa sebagai Yassu‘ an-Nāṣirī atau Yassu‘ an-Naṣārā. Pengikut Nabi Isa akhirnya dikenal sebagai kaum Naṣarā.
null
1. Pertentangan pendapat dan tuduh-menuduh yang terjadi di kalangan Ahli Kitab menunjukkan terjadinya penyelewengan mereka dari ajaran aslinya. 2. Surga dan kehidupan bahagia itu bukan monopoli suatu bangsa atau golongan, tetapi hak bagi setiap orang yang beriman dan beramal saleh.
121
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
114
18
3
1
1
وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللّٰهِ اَنْ يُّذْكَرَ فِيْهَا اسْمُهٗ وَسَعٰى فِيْ خَرَابِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ ەۗ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْيٌ وَّلَهُمْ فِى الْاٰخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيْمٌ
Wa man aẓlamu mim mam mana‘a masājidallāhi ay yużkara fīhasmuhū wa sa‘ā fī kharābihā, ulā'ika mā kāna lahum ay yadkhulūhā illā khā'ifīn(a), lahum fid-dun-yā khizyuw wa lahum fil-ākhirati ‘ażābun ‘aẓīm(un).
Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang masjid-masjid Allah digunakan sebagai tempat berzikir di dalamnya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya, kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan mendapat azab yang berat di akhirat.
null
null
Dan siapakah yang lebih zalim, berdosa, memusuhi Allah, dan menentang perintah-Nya daripada orang yang melarang di dalam masjid-masjid Allah untuk beribadah dan menyebut nama-Nya, dan berusaha merobohkannya dengan menghentikan syiar-syiar agama di dalamnya, merusak kesucian agama yang menyebabkan mereka melupakan Penciptanya, menyebarkan kemungkaran di masyarakat, dan membuat kerusakan di bumi? Mereka tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut, tunduk, taat, dan patuh kepada Allah. Mereka mendapat kehinaan di dunia sebagai akibat dari kezaliman mereka, dan di akhirat mendapat azab yang berat dalam neraka Jahanam yang merupakan tempat menetap yang paling hina. Ayat ini Allah turunkan sebagai jawaban atas sikap kaum kafir Mekah yang mela rang Nabi Muhammad salat di Masjidilharam.
Di antara tindakan orang yang paling zalim ialah: 1. Menghalang-halangi orang menyebut nama Allah di dalam masjid-masjid-Nya. Termasuk di dalamnya menghalang-halangi segala perbuatan yang berhubungan dengan urusan agama, seperti mempelajari dan mengamalkan agama, iktikaf,[13] salat, zikir dan sebagainya. 2. Merobohkan masjid-masjid Allah (tempat ibadah). Termasuk di dalamnya perbuatan, usaha, atau tindakan yang bertujuan untuk merusak, merobohkan, serta menghalang-halangi pendirian masjid dan sebagainya. Kedua macam perbuatan itu merupakan perbuatan zalim, karena mengakibatkan hilangnya syiar agama Allah. Para mufasir sependapat bahwa ayat di atas mengisyaratkan "tindakan yang umum" dan "tindakan yang khusus". “Tindakan yang umum” ialah segala macam tindakan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia beribadah di dalam masjid dan tindakan merobohkan masjid-masjid Allah (tempat ibadah). “Tindakan yang khusus” ialah bahwa ayat di atas diturunkan untuk menjelaskan atau mengisyaratkan bahwa telah terjadi suatu peristiwa dalam sejarah yang sifatnya sama dengan sifat-sifat tindakan atau perbuatan yang disebut di dalam ayat. Para mufasir berbeda pendapat tentang peristiwa yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat pertama: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan orang-orang musyrik Mekah yang menghalang-halangi keinginan Rasulullah saw beserta para sahabatnya yang hendak mengerjakan ibadah umrah pada bulan Zulhijah tahun ke 6 Hijri (bulan Maret 628 M). Sikap kaum Musyrik itu akhirnya melahirkan Perjanjian Hudaibiah.[14] Timbulnya keinginan itu kembali karena dalam Perjanjian Hudaibiah Nabi Muhammad saw dan para sahabat dibolehkan memasuki kota Mekah pada tahun setelah perjanjian itu ditanda-tangani. Tindakan mereka inilah yang dimaksud Allah dengan menghalang-halangi manusia menyebut nama Allah di dalam Masjidilharam dan usaha merobohkan masjid.[15] Pendapat golongan pertama ini selanjutnya menegaskan bahwa pada lanjutan ayat terdapat perkataan: اُولٰۤىِٕكَ مَا كَانَ لَهُمْ اَنْ يَّدْخُلُوْهَآ اِلَّا خَاۤىِٕفِيْنَ …Mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). …(al-Baqarah/2:114) Ayat ini menggambarkan bahwa akan tiba saatnya kaum Muslimin memasuki kota Mekah dengan aman dan tenteram dan orang musyrik Mekah akan memasuki Masjidilharam dengan penuh rasa takut. Hal ini terbukti di kemudian hari dengan terjadinya pembebasan kota Mekah oleh kaum Muslimin dan orang musyrik Mekah meninggalkan agama mereka dan masuk agama Islam. Pendapat kedua: Ayat di atas mengisyaratkan tindakan raja Titus (70 M) dari bangsa Romawi, anak dari kaisar Vespacianus, yang menghancurkan Haikal Sulaiman dan tempat-tempat ibadah orang-orang Yahudi dan Nasrani di Yerusalem. Tindakan orang musyrik Mekah menghalang-halangi Rasulullah saw dan kaum Muslimin memasuki kota Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah dan tindakan raja Titus menghancurkan Baitulmakdis, termasuk di dalam "tindakan yang umum". Sedang yang dimaksud "tindakan khusus" yang sesuai dengan ayat ini ialah pendapat kedua karena adanya perkataan "merobohkan masjid" Allah di dalam ayat. Kaum musyrik Mekah tidak pernah merobohkan Masjid Allah dalam arti yang sebenarnya; mereka hanya mengotori Baitullah dan menghalangi kaum Muslim beribadah. Sedang Titus dan tentaranya benar-benar telah merobohkan Baitullah di Yerusalem dan membunuh orang-orang yang beribadah kepada Allah. Lanjutan ayat menerangkan sifat-sifat yang harus dilakukan oleh manusia ketika memasuki masjid Allah, dengan tunduk, patuh dan memurnikan ketaatannya hanya kepada Allah semata. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa manusia dilarang memasuki masjid Allah dengan sikap-angkuh dan ria.[16] Dilarang memasuki masjid orang yang bermaksud menghalangi manusia beribadah di dalamnya, dan orang-orang yang bermaksud merusak atau merobohkannya. Pada akhir ayat, Allah mengancam orang yang melakukan tindakan-tindakan di atas dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Kehinaan di dunia mungkin berupa malapetaka, kehancuran dan segala macam kehinaan baik yang langsung atau tidak langsung dirasakan oleh manusia. Bentuk azab di akhirat hanya Allah yang lebih mengetahuinya. Allah melarang manusia melakukan segala macam tindakan yang berhubungan dengan menghalang-halangi manusia berdoa, salat, iktikaf, mempelajari agama, beribadah dan perbuatan-perbuatan yang lain dalam menegakkan syiar agama Allah di dalam masjid-masjid-Nya serta usaha merusak dan merobohkannya. Perbuatan itu zalim dalam pandangan Allah, karena langsung atau tidak langsung berakibat lenyapnya agama Allah di bumi. Perbuatan itu demikian zalimnya sehingga Allah mengancam para pelakunya dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. Yang diperintahkan Allah ialah agar manusia memakmurkan masjid-masjid Allah, mendirikan dan memeliharanya dengan baik, masuk ke dalamnya dengan rasa tunduk dan berserah diri kepada Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan tentang anggapan orang Yahudi terhadap orang Nasrani dan sebaliknya. Maka ayat ini menerangkan tindakan yang paling zalim yang dilakukan oleh manusia, yaitu menghalangi orang melaksanakan ibadah, bahkan sampai menghancurkan tempat ibadahnya.
TINDAKAN MENGHALANGI ORANG BERIBADAH
Kosakata: al-Khizyu اَلْخِزْيُ (al-Baqarah/2: 114) Al-Khizyu dari akar kata خزى - يخزي – خِزيٌ sinonim dengan kata takut, hina, dina dan sebagainya. Arti kata al-khizyu (masdar) adalah sesuatu yang jelek yang tidak disukai pada diri seseorang apalagi kalau sempat terlihat oleh orang lain. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang Yahudi yang akan merobohkan masjid-masjid di Medinah untuk memberi kehinaan kepada mereka di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapatkan azab yang pedih.
null
null
122
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
115
18
3
1
1
وَلِلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَاَيْنَمَا تُوَلُّوْا فَثَمَّ وَجْهُ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
Wa lillāhil-masyriqu wal-magrib(u), fa'ainamā tuwallū faṡamma wajhullāh(i), innallāha wāsi‘un ‘alīm(un).
Hanya milik Allah timur dan barat. Ke mana pun kamu menghadap, di sanalah wajah Allah.36) Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.
36
36) Wajah Allah (wajhullāh) bisa berarti ‘Zat Allah Swt’. atau ‘rida Allah Swt.’, sedangkan yang dimaksud di sini adalah arah kiblat yang diridai oleh Allah Swt. saat seseorang tidak bisa menentukan arah kiblat karena alasan tertentu. Maksud ini tergambar dalam sebab nuzul yang dituturkan oleh ‘Amir bin Rabi‘ah r.a. Dia berkata, “Kami menemani Rasulullah saw. dalam sebuah perjalanan. Tiba-tiba langit tertutup mendung sehingga kami kesulitan menentukan arah kiblat. Kami pun salat dan memberi tanda (pada arah salat kami). Ketika matahari muncul, kami sadar telah salat tanpa menghadap ke arah kiblat. Kami laporkan hal ini kepada Rasulullah, lalu turunlah ayat ini.” (Riwayat Ibnu Majah, al-Baihaqi, dan at-Tirmizi).
Dan milik Allah timur dan barat. Artinya, Allah adalah Tuhan bumi seluruhnya. Ke mana pun kamu menghadap ketika menunaikan salat, di sanalah wajah Allah, yaitu kiblat yang diinginkan Allah bagimu. Sungguh, Allah Mahaluas, tidak sempit dan tidak terbatas, Maha Mengetahui siapa yang menghadap kepada-Nya di mana pun ia berada.
Sebab turunnya ayat ini ialah seperti diriwayatkan oleh Jabir sebagai berikut: "Kami telah diutus oleh Rasulullah saw dalam suatu peperangan dan aku termasuk dalam pasukan itu. Ketika kami berada di tengah perjalanan, kegelapan mencekam kami, sehingga kami tidak mengetahui arah kiblat." Segolongan di antara kami berkata, "Kami telah mengetahui arah kiblat, yaitu ke sana, ke arah utara. Maka mereka salat dan membuat garis di tanah. Sebagian kami berkata, "Arah kiblat ke sana ke arah selatan." Dan mereka membuat garis di tanah. Tatkala hari subuh dan matahari pun terbit, garis itu mengarah ke arah yang bukan arah kiblat. Tatkala kami kembali dari perjalanan dan kami tanyakan kepada Rasulullah saw tentang peristiwa itu, maka Nabi saw diam dan turunlah ayat ini."[17] Allah swt menegaskan pemilikan-Nya terhadap seluruh alam ini. Dia sendiri yang mengaturnya, mengetahui apa saja yang terjadi di dalamnya, baik kecil maupun besar. Firman Allah: وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ …Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (al-Ḥadīd/57:4) Firman Allah yang lain: مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ …Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada (al-Mujādilah/58:7) رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَّعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَاتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ ... (Mereka berkata), " Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu yang ada pada-Mu meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan (agama)-Mu ..." (al-Mu’min/40: 7) Karena itu pada dasarnya, ke mana saja manusia menghadapkan mukanya dalam berdoa atau beribadah, ke timur, barat, utara, selatan, ke bawah, ke atas, dan sebagainya, pasti doa dan ibadahnya itu didengar Allah dan sampai kepada-Nya. Ayat ini membantah kepercayaan bahwa Allah mempunyai tempat, bahwa doa atau ibadah akan didengar dan sampai kepada Allah bila hamba yang berdoa dan beribadah itu menghadap ke arah tertentu saja atau suatu tempat yang dianggap lebih mulia dari tempat yang lain dan sebagainya. Kata wajh banyak sekali artinya. Dalam ayat ini berarti "kehadiran". Berdasarkan ayat di atas dan sebab turunnya, dapat ditetapkan hukum sebagai berikut: 1. Kiblat itu pada dasarnya ialah seluruh arah. Kemana saja hamba menghadap pasti menemui wajah Allah. Untuk memelihara kesatuan dan persatuan kaum Muslimin ditetapkanlah Ka‘bah sebagai arah kiblat. 2. Apabila hari sangat gelap dan arah kiblat tidak diketahui, maka boleh salat menghadap ke arah yang diyakini sebagai kiblat. Jika ternyata kemudian arah itu bukan arah kiblat maka salatnya tetap sah. 3. Bagi orang yang berada di atas kendaraan yang sedang berjalan, ia boleh berkiblat ke arah yang dia sukai. Sebagian ulama menganjurkan berkiblat ke arah depan dari kendaraan itu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan tentang anggapan orang Yahudi terhadap orang Nasrani dan sebaliknya. Maka ayat ini menerangkan tindakan yang paling zalim yang dilakukan oleh manusia, yaitu menghalangi orang melaksanakan ibadah, bahkan sampai menghancurkan tempat ibadahnya.
TINDAKAN MENGHALANGI ORANG BERIBADAH
Kosakata: al-Khizyu اَلْخِزْيُ (al-Baqarah/2: 114) Al-Khizyu dari akar kata خزى - يخزي – خِزيٌ sinonim dengan kata takut, hina, dina dan sebagainya. Arti kata al-khizyu (masdar) adalah sesuatu yang jelek yang tidak disukai pada diri seseorang apalagi kalau sempat terlihat oleh orang lain. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang Yahudi yang akan merobohkan masjid-masjid di Medinah untuk memberi kehinaan kepada mereka di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapatkan azab yang pedih.
null
null
123
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
116
18
3
1
1
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًا ۙسُبْحٰنَهٗ ۗ بَلْ لَّهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ كُلٌّ لَّهٗ قٰنِتُوْنَ
Wa qāluttakhażallāhu waladan subḥānah(ū), bal lahū mā fis-samāwāti wal-arḍ(i), kullul lahū qānitūn(a).
Mereka berkata, “Allah mengangkat anak.” Maha Suci Allah, bahkan milik-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya.
null
null
Dan mereka, kaum Yahudi dan Nasrani, berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Allah dari perkataan mereka. Ayat ini diturunkan sebagai jawaban atas pernyataan kaum Yahudi yang meyakini Uzair sebagai putra Allah, kaum Nasrani yang meng anggap Isa sebagai putra Allah, dan kaum musyrik Arab yang menganggap malaikat sebagai putri Allah. Bahkan milik-Nyalah, yakni Allah-lah pencipta dan pemilik apa yang di langit dan di bumi, termasuk di dalamnya Uzair, Isa, dan para malaikat itu. Semua tunduk, taat, dan patuh kepada-Nya, yakni kepada kebesaran, kekuasaan dan kehendak-Nya.
Pengakuan lisan dan hati orang-orang Yahudi dan Nasrani bahwa Allah mempunyai anak. Orang Yahudi mengatakan Uzair putra Allah, sedang orang Nasrani mengatakan bahwa Almasih putra Allah. وَقَالَتِ الْيَهُوْدُ عُزَيْرُ ِۨابْنُ اللّٰهِ وَقَالَتِ النَّصٰرَى الْمَسِيْحُ ابْنُ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِاَفْوَاهِهِمْۚ Dan orang-orang Yahudi berkata, ”Uzair putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, ”Almasih putra Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. (at-Taubah/9: 30) Kedua kepercayaan itu pada dasarnya adalah sama, yaitu menyatakan bahwa Allah mempunyai anak dan berarti mereka mempersekutukan Allah, menyatakan bahwa Allah memerlukan pembantu dalam mengurus alam ini, menyatakan bahwa Allah mempunyai suatu cita-cita dan cita-cita itu akan dilanjutkan oleh putra-Nya seandainya Dia tidak ada lagi. Kepercayaan dan ucapan orang-orang kafir itu tidak benar, mengherankan dan terlalu berani, Mahasuci Allah dari perkataan-perkataan yang demikian itu. Allah tidak memerlukan sesuatu pun, tidak memerlukan penolong dan pembantu dalam melaksanakan semua urusan-urusan-Nya, tidak memerlukan sesuatu pun untuk melanjutkan kehendak-Nya, karena Dia adalah kekal tidak berkesudahan. Dari perkataan "Mahasuci Allah" dipahami bahwa pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang Allah mempunyai anak adalah pengakuan yang dinilai sebagai dosa besar. Karena itu hamba-hamba yang terlanjur menyatakan pengakuan itu hendaklah bertobat kepada Allah. Hanya dengan bertobat, dosa besar seseorang hamba dapat diampuni oleh Allah. Akhir ayat ini memberi pengertian bahwa Allah hendak membersihkan diri-Nya dari perkataan orang-orang kafir. Allah menyatakan yang demikian semata-mata untuk menjaga hak hamba-hamba-Nya, membersihkan kepercayaan hamba-hamba-Nya yang dapat merugikan mereka di dunia dan di akhirat nanti. Bahkan Allah menegaskan bahwa seluruh alam ini adalah milik-Nya, berada di bawah kekuasaan-Nya. Tidak satu pun yang dapat mengurangi kehendak-Nya dan merugikan-Nya. Semua patuh dan tunduk kepada-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan tentang anggapan orang Yahudi terhadap orang Nasrani dan sebaliknya. Maka ayat ini menerangkan tindakan yang paling zalim yang dilakukan oleh manusia, yaitu menghalangi orang melaksanakan ibadah, bahkan sampai menghancurkan tempat ibadahnya.
TINDAKAN MENGHALANGI ORANG BERIBADAH
Kosakata: al-Khizyu اَلْخِزْيُ (al-Baqarah/2: 114) Al-Khizyu dari akar kata خزى - يخزي – خِزيٌ sinonim dengan kata takut, hina, dina dan sebagainya. Arti kata al-khizyu (masdar) adalah sesuatu yang jelek yang tidak disukai pada diri seseorang apalagi kalau sempat terlihat oleh orang lain. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang Yahudi yang akan merobohkan masjid-masjid di Medinah untuk memberi kehinaan kepada mereka di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapatkan azab yang pedih.
null
null
124
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
117
18
3
1
1
بَدِيْعُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ وَاِذَا قَضٰٓى اَمْرًا فَاِنَّمَا يَقُوْلُ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ
Badī‘us-samāwāti wal-arḍ(i), wa iżā qaḍā amran fa'innamā yaqūlu lahū kun fayakūn(u).
(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka, jadilah sesuatu itu.
null
null
Allah pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan, mengadakan, dan mewujudkan sesuatu, tidak ada halangan sedikit pun bagi-Nya, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadi lah sesuatu itu.
Allah adalah Mahapencipta. Dia menciptakan sesuatu dengan tidak mencontoh kepada apa yang telah ada, tidak menggunakan suatu bahan atau alat yang telah ada. Allah menciptakan dari yang tidak ada. Demikianlah Allah menciptakan langit dan bumi, dari yang semula tidak ada menjadi ada. Menurut bunyi ayat, Allah menciptakan sesuatu dengan perkataan "kun" (jadilah), ungkapan ini adalah simplikasi atau penyederhanaan tentang Mahabesarnya kekuasaan Allah, apa saja yang dikehendaki untuk ditetapkan semua terjadi dengan mudah. Sedang yang dimaksud dengan menciptakan hanyalah sekadar misal saja, agar mudah dipahami oleh hamba-hamba-Nya. Tentang cara Allah mengadakan sesuatu dan bagaimana proses terjadinya sesuatu, hanya Allah Yang Mahatahu. Firman Allah dalam ayat sebelumnya menjelaskan bahwa “apa-apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah dan semuanya itu tunduk dan patuh kepada Nya” merupakan pernyataan atas kekuasaan dan keperkasaan Nya. Dia yang menciptakan, Dia yang mengatur dan berkuasa atas segalanya. Kata “fa yakun”, yang berarti “maka jadilah” di sini tidak mesti diartikan bahwa sesuatu itu terjadi seketika itu juga, melainkan melalui tahapan proses yang memerlukan waktu. Setiap tahapan proses yang berlangsung dalam alam ini pasti akan berlaku hukum alam yakni ketentuan-ketentuan Allah atau sunatullāh. Proses rekayasa konstruktif dari bentuk ketersediaan bahan baku mentah menjadi bentuk barang jadi akan membutuhkan proses yang terkadang panjang dan perlu waktu. Proses terjadinya minyak bumi ataupun mineral-mineral berharga menelan waktu yang sangat lama menurut hitungan manusia. Dalam proses penciptaan alam jagat ini, perhatikan firman Allah dalam Surah al-Anbiyā'/21: 30, yang artinya: …Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (al-Anbiyā'/21: 30) Ayat di atas menjelaskan, bahwa dahulunya langit dan bumi itu suatu yang padu kemudian Allah pisahkan keduanya menjadi yang satu langit dan yang satu lagi adalah bumi. Tetapi proses pemisahan ini tidak terjadi secara seketika. Proses ini berlangsung dalam jutaan tahun. Pembentukan yang satu padu tersebut pun mungkin memerlukan proses dan waktu, tidak seketika. Begitu pula dalam penciptaan manusia pertama, Adam as, Siti Hawa, Isa as dan kita serta mahluk-mahluk lain yang ada dalam alam jagat raya ini semuanya akan berlangsung dalam tahapan proses sesuai yang telah ditetapkan Nya, walaupun sesungguhnya Allah mampu merubah ketentuan-ketentuan Nya yang sudah ada menjadi ketentuan lain sesuai dengan kehendakNya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan tentang anggapan orang Yahudi terhadap orang Nasrani dan sebaliknya. Maka ayat ini menerangkan tindakan yang paling zalim yang dilakukan oleh manusia, yaitu menghalangi orang melaksanakan ibadah, bahkan sampai menghancurkan tempat ibadahnya.
TINDAKAN MENGHALANGI ORANG BERIBADAH
Kosakata: al-Khizyu اَلْخِزْيُ (al-Baqarah/2: 114) Al-Khizyu dari akar kata خزى - يخزي – خِزيٌ sinonim dengan kata takut, hina, dina dan sebagainya. Arti kata al-khizyu (masdar) adalah sesuatu yang jelek yang tidak disukai pada diri seseorang apalagi kalau sempat terlihat oleh orang lain. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang Yahudi yang akan merobohkan masjid-masjid di Medinah untuk memberi kehinaan kepada mereka di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapatkan azab yang pedih.
null
null
125
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
118
18
3
1
1
وَقَالَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ لَوْلَا يُكَلِّمُنَا اللّٰهُ اَوْ تَأْتِيْنَآ اٰيَةٌ ۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِّثْلَ قَوْلِهِمْ ۗ تَشَابَهَتْ قُلُوْبُهُمْ ۗ قَدْ بَيَّنَّا الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يُّوْقِنُوْنَ
Wa qālal-lażīna lā ya‘lamūna lau lā yukallimunallāhu au ta'tīnā āyah(tun), każālika qālal-lażīna min qablihim miṡla qaulihim, tasyābahat qulūbuhum, qad bayyannal-āyāti liqaumiy yūqinūn(a).
Orang-orang yang tidak mengetahui berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kita?” Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa. Sungguh, telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada kaum yang yakin.
null
null
Dan orang-orang yang tidak mengetahui, yaitu orang-orang bodoh dari kaum musyrik Mekah, berkata, “Mengapa Allah tidak berbicara dengan kita dan tidak menurunkan wahyu kepada kita yang mengabarkan kerasulan Muhammad, atau datang tanda-tanda kekuasaan, alasan, dan penjelasan-Nya kepada kita tentang kebenaran kerasulan Muhammad?” Sebelumnya, orang-orang kafir Mekah pernah berkata kepada Nabi Muhammad, “Jika engkau betul-betul Rasul dari Allah seperti yang engkau katakan, maka katakanlah kepada Allah agar berbicara dengan kami sehingga kami mendengar ucapannya.” Mereka berkata demikian sebagai tanda penentangan dan kesombongan mereka. Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa dengan hati orang-orang sebelum mereka. Mereka menentang dan mendustakan para nabi dan rasul yang diutus Allah kepada mereka. Pernyataan Allah ini mengandung hiburan bagi Rasulullah. Allah menegaskan bahwa sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada orang-orang yang yakin.
Yang dimaksud dengan ungkapan “Mereka yang tidak mengetahui” dalam ayat ini ialah orang musyrik Mekah. Mereka dikatakan tidak mengetahui karena kepercayaan mereka tidak berdasarkan wahyu yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi-Nya dan tidak mengikuti nabi-nabi yang telah diutus-Nya. Hal ini ditegaskan ayat selanjutnya yang langsung mengarahkan pembicaraan kepada Nabi Muhammad saw, tentang sikap orang-orang musyrik itu dan persamaan perkataan mereka dengan perkataan orang-orang sebelum Nabi Muhammad diutus. Orang-orang musyrik mengatakan, “Mengapa Allah tidak langsung berbicara dengan mereka yang menerangkan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan Al-Qur’an diturunkan dari Allah, atau datang kepada mereka malaikat untuk menjelaskannya, atau datang dalil-dalil yang menerangkan dan membuktikan kenabian Muhammad?“ Ayat ini menerangkan bahwa perkataan mereka sama dengan perkataan orang-orang sebelum mereka, yang mereka ucapkan kepada nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Juga Allah menerangkan bahwa apa yang mereka katakan itu sebabnya sama, yaitu karena keingkaran dan kedengkian mereka kepada Muhammad, bukan karena tidak adanya dalil atau bukti-bukti yang telah didatangkan Allah. Telah banyak dalil yang didatangkan Allah, tetapi hati mereka tertutup menerima dalil-dalil itu, karena kesombongan dan keangkuhan mereka. Apa pun dalil dan bukti yang didatangkan, mereka tetap tidak akan beriman. Perkataan orang terdahulu yang sama dengan perkataan orang musyrik itu tersebut di dalam Al-Qur’an, seperti perkataan orang-orang Yahudi, sebagaimana yang diberitakan dalam Al-Qur’an: وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, ”Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas.” … (al-Baqarah/2:55. Lihat juga an-Nisā’/4:153) Firman Allah: وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا ۗ Dan (ingatlah), ketika kamu berkata, ”Wahai Musa! Kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah.” …(al-Baqarah/2:61) Orang-orang Nasrani berkata kepada Nabi Isa a.s. sebagaimana tersebut dalam firman Allah swt: اِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ يٰعِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيْعُ رَبُّكَ اَنْ يُّنَزِّلَ عَلَيْنَا مَاۤىِٕدَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ ۗ (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata, ”Wahai Isa putra Maryam! Bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” … (al-Mā’idah/5:112) Selanjutnya ditegaskan bahwa orang kafir tidak akan beriman walau keterangan atau bukti apa pun diturunkan kepada mereka. Allah berfirman: وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتٰبًا فِيْ قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوْهُ بِاَيْدِيْهِمْ لَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَآ اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ ٧ (الانعام) Dan sekiranya Kami turunkan kepadamu (Muhammad) tulisan di atas kertas, sehingga mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri, niscaya orang-orang kafir itu akan berkata, ”Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” (al-An‘ām/6:7) Pada akhir ayat diterangkan bahwa Allah selalu menurunkan bukti-bukti dan dalil-dalil bagi segala sesuatu, Dia menerangkannya dengan sejelas-jelasnya. Orang-orang yang bersih jiwa dan hatinya akan segera menerima dalil-dalil dan bukti itu dan mereka segera meyakininya. Orang-orang yang tidak menerimanya ialah mereka yang dalam hatinya ada rasa dengki dan penyakit, hatinya kasar dan tertutup. Allah berfirman: اَتَوَاصَوْا بِهٖۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُوْنَۚ ٥٣ (الذّٰريٰت) Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. (aż-Żāriyāt/51:53) Ayat di atas merupakan penawar duka bagi Nabi Muhammad saw yang sedang menghadapi keingkaran kaum musyrik Mekah terhadap seruannya. Seolah-olah ayat di atas menerangkan bahwa sikap kaum musyrik itu adalah sikap yang sama dengan sikap orang-orang dahulu terhadap nabi-nabi yang diutus kepada mereka. Karena itu janganlah dihiraukan sikap mereka dan janganlah bersedih hati.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan tentang anggapan orang Yahudi terhadap orang Nasrani dan sebaliknya. Maka ayat ini menerangkan tindakan yang paling zalim yang dilakukan oleh manusia, yaitu menghalangi orang melaksanakan ibadah, bahkan sampai menghancurkan tempat ibadahnya.
TINDAKAN MENGHALANGI ORANG BERIBADAH
Kosakata: al-Khizyu اَلْخِزْيُ (al-Baqarah/2: 114) Al-Khizyu dari akar kata خزى - يخزي – خِزيٌ sinonim dengan kata takut, hina, dina dan sebagainya. Arti kata al-khizyu (masdar) adalah sesuatu yang jelek yang tidak disukai pada diri seseorang apalagi kalau sempat terlihat oleh orang lain. Dalam ayat ini Allah mengancam orang-orang Yahudi yang akan merobohkan masjid-masjid di Medinah untuk memberi kehinaan kepada mereka di dunia sedangkan di akhirat mereka mendapatkan azab yang pedih.
null
1. Perbuatan yang paling zalim di sisi Allah ialah menghalang-halangi manusia beribadah di masjid-masjid dan merobohkan atau merusaknya. Allah mengingatkan orang yang melakukan perbuatan itu dengan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat. 2. Seluruh alam ini milik Allah, Dialah yang menguasai, mengatur dan mengurusnya. Dia mengetahui apa saja yang terjadi di dalam alam ini baik yang kecil maupun yang besar, yang nyata dan yang tidak nyata. Karena itu ke mana saja hamba menghadapkan wajahnya dalam beribadah, pasti diketahui dan didengar-Nya. 3. Allah tidak mempunyai anak, dan Dia tidak memerlukan sesuatu pun dalam mengurus makhluk-Nya. Dia kekal selama-lamanya. 4. Allah menciptakan alam ini dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang ada. Semuanya ada atas kehendak-Nya.
126
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
119
18
3
1
1
اِنَّآ اَرْسَلْنٰكَ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًاۙ وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ
Innā arsalnāka bil-ḥaqqi basyīraw wa nażīrā(n), wa lā tus'alu ‘an aṣḥābil-jaḥīm(i).
Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Nabi Muhammad) dengan hak sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Engkau tidak akan dimintai (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.
null
null
Sungguh, Kami telah mengutusmu, wahai Nabi Muhammad, dengan kebenaran syariat yang terang dan agama yang lurus, sebagai pembawa berita gembira kepada orang-orang beriman tentang surga yang penuh kenikmatan, dan pemberi peringatan kepada orang-orang kafir tentang siksaan api neraka. Dan engkau tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang kaum kafir yang menjadi penghuni-penghuni neraka sesudah engkau dengan sungguh-sungguh mengajak mere ka beriman. Dalam pernyataan Allah ini terkandung hiburan bagi Rasulullah agar tidak kecewa dan berkecil hati terhadap apa yang telah dilakukannya.
Allah mengutus Muhammad dengan kebenaran. Kebenaran itu ialah sesuatu yang kukuh dan pasti, tidak menyesatkan orang-orang yang menganutnya bahkan membahagiakannya dan tidak sedikit pun mempunyai unsur keragu-raguan, apalagi kebatilan. Dari ayat ini dapat dipahami bahwa di dalam kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad itu terkandung itikad, hukum, tata cara, kebiasaan yang baik dan segala hal yang dapat membahagiakan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Ayat ini menerangkan bahwa di antara tugas Nabi Muhammad ialah: 1. Memberi kabar gembira dari Allah yang menjanjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi orang yang mengikuti agama yang dibawa oleh Muhammad. Perkataan basyīran juga memberi pengertian: isyarat, tanda yang memberi kabar gembira, seperti adanya mendung sebagai tanda hari akan hujan. 2. Memberi peringatan bahwa ada nestapa bagi orang yang tidak mengikuti perintah-perintah Allah serta menghentikan larangan-larangan-Nya dan bagi orang yang menghalangi seruan Nabi Muhammad saw. Orang yang tidak mengindahkan peringatan itu akan dimasukkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Ungkapan semacam ini menunjukkan kerasnya azab yang akan diderita oleh mereka yang mendurhakai Nabi. Ayat tersebut menerangkan tentang tugas Nabi Muhammad saw, yaitu menyampaikan agama kepada manusia. Sedang yang memberi penilaian terhadap sikap manusia kepada seruan Muhammad adalah Allah sendiri. Hanya Allah yang memberi pahala dan memberi hukuman. Allah berfirman: ۞ لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰىهُمْ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. … (al-Baqarah/2:272)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang telah lalu menerangkan tentang pengakuan orang Yahudi dan Nasrani bahwa Allah mempunyai anak dan Allah mempunyai sekutu. Ayat ini menerangkan tentang pengingkaran orang musyrik Mekah terhadap kenabian Muhammad dan pengingkaran terhadap apa yang dibawanya.
KEINGKARAN ORANG KAFIR TERHADAP KENABIAN MUHAMMAD SAW
Kosakata: al-Millah اَلْمِلَّةْ (al-Baqarah/2: 120) Millah sinonim dengan ad-dīn atau syarī‘ah. Kata millah sendiri berarti apa yang Allah syariatkan kepada hamba-Nya melalui nabi-nabi. Perbedaan antara dīn dan millah, bahwa dīn (agama) diidafahkan (disandarkan) kepada Allah atau Muhammad saw. seperti dīnullāh atau dīnu muḥammad, sedangkan millah hanya diidafahkan kepada nabi tertentu, seperti Nabi Ibrahim: millah ibrāhīm (Āli ‘Imrān/3: 95) atau millah ābā’i (Yūsuf/12: 38). Kata millah bisa juga diambil dari imlal artinya mendiktekan dan menuliskan. Ajaran agama dituliskan agar supaya diamalkan. Ungkapan “Ḥattā tattabi‘a millatahum” merupakan kināyah dari rasa putus asa terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak mau mengikuti syariat Islam. Mereka tidak mengikuti ajaran Islam bahkan mereka menginginkan Muhammad-lah yang mengikuti ajaran mereka karena mereka tidak benar-benar mengikuti ajaran Taurat dan Injil, kalau mereka benar-benar mengikuti, pasti mereka beriman karena sifat-sifat nabi disebutkan dalam kitab-kitab suci tersebut.
null
null
127
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
120
19
3
1
1
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ اِنَّ هُدَى اللّٰهِ هُوَ الْهُدٰى ۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ بَعْدَ الَّذِيْ جَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا نَصِيْرٍ
Wa lan tarḍā ‘ankal-yahūdu wa lan-naṣārā ḥattā tattabi‘a millatahum, qul inna hudallāhi huwal-hudā, wa la'inittaba‘ta ahwā'ahum ba‘dal-lażī jā'aka minal-‘ilm(i), mā laka minallāhi miw waliyyiw wa lā naṣīr(in).
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Nabi Muhammad) sehingga engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Sungguh, jika engkau mengikuti hawa nafsu mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak ada bagimu pelindung dan penolong dari (azab) Allah.
null
null
Dan janganlah engkau, wahai Nabi Muhammad, bersusah payah mencari kerelaan orang-orang yang ingkar. Hal itu tidak mungkin, sebab orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu, Nabi Muhammad, sebelum engkau meninggalkan agamamu dan berpaling mengikuti agama mereka yang mereka anggap paling benar. Karena itu, engkau tidak perlu melakukan apa yang mereka minta demi memperoleh kerelaan mereka, tetapi tetaplah engkau meng hadapkan dirimu untuk mendapatkan kerelaan Allah. Tetaplah mengajak mereka kepada kebenaran dan katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah, yakni agama Islam, itulah petunjuk, yakni agama yang sebenarnya.” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu, yakni kebenaran wahyu, sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. Meski khitab ayat ini ditujukan kepada Nabi Muhammad, pada hakikat-nya pesan ini berlaku umum bagi seluruh umat Islam.
Ayat ini menyatakan keinginan Ahli Kitab yang sebenarnya sehingga mereka melakukan tindakan-tindakan terhadap orang-orang yang beribadah di masjid Allah, merobohkan masjid, menyekutukan Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad saw, Nabi terakhir. Mereka tidak akan berhenti melakukan tindakan itu sebelum Nabi Muhammad saw dan pengikutnya menganut agama yang mereka anut, yaitu agama yang berasal dari agama-agama yang dibawa para nabi yang terdahulu, tetapi ajaran-ajarannya sudah banyak diubah-ubah oleh mereka. Karena itu hendaklah kaum Muslimin waspada terhadap sikap Ahli Kitab, janganlah ragu-ragu mengikuti petunjuk Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi-Nya, bukan petunjuk yang berasal dari keinginan dan hawa nafsu manusia, terutama keinginan dan hawa nafsu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Orang Yahudi dan Nasrani melakukan tindakan-tindakan itu setelah pengetahuan datang pada mereka tentang agama yang diridai Allah dan ajaran-ajaran agama Islam. Secara lahiriah, ayat ini langsung ditujukan kepada Nabi Muhammad saw, berupa peringatan yang keras seandainya Nabi saw, mengikuti kemauan mereka padahal Nabi telah dijamin terpelihara dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah. Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat yang seperti itu yang lahirnya ditujukan kepada Nabi, tetapi yang dimaksud ialah umat Muhammad saw. Allah memperingatkan dengan ayat ini agar kaum Muslimin berhati-hati terhadap sikap Ahli Kitab kepada Agama Islam dan kaum Muslimin.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang telah lalu menerangkan tentang pengakuan orang Yahudi dan Nasrani bahwa Allah mempunyai anak dan Allah mempunyai sekutu. Ayat ini menerangkan tentang pengingkaran orang musyrik Mekah terhadap kenabian Muhammad dan pengingkaran terhadap apa yang dibawanya.
KEINGKARAN ORANG KAFIR TERHADAP KENABIAN MUHAMMAD SAW
Kosakata: al-Millah اَلْمِلَّةْ (al-Baqarah/2: 120) Millah sinonim dengan ad-dīn atau syarī‘ah. Kata millah sendiri berarti apa yang Allah syariatkan kepada hamba-Nya melalui nabi-nabi. Perbedaan antara dīn dan millah, bahwa dīn (agama) diidafahkan (disandarkan) kepada Allah atau Muhammad saw. seperti dīnullāh atau dīnu muḥammad, sedangkan millah hanya diidafahkan kepada nabi tertentu, seperti Nabi Ibrahim: millah ibrāhīm (Āli ‘Imrān/3: 95) atau millah ābā’i (Yūsuf/12: 38). Kata millah bisa juga diambil dari imlal artinya mendiktekan dan menuliskan. Ajaran agama dituliskan agar supaya diamalkan. Ungkapan “Ḥattā tattabi‘a millatahum” merupakan kināyah dari rasa putus asa terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang tidak mau mengikuti syariat Islam. Mereka tidak mengikuti ajaran Islam bahkan mereka menginginkan Muhammad-lah yang mengikuti ajaran mereka karena mereka tidak benar-benar mengikuti ajaran Taurat dan Injil, kalau mereka benar-benar mengikuti, pasti mereka beriman karena sifat-sifat nabi disebutkan dalam kitab-kitab suci tersebut.
null
1. Allah mengutus para rasul disertai dalil dan bukti yang lengkap. Hanya orang yang telah tertutup hatinya dan ada penyakit di dalamnya yang tidak mau memahami dalil dan bukti itu. 2. Tugas seorang rasul hanyalah menyampaikan agama Allah, bukan untuk menjadikan manusia beriman kepada Allah. Beriman atau tidaknya seseorang, adalah urusan Allah. 3. Orang Yahudi dan Nasrani tidak rela seseorang menganut agama Islam. Mereka selalu berusaha agar kamu mengikuti mereka. Allah tidak akan menolong orang yang telah mengetahui kebenaran, tetapi tidak mau mengikutinya atau mengamalkannya.
128
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
121
19
3
1
1
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَتْلُوْنَهٗ حَقَّ تِلَاوَتِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ يُؤْمِنُوْنَ بِهٖ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ࣖ
Allażīna ātaināhumul-kitāba yatlūnahū ḥaqqa tilāwatih(ī), ulā'ika yu'minūna bih(ī), wa may yakfur bihī fa ulā'ika humul-khāsirūn(a).
Orang-orang yang telah Kami beri kitab suci, mereka membacanya sebagaimana mestinya, itulah orang-orang yang beriman padanya. Siapa yang ingkar padanya, merekalah orang-orang yang rugi.
null
null
Orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Kitab Suci, yakni Taurat dan Injil, mereka membacanya dan mengikuti ajarannya sebagaimana mestinya. Mereka tidak melakukan perubahan apa pun terhadap Kitab Suci itu. Mereka itulah orang-orang yang beriman kepadanya, yakni kitab suci sebelum mengalami perubahan, dengan iman yang sebenar-benarnya, di antaranya iman kepada para nabi, termasuk nabi terakhir, Muhammad. Adapun mereka yang mengubah Kitab Suci dan tidak mengimani kerasulan Nabi Muham mad, mereka itulah orangorang yang ingkar. Dan barang siapa ingkar kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi dan celaka dalam pandangan Allah. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, yakni nenek moyangmu dahulu, di antaranya nikmat berupa kebebasan dari ke
Di antara Ahli Kitab ada orang Yahudi yang mengikuti Taurat, orang Nasrani mengikuti Injil. Mereka benar-benar membaca kitab yang diturunkan kepada mereka dengan bacaan yang benar tidak diikuti oleh keinginan dan hawa nafsu mereka. Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya dengan me-mahaminya sepenuh hati, tidak mentakwilkan atau menafsirkannya menurut keinginan sendiri, tidak menambah, mengurangi atau mengubahnya. Menurut Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbas, membaca dengan bacaan yang sebenarnya ialah menghalalkan yang dihalalkanya, mengharamkan yang diharamkannya, membacanya seperti yang diturunkan Allah, tidak mengubah-ubah atau memalingkan perkataan dari tempat yang semestinya dan tidak menakwilkan sesuatu dari kitab itu dengan takwil yang bukan semestinya.[18] Dalam firman-Nya yang lain dijelaskan bacaan yang dimaksud, yakni: اِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهٖٓ اِذَا يُتْلٰى عَلَيْهِمْ يَخِرُّوْنَ لِلْاَذْقَانِ سُجَّدًاۙ “... Sesungguhnya orang yang telah diberi pengetahuan sebelumnya, apabila (Al-Qur’an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah, bersujud.” (a1-Isrā’/17:107) لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِ Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Qur’an)…(Yūsuf/12:111) Dari ayat-ayat di atas dipahami bahwa semua kitab (wahyu) Allah yang diturunkan kepada hamba-hamba-Nya merupakan pengajaran bagi mereka, yang tujuannya untuk mengarahkan dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus. Karena itu, para hamba Allah wajib membaca dengan sebenar-benarnya, berulang-ulang, dan berusaha memahami petunjuk Allah yang terdapat di dalamnya. Allah berfirman: اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ ۗ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللّٰهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلَافًا كَثِيْرًا ٨٢ (النساۤء) Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya. (an-Nisā’/4:82) Firman Allah: اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا ٢٤ (محمّد) Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur’an ataukah hati mereka sudah terkunci? (Muḥammad/47:24) Dari ayat-ayat di atas dipahami bahwa membaca Al-Qur’an dengan tidak memperhatikan maksud dan maknanya, menafsirkannya dengan sekehendak hati adalah sama dengan membaca Kitab oleh Yahudi dan Nasrani. Dari ayat di atas dipahami bahwa membaca kitab-kitab Allah dengan bacaan yang sebenarnya wajib dilakukan oleh manusia. Membaca Kitab tidak dengan bacaan yang sebenarnya tidak mengamalkan apa yang dibaca, itu berarti memperolok-olokkan kitab-kitab Allah dan menantang Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang telah lalu menerangkan keingkaran Ahli Kitab terhadap ajakan Nabi Muhammad saw untuk mengikuti agama Allah yang hak. Hati mereka tidak akan tenteram sehingga Nabi Muhammad saw mengikuti agama mereka, seolah-olah Allah memutuskan harapan Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan bahwa ada di antara Ahli Kitab yang membaca Kitab yang diturunkan Allah dengan sebenarnya, mengikuti dan mengamal-kan apa yang tertulis di dalamnya, tidak mengubah, menambah, mengurangi, atau menakwilkan menurut kehendaknya. Mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya, mereka pasti beriman kepada Nabi Muhammad saw, berbahagia di dunia dan di akhirat.
SERUAN ALLAH KEPADA BANI ISRAIL YANG BENAR-BENAR BERIMAN
Kosakata: al-Kitāb اَلْكِتَابُ (al-Baqarah/2: 121) Al-Kitāb asal katanya adalah masdar dari kataba yang berarti “menulis”, kemudian dipakai untuk sesuatu yang ditulis atau maktūb. Arti kata dasarnya kataba adalah “mengumpulkan”. Menulis adalah pekerjaan mengumpulkan huruf-huruf menjadi kalimat dan ungkapan. Yang dimaksud “kitab” dalam ayat ini adalah kitab suci Taurat dan Injil. Al-Kitāb ditulis dalam bentuk tunggal bukan jamak karena isi kitab suci pada intinya sama. Maksud kata al-Kitāb dalam ayat ini adalah orang-orang yang diberi kitab Taurat dan Injil, benar-benar membacanya dengan tidak mengubah atau menggantinya serta mengikuti ajaran kitab suci tersebut.
null
null
129
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
122
19
3
1
1
يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ
Yā banī isrā'īlażkurū ni‘matiyal-latī an‘amtu ‘alaikum wa annī faḍḍaltukum ‘alal-‘ālamīn(a).
Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu daripada semua umat di alam ini (pada masa itu).
null
null
Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu, yakni nenek moyangmu dahulu, di antaranya nikmat berupa kebebasan dari kejaran Firaun, diutusnya banyak rasul, dan diturunkannya kitab-kitab suci; dan di antara nikmat-nikmat itu Aku telah melebihkan kamu dari semua umat yang lain di alam ini pada masa itu dengan banyaknya para nabi yang diutus kepada kamu. Ini menunjukkan bahwa Allah benar-benar sangat menyayangi hamba-Nya. Meskipun Bani Israil telah berkali-kali melakukan pelanggaran, mereka tetap saja diajak dengan harapan mereka dapat percaya kepada Nabi Muhammad. Selanjutnya, ayat 123 mengingatkan mereka dan semua orang untuk mempersiapkan diri menghadapi hari Kiamat.
Ayat ini mengingatkan lagi kepada Bani Israil akan nikmat yang pernah diberikan Allah kepada nenek moyang mereka. Allah telah melebihkan mereka dari bangsa-bangsa lain yang semasa dengan mereka. Nikmat yang diberikan Allah itu adalah karena mereka selain berpegang kepada ajaran Allah, kepada keadilan dan kebenaran, mereka mempunyai sifat-sifat dan cita-cita yang mulia dan menjauhi sifat yang buruk dan mengekang keinginan dan hawa nafsu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang telah lalu menerangkan keingkaran Ahli Kitab terhadap ajakan Nabi Muhammad saw untuk mengikuti agama Allah yang hak. Hati mereka tidak akan tenteram sehingga Nabi Muhammad saw mengikuti agama mereka, seolah-olah Allah memutuskan harapan Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan bahwa ada di antara Ahli Kitab yang membaca Kitab yang diturunkan Allah dengan sebenarnya, mengikuti dan mengamal-kan apa yang tertulis di dalamnya, tidak mengubah, menambah, mengurangi, atau menakwilkan menurut kehendaknya. Mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya, mereka pasti beriman kepada Nabi Muhammad saw, berbahagia di dunia dan di akhirat.
SERUAN ALLAH KEPADA BANI ISRAIL YANG BENAR-BENAR BERIMAN
Kosakata: al-Kitāb اَلْكِتَابُ (al-Baqarah/2: 121) Al-Kitāb asal katanya adalah masdar dari kataba yang berarti “menulis”, kemudian dipakai untuk sesuatu yang ditulis atau maktūb. Arti kata dasarnya kataba adalah “mengumpulkan”. Menulis adalah pekerjaan mengumpulkan huruf-huruf menjadi kalimat dan ungkapan. Yang dimaksud “kitab” dalam ayat ini adalah kitab suci Taurat dan Injil. Al-Kitāb ditulis dalam bentuk tunggal bukan jamak karena isi kitab suci pada intinya sama. Maksud kata al-Kitāb dalam ayat ini adalah orang-orang yang diberi kitab Taurat dan Injil, benar-benar membacanya dengan tidak mengubah atau menggantinya serta mengikuti ajaran kitab suci tersebut.
null
null
130
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
123
19
3
1
1
وَاتَّقُوْا يَوْمًا لَّا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَّفْسٍ شَيْـًٔا وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَّلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَّلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ
Wattaqū yaumal lā tajzī nafsun ‘an nafsin syai'aw wa lā yuqbalu minhā ‘adluw wa lā tanfa‘uhā syafā‘atuw wa lā hum yunṣarūn(a).
Takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan (membela) orang lain sedikit pun, tebusannya tidak diterima, syafaat tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong.
null
null
Dan takutlah kamu dengan cara menjaga diri agar tidak mendapat siksa pada keadaan yang sangat mengerikan di hari Kiamat, yaitu ketika tidak seorang pun dapat menggantikan atau membela orang lain sedikit pun. Pada hari itu, tebusan dalam bentuk apa pun untuk menghindari siksa tidak akan diterima, dan bantuan maupun perantara tidak berguna baginya, dan mereka tidak akan ditolong. Ini mengisyaratkan bahwa berbagai kenikmatan di dunia yang Allah berikan kepada Bani Israil dan umat lain tidak menjamin hal serupa akan Allah berikan kepada mereka di akhirat.
Bani Israil diperingatkan agar selalu mengikuti agama Allah. Hendaklah mereka ingat akan kedatangan suatu hari, yang pada hari itu tidak ada sesuatu pun yang dapat menolong kecuali Allah. Pada hari itu seseorang tidak dapat menolong orang lain menghindari diri dari azab Allah, tiap-tiap orang bertanggung jawab atas segala perbuatan yang pernah dilakukannya. Seseorang tidak dapat menebus dosanya dengan harta apa pun, dan seseorang tidak dapat menggantikan orang lain memikul azab.[19] Ayat ini memperingatkan orang-orang yang beriman agar selalu menjaga diri dari azab hari Kiamat dengan melaksanakan semua perintah dan menghentikan larangan Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang telah lalu menerangkan keingkaran Ahli Kitab terhadap ajakan Nabi Muhammad saw untuk mengikuti agama Allah yang hak. Hati mereka tidak akan tenteram sehingga Nabi Muhammad saw mengikuti agama mereka, seolah-olah Allah memutuskan harapan Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan bahwa ada di antara Ahli Kitab yang membaca Kitab yang diturunkan Allah dengan sebenarnya, mengikuti dan mengamal-kan apa yang tertulis di dalamnya, tidak mengubah, menambah, mengurangi, atau menakwilkan menurut kehendaknya. Mereka adalah orang-orang yang bersih hatinya, mereka pasti beriman kepada Nabi Muhammad saw, berbahagia di dunia dan di akhirat.
SERUAN ALLAH KEPADA BANI ISRAIL YANG BENAR-BENAR BERIMAN
Kosakata: al-Kitāb اَلْكِتَابُ (al-Baqarah/2: 121) Al-Kitāb asal katanya adalah masdar dari kataba yang berarti “menulis”, kemudian dipakai untuk sesuatu yang ditulis atau maktūb. Arti kata dasarnya kataba adalah “mengumpulkan”. Menulis adalah pekerjaan mengumpulkan huruf-huruf menjadi kalimat dan ungkapan. Yang dimaksud “kitab” dalam ayat ini adalah kitab suci Taurat dan Injil. Al-Kitāb ditulis dalam bentuk tunggal bukan jamak karena isi kitab suci pada intinya sama. Maksud kata al-Kitāb dalam ayat ini adalah orang-orang yang diberi kitab Taurat dan Injil, benar-benar membacanya dengan tidak mengubah atau menggantinya serta mengikuti ajaran kitab suci tersebut.
null
1. Di antara orang Yahudi ada yang membaca kitab Allah dengan sepenuh hati, mengamalkan semua isinya, tidak menambah, mengurangi dan mengubahnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab itu dan beriman kepada Allah. 2. Dalam membaca Al-Qur’an hendaklah kaum Muslimin membaca Al-Qur’an dengan sepenuh hati, membacanya dengan perlahan-lahan, meresapi arti dan maksudnya, tidak mengurangi atau menafsirkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsu. Bila tidak demikian, maka Al-Qur’an itu tidak akan menjadi petunjuk yang mengarahkan mereka ke jalan yang benar. 3. Amat banyak nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada Bani Israil, tetapi mereka tetap ingkar. Hendaklah hal ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
131
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
124
19
3
1
1
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
Wa iżibtalā ibrāhīma rabbuhū bikalimātin fa atammahunn(a), qāla innī jā‘iluka lin-nāsi imāmā(n), qāla wa min żurriyyatī, qāla lā yanālu ‘ahdiẓ-ẓālimīn(a).
(Ingatlah) ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “(Aku mohon juga) dari sebagian keturunanku.” Allah berfirman, “(Doamu Aku kabulkan, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
null
null
Dan ingatlah juga, wahai Nabi Muhammad, kisah ketika Nabi Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, yakni sejumlah tugas dan kewajiban, lalu dia melaksanakannya dengan sangat baik dan sempurna. Dia, Allah, berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin dan teladan bagi seluruh manusia.” Dia, Ibrahim, berkata, “Dan apa kah janji-Mu itu berlaku juga bagi sebagian dari anak cucuku?” Allah berfirman, “Benar, tetapi janji-Ku itu tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Ibrahim a.s. diuji Tuhan dengan beberapa kalimat dengan menugaskan perintah dan larangan, seperti membangun Ka‘bah, membersihkannya dari segala macam kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail a.s., menghadapi raja Namrud, dan sebagainya. Menurut Mahmud Zahram, Ibrahim a.s. telah diberi oleh Allah ber-macam-macam pengalaman ujian dan cobaan. Dia diperintahkan Allah menyembelih anaknya, perjalanan pulang pergi antara Syam dengan Hijaz untuk melihat anak dan istrinya yang berada di kedua tempat itu, dan sebagainya.[20] Allah tidak menerangkan macam-macam kalimat yang telah ditugaskan kepada Nabi Ibrahim. Hal ini memberi petunjuk bahwa tugas yang telah diberikan Allah itu adalah besar, berat dan banyak. Sekalipun demikian Ibrahim a.s. telah melaksanakan tugas dan beban itu dengan sebaik-baiknya yang membawanya ke tempat kedudukan yang sempurna. وَاِبْرٰهِيْمَ الَّذِيْ وَفّٰىٓ ۙ ٣٧ (النجم) Dan (lembaran-lembaran) Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (an-Najm/53:37) Perkataan, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu imam bagi seluruh manusia," tidak ada hubungannya dengan kalimat yang sebelumnya, karena tidak ada kata penghubung (‘aṭf) pada permulaan kalimat tersebut. Menurut Muhammad Abduh[21], kalimat tersebut adalah kalimat yang berdiri sendiri, tidak ada hubungannya dengan kalimat yang sebelumnya. Maksudnya ialah bahwa pangkat imam (nabi dan rasul) adalah semata-mata pangkat yang dianugerahkan oleh Allah dan hanya Dia sendiri yang menetapkan kepada siapa pangkat itu akan diberikan-Nya. Tidak semua manusia dapat mencapainya sekalipun dia telah melaksanakan segala perintah dan menghentikan segala larangan Allah. Dengan perkataan lain, pangkat imam yang dianugerahkan Allah kepada Nabi Ibrahim itu ditetapkan atas kehendak-Nya, bukan ditetapkan karena Nabi Ibrahim telah menyelesaikan dan menyempurnakan tugas yang diberikan kepadanya, agar dia menyadari bahwa pangkat yang diberikan Allah itu sesuai baginya, dan agar dia merasa dirinya mampu melaksanakan tugas dan memikul beban yang telah diberikan. Setelah dianugerahi pangkat "imam" itu, Nabi Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah agar pangkat "imam" dianugerahkan pula kepada keturunannya di kemudian hari. Doa Nabi Ibrahim ini doa yang sesuai dengan sunatullah. Menurut sunatullah, anak dan keturunan sambungan hidup bagi seseorang. Suatu cita-cita yang tidak sanggup dicapai semasa hidup di dunia diharapkan agar anak dan keturunan dapat menyampaikannya. Tugas imam merupakan tugas yang suci dan mulia karena pemberian tugas itu bertujuan hendak mencapai cita-cita yang suci dan mulia pula. Ibrahim a.s. merasa dirinya tidak sanggup mencapai semua cita-citanya yang terkandung di dalam tugasnya selama hidup di dunia. Karena itu dia berdoa kepada Allah agar anak cucunya dianugerahi pula pangkat imam itu, sehingga cita-cita yang belum dapat dicapai semasa hidupnya dapat dilanjutkan dan dicapai oleh anak cucu dan keturunannya. Dari ayat di atas dapat dipahami pula bahwa cara Nabi Ibrahim berdoa sesuai dengan sunatullah sehingga merupakan cara berdoa yang benar dan termasuk doa yang dikabulkan Allah. Terbukti, di kemudian hari bahwa semua rasul yang diutus Allah sesudahnya berasal dari keturunannya. Dari firman Allah, “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-orang yang zalim” dapat dipahami bahwa di antara keturunan Nabi Ibrahim itu ada orang-orang zalim. Pada ayat lain Allah menerangkan bahwa keturunan Ibrahim itu ada yang zalim dan ada yang berbuat baik. Allah berfirman: وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ ١١٣ (الصّٰۤفّٰت) Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishak. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. (aṣ-ṣāffāt/37:113) Allah berfirman: وَجَعَلَهَا كَلِمَةً ۢ بَاقِيَةً فِيْ عَقِبِهٖ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَۗ ٢٨ (الزخرف) Dan (Ibrahim) menjadikan (kalimat tauhid) itu kalimat yang kekal pada keturunannya agar mereka kembali (kepada kalimat tauhid itu). (az-Zukhruf/43:28) Dari ayat ini dapat dipahami bahwa Nabi Ibrahim menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya. Jika di antara mereka ada yang mempersekutukan Allah, mereka diminta kembali kepada kalimat tauhid. "Zalim" (aniaya) itu bermacam-macam. Zalim terhadap diri sendiri ialah tidak melaksanakan perintah dan tidak meninggalkan larangan Allah sehingga mendapat kemurkaan dan azab Allah yang membawa bencana kepada diri sendiri. Zalim terhadap makhluk-makhluk Allah, seperti berbuat kerusakan di bumi, memutuskan silaturahmi, zalim terhadap manusia dan sebagainya. Dari perkataan “zalim” dapat dimengerti bahwa bagi seorang imam tidak boleh ada sifat zalim. Mustahil pangkat itu diberikan kepada orang yang kotor jiwanya, orang-orang yang tidak melaksanakan perintah-perintah Allah dan tidak menghentikan larangan-larangan-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
null
132
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
125
19
3
1
1
وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
Wa iż ja‘alnal-baita maṡābatal lin-nāsi wa amnā(n), wattakhiżū mim maqāmi ibrāhīma muṣallā(n), wa ‘ahidnā ilā ibrāhīma wa ismā‘īla an ṭahhirā baitiya liṭ-ṭā'ifīna wal-‘ākifīna war-rukka‘is-sujūd(i).
(Ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. (Ingatlah ketika Aku katakan,) “Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim37) sebagai tempat salat.” (Ingatlah ketika) Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, serta yang rukuk dan sujud (salat)!”
37
37) Maqam Ibrahim adalah tempat beliau berdiri saat membangun Ka‘bah. Namun, ada juga yang memahaminya sebagai Masjidilharam secara umum, sebagaimana ada juga yang memahaminya sebagai tempat beliau pernah salat.
Dan ingatlah, wahai Nabi Muhammad, ketika Kami menjadikan rumah ini, yakni Kakbah, sebagai tempat berkumpul yang sering dikunjungi, baik pada hari-hari biasa maupun pada musim umrah dan haji, dan juga tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu, yakni pijakan Ibrahim ketika membangun Kakbah, sebagai tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku dari segala bentuk najis, kemusyrikan, dan hal-hal yang tidak pantas diletakkan dan dilakukan di sana sesuai tuntunan agama untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang salat yang selalu melakukan rukuk dan sujud!”
Diperintahkan kepada Nabi Muhammad saw, dan kaum Muslimin agar mengingat ketika Allah menjadikan Ka‘bah sebagai tempat berkumpul manusia, tempat yang aman, dan menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Maqam Ibrahim ialah tempat berpijak bagi Ibrahim ketika membangun Ka‘bah. Perintah Allah kepada Ibrahim dan Ismail itu untuk menenteramkan hati Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin dalam menghadapi keingkaran orang kafir dan untuk menerangkan kepada orang musyrik, Yahudi dan Nasrani bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad itu seasas dengan agama yang dibawa Nabi Ibrahim, agama nenek moyang mereka. Ada dua faedah yang dapat diambil dari ayat di atas sehubungan dengan didirikannya Ka‘bah: Pertama, tempat berkumpul bagi manusia untuk ibadah. Sejak zaman dahulu sebelum Nabi Muhammad saw diutus sampai saat ini Ka‘bah atau Mekah telah menjadi tempat berkumpul manusia dari segala penjuru, dari segala macam bangsa dalam rangka menghormati dan melaksanakan ibadah haji. Hati mereka merasa tenteram tinggal di sekitar Ka‘bah. Setelah mereka kembali ke tanah air, hati dan jiwa mereka senantiasa tertarik kepadanya dan selalu bercita-cita ingin kembali lagi bila ada kesempatan. Kedua, Allah swt menjadikannya sebagai tempat yang aman. Maksudnya, Allah menjadikan tanah yang berada di sekitar Masjidilharam sebagai tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Sejak dahulu sampai saat ini orang-orang Arab mengagungkan dan menyucikannya. Orang-orang Arab terkenal dengan sifat suka menuntut bela atas orang atau kabilah yang membunuh atau menyakiti atau menghina keluarganya. Di mana saja mereka temui orang atau kabilah itu, penuntutan balas akan mereka laksanakan. Kecuali bila mereka menemuinya di Tanah Haram, mereka tidak mengganggu sedikit pun. Dalam pada itu sejak zaman dahulu banyak usaha dari orang-orang Arab sendiri atau dari bangsa-bangsa yang lain untuk menguasai Tanah Haram atau untuk merusak Ka‘bah, tetapi selalu digagalkan Allah, seperti usaha Abrahah Raja Najasyi dengan tentaranya untuk menguasai Tanah Haram dan Ka‘bah. Mereka dihancurkan. Allah berfirman: اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١ اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢ وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣ تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ ࣖ ٥ (الفيل) Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fīl/105:1-5) اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا اٰمِنًا وَّيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْۗ اَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُوْنَ وَبِنِعْمَةِ اللّٰهِ يَكْفُرُوْنَ ٦٧ (العنكبوت) Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (al-‘Ankabūt/29:67) Allah memerintahkan agar Maqām Ibrahim dijadikan sebagai tempat salat. Faedah perintah itu ialah untuk menghadirkan perintah itu di dalam pikiran atau agar manusia mengikuti apa yang diperintahkan itu, seolah-olah perintah itu dihadapkan kepada mereka sehingga perintah itu tertanam di dalam hati mereka dan mereka merasa bahwa diri mereka termasuk orang yang diperintah. Dengan demikian, maksud ayat ialah: Orang-orang dahulu yang beriman kepada Ibrahim a.s. diperintahkan agar menjadikan sebagian Maqam Ibrahim sebagai tempat salat. Perintah itu ditujukan pula kepada orang-orang yang datang kemudian, yang mengakui Ibrahim a.s., sebagai nabi dan rasul Allah dan mengakui Nabi Muhammad saw, salah seorang dari anak cucu Ibrahim a.s. sebagai nabi yang terakhir. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk membersihkannya dalam arti yang sebenarnya dan dalam arti kiasan. Membersihkan dalam arti yang sebenarnya ialah membersihkan dari segala macam benda yang dihukumkan najis, seperti segala macam kotoran dan sebagainya. Membersihkan dalam arti kiasan ialah membersihkannya dari segala macam perbuatan yang mengandung unsur-unsur syirik, perbuatan menyembah berhala, perbuatan-perbuatan yang terlarang, bertengkar dan sebagainya. Perintah membersihkan Ka‘bah ini sekalipun ditujukan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, tetapi termasuk juga orang-orang yang datang sesudahnya. Allah menamakan Ka‘bah yang didirikan itu dengan "Rumah Allah" (Baitullah). Penamaan itu bukan berarti Allah tinggal di dalam atau di sekitar Ka‘bah. Tetapi maksudnya ialah bahwa Allah menjadikan rumah itu tempat beribadah kepada-Nya dan dalam beribadah menghadap ke arah Ka‘bah. Hikmah menjadikan Ka‘bah sebagai "rumah Allah" dan menjadikan sebagai arah menghadap di dalam beribadah kepada Allah Pencipta dan Penguasa seluruh makhluk agar manusia merasa dirinya dapat langsung menyampaikan pujian, pernyataan syukur, permohonan pertolongan dan permohonan doa kepada Allah. Manusia kurang dapat menyatakan pikirannya dalam beribadah kepada Allah bila tidak dilakukan di tempat tertentu dan menghadap ke arah tertentu. Dengan adanya tempat tertentu dan arah tertentu, manusia dapat menambah imannya setiap saat, memperdalam pengetahuannya, dan mempertinggi nilai-nilai rohani dalam dirinya. Karena dengan demikian dia merasakan seolah-olah Allah ada di hadapannya demikian dekat, sehingga tidak ada yang membatasi antaranya dengan Allah. Pada ayat yang lain ditegaskan bahwa ke mana saja manusia menghadap dalam beribadah, berdoa akan menemui wajah Allah, dan sampai kepada-Nya, karena Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.[22] Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa penamaan Ka‘bah sebagai rumah Allah hanyalah untuk mempermudah manusia dalam membulatkan pikirannya dalam beribadah. Pada asasnya Allah Mahabesar, Maha Mengetahui lagi Mahaluas.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
null
133
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
126
19
3
1
1
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارْزُقْ اَهْلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنْ اٰمَنَ مِنْهُمْ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَاُمَتِّعُهٗ قَلِيْلًا ثُمَّ اَضْطَرُّهٗٓ اِلٰى عَذَابِ النَّارِ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ
Wa iż qāla ibrāhīmu rabbij‘al hāżā baladan āminaw warzuq ahlahū minaṡ-ṡamarāti man āmana minhum billāhi wal-yaumil-ākhir(i), qāla wa man kafara fa umatti‘uhū qalīlan ṡumma aḍṭarruhū ilā ‘ażābin-nār(i), wa bi'sal-maṣīr(u).
(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan (hasil tanaman, tumbuhan yang bisa dimakan) kepada penduduknya, yaitu orang yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari Akhir.” Dia (Allah) berfirman, “Siapa yang kufur akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
null
null
Dan ingatlah ketika Nabi Ibrahim berdoa dengan mengatakan, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri Mekah ini sebagai negeri yang aman dari rasa takut dan perasaan terancam, dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu khususnya di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” Dia berfirman, “Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara di dunia ini, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
Doa-doa Nabi Ibrahim telah dikabulkan oleh Allah. Juga ditegaskan tentang sifat doa Ibrahim a.s., yaitu keamanan bagi tanah Haram dan sifat-sifat orang yang berhak mewarisi, ialah orang-orang yang baik dan mulia. Yang dimaksud dengan "negeri ini" ialah tanah suci Mekah, sesuai dengan firman Allah: رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, … (Ibrāhīm/14:37) Tanah suci Mekah didoakan agar dijamin keamanannya dari segala macam bencana, seperti bencana-bencana serangan musuh, pertumpahan darah, kehancuran sebagaimana yang telah dialami umat-umat terdahulu disebabkan keingkaran mereka kepada Allah. Juga didoakan agar diberikan rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya. Doa Nabi Ibrahim diperkenankan Allah dengan firman-Nya: وَقَالُوْٓا اِنْ نَّتَّبِعِ الْهُدٰى مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ اَرْضِنَاۗ اَوَلَمْ نُمَكِّنْ لَّهُمْ حَرَمًا اٰمِنًا يُّجْبٰٓى اِلَيْهِ ثَمَرٰتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقًا مِّنْ لَّدُنَّا وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ ٥٧ (القصص) …Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qaṣaṣ/28:57) Terkabulnya doa Ibrahim a.s. itu terbukti dengan datangnya ke tanah Arab segala macam buah-buahan yang dibawa orang dari segala penjuru dunia. Ibrahim a.s. mengkhususkan doanya kepada orang-orang yang beriman, tetapi rahmat Allah itu amat banyak dan tak terhingga, diberikan-Nya kepada orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Allah berfirman: كُلًّا نُّمِدُّ هٰٓؤُلَاۤءِ وَهٰٓؤُلَاۤءِ مِنْ عَطَاۤءِ رَبِّكَ ۗوَمَا كَانَ عَطَاۤءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا ٢٠ (الاسراۤء) Kepada masing-masing (golongan), baik (golongan) ini (yang menginginkan dunia) maupun (golongan) itu (yang menginginkan akhirat), Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. (a1-Isrā’/17:20) Yang dimaksud dengan "golongan ini", ialah orang-orang kafir yang lebih mengutamakan duniawi dan "golongan itu" ialah orang-orang Mukmin yang lebih mengutamakan kehidupan ukhrawi dibanding dengan kehidupan duniawi, sebagaimana yang tersebut pada ayat-ayat sebelumnya. Selanjutnya dijelaskan perbedaan kesenangan yang diberikan kepada orang-orang mukmin dan kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir. Kesenangan yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah kesenangan yang sementara, rezeki yang sedikit yang mereka terima dan rasakan selama hidup di dunia, kemudian di akhirat nanti mereka masuk neraka. Manusia diberi pahala dan azab adalah karena perbuatan mereka sendiri. Maksudnya ialah manusia menjadi kafir dan fasik adalah atas kehendak dan kemauan sendiri. Karena siksa yang ditimpakan kepada mereka itu adalah berdasarkan perbuatan yang mereka lakukan atas kehendak dan kemauan mereka sendiri. Kekafiran mereka kepada Allah itu menyebabkan mereka diazab sesuai dengan sunatullah. Berdasarkan sunatullah ini maka segala macam ilmu pengetahuan dan perbuatan manusia, baik perbuatan yang didorong oleh hawa nafsu atau didorong oleh kehendak jasmani dan rohani mereka, secara langsung pasti akan memberi bekas kebahagiaan atau kesengsaraan, banyak atau sedikit, baik manusia itu rela menerimanya atau tidak. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan: Allah telah menjadikan jiwa yang kotor dan perbuatan yang tercela sebagai sasaran kemurkaan-Nya dan sasaran azab-Nya di akhirat nanti, sebagaimana Allah menjadikan tubuh yang kotor dan tidak terpelihara sebagai sasaran dari tempat penyakit yang diadakan-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
null
134
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
127
20
3
1
1
وَاِذْ يَرْفَعُ اِبْرٰهٖمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَاِسْمٰعِيْلُۗ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Wa iż yarfa‘u ibrāhīmul-qawā‘ida minal-baiti wa ismā‘īl(u), rabbanā taqabbal minnā, innaka antas-samī‘ul-‘alīm(u).
(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
null
null
Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah, yakni Kakbah yang sudah ada sejak zaman Nabi Adam, bersama putranya, Ismail, seraya berdoa, “Ya Tuhan kami, terimalah amal saleh dan permohonan dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar permohonan hamba-hamba-Mu, Maha Mengetahui keadaan mereka.”
Orang-orang Arab diingatkan bahwa yang membangun Baitullah itu adalah nenek moyang mereka yang bernama Ibrahim dan putranya Ismail. Ibrahim adalah nenek moyang orang-orang Arab melalui putranya Ismail. Sedangkan orang Israil melalui putranya Ishak. Seluruh orang Arab mengikuti agama Ibrahim. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa yang membangun Baitullah ialah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail. Tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah bukan untuk yang lain, sebagai peringatan bagi dirinya, yang akan diingat-ingat oleh anak cucunya di kemudian hari. Bahan-bahan untuk membangun Ka‘bah itu adalah benda-benda biasa sama dengan benda-benda yang lain, dan bukan benda yang sengaja diturunkan Allah dari langit. Semua riwayat yang menerangkan Ka‘bah secara berlebih-lebihan, adalah riwayat yang tidak benar, diduga berasal dari Isrā’ī1iyāt.[23] Mengenai al-Ḥajar al-Aswad[24] ‘Umar bin al-Khaṭṭāb r.a. berkata pada waktu ia telah menciumnya: وَعَنْ عُمَرَ رَضِيَ الله ُعَنْهُ أَنَّهُ قَبَّلَ الْحَجَرَ اْلأَسْوَدَ وَقَالَ: إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ (متفق عليه) "Dari Umar semoga Allah meridainya, bahwa dia telah mencium Hajarul Aswad dan berkata: "Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau batu yang tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat. Kalau aku tidak melihat Rasulullah saw mencium engkau, tentu aku tidak akan mencium engkau." (Muttafaq ‘Alaih) Menurut riwayat ad-Dāraquṭni, Rasulullah saw pernah menyatakan sebelum mencium Hajar Aswad bahwa itu adalah batu biasa. Demikian pula halnya Abu Bakar r.a., dan sahabat-sahabat yang lain. Dari riwayat-riwayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Hajar Aswad adalah batu biasa saja. Perintah menciumnya berhubungan dengan ibadah, seperti perintah salat menghadap ke Ka‘bah, perintah melempar jamrah di waktu melaksanakan ibadah haji dan sebagainya. Semuanya dilaksanakan semata-mata melaksanakan perintah Allah. Setelah Ibrahim dan Ismail selesai meletakkan fondasi Ka‘bah, mereka berdua berdoa: "Terimalah dari kami", (maksudnya ialah terimalah amal kami sebagai amal yang saleh, ridailah dan berilah pahala ...) "Allah Maha Mendengar" (maksudnya: Allah Maha Mendengar doa kami), dan "Allah Maha Mengetahui" (maksudnya: Allah Maha Mengetahui niat-niat dan maksud kami membangun dan mendirikan Ka‘bah ini). Dari ayat di atas dapat diambil hukum bahwa sunah hukumnya berdoa dan menyerahkan semua amal kita kepada Allah apabila telah selesai mengerjakannya. Dengan penyerahan itu berarti tugas seorang hamba ialah mengerjakan amal-amal yang saleh karena Allah, dan Allah-lah yang berhak menilai amal itu dan memberinya pahala sesuai dengan penilaian-Nya. Dari ayat di atas juga dapat dimengerti bahwa Ibrahim a.s. dan putranya, Ismail a.s., berdoa kepada Allah setelah selesai mengerjakan amal yang saleh dengan niat dan maksud perbuatan itu semata-mata dilakukan dan dikerjakan karena Allah. Karena sifat dan bentuk perbuatan yang dikerjakannya itu diyakini sesuai dengan perintah Allah, maka ayah dan anak itu yakin pula bahwa amalnya itu pasti diterima Allah. Hal ini berarti bahwa segala macam doa yang dipanjatkan kepada Allah yang sifat, bentuk dan tujuannya sama dengan yang dilakukan oleh Ibrahim a.s. dengan putranya, pasti diterima Allah pula dan pasti diberi pahala yang baik dari sisi-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
null
135
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
128
20
3
1
1
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Rabbanā waj‘alnā muslimaini laka wa min żurriyyatinā ummatam muslimatal lak(a), wa arinā manāsikanā wa tub ‘alainā, innaka antat-tawwābur-raḥīm(u).
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
null
null
Ibrahim dan Ismail melanjutkan doanya, “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang-orang yang berserah diri dan tunduk kepada-Mu, dan jadikanlah juga anak cucu kami menjadi umat yang berserah diri dengan penuh keimanan kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara, yakni manasik dan tempat-tempat melakukan ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Penerima tobat yang begitu banyak, Maha Penyayang dengan kasih sayang yang amat luas.”
Ibrahim a.s. melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah. Di dalam perkataan "Muslim" (tunduk patuh) terkandung pengertian bahwa umat yang dimaksud Ibrahim a.s. itu mempunyai sifat-sifat: 1. Memurnikan kepercayaan hanya kepada Allah. Hati seorang Muslim hanya mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimohonkan pertolongan hanya Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini bertolak dari kesadaran Muslim bahwa dirinya berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah. Allah saja yang dapat memberi keputusan atas dirinya. 2. Semua perbuatan, kepatuhan dan ketundukan, dilakukan hanya karena dan kepada Allah saja, bukan karena menurut hawa nafsu, bukan karena ingin dipuji dan dipandang baik oleh orang, bukan karena pangkat dan jabatan, dan bukan pula karena keuntungan duniawi. Bila kepercayaan dan ketundukan itu tidak murni kepada Allah, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagi mereka. Allah berfirman: اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ٤٣ (الفرقان) Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? (al-Furqān/25:43) Allah membiarkan sesat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan mengunci mati hatinya, karena Allah mengetahui bahwa mereka tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya. Allah berfirman: اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? …. (al-Jāṡiyah/45:23) Pada ayat 124 yang lalu, Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya dijadi-kan imam, Allah menjawab, “Keturunan Ibrahim yang zalim tidak termasuk di dalam doa itu.” Karena itu pada ayat 128 ini Ibrahim a.s. mendoakan agar sebagian keluarganya dijadikan orang yang tunduk patuh kepada Allah. Dalam hubungan ayat di atas terdapat petunjuk bahwa yang dimaksud dengan keturunannya itu ialah Ismail a.s. dan keturunannya yang akan ditinggalkan di Mekah, sedang ia sendiri kembali ke Syam. Keturunan Ismail a.s. inilah yang menghuni Mekah dan sekitarnya, termasuk Nabi Muhammad saw. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah. مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا …. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini… (al-Ḥajj/22:78) Ibrahim dan Ismail memohon kepada Allah agar ditunjukkan cara-cara mengerjakan segala macam ibadah dalam rangka menunaikan ibadah, tempat wuqūf, tawaf, sa‘i, dan sebagainya, sehingga dia dan anak cucunya dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Di dalam ayat ini, Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar diterima tobatnya, padahal Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul, demikian pula putranya. Semua nabi dan rasul dipelihara Allah dari segala macam dosa (ma‘ṣūm). Karena itu maksud dari doa Ibrahim dan putranya ialah: 1. Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s. memohon kepada Allah agar diampuni segala kesalahan yang tidak disengaja, yang tidak diketahui dan yang dilakukannya tanpa kehendaknya sendiri. 2. Sebagai petunjuk bagi keturunan dan pengikutnya di kemudian hari, agar selalu menyucikan diri dari segala macam dosa dengan bertobat kepada Allah, dan menjaga kesucian tempat mengerjakan ibadah haji. “Allah Maha Penerima tobat” ialah Allah sendirilah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya, tidak ada yang lain. Dia selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat serta memberi taufik agar selalu mengerjakan amal-amal yang saleh. "Allah Maha Penyayang" ialah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat dengan menghapus dosa dan azab dari mereka. Selanjutnya Ibrahim a.s. berdoa agar Allah mengangkat seorang rasul dari keturunannya yang memurnikan ketaatan kepada-Nya, untuk memberi berita gembira, memberi petunjuk dan memberi peringatan. Allah swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengangkat dari keturunannya nabi-nabi dan rasul termasuk Nabi Muhammad saw, nabi yang terakhir. Rasulullah saw bersabda: اَنَا دَعْوَةُ إِبْرَاهِيْمَ وَبُشْرَى عِيْسَى (رواه أحمد) Aku adalah doa Ibrahim dan yang diberitakan sebagai berita gembira oleh Isa. (Riwayat Aḥmad). Sifat dari rasul-rasul yang didoakan Ibrahim a.s. ialah: 1. Membacakan ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada mereka, agar ayat-ayat itu menjadi pelajaran dan petunjuk bagi umat mereka. Ayat-ayat itu mengandung ajaran tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya pahala bagi orang yang beramal saleh dan siksaan bagi orang yang ingkar, petunjuk ke jalan yang baik, dan sebagainya. 2. Mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Al-Kitab ialah Al-Qur’an. Al-Hikmah ialah mengetahui rahasia-rahasia, faedah-faedah, hukum-hukum syariat, serta maksud dan tujuan diutusnya para rasul, yaitu agar menjadi contoh yang baik bagi mereka sehingga mereka dapat menempuh jalan yang lurus. 3. “Menyucikan mereka” ialah menyucikan diri dan jiwa mereka dari segala macam kesyirikan, kekufuran, kejahatan, budi pekerti yang tidak baik, sifat suka merusak masyarakat dan sebagainya. Ibrahim a.s. menutup doanya dengan memuji Tuhannya, yaitu dengan menyebut sifat-sifat-Nya, Yang Mahaperkasa, dan Yang Mahabijaksana. “Mahaperkasa” ialah yang tidak seorang pun dapat membantah perkataan-Nya, dan tidak seorang pun dapat mencegah perbuatan-Nya. “Maha-bijaksana” ialah Yang Maha Menciptakan segala sesuatu dan penggunaan-nya sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Dari doa Nabi Ibrahim ini dapat dipahami bahwa ia memohonkan agar keturunannya diberi taufik dan hidayah, sehingga dapat melaksanakan dan mengembangkan agama Allah, membina peradaban umat manusia dan mengembangkan ilmu pengetahuan menurut yang diridai Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
null
136
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
129
20
3
1
1
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيْهِمْ رَسُوْلًا مِّنْهُمْ يَتْلُوْا عَلَيْهِمْ اٰيٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيْهِمْ ۗ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ࣖ
Rabbanā wab‘aṡ fīhim rasūlam minhum yatlū ‘alaihim āyātika wa yu‘allimuhumul-kitāba wal-ḥikmata wa yuzakkīhim, innaka antal-‘azīzul-ḥakīm(u).
Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah)38) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
38
38) Di antara arti hikmah adalah ‘sunah’, ‘pemahaman yang mendalam atas ajaran agama, kebenaran’, ‘pembicaraan yang akurat’, ‘rasa takut kepada Allah Swt.’, ‘kenabian’, ‘risalah’, ‘akal’, dan ‘keserasian antara pengetahuan dan pengamalan’.
Mereka melanjutkan doanya, “Ya Tuhan kami, utuslah di tengah mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, baik keturunan kami maupun bukan, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu dan mengajarkan Kitab Al-Qur'an dan Hikmah, yakni sunah yang berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi, kepada mereka, dan menyucikan jiwa mereka dari syirik dan akhlak yang buruk. Sungguh, Engkaulah Yang Mahaperkasa karena tidak seorang pun dapat membatalkan ketetapan-Mu, Mahabijaksana karena Engkau selalu menem pat kan sesuatu pada tempatnya.”
Ibrahim a.s. melanjutkan doanya, agar keturunannya menjadi umat yang tunduk dan patuh kepada Allah. Di dalam perkataan "Muslim" (tunduk patuh) terkandung pengertian bahwa umat yang dimaksud Ibrahim a.s. itu mempunyai sifat-sifat: 1. Memurnikan kepercayaan hanya kepada Allah. Hati seorang Muslim hanya mempercayai bahwa yang berhak disembah dan dimohonkan pertolongan hanya Allah Yang Maha Esa. Kepercayaan ini bertolak dari kesadaran Muslim bahwa dirinya berada di bawah pengawasan dan kekuasaan Allah. Allah saja yang dapat memberi keputusan atas dirinya. 2. Semua perbuatan, kepatuhan dan ketundukan, dilakukan hanya karena dan kepada Allah saja, bukan karena menurut hawa nafsu, bukan karena ingin dipuji dan dipandang baik oleh orang, bukan karena pangkat dan jabatan, dan bukan pula karena keuntungan duniawi. Bila kepercayaan dan ketundukan itu tidak murni kepada Allah, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung bagi mereka. Allah berfirman: اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا ۙ ٤٣ (الفرقان) Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? (al-Furqān/25:43) Allah membiarkan sesat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan mengunci mati hatinya, karena Allah mengetahui bahwa mereka tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya. Allah berfirman: اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? …. (al-Jāṡiyah/45:23) Pada ayat 124 yang lalu, Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya dijadi-kan imam, Allah menjawab, “Keturunan Ibrahim yang zalim tidak termasuk di dalam doa itu.” Karena itu pada ayat 128 ini Ibrahim a.s. mendoakan agar sebagian keluarganya dijadikan orang yang tunduk patuh kepada Allah. Dalam hubungan ayat di atas terdapat petunjuk bahwa yang dimaksud dengan keturunannya itu ialah Ismail a.s. dan keturunannya yang akan ditinggalkan di Mekah, sedang ia sendiri kembali ke Syam. Keturunan Ismail a.s. inilah yang menghuni Mekah dan sekitarnya, termasuk Nabi Muhammad saw. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah. مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ هُوَ سَمّٰىكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ەۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا …. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini… (al-Ḥajj/22:78) Ibrahim dan Ismail memohon kepada Allah agar ditunjukkan cara-cara mengerjakan segala macam ibadah dalam rangka menunaikan ibadah, tempat wuqūf, tawaf, sa‘i, dan sebagainya, sehingga dia dan anak cucunya dapat melaksanakan ibadah sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Di dalam ayat ini, Ibrahim a.s. memohon kepada Allah agar diterima tobatnya, padahal Ibrahim adalah seorang nabi dan rasul, demikian pula putranya. Semua nabi dan rasul dipelihara Allah dari segala macam dosa (ma‘ṣūm). Karena itu maksud dari doa Ibrahim dan putranya ialah: 1. Ibrahim a.s. dan putranya Ismail a.s. memohon kepada Allah agar diampuni segala kesalahan yang tidak disengaja, yang tidak diketahui dan yang dilakukannya tanpa kehendaknya sendiri. 2. Sebagai petunjuk bagi keturunan dan pengikutnya di kemudian hari, agar selalu menyucikan diri dari segala macam dosa dengan bertobat kepada Allah, dan menjaga kesucian tempat mengerjakan ibadah haji. “Allah Maha Penerima tobat” ialah Allah sendirilah yang menerima tobat hamba-hamba-Nya, tidak ada yang lain. Dia selalu menerima tobat hamba-hamba-Nya yang benar-benar bertobat serta memberi taufik agar selalu mengerjakan amal-amal yang saleh. "Allah Maha Penyayang" ialah Allah Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat dengan menghapus dosa dan azab dari mereka. Selanjutnya Ibrahim a.s. berdoa agar Allah mengangkat seorang rasul dari keturunannya yang memurnikan ketaatan kepada-Nya, untuk memberi berita gembira, memberi petunjuk dan memberi peringatan. Allah swt mengabulkan doa Nabi Ibrahim dengan mengangkat dari keturunannya nabi-nabi dan rasul termasuk Nabi Muhammad saw, nabi yang terakhir. Rasulullah saw bersabda: اَنَا دَعْوَةُ إِبْرَاهِيْمَ وَبُشْرَى عِيْسَى (رواه أحمد) Aku adalah doa Ibrahim dan yang diberitakan sebagai berita gembira oleh Isa. (Riwayat Aḥmad). Sifat dari rasul-rasul yang didoakan Ibrahim a.s. ialah: 1. Membacakan ayat-ayat Allah yang telah diturunkan kepada mereka, agar ayat-ayat itu menjadi pelajaran dan petunjuk bagi umat mereka. Ayat-ayat itu mengandung ajaran tentang keesaan Allah, adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, adanya pahala bagi orang yang beramal saleh dan siksaan bagi orang yang ingkar, petunjuk ke jalan yang baik, dan sebagainya. 2. Mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Al-Kitab ialah Al-Qur’an. Al-Hikmah ialah mengetahui rahasia-rahasia, faedah-faedah, hukum-hukum syariat, serta maksud dan tujuan diutusnya para rasul, yaitu agar menjadi contoh yang baik bagi mereka sehingga mereka dapat menempuh jalan yang lurus. 3. “Menyucikan mereka” ialah menyucikan diri dan jiwa mereka dari segala macam kesyirikan, kekufuran, kejahatan, budi pekerti yang tidak baik, sifat suka merusak masyarakat dan sebagainya. Ibrahim a.s. menutup doanya dengan memuji Tuhannya, yaitu dengan menyebut sifat-sifat-Nya, Yang Mahaperkasa, dan Yang Mahabijaksana. “Mahaperkasa” ialah yang tidak seorang pun dapat membantah perkataan-Nya, dan tidak seorang pun dapat mencegah perbuatan-Nya. “Maha-bijaksana” ialah Yang Maha Menciptakan segala sesuatu dan penggunaan-nya sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Dari doa Nabi Ibrahim ini dapat dipahami bahwa ia memohonkan agar keturunannya diberi taufik dan hidayah, sehingga dapat melaksanakan dan mengembangkan agama Allah, membina peradaban umat manusia dan mengembangkan ilmu pengetahuan menurut yang diridai Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang terdahulu banyak membicarakan Ahli Kitab dan menerangkan keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw. Ayat ini menerangkan tentang Nabi Ibrahim, Nabi yang merupakan nenek moyang orang Yahudi, Nasrani, dan orang musyrik Mekah, karena itu ia dimuliakan oleh ketiga golongan itu. Ia membawa agama yang seasas dengan agama mereka dan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, saw. Tugas Nabi Muhammad saw melanjutkan tugas nabi-nabi mereka dan tugas Nabi Ibrahim a.s.
JANJI ALLAH KEPADA NABI IBRAHIM
Kosakata: Maqām Ibrāhīm مَقَامُ اِبْرَاهِيْم (al-Baqarah/2: 125) Secara etimologis, maqām berarti tempat berpijak atau tempat berdiri. Ibrāhīm adalah nama seorang nabi, yang juga bapak para nabi dan rasul. Jadi maqām Ibrāhīm berarti tempat berpijak atau tempat berdiri bagi Nabi Ibrahim ketika membangun kembali Ka‘bah. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqām Ibrāhīm, barang siapa memasukinya (Baitullah) menjadi amanlah dia.” (Āli ‘Imrān/3:97). Maqām Ibrahim masih terabadikan hingga kini, letaknya sekitar 10 meter di depan pintu Ka‘bah dan bisa dijadikan tempat salat orang yang sedang tawaf di Ka‘bah.
null
1. Ibrahim a.s. telah diberi cobaan oleh Allah dalam melaksanakan perintah-Nya dan menghentikan larangan-Nya, dan dia telah dapat melaksanakan dan menghentikannya dengan baik. 2. Allah mengangkat Ibrahim menjadi nabi dan rasul Allah. 3. Ibrahim a.s. berdoa kepada Allah dan doa itu sebagai wujud kepedulian-nya kepada negeri dan penghuninya: a. Agar Allah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya, negeri yang aman sentosa dan penduduknya diberi rezeki buah-buahan. b. Menjadikan penduduk Mekah dan sekitarnya menjadi penduduk yang memurnikan ketaatannya hanya kepada Allah saja. c. Agar Allah menunjukkan cara-cara dan tempat-tempat melaksanakan ibadah haji. d. Mengutus seorang rasul dari keturunannya yang tinggal di Mekah, yang tugasnya membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan Al-Qur’an dan Al-Hikmah dan menyucikan mereka. 4. Ibrahim a.s. berdoa agar keturunannya menjadi orang yang baik-baik dan di antaranya ada yang diangkat menjadi rasul. 5. Allah swt telah menetapkan Baitullah sebagai rumah tempat berkumpul bagi manusia melaksanakan ibadah haji, dan rumah yang aman sentosa dari segala macam bencana. 6. Allah memerintahkan agar menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat salat, dan menyucikan Baitullah di waktu melaksanakan ibadah, sehingga ibadah itu suci dari unsur-unsur syirik dan menyucikannya dari segala macam najis. 7. Doa yang dikabulkan Allah ialah doa yang timbul dari hati sanubari, diiringi dengan niat yang ikhlas dengan ucapan dan perbuatan yang dilakukan semata-mata karena Allah.
137
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
130
20
3
1
1
وَمَنْ يَّرْغَبُ عَنْ مِّلَّةِ اِبْرٰهٖمَ اِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهٗ ۗوَلَقَدِ اصْطَفَيْنٰهُ فِى الدُّنْيَا ۚوَاِنَّهٗ فِى الْاٰخِرَةِ لَمِنَ الصّٰلِحِيْنَ
Wa may yargabu ‘an millati ibrāhīma illā man safiha nafsah(ū), wa laqad-iṣṭafaināhu fid-dun-yā, wa innahū fil-ākhirati laminaṣ-ṣāliḥīn(a).
Siapa yang membenci agama Ibrahim selain orang yang memperbodoh dirinya sendiri? Kami benar-benar telah memilihnya (Ibrahim) di dunia ini dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh.
null
null
Ayat-ayat sebelum ini memperlihatkan betapa agung dan mulianya Nabi Ibrahim. Ia dan ajarannya amat pantas untuk diteladani dan tidak sedikit pun pantas dibenci. Dan, karena itu, orang yang membenci agama Nabi Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Dan sungguh, Kami telah memilihnya, Ibrahim, di dunia ini sebagai rasul. Dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang-orang saleh yang memiliki tempat dan derajat yang amat tinggi.
Ayat ini tidak menerangkan agama Ibrahim itu. Ayat yang lain menerangkan dasar-dasar kepercayaan agama Ibrahim. Allah berfirman: قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ٩٥ (اٰل عمران) “Katakanlah (Muhammad), ”Benarlah (segala yang difirmankan) Allah.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan dia tidaklah termasuk orang musyrik.” (Āli ‘Imrān/3: 95). Pada ayat yang lain dijelaskan bahwa agama Ibrahim atau agama Islam ialah agama yang dibawa Nabi Muhammad saw. Allah berfirman: ثُمَّ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ اَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ١٢٣ (النحل) Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang musyrik." (an-Naḥl/16: 123)[25] فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠ ۞ مُنِيْبِيْنَ اِلَيْهِ وَاتَّقُوْهُ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ ٣١ (الرّوم) “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (ar-Rūm/30: 30-31) Orang-orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah, termasuk anak cucu Ibrahim a.s. Mereka membangga-banggakan diri dengannya, tetapi mereka tidak mengikuti agama Ibrahim, agama yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw, Nabi yang didoakan Ibrahim agar diutus Allah di kemudian hari. Mereka mengetahui yang demikian tetapi mereka bersikap seolah-olah tidak mengetahuinya. Bahkan kebanyakan mereka mengikuti agama yang diciptakan hawa nafsu mereka, yaitu menyembah berhala, menyerikatkan Allah, mengatakan bahwa Allah mempunyai anak dan sebagainya. Ayat ini merupakan berita gembira bagi Ibrahim a.s. bahwa ia telah dipilih Allah di dunia di antara hamba-hamba-Nya dan di akhirat termasuk di dalam golongan orang-orang yang saleh.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tugas seorang rasul dan doa Ibrahim a.s. kepada Allah. Ayat-ayat ini menerangkan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya.
AGAMA IBRAHIM A.S.
Kosakata: Iṣṭafaināh اِصْطَفَيْنٰهُ (al-Baqarah/2: 130) Secara etimologis, iṣṭafaināh berarti “aku memilihnya.” Akar katanya adalah ṣafā’ artinya bersih, bening, tidak tercampur dengan sesuatu. Iṣṭafa berarti mengambil yang terbersih dari sesuatu. Dalam ayat ini yang dimaksud adalah Allah menjadikan Ibrahim sebagai imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, dan memberinya gelar khalīlullāh.
null
null
138
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
131
20
3
1
1
اِذْ قَالَ لَهٗ رَبُّهٗٓ اَسْلِمْۙ قَالَ اَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Iż qāla lahū rabbuhū aslim, qāla aslamtu lirabbil-‘ālamīn(a).
(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
null
null
Kalau pada ayat 130 diuraikan kedudukan Nabi Ibrahim di dunia maupun di akhirat, maka pada ayat ini diuraikan faktor yang membawa beliau ke kedudukan tersebut. Ingatlah, wahai Nabi Muhammad, ketika Tuhan Pemelihara Nabi Ibrahim berfirman kepadanya, Ibrahim, “Berserahdirilah!” Dia segera menjawab, “Aku tunduk, patuh, dan berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.”
Kepada Ibrahim diperintahkan agar berserah diri, mengakui keesaan Allah dan memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya saja. Yang dimaksud dengan "berserah diri" di sini ialah tunduk dan patuh kepada agama Allah, agama yang sesuai dengan akal pikiran yang disertai dengan dalil-dalil atau bukti-bukti yang nyata. Agama tersebut akan dilanjutkan penyampaiannya oleh rasul-rasul yang datang kemudian, termasuk Nabi Muhammad saw. Karena itu Ibrahim a.s. langsung menjawab perintah Allah tanpa menanyakan sesuatu pun, “Aku tunduk dan patuh kepada Tuhan seluruh alam”. Maksudnya ialah, “Aku murnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah saja. Aku hadapkan wajahku kepada-Nya. Ibadahku, hidupku dan matiku untuk Tuhan seluruh alam.” اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ ٧٩ (الانعام) Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang musyrik. (al-An‘ām/6: 79)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tugas seorang rasul dan doa Ibrahim a.s. kepada Allah. Ayat-ayat ini menerangkan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya.
AGAMA IBRAHIM A.S.
Kosakata: Iṣṭafaināh اِصْطَفَيْنٰهُ (al-Baqarah/2: 130) Secara etimologis, iṣṭafaināh berarti “aku memilihnya.” Akar katanya adalah ṣafā’ artinya bersih, bening, tidak tercampur dengan sesuatu. Iṣṭafa berarti mengambil yang terbersih dari sesuatu. Dalam ayat ini yang dimaksud adalah Allah menjadikan Ibrahim sebagai imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, dan memberinya gelar khalīlullāh.
null
null
139
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
132
20
3
1
1
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ۗ
Wa waṣṣā bihā ibrāhīmu banīhi wa ya‘qūb(u), yā baniyya innallāhaṣṭafā lakumud-dīna falā tamūtunna illā wa antum muslimūn(a).
Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya‘qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”
null
null
Salah satu faktor yang membuat kedudukan Nabi Ibrahim tinggi di dunia dan akhirat adalah Islam, yaitu penyerahan diri sepe nuhnya kepada Allah. Dan Ibrahim pun mewasiatkan ajaran penyerahan diri itu kepada anak-anaknya, Ismail dan Ishak. Demikian pula Yakub, ia berwasiat kepada anak-anaknya, “Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama penyerahan diri ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim yang berserah diri.”
Ibrahim dan Yakub berwasiat kepada putra-putranya, demikian juga yang dilakukan oleh cucunya Yakub kepada putra-putranya bahwa Allah telah memilihkan agama yang paling baik bagi mereka dan mengingatkan mereka agar menganut agama itu selama-lamanya, dan jangan sampai mati kecuali dalam keadaan Muslim. Agama yang dimaksud adalah agama Islam. Allah menegaskan bahwa agama yang hak di sisi-Nya ialah agama Islam. Allah berfirman: اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ ١٩ (اٰل عمران) Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Āli ‘Imrān/3: 19) وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ٨٥ (اٰل عمران) Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi. (Āli ‘Imrān/3: 85) Agama yang dibawa Ibrahim itu terdapat pula di dalam kitab Musa (Taurat). Allah swt berfirman: اِنَّ هٰذَا لَفِى الصُّحُفِ الْاُوْلٰىۙ ١٨ صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى ࣖ ١٩ (الاعلى) Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (al-A‘lā/87: 18,19) قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. …” (al-Baqarah/2: 136) Allah tidak membeda-bedakan para nabi dan rasul yang diutus-Nya. Allah berfirman: لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ “…Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada-Nya.” (al-Baqarah/2: 136) Karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad dan kaum Muslimin beriman kepada para nabi dan rasul-Nya. Iman kepada para nabi dan rasul serta apa yang dibawanya termasuk rukun iman. Dari perkataan “Ibrahim telah mewasiatkan ...” dapat dipahami: 1. Bahwa yang diwariskan itu adalah suatu hal yang sangat penting. Berbahaya bagi kehidupan bila wasiat itu tidak dilaksanakan. Karena itu di dalam ayat digunakan perkataan: a. “Wasiat” bukan “memerintahkan”. Perkataan “wasiat” menunjukkan bahwa sesuatu itu sangat penting. b. “Anak-anaknya”, bukan “orang lain”. Menurut kebiasaan, berwasiat kepada “anak-anak sendiri” itu diharapkan lebih mungkin terlaksana dibandingkan dengan wasiat kepada orang lain. 2. Di dalam ayat ini disebut bahwa yang berwasiat itu ialah Ibrahim a.s. dan Yakub a.s. seakan perkataan itu dipisahkan. Hal ini memberi pengertian bahwa yang disuruh melaksanakan wasiat itu bukan hanya keturunan Ibrahim a.s. dan cucunya Yakub a.s. (Bani Israil) saja, tetapi wasiat itu mencakup seluruh anak cucu Ibrahim dan seluruh kaum Muslimin, termasuk di dalamnya keturunan Ismail a.s.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tugas seorang rasul dan doa Ibrahim a.s. kepada Allah. Ayat-ayat ini menerangkan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya.
AGAMA IBRAHIM A.S.
Kosakata: Iṣṭafaināh اِصْطَفَيْنٰهُ (al-Baqarah/2: 130) Secara etimologis, iṣṭafaināh berarti “aku memilihnya.” Akar katanya adalah ṣafā’ artinya bersih, bening, tidak tercampur dengan sesuatu. Iṣṭafa berarti mengambil yang terbersih dari sesuatu. Dalam ayat ini yang dimaksud adalah Allah menjadikan Ibrahim sebagai imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, dan memberinya gelar khalīlullāh.
null
null
140
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
133
20
3
1
1
اَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاۤءَ اِذْ حَضَرَ يَعْقُوْبَ الْمَوْتُۙ اِذْ قَالَ لِبَنِيْهِ مَا تَعْبُدُوْنَ مِنْۢ بَعْدِيْۗ قَالُوْا نَعْبُدُ اِلٰهَكَ وَاِلٰهَ اٰبَاۤىِٕكَ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Am kuntum syuhadā'a iż ḥaḍara ya‘qūbal-maut(u), iż qāla libanīhi mā ta‘budūna mim ba‘dī, qālū na‘budu ilāhaka wa ilāha ābā'ika ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa ilāhaw wāḥidā(n), wa naḥnu lahū muslimūn(a).
Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
null
null
Orang-orang Yahudi berkata kepada Rasulul lah, “Tidakkah engkau tahu bahwa Yakub-yang juga disebut Israil-menjelang kema tiannya berwasiat kepada anak-anaknya untuk memeluk agama Yahudi?” Untuk menjawab hal itu Allah menurunkan ayat ini. Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anakanaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Tentu orang-orang Yahudi itu tidak menyaksikan nya, sehingga ucapan mereka hanya dusta belaka. Menjawab pertanyaan Nabi Yakub, mereka, yakni anak-anak Nabi Yakub, menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail, dan Ishak, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya berserah diri kepada-Nya.” (Lihat: Surah Ali Imran/ 3: 84).
Ayat ini diarahkan kepada orang Yahudi, ketika mereka bertanya kepada Rasulluah saw, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa Yakub di hari-hari menghadapi kematiannya mewasiatkan kepada putra-putranya agar memeluk agama Yahudi? Maka turunlah ayat ini yang membantah ucapan mereka itu.[26] Ayat ini menentang kebenaran ucapan orang-orang Yahudi bahwa mengapa mereka berani mengucapkan yang demikian. Apakah mereka hadir ketika Yakub berwasiat, sehingga mereka mengatakan Yakub beragama Yahudi atau Nasrani? Tidak, mereka tidak menghadirinya, karena itu janganlah mengada-ada, mengatakan sesuatu yang tidak ada, seperti mengatakan Ibrahim beragama Yahudi atau Nasrani, dan sebagainya. Yang diwasiatkan Yakub kepada putranya ialah agar mereka menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, agar mereka menganut agama Islam, agama yang dianut Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, Isa dan yang dianut para nabi.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tugas seorang rasul dan doa Ibrahim a.s. kepada Allah. Ayat-ayat ini menerangkan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya.
AGAMA IBRAHIM A.S.
Kosakata: Iṣṭafaināh اِصْطَفَيْنٰهُ (al-Baqarah/2: 130) Secara etimologis, iṣṭafaināh berarti “aku memilihnya.” Akar katanya adalah ṣafā’ artinya bersih, bening, tidak tercampur dengan sesuatu. Iṣṭafa berarti mengambil yang terbersih dari sesuatu. Dalam ayat ini yang dimaksud adalah Allah menjadikan Ibrahim sebagai imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, dan memberinya gelar khalīlullāh.
null
null
141
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
134
20
3
1
1
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Tilka ummatun qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū ya‘malūn(a).
Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
null
null
Mereka itulah umat yang telah lalu, jauh sebelum kamu, yang tidak kamu saksikan. Mereka berpegang teguh pada wasiat itu, sedangkan kamu, wahai kaum Yahudi, tidak. Oleh karena itu, baginya, yakni para leluhurmu, apa yang telah mereka usahakan berupa keyakinan yang tulus dan bagimu apa yang telah kamu usahakan dengan mengikuti hawa nafsumu. Mereka tidak ditanya tentang apa yang kamu lakukan, dan kamu pun tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.
Ayat ini mengisyaratkan umat-umat yang dahulu dan perbuatan mereka, yaitu umat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi yang didoakannya, yang telah diterangkan pada ayat sebelum ini. Ayat ini menegaskan bahwa manusia itu dinilai dan dibalas berdasarkan amalnya, tidak seorang pun yang dapat menolong mereka selain Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat yang lalu menerangkan tugas seorang rasul dan doa Ibrahim a.s. kepada Allah. Ayat-ayat ini menerangkan agama Ibrahim, agama yang sama asasnya dengan agama yang akan disampaikan para rasul yang datang kemudian kepada umatnya.
AGAMA IBRAHIM A.S.
Kosakata: Iṣṭafaināh اِصْطَفَيْنٰهُ (al-Baqarah/2: 130) Secara etimologis, iṣṭafaināh berarti “aku memilihnya.” Akar katanya adalah ṣafā’ artinya bersih, bening, tidak tercampur dengan sesuatu. Iṣṭafa berarti mengambil yang terbersih dari sesuatu. Dalam ayat ini yang dimaksud adalah Allah menjadikan Ibrahim sebagai imam, rasul, banyak keturunannya yang menjadi nabi, dan memberinya gelar khalīlullāh.
null
1. Orang yang benci kepada agama Ibrahim hanyalah orang yang di dalam hatinya ada rasa dengki dan dendam, karena itu mereka berpura-pura seperti orang yang tidak mengetahui untuk menutupi rasa dengki dan dendam itu. 2. Allah mengangkat Ibrahim a.s. sebagai seorang nabi dan rasul dan telah menjamin bahwa Ibrahim termasuk orang yang saleh. 3. Ibrahim a.s. mematuhi perintah Allah dan menyatakan tunduk dan patuh kepada Tuhan seluruh alam. Perintah Allah ini diwasiatkan pula kepada anak cucunya dan kaum Muslimin, agar selalu menganut agama Islam. 4. Orang-orang Yahudi mengatakan sesuatu yang tidak diketahuinya. Mereka berani mengatakan bahwa Yakub a.s. berwasiat agar putra-putranya menganut agama Yahudi padahal mereka tidak hadir waktu Yakub berwasiat. Wasiat Yakub yang sebenarnya ialah agar putra-putranya menganut agama Ibrahim, agama bapak mereka, agama yang menyembah Allah Yang Maha Esa. 5. Umat-umat yang lalu telah berbuat, bertindak dan menentukan sikap terhadap nabi-nabi mereka. Mereka akan dibalas sesuai dengan perbuatan dan tindakan serta sikap mereka. Tidak seorang pun yang akan diminta pertanggungjawaban terhadap perbuatan mereka, selain dari diri mereka sendiri.
142
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
135
21
3
1
1
وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Wa qālū kūnū hūdan au naṣārā tahtadū, qul bal millata ibrāhīma ḥanīfā(n), wa mā kāna minal-musyrikīn(a).
Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
null
null
Ayat ini erat hubungannya dengan ayat 130 ketika Al-Qur'an mencela mereka yang enggan memeluk Islam. Kecaman itu kini dilanjutkan. Dan mereka, orang-orang Yahudi dan Nasrani, berkata, “Jadilah kamu penganut Yahudi atau penganut Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Ini artinya mereka tidak hanya berhenti pada perbuatan sesat mereka, tetapi juga mengajak orang lain untuk sesat bersama mereka. Katakanlah, wahai Muhammad, “Tidak! Kami tidak akan mengikutimu! Tetapi kami mengikuti agama Nabi Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Ḥanīf berarti “lurus,” tidak cenderung kepada yang batil. “Agama yang hanif ialah agama yang benar, agama yang dapat mencapai jalan yang benar, jalan untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bahkan agama yang belum dicampuri oleh sesuatu pun dan tidak bergeser sedikit pun dari asalnya. Ayat ini seolah-olah menyuruh Rasulullah saw mengatakan, "Hai orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah, kami tidak mengikuti agamamu.” Di dalamnya tidak ada petunjuk ke jalan yang benar dan karena agama itu telah banyak dicampuri oleh tangan-tangan manusia, tetapi kami akan mengikuti agama Ibrahim yang kamu bangga-banggakan itu, karena di dalam agama itu memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja, dan karena agama itu belum dicampuri oleh tangan manusia sedikit pun. Disebut "kaum Muslimin mengikuti agama Ibrahim yang hanif", adalah untuk menyadarkan orang-orang Yahudi dan Nasrani dari perbuatan mereka. Mereka menyatakan keturunan Ibrahim a.s., tetapi mereka tidak bersikap, berbudi pekerti dan berpikir seperti Ibrahim a.s. Mereka menyatakan pengikut agama Ibrahim, tetapi mereka telah mengubah-ubahnya, dan tidak memeliharanya seperti yang dilakukan Ibrahim a.s. Dari ayat ini dapat dipahami, bahwa Allah mengingatkan umat Muhammad agar selalu waspada terhadap agama mereka, dan selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunah Nabi, jangan sekali-kali mengikuti hawa nafsu sehingga berani mengubah, menambah dan mengurangi agama Allah. Dari perkataan "dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang-orang musyrik" dapat dipahami bahwa agama Ibrahim adalah agama Tauhid, agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah. Allah berfirman: وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ٢٦ (الحج) Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), ”Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. (al-Ḥajj/22:26)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelumnya mengingatkan umat-umat yang lalu atas perbuatan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka. Ayat ini menerangkan ajakan Ahli Kitab kepada Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin agar mengikuti agama mereka. Ajakan mereka itu dijawab dengan menegaskan bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah agama Nabi Ibrahim, agama nenek moyang orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah. Masing-masing golongan itu mengakui, bahwa mereka menganut agama nenek moyang mereka.
DASAR-DASAR AGAMA YANG DIBAWA PARA NABI ADALAH SAMA
Kosakata: Ḥanīf حَنِيْف (al-Baqarah/2: 135) Ḥanīf secara etimologis berarti lurus atau condong yaitu condong dari sesat kepada kebenaran. Dalam Al-Qur’an, kata (ḥanīf) disebutkan pada surah an-Naḥl/16:120 dan Āli ‘Imrān/3:67, sedangkan jamaknya pada surah al-Ḥajj/22: 30-31 (ḥunafā). Sebutan bagi orang yang kakinya bengkok adalah ahnaf. Orang Arab jahiliyah menyebut orang yang melakukan haji atau khitan sebagai hanīf, artinya “orang yang condong kepada ajaran Nabi Ibrahim”. Kata ini biasa disifatkan kepada Nabi Ibrahim. Yang dimaksud dengan lurus di sini adalah sifat Nabi Ibrahim jauh dari kemusyrikan dan kesesatan.
null
null
143
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
136
21
3
1
1
قُوْلُوْٓا اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ اِلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَمَآ اُوْتِيَ النَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۚ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ
Qūlū āmannā billāhi wa mā unzila ilainā wa mā unzila ilā ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭi wa mā ūtiya mūsā wa ‘īsā wa mā ūtiyan-nabiyyūna mir rabbihim, lā nufarriqu baina aḥadim minhum wa naḥnu lahū muslimūn(a).
Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
null
null
Bimbingan Allah kepada Nabi Muhammad dan pengikutnya yang disebut pada ayat 135 dilanjutkan pula pada ayat ini. Katakanlah, wahai orang-orang yang beriman, kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, “Kami beriman kepada Allah Yang Mahasempurna dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, baik berupa Al-Qur'an maupun tuntunan lain yang disampaikan oleh Nabi Muhammad. Dan demikian pula kami percaya kepada apa, yakni wahyu, yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishak, Nabi Yakub, dan anak cucunya. Dan demikian juga kami percaya kepada apa yang diberikan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa, baik berupa kitab suci maupun ajaran dalam bentuk lain, serta kepada apa yang diberikan kepada nabi-nabi lain yang bersumber dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, sehingga kami percaya kepada semuanya. Dan dalam persoalan ini kami berserah diri kepada-Nya.”
Ayat ini memberi petunjuk cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain dan sebagainya. Al-Asbāṭ ialah anak cucu Nabi Yakub a.s. Yang dimaksud dengan “beriman kepada nabi-nabi” yang tersebut di atas ialah beriman kepada nabi Allah, yang telah diperintahkan mengajak orang pada masanya beriman kepada Allah. Prinsip-prinsip pokok agama yang dibawa oleh nabi adalah sama, yaitu ketauhidan. Perkataan "kami berserah diri kepada-Nya", merupakan sindiran yang tajam yang ditujukan kepada orang-orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah. Karena mereka mengatakan dan mengakui sebagai pengikut Ibrahim a.s. sedang Ibrahim a.s. tidak menyekutukan Allah, seperti yang telah mereka lakukan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelumnya mengingatkan umat-umat yang lalu atas perbuatan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka. Ayat ini menerangkan ajakan Ahli Kitab kepada Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin agar mengikuti agama mereka. Ajakan mereka itu dijawab dengan menegaskan bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah agama Nabi Ibrahim, agama nenek moyang orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah. Masing-masing golongan itu mengakui, bahwa mereka menganut agama nenek moyang mereka.
DASAR-DASAR AGAMA YANG DIBAWA PARA NABI ADALAH SAMA
Kosakata: Ḥanīf حَنِيْف (al-Baqarah/2: 135) Ḥanīf secara etimologis berarti lurus atau condong yaitu condong dari sesat kepada kebenaran. Dalam Al-Qur’an, kata (ḥanīf) disebutkan pada surah an-Naḥl/16:120 dan Āli ‘Imrān/3:67, sedangkan jamaknya pada surah al-Ḥajj/22: 30-31 (ḥunafā). Sebutan bagi orang yang kakinya bengkok adalah ahnaf. Orang Arab jahiliyah menyebut orang yang melakukan haji atau khitan sebagai hanīf, artinya “orang yang condong kepada ajaran Nabi Ibrahim”. Kata ini biasa disifatkan kepada Nabi Ibrahim. Yang dimaksud dengan lurus di sini adalah sifat Nabi Ibrahim jauh dari kemusyrikan dan kesesatan.
null
null
144
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
137
21
3
1
1
فَاِنْ اٰمَنُوْا بِمِثْلِ مَآ اٰمَنْتُمْ بِهٖ فَقَدِ اهْتَدَوْا ۚوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا هُمْ فِيْ شِقَاقٍۚ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللّٰهُ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ ۗ
Fa'in āmanū bimiṡli mā āmantum bihī faqadihtadau, wa in tawallau fa'innamā hum fī syiqāq(in), fasayakfīkahumullāh(u), wa huwas-samī‘ul-‘alīm(u).
Jika mereka telah mengimani apa yang kamu imani, sungguh mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (denganmu). Maka, Allah akan mencukupkanmu (dengan pelindungan-Nya) dari (kejahatan) mereka. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
null
null
Maka jika mereka yang mengajakmu mengikuti agama mereka itu telah beriman persis sebagaimana yang kamu imani, sehingga mereka menjadi pengi kutmu, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk yang benar. Akan tetapi, jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan denganmu, maka Allah mencukup kan engkau, wahai Nabi Muhammad terhadap mereka dengan pertolongan dan janji-Nya yang pasti ditepati. Dan Dia Maha Mendengar perkataan musuh-musuhmu, Maha Mengetahui apa saja yang ada dalam hati mereka
Pengakuan iman Ahli Kitab berbeda dengan pengakuan iman kaum Muslimin. Ahli Kitab hanya beriman kepada nabi-nabi terdahulu yang diutus kepada mereka saja dari ras Bani Israil, tidak beriman kepada nabi-nabi Allah yang lain. Iman mereka dipengaruhi oleh hawa nafsu sendiri. Karena itu mereka berani menambah, dan mengurangi agama Allah. Orang-orang yang beriman dan mengikuti hawa nafsu mereka adalah orang-orang yang berada dalam permusuhan dengan kaum Muslimin. Dari perkataan "sesungguhnya berada dalam permusuhan dengan kamu" dapat dipahami bahwa di kalangan Ahli Kitab ada perasaan tidak menyukai Rasulullah saw. Perasaan itu bukan karena mereka tidak menyukai agama yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi karena rasul terakhir itu tidak diangkat dari golongan mereka. Perkataan "Allah akan memelihara kamu dari mereka" merupakan janji Allah kepada Muhammad saw dan kaum Muslimin bahwa Allah pasti akan memelihara dan memenangkan mereka dalam perjuangan menegakkan agama Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelumnya mengingatkan umat-umat yang lalu atas perbuatan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka. Ayat ini menerangkan ajakan Ahli Kitab kepada Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin agar mengikuti agama mereka. Ajakan mereka itu dijawab dengan menegaskan bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah agama Nabi Ibrahim, agama nenek moyang orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah. Masing-masing golongan itu mengakui, bahwa mereka menganut agama nenek moyang mereka.
DASAR-DASAR AGAMA YANG DIBAWA PARA NABI ADALAH SAMA
Kosakata: Ḥanīf حَنِيْف (al-Baqarah/2: 135) Ḥanīf secara etimologis berarti lurus atau condong yaitu condong dari sesat kepada kebenaran. Dalam Al-Qur’an, kata (ḥanīf) disebutkan pada surah an-Naḥl/16:120 dan Āli ‘Imrān/3:67, sedangkan jamaknya pada surah al-Ḥajj/22: 30-31 (ḥunafā). Sebutan bagi orang yang kakinya bengkok adalah ahnaf. Orang Arab jahiliyah menyebut orang yang melakukan haji atau khitan sebagai hanīf, artinya “orang yang condong kepada ajaran Nabi Ibrahim”. Kata ini biasa disifatkan kepada Nabi Ibrahim. Yang dimaksud dengan lurus di sini adalah sifat Nabi Ibrahim jauh dari kemusyrikan dan kesesatan.
null
null
145
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
138
21
3
1
1
صِبْغَةَ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ اَحْسَنُ مِنَ اللّٰهِ صِبْغَةً ۖ وَّنَحْنُ لَهٗ عٰبِدُوْنَ
Ṣibgatallāh(i), wa man aḥsanu minallāhi ṣibgataw wa naḥnu lahū ‘ābidūn(a).
(Peliharalah) sibgah Allah.39) Siapa yang lebih baik sibgahnya daripada Allah? Hanya kepada-Nya kami menyembah.
39
39) Sibgah Allah berarti ‘celupan Allah Swt.’. Maksudnya adalah iman kepada Allah Swt. yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Istilah itu digunakan karena iman menyatu dalam hati seperti menyatunya warna pada bahan yang dicelupkan dan pengaruh celupan itu tampak pada pakaian sebagaimana pengaruh iman tampak pada diri seorang mukmin.
Keberagamaan dan keimanan seperti yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim itu merupakan shibgah atau celupan Allah. Siapa yang lebih baik sibgah-nya daripada Allah? Tentu tidak ada. Dan kepada-Nya kami menyembah. Kata “celupan” pada ayat ini mengandung arti keimanan kepada Allah yang tidak disertai kemusyrikan sedikit pun. Makna ini ditegaskan oleh perkataan “dan hanya kepada-Nyalah, bukan kepada yang lain, kami menyembah.” Ini juga mengindikasikan bahwa keberagamaan kita harus bersifat total sehingga seluruh totalitas kita terwarnai oleh celupan agama Allah itu.
Iman yang sebenarnya ialah iman yang tidak dicampuri oleh unsur-unsur syirik. Ibnu Jarir berkata, "Sesungguhnya orang-orang Nasrani bila anak mereka dilahirkan, maka mereka datang kepada pendeta pada hari yang ketujuh, mereka memandikannya dengan air yang disebut ‘al-Ma‘mudi’ untuk membaptisnya. Mereka mengatakan, “Ini adalah kesucian pengganti khitan. Maka apabila mereka telah mengerjakannya jadilah anak itu seorang Nasrani yang sebenarnya.” Maka Allah menurunkan ayat ini".[28] Sibgah Allāh berarti "celupan Allah". Maksudnya ialah iman kepada Allah yang tidak disertai sedikit pun dengan kemusyrikan. Hal ini ditegaskan oleh perkataan "dan hanya kepada-Nya lah kami menyembah", tidak kepada yang lain. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah: فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ ٣٠ (الرّوم) Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (ar-Rūm/30:30) Ayat ini menerangkan bahwa dalam menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan agama haruslah digunakan kaidah-kaidah atau dalil-dalil agama, tidak boleh didasarkan kepada hawa nafsu dan keinginan manusia. Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa manusia tidak dapat menghapus atau membersihkan dosa manusia yang lain, atau menerima tobatnya seperti yang dilakukan orang-orang Nasrani dengan membabtis anak-anak mereka. Yang membersihkan dan menghapus dosa seseorang ialah usaha orang itu sendiri sesuai dengan petunjuk Allah, dan hanya Allah saja yang dapat menerima tobat seseorang.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelumnya mengingatkan umat-umat yang lalu atas perbuatan mereka terhadap para nabi yang diutus kepada mereka. Ayat ini menerangkan ajakan Ahli Kitab kepada Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin agar mengikuti agama mereka. Ajakan mereka itu dijawab dengan menegaskan bahwa agama yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah agama Nabi Ibrahim, agama nenek moyang orang Yahudi, Nasrani dan musyrik Mekah. Masing-masing golongan itu mengakui, bahwa mereka menganut agama nenek moyang mereka.
DASAR-DASAR AGAMA YANG DIBAWA PARA NABI ADALAH SAMA
Kosakata: Ḥanīf حَنِيْف (al-Baqarah/2: 135) Ḥanīf secara etimologis berarti lurus atau condong yaitu condong dari sesat kepada kebenaran. Dalam Al-Qur’an, kata (ḥanīf) disebutkan pada surah an-Naḥl/16:120 dan Āli ‘Imrān/3:67, sedangkan jamaknya pada surah al-Ḥajj/22: 30-31 (ḥunafā). Sebutan bagi orang yang kakinya bengkok adalah ahnaf. Orang Arab jahiliyah menyebut orang yang melakukan haji atau khitan sebagai hanīf, artinya “orang yang condong kepada ajaran Nabi Ibrahim”. Kata ini biasa disifatkan kepada Nabi Ibrahim. Yang dimaksud dengan lurus di sini adalah sifat Nabi Ibrahim jauh dari kemusyrikan dan kesesatan.
null
1. Agama Ibrahim adalah agama yang mengakui keesaan dan kekuasaan Allah, bukan agama yang mempersekutukan Allah. Agama yang telah dimasuki unsur syirik dan campur tangan manusia, bukanlah agama Ibrahim dan bukan agama Allah. 2. Iman kepada para nabi dan rasul Allah serta iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepadanya termasuk Rukun Iman. 3. Allah menjanjikan perlindungan dan kemenangan di dunia dan akhirat kepada orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. 4. Orang yang beriman dengan sebenarnya adalah seperti sesuatu yang telah dicelup, sehingga bersih dari segala noda dan dosa. Yang dapat mencelup seperti itu hanyalah agama Allah.
146
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
139
21
3
1
1
قُلْ اَتُحَاۤجُّوْنَنَا فِى اللّٰهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْۚ وَلَنَآ اَعْمَالُنَا وَلَكُمْ اَعْمَالُكُمْۚ وَنَحْنُ لَهٗ مُخْلِصُوْنَ ۙ
Qul atuḥājjūnanā fillāhi wa huwa rabbunā wa rabbukum, wa lanā a‘mālunā wa lakum a‘mālukum, wa naḥnu lahū mukhliṣūn(a).
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah kamu (Yahudi dan Nasrani) hendak berdebat dengan kami tentang Allah? Padahal, Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu. Hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri.
null
null
Ayat ini berkaitan dengan ayat 135 yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada mereka bahwa kami hanya mengikuti agama Nabi Ibrahim. Kini, pada ayat ini, Nabi Muhammad diperintahkan untuk mendebat mereka. Katakanlah, “Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang keesaan dan kemahasempurnaan Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Kita sama-sama menyembah-Nya dan kita pun tidak bisa menghindar dari ketetapanNya. Kalau begitu, bagi kami amalan kami yang akan kami pertanggungjawabkan, dan demikian pula bagi kamu amalan kamu yang akan kamu pertanggungjawab kan. Dan hanya kepada-Nya kami dengan tulus mengabdikan diri tanpa mempersekutukan-Nya, sedangkan kamu mempersekutukan-Nya dengan Nabi Isa dan para nabi yang lain.”
Diriwayatkan bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani berkata, “Wajiblah manusia mengikuti agama kami, karena nabi berasal dari kami agama diturunkan atas kami, tidak pernah dijanjikan kepada orang Arab.” Maka Allah menolak pendapat mereka dengan ayat ini. ) Dengan ayat ini pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani sudah terjawab dengan menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi mereka mengatakan yang demikian. Allah Tuhan seluruh alam, Pencipta dan Pemilik seluruh makhluk. Derajat manusia bukan diukur dengan bangsa, keturunan dan pangkatnya, tetapi diukur dengan amal dan perbuatannya. Pengaruh perbuatan itu tampak pada diri setiap manusia dan tingkah lakunya. Perbuatan yang baik memberi pengaruh yang baik, sebaliknya perbuatan yang buruk memberi pengaruh yang buruk pula. Hanya Allah yang dapat menilai perbuatan itu. Pengaruh perbuatan buruk pada orang-orang Yahudi dan Nasrani tergambar di dalam ucapan mereka. Allah berfirman: وَقَالُوْا لَنْ يَّدْخُلَ الْجَنَّةَ اِلَّا مَنْ كَانَ هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ تِلْكَ اَمَانِيُّهُمْ ۗ قُلْ هَاتُوْا بُرْهَانَكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ ١١١ (البقرة) Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, ”Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi atau Nasrani.” Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah, ”Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu orang yang benar.” (al-Baqarah/2:111). وَقَالُوْا كُوْنُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى تَهْتَدُوْا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ اِبْرٰهٖمَ حَنِيْفًا ۗوَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ١٣٥ (البقرة) Dan mereka berkata, ”Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, ”(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia bukanlah termasuk orang yang musyrik.” (al-Baqarah/2:135). Akhir ayat ini menegaskan bahwa agama yang benar ialah agama yang berasaskan Tauhid, agama yang memurnikan ketaatan kepada Allah semata. Agama itulah yang dibawa Nabi Muhammad saw, untuk seluruh manusia hingga akhir zaman.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa agama yang hak adalah agama yang datang dari Allah. Kemudian agama itu dikotori oleh tangan manusia, maka diutuslah Muhammad untuk menyeru dan mengajak manusia kepada agama Allah yang sebenarnya. Ayat ini menerangkan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap seruan Nabi Muhammad.
PENYAKSIAN ALLAH YANG DISEMBUNYIKAN
Kosakata: Syahādah شَهَادَةٌ (al-Baqarah/2: 140) Secara etimologis, syahādah berarti kesaksian. Arti dasarnya adalah hadir dan melihat, baik dengan mata kepala atau mata hati. Dengan demikian, syahādah atau kesaksian adalah ucapan yang keluar dari mulut seseorang didasarkan atas pengetahuan yang diperolehnya baik dengan mata kepala maupun mata hati. Syahādah dari Allah dalam ayat ini ialah penyaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil, bahwa Ibrahim a.s., dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad saw. Orang yang menyembunyikan kesaksian Allah ini dianggap sebagai orang yang paling zalim.
null
null
147
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
140
21
3
1
1
اَمْ تَقُوْلُوْنَ اِنَّ اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا اَوْ نَصٰرٰى ۗ قُلْ ءَاَنْتُمْ اَعْلَمُ اَمِ اللّٰهُ ۗ وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهٗ مِنَ اللّٰهِ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
Am taqūlūna inna ibrāhīma wa ismā‘īla wa isḥāqa wa ya‘qūba wal-asbāṭa kānū hūdan au naṣārā, qul a'antum a‘lamu amillāh(u), wa man aẓlamu mimman katama syahādatan ‘indahū minallāh(i), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Apakah kamu juga berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub, dan keturunannya adalah penganut Yahudi atau Nasrani? Katakanlah, “Apakah kamu yang lebih mengetahui ataukah Allah? Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” Allah sama sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
null
null
Kaum Yahudi dan Nasrani mengaku mengikuti Nabi Ibrahim yang mengajarkan tauhid, yang dengannya mereka merasa berhak masuk surga, padahal mereka telah me nyimpang. Dugaan mereka itu dibantah dalam ayat ini. Ataukah kamu, orang-orang Yahudi dan Nasrani, berkata bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya adalah penganut Yahudi atau Nasrani, agar dakwaan kamu menjadi benar? Katakanlah, “Kamukah yang lebih tahu tentang hal itu atau Allah?” Orang-orang Yahudi dan Nasrani sebenarnya tahu bahwa Ibrahim tidak mungkin beragama Yahudi ataupun Nasrani, karena dia hidup jauh sebelum Nabi Musa dan Nabi Isa, tetapi mereka menyembunyikan hal itu. “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya?” yakni persaksian Allah dalam Taurat dan Injil bahwa Nabi Ibrahim dan anak cucunya bukan penganut Yahudi maupun Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Nabi Muhammad. “Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini menerangkan pengakuan yang lain dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, yaitu semua nabi dan rasul mengakui agama mereka. Mereka melakukan segala macam usaha untuk menguatkan dan membenarkan ucapan mereka, sekalipun usaha itu dilarang Allah. Allah mengungkapkan kesalahan orang Yahudi dan Nasrani yang mengemukakan hujahnya dalam usaha membenarkan ucapan mereka. Kesalahan itu ialah mereka mengatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya memeluk agama Yahudi dan Nasrani padahal para nabi itu telah ada sebelum agama Yahudi dan agama Nasrani ada. Perkataan “Yahudi” baru dikenal setelah Nabi Musa a.s. meninggal dunia, dan perkataan Nasrani timbul dan dikenal setelah Nabi Isa a.s. meninggal dunia. Mengapa mereka mengatakan yang demikian, padahal perkataan itu tidak sesuai dengan kenyataan sejarah dan logika yang benar. Apakah yang demikian karena mereka lebih mengetahui atau Allah yang lebih mengetahui? Apakah perkataan itu sengaja mereka ucapkan hanya sekadar untuk membantah kerasulan Muhammad saw? Maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani mengucapkan perkataan yang demikian dijelaskan oleh kalimat berikutnya, ialah untuk menyembunyikan syahadah Allah. “Syahadah Allah” ialah penyaksian Allah yang tersebut di dalam Taurat dan Injil bahwa Ibrahim a.s. dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi dan bukan pula penganut agama Nasrani, dan Allah akan mengutus Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir yang berasal dari keturunan Ismail a.s. Perkataan “menyembunyikan syahadah Allah” itu termasuk perbuatan yang paling zalim di sisi Allah, karena perbuatan itu berakibat menyesatkan manusia dari jalan Allah, jalan kebenaran dan jalan kebahagiaan. Karena itu Allah memperingatkan mereka, bahwa Allah tidak lengah sedikit pun terhadap segala macam perbuatan hamba-hamba-Nya baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang besar maupun yang kecil.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa agama yang hak adalah agama yang datang dari Allah. Kemudian agama itu dikotori oleh tangan manusia, maka diutuslah Muhammad untuk menyeru dan mengajak manusia kepada agama Allah yang sebenarnya. Ayat ini menerangkan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap seruan Nabi Muhammad.
PENYAKSIAN ALLAH YANG DISEMBUNYIKAN
Kosakata: Syahādah شَهَادَةٌ (al-Baqarah/2: 140) Secara etimologis, syahādah berarti kesaksian. Arti dasarnya adalah hadir dan melihat, baik dengan mata kepala atau mata hati. Dengan demikian, syahādah atau kesaksian adalah ucapan yang keluar dari mulut seseorang didasarkan atas pengetahuan yang diperolehnya baik dengan mata kepala maupun mata hati. Syahādah dari Allah dalam ayat ini ialah penyaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil, bahwa Ibrahim a.s., dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad saw. Orang yang menyembunyikan kesaksian Allah ini dianggap sebagai orang yang paling zalim.
null
null
148
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
141
21
3
1
1
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ࣖ ۔
Tilka ummatun qad khalat, lahā mā kasabat wa lakum mā kasabtum, wa lā tus'alūna ‘ammā kānū ya‘malūn(a).
Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
null
null
Itulah, yakni Nabi Ibrahim dan anak cucunya, umat yang telah lalu. Seandainya mereka benar menganut agama Yahudi atau Nasrani seperti yang kamu duga, perbuatan mereka tidak akan berguna bagi kamu karena mereka mengamalkan agamanya dengan benar, se dangkan kamu tidak. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban ten-tang apa yang dahulu mereka kerjakan.
Allah menyatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya serta umat-umat yang telah lalu, mereka akan diberi balasan yang sesuai dengan amal perbuatannya, kamu tidak dibebani tanggung jawab atas perbuatan mereka itu. Kamu yang ada sekarang hendaklah beramal dan akan memperoleh balasan sesuai dengan amal yang kamu kerjakan. Ayat ini merupakan peringatan bagi umat Muhammad agar selalu memelihara agama Allah. Jangan dipengaruhi hawa nafsu sehingga berani mengubah-ubah agama Allah, seperti yang telah dilakukan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ayat ini menjelaskan bentuk tanggung jawab setiap orang. Setiap orang bertanggung jawab kepada Allah terhadap apa yang mereka lakukan. Allah tidak memikulkan dosa seseorang kepada orang lain.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat yang lalu diterangkan bahwa agama yang hak adalah agama yang datang dari Allah. Kemudian agama itu dikotori oleh tangan manusia, maka diutuslah Muhammad untuk menyeru dan mengajak manusia kepada agama Allah yang sebenarnya. Ayat ini menerangkan sikap orang-orang Yahudi dan Nasrani terhadap seruan Nabi Muhammad.
PENYAKSIAN ALLAH YANG DISEMBUNYIKAN
Kosakata: Syahādah شَهَادَةٌ (al-Baqarah/2: 140) Secara etimologis, syahādah berarti kesaksian. Arti dasarnya adalah hadir dan melihat, baik dengan mata kepala atau mata hati. Dengan demikian, syahādah atau kesaksian adalah ucapan yang keluar dari mulut seseorang didasarkan atas pengetahuan yang diperolehnya baik dengan mata kepala maupun mata hati. Syahādah dari Allah dalam ayat ini ialah penyaksian Allah yang tersebut dalam Taurat dan Injil, bahwa Ibrahim a.s., dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus Muhammad saw. Orang yang menyembunyikan kesaksian Allah ini dianggap sebagai orang yang paling zalim.
null
1. Orang-orang Yahudi dan Nasrani mendebat Nabi Muhammad dan kaum Muslimin dengan mengatakan bahwa agama yang benar adalah agama mereka, dan semua nabi dan rasul memeluk agama mereka. Allah swt memerintahkan agar Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin membantah perkataan mereka dengan mengatakan: a. Allah adalah Tuhan seluruh alam, Tuhan seluruh manusia, Tuhan orang-orang Yahudi, Nasrani, dan kaum Muslimin. b. Semua nabi dan rasul menganut agama Allah, agama yang berasaskan tauhid, agama yang tidak ada di dalamnya campur tangan manusia, dan agama yang memurnikan ketaatan hanya kepada Allah saja. 2. Pengakuan orang-orang Yahudi dan Nasrani disebabkan mereka tidak rida atas pengangkatan Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir yang bukan dari suku bangsa mereka. Karena itu mereka menyembunyikan syahadah Allah, mengubah, menambah dan menghapuskannya dari kitab- kitab mereka. 3. Perbuatan orang Yahudi dan Nasrani itu termasuk perbuatan yang paling zalim di sisi Allah karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan Allah.
149
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
142
22
3
2
1
۞ سَيَقُوْلُ السُّفَهَاۤءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلّٰىهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِيْ كَانُوْا عَلَيْهَا ۗ قُلْ لِّلّٰهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُۗ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Sayāqūlus-sufahā'u minan-nāsi mā wallāhum ‘an qiblatihimul-latī kānū ‘alaihā, qul lillāhil-masyriqu wal-magrib(u), yahdī may yasyā'u ilā ṣirāṭim mustaqīm(in).
Orang-orang yang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (kaum muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Nabi Muhammad), “Milik Allahlah timur dan barat. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk).”
null
null
Setelah pada ayat yang lalu diceritakan perilaku kaum Yahudi secara umum, pada ayat ini Allah menjelaskan sikap mereka dan juga orang musyrik terkait persoalan khusus, yaitu pengalihan kiblat salat dari Baitulmakdis di Palestina ke Kakbah di Mekah. Pada saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau dan para sahabatnya selama 16 sampai 17 bulan melaksanakan salat menghadap ke Baitulmakdis. Pada Rajab tahun ke-2 Hijriah, Allah memerintahkan Nabi untuk menghadap ke Masjidilharam di Mekah. Tentang hal ini Allah berfirman sebagai berikut. Orang-orang yang kurang akal di antara manusia, yakni sebagian orang Yahudi dan kelompok lain, akan mengolok-olok Nabi dan kaum mukmin dengan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka, yakni kaum muslim, dari kiblat yang dahulu mereka berkiblat kepadanya?” Pemberitahuan awal ini dilakukan agar Nabi dan orang-orang Islam tidak kaget jika hal itu tejadi. Lalu Allah memerintahkan kepada Nabi untuk menjawab mereka. Katakanlah, wahai Rasul, “Milik Allah-lah timur dan barat. Allah berhak untuk menyuruh hamba-Nya menghadap ke arah mana saja, apakah ke arah timur atau barat, karena semua arah adalah milik Allah. Mereka yang beriman dengan benar akan mengikuti seluruh perintah Allah. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Allah. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” Allah yang paling mengetahui siapa yang pantas untuk mendapat petunjuk itu.
Ayat ini diturunkan di Medinah berkenaan dengan perpindahan kiblat kaum Muslimin dari Baitulmakdis (Masjidilaqsa) ke Baitullah (Masjidilharam). Nabi Muhammad saw serta kaum Muslimin ketika masih berada di Mekah melaksanakan salat menghadap Baitulmakdis, sebagaimana yang dilakukan oleh nabi-nabi sebelumnya; tetapi beliau mempunyai keinginan dan harapan agar kiblat tersebut pindah ke Ka‘bah yang berada di Masjidilharam di Mekah. Sebab itu, beliau berusaha menghimpun kedua kiblat dengan cara menghadap ke Ka‘bah dan Baitulmakdis sekaligus, dengan mengerjakan salat di sebelah selatan Ka‘bah menghadap ke utara, karena Baitulmakdis juga terletak di utara. Setelah beliau hijrah ke Medinah tentu tidak mungkin lagi untuk berbuat demikian, karena Ka‘bah tidak terletak di utara kota Medinah, tidak lagi dalam satu arah dengan Baitulmakdis. Dengan demikian beliau setelah berada di Medinah hanya menghadap Baitulmakdis ketika salat. Hal itu berlangsung selama 16 bulan, dan beliau berdoa agar Allah menetapkan Ka‘bah menjadi kiblat, sebagai pengganti Baitulmakdis. Beliau menengadahkan wajahnya ke langit, menantikan wahyu dari Allah swt dengan penuh harapan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebagai salah seorang hamba Allah yang berbudi luhur dan berserah diri kepada-Nya. Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini yang memerintahkan perpindahan kiblat dari Baitulmakdis ke Ka‘bah. Ayat ini diturunkan pada bulan Rajab tahun kedua Hijri. Ayat ini sekaligus merupakan jawaban terhadap ejekan kaum musyrikin dan keingkaran orang-orang Yahudi serta kaum munafik atas perpindahan kiblat tersebut. Orang yang mengingkari dan mengejek perpindahan kiblat, oleh ayat ini dinamakan sebagai "orang yang kurang akal" (sufahā’/pandir). Mereka mencela padahal tidak mengetahui persoalan-persoalan yang pokok dalam masalah perpindahan kiblat itu. Mereka tidak menyadari, bahwa arah yang empat, yaitu timur, barat, utara dan selatan, semuanya adalah kepunyaan Allah swt, tidak ada keistimewaan yang satu terhadap yang lain. Dengan demikian, apabila Allah memerintahkan hamba-Nya menghadap ke satu arah dalam salat, maka hal ini bukanlah disebabkan karena arah tersebut lebih mulia dari yang lain, melainkan semata-mata untuk menguji kepatuhan mereka kepada perintah dan peraturan-Nya. Kaum Yahudi, orang musyrik dan orang munafik yang mengingkari perpindahan kiblat tersebut, oleh Tuhan disebut sebagai "orang yang kurang akal" (pandir). Mereka menanyakan alasan perpindahan itu. Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah untuk memberikan jawaban kepada kami dengan mengatakan bahwa semua arah kepunyaan Allah. Apabila Dia menentukan kiblat bagi kaum Muslimin, maka hal itu adalah untuk mempersatukan mereka dalam beribadah. Hanya saja orang yang kurang akal telah menjadikan batu-batu dan bangunan-bangunan tersebut sebagai pokok agama. Padahal, kelebihan dan keutamaan sesuatu arah bukanlah karena zatnya sendiri, melainkan karena ia telah dipilih dan ditentukan Allah swt. Pada akhir ayat ini ditegaskan bahwa Allah memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus. Maka siapa saja yang patuh dan menaati perintah Allah tentulah akan memperoleh petunjuk-Nya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebaliknya orang yang ingkar dan kufur terhadap agama-Nya tentulah tidak akan memperoleh petunjuk atau hidayah-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan pandangan orang Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Ibrahim serta anak cucunya yang juga menjadi nabi dan rasul. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang perubahan arah kiblat menjadi menghadap Ka‘bah ketika salat, yang juga berfungsi mengingatkan pada jasa dan sejarah Nabi Ibrahim. Hanya orang yang pandir yaitu orang yang kurang kemampuan akalnya masih mempertanyakan perubahan itu karena ingin mempertahankan kiblat agama mereka yaitu Baitulmakdis.
PERUBAHAN ARAH KIBLAT
Kosakata: al-Qiblah اَلْقِبْلَةْ (al-Baqarah/2: 142) Qiblah bentuk masdar terambil dari kata qabala - yaqbalu – qiblah yang berarti “menghadap ke suatu tempat”. Dalam Islam Kiblat adalah arah yang dituju oleh umat Islam untuk menghadap ketika ia salat. Tempat tersebut disebut dengan Ka‘bah. Ka‘bah adalah merupakan tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail (Āli ‘Imrān/3: 96, al-Baqarah/2: 125-127). Setelah itu mereka meletakkan hajar aswad, sebuah batu hitam agak kemerahan di salah satu sudut Ka‘bah yang kemudian disebut rukun Hajar Aswad. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka‘ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka‘bah. Pada masa itu Ka‘bah belum ada daun pintunya dan belum ditutupi kain. Orang yang pertama kali membuat daun pintu dan menutupinya dengan kain adalah raja Tubba‘ dari Dinasti Himyar di Najran. Menjelang kelahiran Islam, Ka‘bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintunya dengan emas yang ia temukan ketika menggali sumur Zamzam. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad salat menghadap kiblat yang memang diinginkannya.
null
null
150
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
143
22
3
2
1
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Wa każālika ja‘alnākum ummataw wasaṭal litakūnū syuhadā'a ‘alan-nāsi wa yakūnar-rasūlu ‘alaikum syahīdā(n), wa mā ja‘alnal-qiblatal-latī kunta ‘alaihā illā lina‘lama may yattabi‘ur-rasūla mimmay yanqalibu ‘alā ‘aqibaih(i), wa in kānat lakabīratan illā ‘alal-lażīna hadallāh(u), wa mā kānallāhu liyuḍī‘a īmānakum, innallāha bin-nāsi lara'ūfur raḥīm(un).
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
40
40) Umat pertengahan berarti umat pilihan, terbaik, adil, dan seimbang, baik dalam keyakinan, pikiran, sikap, maupun perilaku.
Jika Allah menjadikan Kakbah sebagai kiblat yang paling utama karena dibangun oleh bapak para nabi, yaitu Nabi Ibrahim, maka demikian pula Kami telah menjadikan kamu, umat Islam, umat pertengahan, yaitu umat terbaik yang pernah ada di bumi ini. Umat yang terbaik sangatlah pantas menjadi saksi. Tujuannya adalah agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia, yaitu ketika nanti pada hari Kiamat jika ada dari mereka yang mengingkari bahwa rasul-rasul mereka telah menyampaikan pesan-pesan Allah atau adanya penyimpangan pada ajaran mereka. Di samping itu, juga agar Rasul, Muhammad, menjadi saksi atas perbuatan kamu yaitu dengan memberikan petunjuk dan arahan-arahannya ketika masih hidup serta jalan kehidupannya juga petunjuknya ketika sudah meninggal. Allah kemudian menjelaskan tujuan pengalihan kiblat, yaitu menguji keimanan seseorang. Kami tidak menjadikan kiblat yang dahulu kamu berkiblat kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Bagi mereka yang tetap istikamah dengan keimanannya, mereka akan mengikuti apa pun yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik dalam pengalihan kiblat atau lainnya. Sebaliknya, bagi yang lain, mereka akan menolak dan enggan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya. Ihwal pemindahan kiblat memang mengundang persoalan bagi sebagian kelompok. Oleh karena itu, pemindahan kiblat itu sangat berat kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Sebagian kelompok menganggap persoalan kiblat adalah termasuk ajaran yang sudah baku, tidak bisa diubah lagi, seperti halnya tauhid. Namun, sebagian lagi, yaitu orang-orang yang istikamah dalam beriman, menganggap bahwa persoalan ini termasuk kebijakan Allah yang bisa saja berubah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia.
Umat Islam adalah ummatan wasaṭan umat yang mendapat petunjuk dari Allah swt, sehingga mereka menjadi umat yang adil serta pilihan dan akan menjadi saksi atas keingkaran orang yang kafir. Umat Islam harus senantiasa menegakkan keadilan dan kebenaran serta membela yang hak dan melenyapkan yang batil. Mereka dalam segala persoalan hidup berada di tengah orang-orang yang mementingkan kebendaan dalam kehidupannya dan orang-orang yang mementingkan ukhrawi saja. Dengan demikian, umat Islam menjadi saksi yang adil dan terpilih atas orang-orang yang bersandar pada kebendaan, yang melupakan hak-hak ketuhanan dan cenderung kepada memuaskan hawa nafsu. Mereka juga menjadi saksi terhadap orang-orang yang berlebih-lebihan dalam soal agama sehingga melepaskan diri dari segala kenikmatan jasmani dengan menahan dirinya dari kehidupan yang wajar. Umat Islam menjadi saksi atas mereka semua, karena sifatnya yang adil dan terpilih dan dalam melaksanakan hidupnya sehari-hari selalu menempuh jalan tengah. Demikian pula Rasulullah saw menjadi saksi bagi umatnya, bahwa umatnya itu sebaik-baik umat yang diciptakan untuk memberi petunjuk kepada manusia dengan amar makruf dan nahi mungkar. Kemudian dijelaskan bahwa perubahan kiblat dari Baitulmakdis ke Ka‘bah adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang benar-benar beriman dan mengikuti Rasul serta siapa pula yang lemah imannya, membelok dari jalan yang lurus. Memang pemindahan kiblat itu dirasakan sangat berat oleh orang yang fanatik kepada kiblat yang pertama, karena manusia pada umumnya sulit untuk mengubah dan meninggalkan kebiasaannya. Tetapi orang yang mendapat petunjuk dari Allah dengan mengetahui hukum-hukum agamanya dan rahasia syariatnya, mereka sadar bahwa melaksanakan ibadah dengan menghadap kiblat itu adalah semata-mata karena perintah Allah bukan karena suatu rahasia yang tersembunyi pada tempat itu, dan bahwa penempatan kiblat itu untuk menghimpun manusia pada satu arah serta untuk persatuan umat. Untuk menghilangkan keragu-raguan dari sebagian kaum Muslimin tentang pahala salatnya selama mereka menghadap ke Baitulmakdis dulu, maka Allah menerangkan bahwa Dia sekali-kali tidak akan menyia-nyiakan iman dan amal orang-orang yang mematuhi Rasul karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan pandangan orang Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Ibrahim serta anak cucunya yang juga menjadi nabi dan rasul. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang perubahan arah kiblat menjadi menghadap Ka‘bah ketika salat, yang juga berfungsi mengingatkan pada jasa dan sejarah Nabi Ibrahim. Hanya orang yang pandir yaitu orang yang kurang kemampuan akalnya masih mempertanyakan perubahan itu karena ingin mempertahankan kiblat agama mereka yaitu Baitulmakdis.
PERUBAHAN ARAH KIBLAT
Kosakata: al-Qiblah اَلْقِبْلَةْ (al-Baqarah/2: 142) Qiblah bentuk masdar terambil dari kata qabala - yaqbalu – qiblah yang berarti “menghadap ke suatu tempat”. Dalam Islam Kiblat adalah arah yang dituju oleh umat Islam untuk menghadap ketika ia salat. Tempat tersebut disebut dengan Ka‘bah. Ka‘bah adalah merupakan tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail (Āli ‘Imrān/3: 96, al-Baqarah/2: 125-127). Setelah itu mereka meletakkan hajar aswad, sebuah batu hitam agak kemerahan di salah satu sudut Ka‘bah yang kemudian disebut rukun Hajar Aswad. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka‘ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka‘bah. Pada masa itu Ka‘bah belum ada daun pintunya dan belum ditutupi kain. Orang yang pertama kali membuat daun pintu dan menutupinya dengan kain adalah raja Tubba‘ dari Dinasti Himyar di Najran. Menjelang kelahiran Islam, Ka‘bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintunya dengan emas yang ia temukan ketika menggali sumur Zamzam. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad salat menghadap kiblat yang memang diinginkannya.
null
null
151
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
144
22
3
2
1
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Qad narā taqallubaka wajhika fis-samā'(i), fa lanuwalliyannaka qiblatan tarḍāhā, fawalli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa ḥaiṡumā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), wa innal-lażīna ūtul-kitāba laya‘lamūna annahul-ḥaqqu mir rabbihim, wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ya‘malūn(a).
Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab41) benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.
41
41) Orang-orang yang diberi kitab adalah kaum Yahudi dengan kitab Tauratnya dan Kaum Nasrani dengan kitab Injilnya (lihat surah al-Baqarah [2]: 105).
Sebelum arah kiblat dipindahkan kembali ke Kakbah, Nabi sering menengadahkan wajahnya ke arah langit. Nabi sangat berharap agar Allah segera memindahkan kiblat dari Baitulmakdis ke Kakbah, maka turunlah ayat ini. Kami melihat wajahmu, wahai Nabi Muhammad, sering menengadah ke langit. Kami Maha Mengerti tentang keinginanmu, oleh karena itu akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi. Maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja engkau berada, wahai pengikut Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Dengan pemindahan ini, Baitulmakdis sudah tidak lagi menjadi kiblat salat yang sah. Orang Yahudi dan Nasrani tahu benar akan hal ini. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Kitab Taurat dan Injil tahu bahwa pemindahan kiblat itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Hal itu mereka ketahui dari kitab-kitab suci mereka. Dan Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. Allah pasti akan mencatat semua langkah perbu-atan mereka yang melawan ketentuan-Nya.
Sebagaimana telah diterangkan dalam riwayat tentang sebab turunnya ayat tersebut di atas, Nabi Muhammad saw ingin sekali agar kiblat itu ditetapkan Allah ke arah Ka‘bah. Oleh sebab itu, beliau sering menengadahkan mukanya ke langit menantikan wahyu yang akan memerintahkan perpindahan kiblat itu, Maka, turunlah ayat ini menetapkan perpindahan kiblat tersebut dari Baitulmakdis ke Masjidilharam. Di sini disebutkan arah Masjidilharam, bukan Ka‘bah, sebagai isyarat yang membolehkan kita menghadap “ke arah Ka‘bah” pada waktu salat apabila Ka‘bah itu jauh letaknya dari kita dan tidak dapat dilihat. Sebaliknya, jika kita dekat dengan Ka‘bah, maka kita menghadap Ka‘bah pada waktu salat. Jadi tidak diwajibkan menghadap ke bangunan Ka‘bah itu, kecuali orang-orang yang dapat melihatnya. Dengan demikian, semua kaum Muslimin di berbagai penjuru bumi wajib menghadap "ke arah Ka‘bah" dalam salat. Untuk melaksanakan tugas itu mereka diwajibkan (wajib kifayah) mengetahui ilmu bumi untuk mengetahui arah kiblat dalam salat, sebagaimana mereka sebaiknya mengetahui ilmu falak untuk mengetahui jadwal waktu salat. Pemindahan kiblat ke Ka‘bah, adalah ketetapan yang benar dari Allah, tetapi orang yang kurang akal membantah kebenaran ini, bahkan mereka menimbulkan fitnah dan menyebarkan keragu-raguan di antara Muslimin yang lemah imannya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan pandangan orang Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Ibrahim serta anak cucunya yang juga menjadi nabi dan rasul. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang perubahan arah kiblat menjadi menghadap Ka‘bah ketika salat, yang juga berfungsi mengingatkan pada jasa dan sejarah Nabi Ibrahim. Hanya orang yang pandir yaitu orang yang kurang kemampuan akalnya masih mempertanyakan perubahan itu karena ingin mempertahankan kiblat agama mereka yaitu Baitulmakdis.
PERUBAHAN ARAH KIBLAT
Kosakata: al-Qiblah اَلْقِبْلَةْ (al-Baqarah/2: 142) Qiblah bentuk masdar terambil dari kata qabala - yaqbalu – qiblah yang berarti “menghadap ke suatu tempat”. Dalam Islam Kiblat adalah arah yang dituju oleh umat Islam untuk menghadap ketika ia salat. Tempat tersebut disebut dengan Ka‘bah. Ka‘bah adalah merupakan tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail (Āli ‘Imrān/3: 96, al-Baqarah/2: 125-127). Setelah itu mereka meletakkan hajar aswad, sebuah batu hitam agak kemerahan di salah satu sudut Ka‘bah yang kemudian disebut rukun Hajar Aswad. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka‘ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka‘bah. Pada masa itu Ka‘bah belum ada daun pintunya dan belum ditutupi kain. Orang yang pertama kali membuat daun pintu dan menutupinya dengan kain adalah raja Tubba‘ dari Dinasti Himyar di Najran. Menjelang kelahiran Islam, Ka‘bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintunya dengan emas yang ia temukan ketika menggali sumur Zamzam. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad salat menghadap kiblat yang memang diinginkannya.
null
null
152
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
145
22
3
2
1
وَلَىِٕنْ اَتَيْتَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ بِكُلِّ اٰيَةٍ مَّا تَبِعُوْا قِبْلَتَكَ ۚ وَمَآ اَنْتَ بِتَابِعٍ قِبْلَتَهُمْ ۚ وَمَا بَعْضُهُمْ بِتَابِعٍ قِبْلَةَ بَعْضٍۗ وَلَىِٕنِ اتَّبَعْتَ اَهْوَاۤءَهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَاجَاۤءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ اِنَّكَ اِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۘ
Wa la'in ataital-lażīna ūtul-kitāba bikulli āyatim mā tabi‘ū qiblatak(a), wa mā anta bitābi‘in qiblatahum, wa mā ba‘ḍuhum bitābi‘in qiblata ba‘ḍ(in), wa la'inittaba‘ta ahwā'ahum mim ba‘di mā jā'aka minal-‘ilm(i), innaka iżal laminaẓ-ẓālimīn(a).
Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) mendatangkan ayat-ayat (keterangan) kepada orang-orang yang diberi kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu. Engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka (pun) tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Sungguh, jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.
null
null
Walaupun orang-orang Ahli Kitab mengetahui tentang kebenaran pemindahan kiblat, mereka tetap tidak menerima kenyataan tersebut karena kedengkian mereka terhadap Nabi Muhammad. Dan walaupun engkau, Nabi Muhammad, memberikan semua ayat, yakni keterangan, kepada orang-orang yang diberi Kitab itu, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Ahli Kitab akan terus bertahan pada kiblat masing-masing: orang Yahudi bertahan dengan Baitulmakdis, dan orang Nasrani bertahan ke arah terbitnya matahari. Sebagian mereka tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lain. Allah memperingatkan Rasulullah agar tidak mengikuti keinginan mereka. Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah sampai ilmu kepadamu, niscaya engkau termasuk orang-orang zalim.
Orang yang berwatak demikian tidak dapat diharapkan bahwa mereka akan kembali kepada kebenaran. Mereka akan tetap dalam kesesatan meskipun diberi alasan dan keterangan serta bukti-bukti yang jelas. Oleh sebab itu, mereka tidak akan mau mengikuti kiblat umat Islam. Terhadap sesama mereka pun kaum Yahudi dan Nasrani tetap mempertahankan kiblatnya masing-masing. Andaikata kaum Muslimin mengikuti keinginan mereka, tentulah mereka akan termasuk orang-orang yang aniaya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu dijelaskan pandangan orang Yahudi dan Nasrani terhadap Nabi Ibrahim serta anak cucunya yang juga menjadi nabi dan rasul. Dalam ayat ini Allah menjelaskan tentang perubahan arah kiblat menjadi menghadap Ka‘bah ketika salat, yang juga berfungsi mengingatkan pada jasa dan sejarah Nabi Ibrahim. Hanya orang yang pandir yaitu orang yang kurang kemampuan akalnya masih mempertanyakan perubahan itu karena ingin mempertahankan kiblat agama mereka yaitu Baitulmakdis.
PERUBAHAN ARAH KIBLAT
Kosakata: al-Qiblah اَلْقِبْلَةْ (al-Baqarah/2: 142) Qiblah bentuk masdar terambil dari kata qabala - yaqbalu – qiblah yang berarti “menghadap ke suatu tempat”. Dalam Islam Kiblat adalah arah yang dituju oleh umat Islam untuk menghadap ketika ia salat. Tempat tersebut disebut dengan Ka‘bah. Ka‘bah adalah merupakan tempat ibadah yang pertama kali dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail (Āli ‘Imrān/3: 96, al-Baqarah/2: 125-127). Setelah itu mereka meletakkan hajar aswad, sebuah batu hitam agak kemerahan di salah satu sudut Ka‘bah yang kemudian disebut rukun Hajar Aswad. Bangunan itu berbentuk kubus yang dalam bahasa Arab disebut muka‘ab. Dari kata inilah muncul sebutan Ka‘bah. Pada masa itu Ka‘bah belum ada daun pintunya dan belum ditutupi kain. Orang yang pertama kali membuat daun pintu dan menutupinya dengan kain adalah raja Tubba‘ dari Dinasti Himyar di Najran. Menjelang kelahiran Islam, Ka‘bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad saw. Ia menghiasi pintunya dengan emas yang ia temukan ketika menggali sumur Zamzam. Dalam ayat ini Allah memerintahkan Nabi Muhammad salat menghadap kiblat yang memang diinginkannya.
null
1. Orang yang berakal sehat tidak akan merasa heran atau mencela perpindahan kiblat umat Islam, sebab semua arah di alam ini milik Allah. Kemana saja kita menghadap ketika berdoa dan salat, dalam keadaan tidak mengetahui arah kiblat niscaya akan sampai kepada-Nya. 2. Umat Islam seharusnya senantiasa menjadi umat yang adil, umat pilihan dan harus menjadi teladan dan pimpinan bagi umat-umat lainnya. 3. Pemindahan kiblat merupakan ujian untuk menentukan siapa yang kuat dan yang lemah imannya.
153
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
146
23
3
2
1
اَلَّذِيْنَ اٰتَيْنٰهُمُ الْكِتٰبَ يَعْرِفُوْنَهٗ كَمَا يَعْرِفُوْنَ اَبْنَاۤءَهُمْ ۗ وَاِنَّ فَرِيْقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُوْنَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
Allażīna ātaināhumul-kitāba ya‘rifūnahū kamā ya‘rifūna abnā'ahum, wa inna farīqam minhum layaktumūnal-ḥaqqa wa hum ya‘lamūn(a).
Orang-orang yang telah Kami anugerahi Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Nabi Muhammad)42) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Sesungguhnya sekelompok dari mereka pasti menyembunyikan kebenaran, sedangkan mereka mengetahui(-nya).
42
42) Orang-orang Yahudi dan Nasrani sangat mengenal kenabian dan sifat-sifat Nabi Muhammad saw. karena telah disebutkan secara gamblang dalam Taurat dan Injil.
Allah menjelaskan bahwa pengetahuan orang Yahudi dan Nasrani tentang benarnya kenabian Nabi Muhammad terang benderang. Orang-orang yang telah Kami beri Kitab Taurat dan Injil mengenalnya, yakni Nabi Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, bahkan lebih dari itu, karena anak mereka bisa jadi berasal dari hubungan dengan orang lain. Kemudian Allah membuka sifat buruk mereka yang suka menyembunyikan kebenaran hanya untuk kepentingan duniawi. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui-nya. Inilah yang menjadikan mereka dibenci Allah, yaitu mengetahui kebenaran tetapi mengingkarinya secara sengaja.
Orang Yahudi mengetahui bahwa apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw itu benar, karena mereka telah mengenal Nabi Muhammad dari kitab mereka sendiri. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt: اَلَّذِيْنَ يَتَّبِعُوْنَ الرَّسُوْلَ النَّبِيَّ الْاُمِّيَّ الَّذِيْ يَجِدُوْنَهٗ مَكْتُوْبًا عِنْدَهُمْ فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهٰىهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبٰۤىِٕثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ وَالْاَغْلٰلَ الَّتِيْ كَانَتْ عَلَيْهِمْۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِهٖ وَعَزَّرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوا النُّوْرَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ مَعَهٗٓ ۙاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ ࣖ ١٥٧ (الاعراف) (Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka, yang menyuruh mereka berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan segala yang buruk bagi mereka, dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Adapun orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolong-nya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang beruntung. (al-A‘rāf/ 7: 157) Orang Yahudi itu mengenal Nabi Muhammad saw karena telah disebut-sebut di dalam Kitab Taurat (lihat al-A‘rāf/7:157 dan tafsirnya) dengan sifat-sifatnya dan pribadinya lebih daripada mengenal anaknya sendiri. Diriwayatkan dari Umar, bahwa beliau berjumpa dengan seorang pendeta Yahudi yang telah masuk Islam bernama Abdullah bin Salam, yang berkata demikian, “Saya lebih mengenal Nabi Muhammad daripada mengenal anak saya sendiri.” Umar bertanya kepadanya, “Mengapa?” Ia menjawab, “Karena aku sedikit pun tidak meragukan bahwa Muhammad itu adalah nabi, sedangkan mengenai anakku, ada saja kemungkinan bahwa ibunya telah berkhianat.” Maka Umar mencium kepala Abdullah bin Salam. Sebagian orang Yahudi mengingkari dan menyembunyikan kebenaran bahwa Nabi Muhammad saw itu adalah nabi dan bahwa Ka‘bah itu adalah kiblat, tetapi sebagian lagi dari mereka ada yang mengakui kebenarannya serta mempercayai dan menerima petunjuknya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan adanya perubahan kiblat bagi umat Islam yaitu menjadi menghadap ke Masjidilharam, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa kebenaran adalah dari Allah. Manusia tidak boleh menetapkan kebenaran hanya didasarkan pada emosi dan perasaan saja, melainkan memikirkan kebenaran tersebut dan melengkapinya dengan mengadakan pengamatan dan observasi, serta membahas dan menganalisis dengan akal yang sehat.
KEBENARAN DARI ALLAH
Kosakata: al-Ḥaq اَلْحَقّ (al-Baqarah/2: 146) Al-Ḥaq artinya “kebenaran”, sedangkan pengertian dasar dari kata al-ḥaq adalah “sesuai”, “serasi”, dan “sepadan” juga “nyata”. Dalam ayat 147 tersebut dinyatakan bahwa kebenaran yang hakiki adalah yang datang dan diwahyukan oleh Allah swt, bukan cerita, obrolan, dan pernyataan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karenanya kiblat yang setiap salat kita menghadapkan wajah ke arahnya, adalah merupakan kebenaran yang hakiki yang juga pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan nabi-nabi sesudahnya.
null
null
154
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
147
23
3
2
1
اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ ࣖ
Al-ḥaqqu mir rabbika falā takūnanna minal-mumtarīn(a).
Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu.
null
null
Untuk memantapkan hati orang-orang yang baru masuk Islam dan umat Nabi Muhammad di masa mendatang tentang kebenaran ajaran-Nya, Allah menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang-orang yang ragu
Kebenaran itu adalah apa yang diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya, bukan apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dalam hal ini kaum Muslimin tidak boleh ragu. Masalah kiblat ini sebenarnya bukanlah masalah prinsip sebagai asas agama seperti tauhid, iman kepada hari kiamat dan lain-lain, tetapi kiblat ini hanya merupakan suatu arah yang masing-masing umat diperintahkan untuk menghadap kepadanya dalam salat mereka.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan adanya perubahan kiblat bagi umat Islam yaitu menjadi menghadap ke Masjidilharam, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa kebenaran adalah dari Allah. Manusia tidak boleh menetapkan kebenaran hanya didasarkan pada emosi dan perasaan saja, melainkan memikirkan kebenaran tersebut dan melengkapinya dengan mengadakan pengamatan dan observasi, serta membahas dan menganalisis dengan akal yang sehat.
KEBENARAN DARI ALLAH
Kosakata: al-Ḥaq اَلْحَقّ (al-Baqarah/2: 146) Al-Ḥaq artinya “kebenaran”, sedangkan pengertian dasar dari kata al-ḥaq adalah “sesuai”, “serasi”, dan “sepadan” juga “nyata”. Dalam ayat 147 tersebut dinyatakan bahwa kebenaran yang hakiki adalah yang datang dan diwahyukan oleh Allah swt, bukan cerita, obrolan, dan pernyataan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karenanya kiblat yang setiap salat kita menghadapkan wajah ke arahnya, adalah merupakan kebenaran yang hakiki yang juga pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan nabi-nabi sesudahnya.
null
null
155
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
148
23
3
2
1
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Wa likulliw wijhatun huwa muwallīhā fastabiqul-khairāt(i), aina mā takūnū ya'ti bikumullāhu jamī‘ā(n), innallāha ‘alā kulli syai'in qadīr(un).
Bagi setiap umat ada kiblat yang dia menghadap ke arahnya. Maka, berlomba-lombalah kamu dalam berbagai kebajikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
null
null
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Tidak ada kelebihan satu kiblat atas lainnya, karena yang terpenting dalam beragama adalah kepatuhan kepada Allah dan berbuat kebaikan terhadap orang lain. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Terhadap semua itu Allah akan memberikan perhitungan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Setiap umat mempunyai kiblat masing-masing. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail a.s, menghadap ke Ka‘bah. Bani Israil menghadap ke Baitulmakdis dan orang Nasrani menghadap ke timur, yang prinsip ialah beriman kepada Allah dan mematuhi segala perintah-Nya. Karena Allah telah memerintahkan agar kaum Muslimin menghadap ke Ka‘bah dalam salat, maka fitnah dan cemoohan dari orang yang ingkar itu tidak perlu dilayani, tetapi hendaklah kaum Muslimin bekerja dengan giat, beramal, bertobat dan berlomba membuat kebajikan. Allah nanti akan menghimpun umat manusia untuk menghitung serta membalas segala amal perbuatannya, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu; tidak ada yang dapat melemahkan-Nya untuk mengumpulkan semua manusia pada hari pembalasan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat sebelum ini diterangkan adanya perubahan kiblat bagi umat Islam yaitu menjadi menghadap ke Masjidilharam, maka pada ayat ini ditegaskan bahwa kebenaran adalah dari Allah. Manusia tidak boleh menetapkan kebenaran hanya didasarkan pada emosi dan perasaan saja, melainkan memikirkan kebenaran tersebut dan melengkapinya dengan mengadakan pengamatan dan observasi, serta membahas dan menganalisis dengan akal yang sehat.
KEBENARAN DARI ALLAH
Kosakata: al-Ḥaq اَلْحَقّ (al-Baqarah/2: 146) Al-Ḥaq artinya “kebenaran”, sedangkan pengertian dasar dari kata al-ḥaq adalah “sesuai”, “serasi”, dan “sepadan” juga “nyata”. Dalam ayat 147 tersebut dinyatakan bahwa kebenaran yang hakiki adalah yang datang dan diwahyukan oleh Allah swt, bukan cerita, obrolan, dan pernyataan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karenanya kiblat yang setiap salat kita menghadapkan wajah ke arahnya, adalah merupakan kebenaran yang hakiki yang juga pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. dan nabi-nabi sesudahnya.
null
1. Kebenaran Nabi Muhammad saw dan ajaran yang dibawanya sangatlah jelas dan diakui oleh orang-orang yang mau mempergunakan akalnya serta oleh Ahli Kitab. 2. Umat Islam harus berpegang teguh kepada prinsip dan keyakinan agamanya. Tidak boleh mengikuti keinginan hawa nafsu orang lain, baik karena ingin menyenangkan hati mereka maupun karena takut kepada mereka. Umat Islam harus berpegang teguh kepada kebenaran yang datang dari Allah, tidak boleh ragu dan berpaling dari kebenaran karena cemoohan serta hasutan orang-orang yang ingkar. 3. Orang Yahudi dan Nasrani telah mengetahui dari Kitab Suci mereka bahwa Nabi Muhammad saw akan diutus Allah sebagai Rasul-Nya, tetapi karena dengki dan sombong maka mereka menyembunyikan hal itu. 4. Umat Islam harus giat beramal dan berlomba-lomba membuat kebajikan.
156
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
149
23
3
2
1
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَاِنَّهٗ لَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ
Wa min ḥaiṡu kharajta fawalli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa innahū lal-ḥaqqu mir rabbik(a), wa mallāhu bigāfilin ‘ammā ta‘malūn(a).
Dari mana pun engkau (Nabi Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Sesungguhnya (hal) itu benar-benar (ketentuan) yang hak (pasti, yang tidak diragukan lagi) dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
null
null
Allah mengulangi lagi perintah untuk menghadap Masjidilharam. Dan dari mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Pengulangan ini penting karena peralihan kiblat merupkan peristiwa nasakh (penghapusan hukum) yang pertama kali terjadi dalam Islam. Dengan diulang maka hal ini akan tertanam dalam hati kaum mukmin sehingga mereka tidak terpengaruh oleh hasutan orang Yahudi yang tidak rela kiblat mereka ditinggakan.
Perintah untuk menghadap ke arah Masjidilharam diulangi dalam kedua ayat ini untuk menjelaskan, bahwa perintah itu bersifat umum untuk seluruh umat, masa serta tempat, karena sangat penting serta ada hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu agar tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, kaum musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan kiblat. Hal yang sama berlaku untuk kaum musyrikin yang berpendapat bahwa Nabi dari keturunan Ibrahim akan datang menghidupkan agamanya, sehingga tidak pantas apabila berkiblat kepada selain Ka‘bah yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim. Dengan demikian, batallah alasan-alasan para Ahli Kitab dan kaum musyrikin itu. Orang zalim di antara mereka yang melontarkan cemoohan dan bantahan-bantahan tanpa alasan yang berdasarkan akal sehat dan keterangan dari wahyu tidak perlu dipikirkan dan dihiraukan. Adapun cemoohan mereka itu adalah sebagai berikut: Pihak Yahudi berkata, “Tiadalah Muhammad itu berpindah kiblat ke Ka‘bah, melainkan karena kecenderungan kepada agama kaumnya dan kecintaan kepada negerinya; sekiranya dia berada di atas kebenaran, tentulah ia akan tetap berkiblat ke kiblat para nabi sebelumnya.” Pihak musyrik berkata, “Ia telah kembali kepada kiblat kita dan akan kembali kepada agama kita.” Dan orang-orang munafik berkata, “Berpindah-pindah kiblat itu menunjukkan bahwa Muhammad dalam keragu-raguan dan tidak berpendirian.” Demikianlah alasan-alasan yang dibuat-buat oleh para penentang agama Islam pada waktu itu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Jika pada ayat-ayat sebelumnya memberi ketegasan tentang kebenaran adalah dari Allah dan orang Mukmin perlu mengikutinya, maka pada ayat-ayat ini ditetapkan keharusan menghadap Ka‘bah di Masjidilharam dalam melaksanakan salat, karena Ka‘bah sebagai kiblat umat Islam telah ditetapkan Allah sebagai kebenaran.
KEWAJIBAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SALAT
Kosakata: Syaṭral-Masjidil-Ḥarām شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (al-Baqarah/2: 149) Syaṭrah adalah “arah” atau “bagian”, dengan demikian maka syaṭrah al-masjid al-ḥarām, arah atau bagian dari Masjidilharam. Sedangkan pengertian masjid al-ḥaram tidak akan lebih dari tiga arti di bawah ini: Masjidilharam diartikan dengan kiblat (al-Baqarah/2:144) Masjidilharam secara keseluruhan (al-Isrā’/17:1 dan Hadis riwayat Aḥmad, “Salat di masjidku ini lebih utama daripada salat seribu kali di masjid-masjid lainnya, kecuali Masjidilharam.”) Tanah haram secara keseluruhan (at-Taubah/9:28, al-Fatḥ/48:25) Menghadap Ka‘bah/Kiblat ketika salat adalah suatu kewajiban, salat tidak akan sah bila dilakukan dengan tidak menghadap kiblat, kecuali dalam salat khauf atau salat sunnah yang dilakukan di atas kendaraan. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang melihat ke ‘ain al-Ka‘bah (bangunan Ka‘bah), tetapi bagi mereka yang jauh dan tidak dapat melihat Ka‘bah, baginya cukup hanya dengan menghadap ke arah Ka‘bah dan berkeyakinan dalam dirinya bahwa ia menghadap ke arah Ka‘bah.
null
null
157
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
150
23
3
2
1
وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۙ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ اِلَّا الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِيْ وَلِاُتِمَّ نِعْمَتِيْ عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَۙ
Wa min ḥaiṡu kharajta fa walli wajhaka syaṭral-masjidil-ḥarām(i), wa ḥaiṡumā kuntum fawallū wujūhakum syaṭrah(ū), li'allā yakūna lin-nāsi ‘alaikum ḥujjatun illal-lażīna ẓalamū minhum, falā takhsyauhum wakhsyaunī, wa li'utimma ni‘matī ‘alaikum wa la‘allakum tahtadūn(a).
Dari mana pun engkau (Nabi Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Maka, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu dan agar kamu mendapat petunjuk.
null
null
Dan dari mana pun engkau keluar, wahai Nabi Muhammad, maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Dan di mana saja kamu berada, wahai umat Islam, maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Demikianlah, Allah mengalihkan kiblat agar tidak ada alasan bagi manusia untuk menentangmu; agar orang Yahudi tidak bisa lagi berkata, “Mengapa Muhammad menghadap Baitulmakdis, padahal disebutkan dalam kitab-kitab kami bahwa dia menghadap Kakbah?” dan agar orang musyrik tidak bisa lagi berkata, “Mengapa Muhammad menghadap ke Baitulmakdis dan meninggalkan Kakbah yang dibangun oleh kakeknya sendiri?” Dengan pengalihan ini maka ucapan-ucapan itu terjawab, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka. Mereka akan terus mendebat Nabi dan berkata, "Muhammad menghadap Kakbah karena mencintai agama kaumnya dan tanah airnya.” Terkait sikap orang-orang tersebut, Allah berkata kepada Nabi dan para sahabatnya, “Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk.” Pengalihan kiblat ke Kakbah adalah kenikmatan yang besar karena umat Islam mempunyai kiblat sendiri sampai akhir zaman, dan dengan demikian mereka mendapatkan hidayah dari Allah dalam melaksanakan perintah-perintah Allah.
Perintah untuk menghadap ke arah Masjidilharam diulangi dalam kedua ayat ini untuk menjelaskan, bahwa perintah itu bersifat umum untuk seluruh umat, masa serta tempat, karena sangat penting serta ada hikmah yang terkandung di dalamnya yaitu agar tidak ada lagi alasan bagi ahli kitab, kaum musyrikin dan munafikin untuk menentang Nabi dalam persoalan pemindahan kiblat. Hal yang sama berlaku untuk kaum musyrikin yang berpendapat bahwa Nabi dari keturunan Ibrahim akan datang menghidupkan agamanya, sehingga tidak pantas apabila berkiblat kepada selain Ka‘bah yang telah didirikan oleh Nabi Ibrahim. Dengan demikian, batallah alasan-alasan para Ahli Kitab dan kaum musyrikin itu. Orang zalim di antara mereka yang melontarkan cemoohan dan bantahan-bantahan tanpa alasan yang berdasarkan akal sehat dan keterangan dari wahyu tidak perlu dipikirkan dan dihiraukan. Adapun cemoohan mereka itu adalah sebagai berikut: Pihak Yahudi berkata, “Tiadalah Muhammad itu berpindah kiblat ke Ka‘bah, melainkan karena kecenderungan kepada agama kaumnya dan kecintaan kepada negerinya; sekiranya dia berada di atas kebenaran, tentulah ia akan tetap berkiblat ke kiblat para nabi sebelumnya.” Pihak musyrik berkata, “Ia telah kembali kepada kiblat kita dan akan kembali kepada agama kita.” Dan orang-orang munafik berkata, “Berpindah-pindah kiblat itu menunjukkan bahwa Muhammad dalam keragu-raguan dan tidak berpendirian.” Demikianlah alasan-alasan yang dibuat-buat oleh para penentang agama Islam pada waktu itu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Jika pada ayat-ayat sebelumnya memberi ketegasan tentang kebenaran adalah dari Allah dan orang Mukmin perlu mengikutinya, maka pada ayat-ayat ini ditetapkan keharusan menghadap Ka‘bah di Masjidilharam dalam melaksanakan salat, karena Ka‘bah sebagai kiblat umat Islam telah ditetapkan Allah sebagai kebenaran.
KEWAJIBAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SALAT
Kosakata: Syaṭral-Masjidil-Ḥarām شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (al-Baqarah/2: 149) Syaṭrah adalah “arah” atau “bagian”, dengan demikian maka syaṭrah al-masjid al-ḥarām, arah atau bagian dari Masjidilharam. Sedangkan pengertian masjid al-ḥaram tidak akan lebih dari tiga arti di bawah ini: Masjidilharam diartikan dengan kiblat (al-Baqarah/2:144) Masjidilharam secara keseluruhan (al-Isrā’/17:1 dan Hadis riwayat Aḥmad, “Salat di masjidku ini lebih utama daripada salat seribu kali di masjid-masjid lainnya, kecuali Masjidilharam.”) Tanah haram secara keseluruhan (at-Taubah/9:28, al-Fatḥ/48:25) Menghadap Ka‘bah/Kiblat ketika salat adalah suatu kewajiban, salat tidak akan sah bila dilakukan dengan tidak menghadap kiblat, kecuali dalam salat khauf atau salat sunnah yang dilakukan di atas kendaraan. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang melihat ke ‘ain al-Ka‘bah (bangunan Ka‘bah), tetapi bagi mereka yang jauh dan tidak dapat melihat Ka‘bah, baginya cukup hanya dengan menghadap ke arah Ka‘bah dan berkeyakinan dalam dirinya bahwa ia menghadap ke arah Ka‘bah.
null
null
158
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
151
23
3
2
1
كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ
Kamā arsalnā fīkum rasūlam minkum yatlū ‘alaikum āyātinā wa yuzakkīkum wa yu‘allimukumul-kitāba wal-ḥikmata wa yu‘allimukum mā lam takūnū ta‘lamūn(a).
Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun mengutus kepadamu seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.
null
null
Sebagaimana pengalihan kiblat, pengutusan seorang nabi dari bangsa Arab juga merupakan suatu kenikmatan yang besar. Kenikmatan yang besar itu adalah sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul, yakni Nabi Muhammad, dari kalangan kamu. Di antara tugasnya adalah membacakan ayat-ayat Kami, yaitu Al-Qur'an yang menjelaskan perkara yang hak dan yang batil, atau tanda-tanda kebesaran Allah, kenabian Nabi Muhammad, dan adanya hari kebangkitan. Rasul itu juga kami tugasi untuk menyucikan kamu dari kemusyrikan, kemaksiatan, dan akhlak yang tercela. Dia juga mengajarkan kepadamu Kitab Al-Qur'an dan hikmah, yakni sunah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui, yaitu segala pengetahuan yang terkait dengan kebaikan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an juga menuturkan kisah para nabi terdahulu. Hal ini tidak mungkin didapat kecuali melalui wahyu.
Di antara penyempurnaan nikmat itu ialah dengan mengutus seorang rasul, yaitu Muhammad saw, yang membacakan ayat-ayat Allah, membebaskan umat dari penyakit syirik dan kejahatan-kejahatan jahiliyah, mengajarkan Al-Qur’an serta hikmah, dan mengajarkan apa yang belum mereka ketahui, sehingga umat Islam menjadi umat yang memimpin manusia ke arah kemajuan dan kebahagiaan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Jika pada ayat-ayat sebelumnya memberi ketegasan tentang kebenaran adalah dari Allah dan orang Mukmin perlu mengikutinya, maka pada ayat-ayat ini ditetapkan keharusan menghadap Ka‘bah di Masjidilharam dalam melaksanakan salat, karena Ka‘bah sebagai kiblat umat Islam telah ditetapkan Allah sebagai kebenaran.
KEWAJIBAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SALAT
Kosakata: Syaṭral-Masjidil-Ḥarām شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (al-Baqarah/2: 149) Syaṭrah adalah “arah” atau “bagian”, dengan demikian maka syaṭrah al-masjid al-ḥarām, arah atau bagian dari Masjidilharam. Sedangkan pengertian masjid al-ḥaram tidak akan lebih dari tiga arti di bawah ini: Masjidilharam diartikan dengan kiblat (al-Baqarah/2:144) Masjidilharam secara keseluruhan (al-Isrā’/17:1 dan Hadis riwayat Aḥmad, “Salat di masjidku ini lebih utama daripada salat seribu kali di masjid-masjid lainnya, kecuali Masjidilharam.”) Tanah haram secara keseluruhan (at-Taubah/9:28, al-Fatḥ/48:25) Menghadap Ka‘bah/Kiblat ketika salat adalah suatu kewajiban, salat tidak akan sah bila dilakukan dengan tidak menghadap kiblat, kecuali dalam salat khauf atau salat sunnah yang dilakukan di atas kendaraan. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang melihat ke ‘ain al-Ka‘bah (bangunan Ka‘bah), tetapi bagi mereka yang jauh dan tidak dapat melihat Ka‘bah, baginya cukup hanya dengan menghadap ke arah Ka‘bah dan berkeyakinan dalam dirinya bahwa ia menghadap ke arah Ka‘bah.
null
null
159
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
152
23
3
2
1
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ ࣖ
Fażkurūnī ażkurkum wasykurū lī wa lā takfurūn(i).
Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.
null
null
Atas semua kenikmatan itu, Allah menyuruh kaum muslim untuk selalu mengingat-Nya. Maka ingatlah kepada-Ku, baik melalui lisan dengan melafalkan pujian, melalui hati dengan mengingat kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, maupun melalui fisik dengan menaati Allah. Jika kamu mengingatku, Aku pun pasti akan ingat kepadamu dengan melimpahkan pahala, pertolongan, dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bersyukurlah pula kepada-Ku atas nikmat-Ku dengan menggunakannya di jalan-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku, kepada nikmat-nikmatku, dan mempergunakannya untuk berbuat maksiat.
Maka dengan nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kaum Muslimin, hendaklah mereka selalu ingat kepada-Nya, baik di dalam hati maupun dengan lisan, dengan jalan tahmid (membaca al-Ḥamdulillāh), tasbih (membaca Subḥanallāh), dan membaca Al-Qur’an dengan jalan memikirkan alam ciptaan-Nya untuk mengenal, menyadari dan meresapkan tanda-tanda keagungan, kekuasaan dan keesaan-Nya. Apabila mereka selalu mengingat Allah, Dia pun akan selalu mengingat mereka pula. hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat yang telah dianugerahkan-Nya dengan jalan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan-Nya dan dengan jalan memuji serta bertasbih dan mengakui kebaikan-Nya. Di samping itu, janganlah mereka mengkufuri nikmat-Nya dengan menyia-nyiakan dan mempergunakannya di luar garis-garis yang telah ditentukan-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Jika pada ayat-ayat sebelumnya memberi ketegasan tentang kebenaran adalah dari Allah dan orang Mukmin perlu mengikutinya, maka pada ayat-ayat ini ditetapkan keharusan menghadap Ka‘bah di Masjidilharam dalam melaksanakan salat, karena Ka‘bah sebagai kiblat umat Islam telah ditetapkan Allah sebagai kebenaran.
KEWAJIBAN MENGHADAP KIBLAT DALAM SALAT
Kosakata: Syaṭral-Masjidil-Ḥarām شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (al-Baqarah/2: 149) Syaṭrah adalah “arah” atau “bagian”, dengan demikian maka syaṭrah al-masjid al-ḥarām, arah atau bagian dari Masjidilharam. Sedangkan pengertian masjid al-ḥaram tidak akan lebih dari tiga arti di bawah ini: Masjidilharam diartikan dengan kiblat (al-Baqarah/2:144) Masjidilharam secara keseluruhan (al-Isrā’/17:1 dan Hadis riwayat Aḥmad, “Salat di masjidku ini lebih utama daripada salat seribu kali di masjid-masjid lainnya, kecuali Masjidilharam.”) Tanah haram secara keseluruhan (at-Taubah/9:28, al-Fatḥ/48:25) Menghadap Ka‘bah/Kiblat ketika salat adalah suatu kewajiban, salat tidak akan sah bila dilakukan dengan tidak menghadap kiblat, kecuali dalam salat khauf atau salat sunnah yang dilakukan di atas kendaraan. Hal tersebut berlaku bagi mereka yang melihat ke ‘ain al-Ka‘bah (bangunan Ka‘bah), tetapi bagi mereka yang jauh dan tidak dapat melihat Ka‘bah, baginya cukup hanya dengan menghadap ke arah Ka‘bah dan berkeyakinan dalam dirinya bahwa ia menghadap ke arah Ka‘bah.
null
Ka‘bah adalah kiblat kaum Muslimin untuk segala masa dan segala tempat. Karena itu, pada waktu salat wajib menghadap ke arah Masjidilharam, di mana Ka‘bah itu berada, kecuali dalam keadaan tertentu, seperti dalam kendaraan yang sedang berjalan. Hikmah pemindahan kiblat ialah: Agar tak ada lagi alasan bagi orang kafir untuk menentang kaum Muslimin dalam masalah pemindahan kiblat itu. Untuk menyempurnakan nikmat Allah kepada kaum Muslimin. Agar kaum Muslimin mendapat petunjuk dan tetap dalam kebenaran. 3. Umat Islam harus selalu ingat kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya.
160
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
153
23
3
2
1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
Yā ayyuhal-lażīna āmanusta‘īnū biṣ-ṣabri waṣ-ṣalāh(ti), innallāha ma‘aṣ-ṣābirīn(a).
Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
null
null
Tidak saja melimpahkan nikmat-Nya, Allah juga menimpakan berbagai cobaan kepada orang yang beriman. Karena itu, Allah meminta mereka bersabar dan terus melaksanakan salat. Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan kepada Allah, baik dalam rangka melaksanakan kewajiban, menjauhi larangan, maupun menghadapi cobaan, yaitu dengan sabar dan salat yang disertai rasa khusyuk, Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberikan pertolongan dan keteguhan hati dalam menghadapi segala cobaan.
Perjuangan menegakkan kebenaran harus diiringi dengan kesabaran dan memperbanyak salat, sehingga menjadi ringan segala kesukaran dan cobaan, karena Allah senantiasa beserta orang-orang yang sabar. Dia akan menolong, menguatkan dan memenangkan orang-orang yang berjuang menegakkan kebenaran agamanya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum Muslimin yang harus diingat dan disyukuri, maka dalam ayat ini di-peringatkan bahwa perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan ke-benaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan.
SABAR MENGHADAPI COBAAN DALAM MENEGAKKAN KEBENARAN
Kosakata: aṣ-ṣabrاَلصَّبْر (al-Baqarah/2: 153) ṣabr secara umum berarti “sabar” dan “tabah”, yakni ketenangan jiwa di saat menanggung suatu penderitaan, baik penderitaan itu datang pada saat menemukan sesuatu yang tidak diinginkan atau di kala kehilangan sesuatu yang amat dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan, bahwa ṣabr adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Karena ia merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Digandengkannya kata ṣabr dengan kata salat dalam ayat 153 di atas, karena ṣabr merupakan pekerjaan kejiwaan yang paling berat, sedangkan salat merupakan perbuatan lahiriah yang paling sulit. Sehingga dalam ayat tersebut digambarkan bahwa pelaksanaan salat merupakan pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
null
null
161
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
154
24
3
2
1
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
Wa lā taqūlū limay yuqtalu fī sabīlillāhi amwāt(un), bal aḥyā'uw wa lākil lā tasy‘urūn(a).
Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
null
null
Di antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir. Dan jangan-lah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari-nya. Mereka hidup di alam yang lain. Mereka mendapat kenikmatan yang demikian besar dari Allah.
Mempertahankan agama Islam suatu perjuangan. Setiap perjuangan akan meminta pengorbanan. Akan ada yang kehilangan harta benda atau keluarga dan akan ada yang gugur di medan perang dan sebagainya. Mereka yang gugur di medan perang adalah syuhada di jalan Allah. Mereka itu menduduki tempat yang amat mulia. Maka janganlah dikira bahwa mereka itu mati, tetapi mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja manusia tidak menyadari kehidupan mereka itu dan tidak mengetahui hakikatnya. Mereka hidup dalam alam gaib di mana arwah para syuhada diistimewakan dari arwah manusia lainnya. Semangat dan cita-cita perjuangan mereka itu akan dilanjutkan oleh generasi-generasi sesudahnya sehingga akan tetap hidup selama-lamanya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum Muslimin yang harus diingat dan disyukuri, maka dalam ayat ini di-peringatkan bahwa perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan ke-benaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan.
SABAR MENGHADAPI COBAAN DALAM MENEGAKKAN KEBENARAN
Kosakata: aṣ-ṣabrاَلصَّبْر (al-Baqarah/2: 153) ṣabr secara umum berarti “sabar” dan “tabah”, yakni ketenangan jiwa di saat menanggung suatu penderitaan, baik penderitaan itu datang pada saat menemukan sesuatu yang tidak diinginkan atau di kala kehilangan sesuatu yang amat dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan, bahwa ṣabr adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Karena ia merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Digandengkannya kata ṣabr dengan kata salat dalam ayat 153 di atas, karena ṣabr merupakan pekerjaan kejiwaan yang paling berat, sedangkan salat merupakan perbuatan lahiriah yang paling sulit. Sehingga dalam ayat tersebut digambarkan bahwa pelaksanaan salat merupakan pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
null
null
162
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
155
24
3
2
1
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Wa lanabluwannakum bisyai'im minal-khaufi wal-jū‘i wa naqaṣim minal-amwāli wal-anfusi waṡ-ṡamarāt(i), wa basysyiriṣ-ṣābirīn(a).
Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,
null
null
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
Allah akan menguji kaum Muslimin dengan berbagai ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan (bahan makanan). Dengan ujian ini, kaum Muslimin menjadi umat yang kuat mentalnya, kukuh keyakinannya, tabah jiwanya, dan tahan menghadapi ujian dan cobaan. Mereka akan mendapat predikat sabar, dan merekalah orang-orang yang mendapat kabar gembira dari Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum Muslimin yang harus diingat dan disyukuri, maka dalam ayat ini di-peringatkan bahwa perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan ke-benaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan.
SABAR MENGHADAPI COBAAN DALAM MENEGAKKAN KEBENARAN
Kosakata: aṣ-ṣabrاَلصَّبْر (al-Baqarah/2: 153) ṣabr secara umum berarti “sabar” dan “tabah”, yakni ketenangan jiwa di saat menanggung suatu penderitaan, baik penderitaan itu datang pada saat menemukan sesuatu yang tidak diinginkan atau di kala kehilangan sesuatu yang amat dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan, bahwa ṣabr adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Karena ia merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Digandengkannya kata ṣabr dengan kata salat dalam ayat 153 di atas, karena ṣabr merupakan pekerjaan kejiwaan yang paling berat, sedangkan salat merupakan perbuatan lahiriah yang paling sulit. Sehingga dalam ayat tersebut digambarkan bahwa pelaksanaan salat merupakan pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
null
null
163
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
156
24
3
2
1
اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
Allażīna iżā aṣābathum muṣībah(tun), qālū innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn(a).
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).
null
null
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw agar memberitahukan ciri-ciri orang-orang yang mendapat kabar gembira yaitu orang yang sabar, apabila mereka ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan: Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn [29] (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum Muslimin yang harus diingat dan disyukuri, maka dalam ayat ini di-peringatkan bahwa perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan ke-benaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan.
SABAR MENGHADAPI COBAAN DALAM MENEGAKKAN KEBENARAN
Kosakata: aṣ-ṣabrاَلصَّبْر (al-Baqarah/2: 153) ṣabr secara umum berarti “sabar” dan “tabah”, yakni ketenangan jiwa di saat menanggung suatu penderitaan, baik penderitaan itu datang pada saat menemukan sesuatu yang tidak diinginkan atau di kala kehilangan sesuatu yang amat dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan, bahwa ṣabr adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Karena ia merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Digandengkannya kata ṣabr dengan kata salat dalam ayat 153 di atas, karena ṣabr merupakan pekerjaan kejiwaan yang paling berat, sedangkan salat merupakan perbuatan lahiriah yang paling sulit. Sehingga dalam ayat tersebut digambarkan bahwa pelaksanaan salat merupakan pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
null
null
164
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
157
24
3
2
1
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ
Ulā'ika ‘alaihim ṣalawātum mir rabbihim wa raḥmah(tun), wa ulā'ika humul-muhtadūn(a).
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
null
null
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
Kabar gembira itu ialah berita bahwa orang yang sabar itu mendapat berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah, dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk kepada jalan yang benar.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah ayat sebelumnya menyebutkan nikmat Allah kepada kaum Muslimin yang harus diingat dan disyukuri, maka dalam ayat ini di-peringatkan bahwa perjuangan kaum Muslimin dalam menegakkan ke-benaran akan terus meningkat dan akan menghadapi berbagai ujian, cobaan dan tantangan bahkan sampai kepada peperangan.
SABAR MENGHADAPI COBAAN DALAM MENEGAKKAN KEBENARAN
Kosakata: aṣ-ṣabrاَلصَّبْر (al-Baqarah/2: 153) ṣabr secara umum berarti “sabar” dan “tabah”, yakni ketenangan jiwa di saat menanggung suatu penderitaan, baik penderitaan itu datang pada saat menemukan sesuatu yang tidak diinginkan atau di kala kehilangan sesuatu yang amat dicintai. Imam al-Ghazali menyatakan, bahwa ṣabr adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama. Karena ia merupakan kondisi mental dalam mengendalikan diri, maka sabar merupakan salah satu maqam (tingkatan) yang harus dijalani oleh sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Digandengkannya kata ṣabr dengan kata salat dalam ayat 153 di atas, karena ṣabr merupakan pekerjaan kejiwaan yang paling berat, sedangkan salat merupakan perbuatan lahiriah yang paling sulit. Sehingga dalam ayat tersebut digambarkan bahwa pelaksanaan salat merupakan pekerjaan yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.
null
1. Kaum Muslimin di dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan mempertahankan agama akan menghadapi berbagai macam cobaan, ujian, kesukaran, dan tantangan serta pengorbanan harta dan jiwa. 2. Perjuangan itu hanyalah dapat dimenangkan dan segala kesukaran hanya dapat diatasi dengan kesabaran, ketabahan dan salat. 3. Orang yang gugur di dalam memperjuangkan kebenaran dan mem-pertahankan agama (fī sabīlillāh) sebenarnya tidaklah mati, bahkan mereka itu hidup di alam yang tidak kita ketahui hakikatnya serta mendapat tempat yang amat mulia di sisi Allah dan cita-cita mereka pun akan tetap hidup mengobarkan dan meningkatkan perjuangan agama yang benar. 4. Apabila seorang Muslim ditimpa suatu musibah, maka hendaklah ia mengucapkan "Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn".
165
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
158
24
3
2
1
۞ اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ
Innaṣ-ṣafā wal-marwata min sya‘ā'irillāh(i), faman ḥajjal-baita awi‘tamara falā junāḥa ‘alaihi ay yaṭṭawwafa bihimā, wa man taṭawwa‘a khairan fa innallāha syākirun ‘alīm(un).
Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah.43) Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai44) antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri,45) lagi Maha Mengetahui.
43, 44, 45
43) Yang dimaksud dengan syiar adalah simbol-simbol keagungan agama Allah Swt. 44) Sai berarti berjalan dan berlari-lari kecil tujuh kali antara Safa dan Marwah ketika melakukan ibadah haji atau umrah. Ungkapan tidak ada dosa dimaksudkan untuk menghilangkan keberatan sebagian sahabat untuk mengerjakan sai karena Safa dan Marwah merupakan bekas tempat berhala. 45) Maksud Allah Swt. mensyukuri hamba-Nya adalah memberi pahala atas amalnya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmatnya, dan sebagainya.
Usai menjelaskan perihal kiblat, Allah lalu beralih menguraikan apa yang terkait dengan Masjidilharam, yaitu bukit Safa dan Marwah. Sesungguhnya Safa dan Marwah, dua bukit di dekat Kakbah (sekarang dalam lingkup Masjidilharam) merupakan sebagian syi'ar agama Allah, karena orang yang haji dan umrah melakukan ritual ubudiyah dengan berlari kecil di antara keduanya. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Lakukanlah sai sesuai tuntunan Allah dan janganlah kamu merasa berdosa oleh istiadat kaum Jahiliah yang mengusap patung di pucuk kedua bukit itu. Dan barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri dengan memberikan pahala yang agung atas kebajikannya itu, dan Dia pun Maha Mengetahui.
Pada ayat ini kabar gembira itu ditegaskan kembali dengan menjelaskan bahwa Safa dan Marwah adalah salah satu tempat ibadah dan barang siapa ingin mengerjakan ibadah haji, haruslah ia melakukan sa‘i antara Safa dan Marwah. Dengan demikian nyatalah bahwa kaum Muslimin pasti akan berhasil menaklukkan kota Mekah, karena Mekah adalah tempat melakukan ibadah haji yang menjadi rukun kelima dalam Islam yang harus dikerjakan oleh setiap Muslim yang mampu menunaikannya. Karena itu, Masjidilharam dan sekelilingnya harus dibersihkan dari berhala serta kemusyrikan. Meskipun ada perbedaan pendapat antara imam-imam mazhab mengenai hukum sa‘i ini; ada yang menganggapnya sebagai rukun haji seperti Imam Malik dan Imam Syafi‘i dan ada pula yang menganggapnya sebagai wajib haji seperti Imam Abu Hanifah, namun jelas bahwa sa‘i itu harus dikerjakan dalam menunaikan ibadah haji. Secara umum, tidak ada perbedaan antara rukun dan wajib, tetapi khusus dalam masalah haji dibedakan antara keduanya. Rukun ialah yang harus dikerjakan atau tidak dapat diganti atau ditebus. Wajib ialah yang mesti dikerjakan tapi jika tertinggal harus diganti dengan membayar denda (dam). Yang menjadi pertanyaan di sini ialah mengapa dalam ayat ini disebutkan “tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‘i antara keduanya” padahal itu adalah suatu rukun yang wajib, dan tidak mungkin seseorang yang menunaikan rukun atau wajib akan berdosa. Hal ini untuk menghilangkan keragu-raguan kaum Muslimin tentang mengerjakan sa‘i, karena kaum musyrikin juga mengerjakan sa‘i dalam ibadah mereka, seakan-akan apa yang dikerjakan kaum musyrikin itu tidak boleh dilakukan oleh kaum Muslimin dan mereka akan berdosa bila mengerjakannya. Jadi harus dipahami bahwa maksud mengerjakan sa‘i kaum musyrikin berbeda dari kaum Muslimin. Mengerjakan sa‘i itu adalah bukti atau perwujudan dari keimanan kepada Allah serta kepatuhan pada perintah-Nya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih daripada yang diwajibkan kepadanya (mengerjakan yang sunah-sunah), Allah akan mensyukuri amal kebaikan itu dan Allah Maha Mengetahui semua amalan hamba-Nya. Maka janganlah ragu-ragu berbuat kebaikan, karena semua amal itu akan dibalas dengan berlipat ganda oleh Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 144 disebutkan tentang pemindahan kiblat kaum Muslimin dari Baitulmakdis ke Masjidilharam untuk menarik perhatian mereka agar bersiap-siap menghadapi perjuangan berat yang akan mereka hadapi yaitu menaklukkan dan membebaskan serta membersihkan Masjidilharam dari berhala-berhala dan kemusyrikan. Dalam ayat 150 disebutkan bahwa Allah menjanjikan akan menyempurnakan nikmat-Nya bagi kaum Muslimin. Ini adalah sebagai kabar gembira dan suatu isyarat bahwa cita-cita mereka benar-benar akan terlaksana dan mereka akan dapat membebaskan kota Mekah dalam waktu dekat, dengan syarat bahwa mereka harus berjuang mati-matian dan bersabar menghadapi segala cobaan seperti tersebut pada ayat 153.
MANASIK HAJI
Kosakata: Sya‘ā’irillāh شَعَائِرِاللهِ (al-Baqarah/2:158) Sya‘ā’ir bentuk jamak dari kata sya‘īrah yang berarti “tanda-tanda”, yakni tempat-tempat ibadah yang dijadikan tanda oleh Allah bagi manusia. Sya‘ā’ir, juga disebut dengan masyā‘ir, bentuk jamak dari masy‘ar yang juga dapat diartikan dengan “tanda-tanda” atau “tempat-tempat pelaksanaan ibadah haji”. Juga ia dapat diartikan dengan “ibadah dan amalan-amalan haji”. Kata sya‘ā’irillāh dalam ayat 158 tersebut memberikan pengertian kepada Safa dan Marwah tempat melaksanakan sa‘i di kala melaksanakan ibadah haji. Safa dan Marwah merupakan dua bukit dengan ketinggian beberapa meter saja, yang jarak antara keduanya sekitar 450 meter. Safa berada di selatan dan Marwah di utara, jarak antara Safa dengan Ka‘bah sekitar 150 meter, sedangkan jarak Marwah ke Ka‘bah sekitar 400 meter. Pada masa dahulu Safa dan Marwah berada di luar Masjidilharam, tetapi sejak perluasan bangunan secara besar-besaran yang dilakukan pada tahun 1375 H/1956 M. Safa dan Marwah berada serta menyatu dengan Masjidilharam, yang terletak di sisi sebelah timur.
null
1. Safa dan Marwah adalah dua tempat yang telah ditetapkan Allah menjadi tempat ibadah. 2. Setiap orang yang mengerjakan ibadah haji atau umrah diwajibkan melakukan sa‘i antara kedua tempat itu. 3. Orang yang berbuat kebajikan atau amal ibadah lebih dari apa yang diwajibkan kepadanya (dengan mengerjakan yang sunah) akan diberi pahala oleh Allah dengan berlipat ganda.
166
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
159
24
3
2
1
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنٰتِ وَالْهُدٰى مِنْۢ بَعْدِ مَا بَيَّنّٰهُ لِلنَّاسِ فِى الْكِتٰبِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَلْعَنُهُمُ اللّٰهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللّٰعِنُوْنَۙ
Innal-lażīna yaktumūna mā anzalnā minal-bayyināti wal-hudā mim ba‘di mā bayyannāhu lin-nāsi fil-kitāb(i), ulā'ika yal‘anuhumullāhu wa yal‘anuhumul-lā‘inūn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat,
null
null
Allah mengimbau umat Islam untuk menyampaikan kebenaran. Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, yakni kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur'an, dengan tidak memaparkannya kepada masyarakat atau menggantinya dengan yang lain, berupa keterangan-keterangan tentang satu kebenaran dan petunjuk, seperti sifat-sifat Nabi Muhammad atau hukum syariat tertentu setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab Al-Qur'an, mereka itulah orang yang dilaknat Allah, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat: para malaikat dan kaum mukmin. Ayat ini berlaku bagi setiap orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran dari Allah. Laknat itu akan selalu meliputi mereka, kecuali mereka yang telah bertobat dan menyesali dosa mereka, dan mengadakan perbaikan dengan berbuat saleh, dan menjelaskan-nya; mereka itulah yang Aku terima tobatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.
Ayat ini turun mengenai pendeta-pendeta Yahudi. Mereka menyembunyikan kepada kaum mereka tentang sifat-sifat Nabi Muhammad yang tersebut dalam kitab suci mereka, agar orang Yahudi jangan masuk Islam. Ahli Kitab selalu menyembunyikan kebenaran Islam serta kebenaran Nabi Muhammad saw padahal yang demikian itu telah tertulis dengan nyata dan jelas dalam kitab mereka. Orang-orang itu wajar mendapat laknat dari Allah dan dijauhkan dari rahmat serta kasih sayang-Nya dan wajar pula bila laknat dimintakan untuk mereka oleh malaikat dan manusia seluruhnya. Hukum mengenai kutukan bagi orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuan yang sebenarnya mesti disiarkan dan dikembangkan tidak hanya terbatas pada Ahli Kitab, bahkan mencakup semua orang yang bersikap seperti itu. Hal ini dikuatkan oleh sebuah hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau bersabda: مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ (أخرجه ابن ماجه عن أبي هريرة) Siapa ditanya tentang suatu ilmu yang diketahuinya tetapi tidak mau menerangkannya kepada penanya itu maka Allah akan membelenggunya dengan belenggu dari api neraka pada hari Kiamat. (Riwayat Ibnu Mājah dari Abu Hurairah). Abu Hurairah berkata, “Kalau tidak karena takut akan ancaman Allah dalam ayat ini (ayat 159) tentu saya tidak akan meriwayatkan suatu hadis pun dari Rasulullah.” Karena itu seorang Muslim berkewajiban menyampaikan ilmu yang dimilikinya, baik yang berupa pengetahuan agama maupun berupa pengetahuan umum, yang bermanfaat bagi masyarakat. Bila diketahui akan ada pelanggaran terhadap hukum agama, atau penyelewengan dari akidah yang benar, seperti tersiarnya bid‘ah dari aliran-aliran kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid, para ulama harus bangun serentak untuk mencegahnya, baik dengan lisan maupun tulisan. Dengan demikian kesucian agama dan kemurniannya akan tetap terpelihara. Orang Yahudi mendapat laknat karena mereka selalu menyembunyikan kebenaran. Bila mereka melihat sesuatu yang mungkar atau yang tidak benar, mereka diam saja dan tidak berusaha untuk mencegah atau mem-perbaikinya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya
LAKNAT TERHADAP ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Kosakata: Yal‘anu يَلْعَنُ (al-Baqarah/2: 159) Asal kata yal‘anu adalah al-la‘n artinya “mengusir dan menjauhkan suatu atau seseorang akibat perbuatan yang menimbulkan kemarahan”. Orang yang mendapat laknat Allah berarti ia dijauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan kemurkaan Allah di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak. Laknat Allah pada ayat ini berarti terputusnya rahmat dan taufik-Nya disertai kemarahan Allah atas orang-orang yang menyembunyikan hidayah Al-Qur’an ketika mereka membaca kitab Taurat, sedangkan laknat Allah di akhirat adalah azab neraka. Laknat bisa juga datang dari manusia yang berarti kutukan seseorang kepada orang lain yang berbuat kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan al-lā‘inūn dalam ayat ini adalah orang-orang yang taat kepada Allah, yang mengutuk kejahatan orang-orang yang menutupi kebenaran Al-Qur’an, mereka marah karena mereka menganggap orang-orang kafir itu telah melakukan kemungkaran yang harus dicegah agar manusia lainnya tidak terhalang dari hidayah Allah.
null
null
167
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
160
24
3
2
1
اِلَّا الَّذِيْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَبَيَّنُوْا فَاُولٰۤىِٕكَ اَتُوْبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَاَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Illal-lażīna tābū wa aṣlaḥū wa bayyanū fa'ulā'ika atūbu ‘alaihim, wa anat-tawwābur-raḥīm(u).
kecuali orang-orang yang telah bertobat, mengadakan perbaikan, dan menjelaskan(-nya).46) Mereka itulah yang Aku terima tobatnya. Akulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
46
46) Maksudnya adalah melakukan amal-amal saleh untuk menghilangkan keburukan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahannya dan menjelaskan kebenaran yang disembunyikannya.
Allah mengimbau umat Islam untuk menyampaikan kebenaran. Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, yakni kitab-kitab samawi sebelum Al-Qur'an, dengan tidak memaparkannya kepada masyarakat atau menggantinya dengan yang lain, berupa keterangan-keterangan tentang satu kebenaran dan petunjuk, seperti sifat-sifat Nabi Muhammad atau hukum syariat tertentu setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab Al-Qur'an, mereka itulah orang yang dilaknat Allah, dijauhkan dari rahmat-Nya, dan dilaknat pula oleh mereka yang melaknat: para malaikat dan kaum mukmin. Ayat ini berlaku bagi setiap orang yang sengaja menyembunyikan kebenaran dari Allah. Laknat itu akan selalu meliputi mereka, kecuali mereka yang telah bertobat dan menyesali dosa mereka, dan mengadakan perbaikan dengan berbuat saleh, dan menjelaskan-nya; mereka itulah yang Aku terima tobatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
Orang yang tobat dari kesalahan dan kelalaiannya serta memperbaiki dirinya dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, menerangkan serta menyebarkan ilmu yang dimilikinya, berani menegakkan kebenaran serta memerangi kemungkaran dikecualikan dan dibebaskan dari laknat Allah. Bagi orang-orang yang seperti itu walaupun mereka telah terlanjur berbuat kesalahan, namun Allah tetap menyediakan ampunan, karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Jadi janganlah seseorang berputus asa dari rahmat Allah dan petunjuk-Nya bagaimanapun besar dan banyaknya kesalahan serta dosanya, karena pintu tobat dan rahmat Allah terbuka selebar-lebarnya bagi orang yang insaf dan ingin memperbaiki dirinya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya
LAKNAT TERHADAP ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Kosakata: Yal‘anu يَلْعَنُ (al-Baqarah/2: 159) Asal kata yal‘anu adalah al-la‘n artinya “mengusir dan menjauhkan suatu atau seseorang akibat perbuatan yang menimbulkan kemarahan”. Orang yang mendapat laknat Allah berarti ia dijauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan kemurkaan Allah di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak. Laknat Allah pada ayat ini berarti terputusnya rahmat dan taufik-Nya disertai kemarahan Allah atas orang-orang yang menyembunyikan hidayah Al-Qur’an ketika mereka membaca kitab Taurat, sedangkan laknat Allah di akhirat adalah azab neraka. Laknat bisa juga datang dari manusia yang berarti kutukan seseorang kepada orang lain yang berbuat kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan al-lā‘inūn dalam ayat ini adalah orang-orang yang taat kepada Allah, yang mengutuk kejahatan orang-orang yang menutupi kebenaran Al-Qur’an, mereka marah karena mereka menganggap orang-orang kafir itu telah melakukan kemungkaran yang harus dicegah agar manusia lainnya tidak terhalang dari hidayah Allah.
null
null
168
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
161
24
3
2
1
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ لَعْنَةُ اللّٰهِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَۙ
Innal-lażīna kafarū wa mātū wa hum kuffārun ulā'ika ‘alaihim la‘natullāhi wal-malā'ikati wan-nāsi ajma‘īn(a).
Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat, dan manusia seluruhnya.
null
null
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
(161, 162) Orang-orang kafir, termasuk para Ahli Kitab yang tidak bertobat, kemudian mati dalam kekafiran, mereka tetap mendapat laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam neraka, tidak akan diringankan siksaan mereka dan tidak akan ditangguhkan. Demikian nasib mereka kelak pada hari kiamat, tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat dan mengerjakan amal saleh, dan andaikata mereka sanggup memberikan emas sebesar bumi untuk menebus kesalahan mereka, pasti tidak akan diterima Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِّلْءُ الْاَرْضِ ذَهَبًا وَّلَوِ افْتَدٰى بِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ ࣖ ۔ ٩١ (اٰل عمران) Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong. (Āli ‘Imrān/3: 91)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya
LAKNAT TERHADAP ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Kosakata: Yal‘anu يَلْعَنُ (al-Baqarah/2: 159) Asal kata yal‘anu adalah al-la‘n artinya “mengusir dan menjauhkan suatu atau seseorang akibat perbuatan yang menimbulkan kemarahan”. Orang yang mendapat laknat Allah berarti ia dijauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan kemurkaan Allah di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak. Laknat Allah pada ayat ini berarti terputusnya rahmat dan taufik-Nya disertai kemarahan Allah atas orang-orang yang menyembunyikan hidayah Al-Qur’an ketika mereka membaca kitab Taurat, sedangkan laknat Allah di akhirat adalah azab neraka. Laknat bisa juga datang dari manusia yang berarti kutukan seseorang kepada orang lain yang berbuat kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan al-lā‘inūn dalam ayat ini adalah orang-orang yang taat kepada Allah, yang mengutuk kejahatan orang-orang yang menutupi kebenaran Al-Qur’an, mereka marah karena mereka menganggap orang-orang kafir itu telah melakukan kemungkaran yang harus dicegah agar manusia lainnya tidak terhalang dari hidayah Allah.
null
null
169
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
162
24
3
2
1
خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۚ لَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْظَرُوْنَ
Khālidīna fīhā, lā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yunẓarūn(a).
Mereka kekal di dalamnya (laknat). Tidak akan diringankan azab dari mereka, dan mereka tidak diberi penangguhan.
null
null
Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kafir akan mendapat empat macam pembalasan. Pertama, mereka itu mendapat laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya; kedua, mereka kekal di dalamnya, di dalam laknat itu, dan karenanya mereka akan masuk neraka untuk selamanya; ketiga, mereka tidak akan diringankan azabnya; dan keempat, mereka tidak diberi penangguhan sebagaimana pada saat mereka di dunia.
(161, 162) Orang-orang kafir, termasuk para Ahli Kitab yang tidak bertobat, kemudian mati dalam kekafiran, mereka tetap mendapat laknat Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam neraka, tidak akan diringankan siksaan mereka dan tidak akan ditangguhkan. Demikian nasib mereka kelak pada hari kiamat, tidak ada kesempatan lagi untuk bertobat dan mengerjakan amal saleh, dan andaikata mereka sanggup memberikan emas sebesar bumi untuk menebus kesalahan mereka, pasti tidak akan diterima Allah sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya: اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَمَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْ اَحَدِهِمْ مِّلْءُ الْاَرْضِ ذَهَبًا وَّلَوِ افْتَدٰى بِهٖۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ وَّمَا لَهُمْ مِّنْ نّٰصِرِيْنَ ࣖ ۔ ٩١ (اٰل عمران) Sungguh, orang-orang yang kafir dan mati dalam kekafiran, tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak memperoleh penolong. (Āli ‘Imrān/3: 91)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 146 telah diterangkan bahwa orang Yahudi mengenal Nabi Muhammad dari kitab-kitab mereka seperti mengenal anak-anak mereka sendiri, karena di sana disebutkan segala sifat-sifatnya dengan jelas dan bahwa beliau akan diutus sebagai Rasul, tetapi mereka tetap mengingkarinya dan selalu menyembunyikan apa yang mereka ketahui itu. Dalam ayat ini disebutkan lagi sifat-sifat Ahli Kitab tersebut, dan bahwa mereka mendapat laknat dari Allah, malaikat, dan manusia seluruhnya
LAKNAT TERHADAP ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN AYAT-AYAT ALLAH
Kosakata: Yal‘anu يَلْعَنُ (al-Baqarah/2: 159) Asal kata yal‘anu adalah al-la‘n artinya “mengusir dan menjauhkan suatu atau seseorang akibat perbuatan yang menimbulkan kemarahan”. Orang yang mendapat laknat Allah berarti ia dijauhkan dari rahmat-Nya disertai dengan kemurkaan Allah di dunia dan hukuman neraka di akhirat kelak. Laknat Allah pada ayat ini berarti terputusnya rahmat dan taufik-Nya disertai kemarahan Allah atas orang-orang yang menyembunyikan hidayah Al-Qur’an ketika mereka membaca kitab Taurat, sedangkan laknat Allah di akhirat adalah azab neraka. Laknat bisa juga datang dari manusia yang berarti kutukan seseorang kepada orang lain yang berbuat kejahatan, sedangkan yang dimaksud dengan al-lā‘inūn dalam ayat ini adalah orang-orang yang taat kepada Allah, yang mengutuk kejahatan orang-orang yang menutupi kebenaran Al-Qur’an, mereka marah karena mereka menganggap orang-orang kafir itu telah melakukan kemungkaran yang harus dicegah agar manusia lainnya tidak terhalang dari hidayah Allah.
null
1. Allah melaknat orang yang mengetahui ajaran-ajaran-Nya tetapi menyembunyikannya. Mereka akan mendapat laknat juga dari malaikat dan manusia. 2. Pintu tobat selalu dibukakan Allah bagi orang-orang yang insaf dan mau memperbaiki dirinya. 3. Orang kafir jika mati dalam kekafiran, mendapat laknat abadi dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka akan tetap dalam neraka, dan tidak akan mendapat keringanan azab.
170
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
163
24
3
2
1
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ لَآاِلٰهَ اِلَّا هُوَ الرَّحْمٰنُ الرَّحِيْمُ ࣖ
Wa ilāhukum ilāhuw wāḥid(un), lā ilāha illā huwar-raḥmānur-raḥīm(u).
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
null
null
Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak berbilang; tidak ada tuhan yang disembah dengan hak selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Allah Tuhan yang Maha Esa, yang Maha Pemurah, Maha Penyayang. Dialah yang berhak disembah dan tidak boleh mempersekutukan-Nya dengan menyembah berhala-berhala dan lain sebagainya, seperti yang dilakukan oleh sebagian Ahli Kitab, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya: اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَالْمَسِيْحَ ابْنَ مَرْيَمَۚ وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوْٓا اِلٰهًا وَّاحِدًاۚ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ سُبْحٰنَهٗ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ٣١ (التوبة) Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi), dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan selain Allah dan (juga) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan. (at-Taubah/9: 31). Dialah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, yang sangat luas dan banyak rahmat-Nya dan tidak boleh meminta pertolongan (dalam hal-hal yang di luar kesanggupan kodrat manusia) kecuali kepada-Nya, karena meminta rahmat dan pertolongan kepada selain-Nya adalah syirik dan berarti mengakui adanya kekuatan selain dari kekuasaan-Nya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah dijelaskan dalam ayat terdahulu bahwa orang yang menyembunyikan keterangan yang diturunkan Allah dan orang kafir yang mati dalam kekafiran mendapat laknat dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, maka dalam ayat 163-164 ini ditegaskan bahwa Allah Maha Esa, tidak ada yang patut disembah melainkan Dia, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan yang menciptakan langit dan bumi. Dialah yang patut disembah, diikuti semua petunjuk-Nya dan tidak disembunyikan petunjuk-petunjuk-Nya; janganlah teperdaya oleh pendapat yang menyimpang dari kebenaran karena berakibat kemurkaan Allah.
ALLAH MAHA ESA DAN MAHA PENCIPTA
Kosakata: al-Khalq اَلْخَلْق (al-Baqarah/2: 164) Al-Khalq arti asalnya adalah “ketentuan yang tepat dan benar” (at-taqdīr al-mustaqīm). Al-Khalq berarti “menciptakan sesuatu yang belum pernah ada”, oleh sebab itu, kata al-khalq hanya dinisbatkan kepada Allah swt. Jika ada kata al-khalq dinisbatkan kepada manusia sebagaimana pada surah al-Mu’minūn, maka Allah di sini ingin menunjukkan bahwa Allah lah Pencipta yang paling baik di antara para pencipta itu. Kata al-khalq terkait dengan ciptaan bentuk lahiriah sesuatu yang bisa dirasakan oleh panca indera. Penciptaan langit dan bumi disebutkan dalam ayat ini dengan maksud menunjukkan bukti-bukti eksistensi dan keesaan Allah swt, sekaligus berisi kecaman terhadap perbuatan orang-orang yang menyekutukan Allah. Ayat ini turun sesudah ayat sebelumnya yang menyebutkan balasan terhadap orang-orang yang menutupi eksistensi Allah dan keesaannya.
null
null
171
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
164
25
3
2
1
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ
Inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri wal-fulkil-latī tajrī fil-baḥri bimā yanfa‘un-nāsa wa mā anzalallāhu minas-samā'i mim mā'in fa aḥyā bihil-arḍa ba‘da mautihā wa baṡṡa fīhā min kulli dābbah(tin), wa taṣrīfir-riyāḥi was-saḥābil-musakhkhari bainas-samā'i wal-arḍi la'āyātil liqaumiy ya‘qilūn(a).
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang,47) bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.
47
47) Pergantian malam dan siang akibat rotasi bumi menggerakkan udara secara global berupa angin. Dengan angin, kapal dapat bergerak menggunakan layar. Angin pula yang menggerakkan uap air dari lautan hingga membentuk awan lalu mendorongnya ke daratan hingga tercurah sebagai hujan. Dengan hujan itu, tumbuhlah tumbuhan yang menghidupi beragam jenis hewan.
Ketahuilah, sesungguhnya pada penciptaan langit dengan ketinggian dan keluasannya serta benda-benda angkasa di lingkupnya; dan bumi yang terhampar luas; pergantian malam dan siang dengan perubahan panjang-pendeknya dan kemanfaatan masing-masing; kapal dan perahu yang berlayar di laut dengan membawa muatan berupa manusia dan aneka ragam barang yang bermanfaat bagi manusia; apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi dengan berbagai macam tumbuhan setelah tanaman tersebut mati atau kering; apa yang Dia tebarkan di dalam dan di permukaan-nya berupa bermacam-macam binatang; dan perkisaran angin, baik yang semilir maupun yang kencang; dan awan yang menggumpal dan dikendalikan untuk bergelantungan antara langit dan bumi; semua itu sungguh merupakan tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang mengerti, menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi untuk keperluan manusia, maka seharusnyalah manusia memperhatikan dan merenungkan rahmat Allah yang Mahasuci itu karena dengan memperhatikan isi alam semuanya akan bertambah yakinlah dia pada keesaan dan kekuasaan-Nya, akan bertambah luas ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan-Nya, pengetahuan itu dapat dimanfaatkan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang Maha Mengetahui. Dalam ayat ini Allah swt “menuntun” manusia untuk mau melihat, memperhatikan dan memikirkan segala yang ada dan terjadi di sekitarnya dengan menyebutkan ciptaan-ciptaan Nya. Penciptaan langit dan bumi sungguh sarat akan rahasia dan tanda-tanda kebesaran Allah swt. Ciptaan-ciptaan Allah itu ada yang bisa langsung terlihat dan nyata kemanfaatannya sehingga mudah kita memahaminya, tetapi tidak sedikit untuk mema-haminya perlu melalui prosesi pemikiran dan perenungan yang panjang dan dalam. Upaya manusia untuk mengetahui rahasia dan tanda kebesaran Allah, telah pula mendorong mereka untuk semakin dekat kepada-Nya. Memahami kehebatan, kecanggihan dan keharmonisan jagat raya ini telah membuat tidak sedikit ilmuwan semakin menyadari dan yakin bahwa sesungguhnya semua yang ada di alam semesta ini sengaja direncanakan, dibuat, diatur, dan dipelihara oleh-Nya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia pada kesimpulan bahwa sistem Tata Surya yang terdiri dari jutaan bintang bahkan mungkin lebih (termasuk di dalamnya bumi kita ini) hanyalah menjadi bagian kecil dari Galaksi Bima Sakti yang memuat lebih dari 100 milyar bintang. Dan Bima Sakti-pun hanyalah satu dari 500 milyar lebih galaksi dalam jagat raya yang diketahui. Sesungguhnya semua bintang-bintang dalam alam semesta ini berada dalam lintasan orbit masing-masing yang telah ditentukan (aż-Żāriyāt/51 :7). Orbit-orbit dalam alam semesta juga dimiliki oleh galaksi-galaksi yang bergerak pada kecepatan yang tinggi dalam orbit-orbit yang telah ditetapkan. Ketika mereka bergerak, tidak ada satupun benda-benda langit ini yang memotong orbit atau bertabrakan dengan benda langit lainnya. Begitu pula perihal bumi ciptaan-Nya, semuanya menunjukkan kesempurnaan penciptanya. Allah berfirman yang artinya: …Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasan Allah bagi orang-orang yang yakin….. (aż-Żāriyāt/51: 20) Sebuah ensiklopedia sains modern menggambarkan unsur-unsur kimia yang ada di bumi kita ini mempunyai variasi yang menakjubkan. Beberapa di antaranya langka karena susah ditemukan tapi ada juga yang berlimpah. Ada yang dapat dilihat oleh mata telanjang karena berbentuk cairan dan padatan, tetapi ada juga yang tak nampak karena berupa gas. Kenyataan ini mestinya dapat membimbing kita untuk semakin terkesan dengan keagungan dan keesaan Sang Pencipta nya, Allah swt. Munculnya siang dan malam silih berganti mengajak kita berfikir tentang adanya pengaturan yang sempurna. Pertanyaan yang muncul adalah “siapa yang mengatur itu semua?” Silih bergantinya malam dan siang, serta bergilir-nya antara keduanya, panjang dan pendeknya waktu, dan adanya berbagai musim merupakan pengaturan iklim yang sempurna yang terkondisi dengan nyaman untuk dapat dihuni oleh manusia. Kata al-fulk dalam ayat ini berarti bahtera atau perahu. Untuk membuat perahu dibutuhkan pengetahuan tentang sifat air, pergerakan angin, udara, awan yang berhubungan dengan musim, kaidah-kaidah dasar fisika fluida serta hukum dasar lainnya, seperti hukum Archimides untuk benda mengapung, ataupun konsep desain dan konstruksi. Akhirnya manusia dapat membuat kapal atau perahu untuk berlayar mengarungi lautan sehingga mereka dapat menjelajahi pelosok bumi. Di dalam silih bergantinya malam dan siang ini terdapat petunjuk tentang waktu dan arah lantaran kedua hal ini dibutuhkan dalam pelayaran. Dari fenomena alam ini pula manusia menciptakan ilmu falak dan pengetahuan tentang cuaca yang gunanya sangat banyak bagi memenuhi keperluan manusia. Allah berfirman yang artinya sebagai berikut: “….Dan Dia lah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut... (al-An‘ām/6: 97). Kemudian “Dia turunkan dari langit berupa air”. Di dalam Al-Qur’an terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan bagaimana Allah swt menurunkan air hujan. Ayat-ayat dimaksud adalah ar-Rūm/30: 48; Qāf/50:9-11; Gāfir/23: 18 dan 48-50; al-Ḥijr/15: 22; Fāṭir/35: 91; al-A‘rāf/7: 57; al-Jāṡiyah/45: 5; ar-Ra‘d/13 :17; al-Mulk/67 :30; az-Zumar/39: 21; an-Nūr/24:43 dan al-Wāqi‘ah/56: 68. Terjadinya hujan secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut. Diawali dengan adanya penguapan air yang disebabkan oleh panasnya udara yang memanasi permukaan laut. Pemanasan mengakibatkan terjadinya pergeseran molekul-molekul zat air yang kemudian menjadi uap. Ketika uap tersebut naik ke atas, terbentuklah awan yang semakin menebal. Karena dingin dan berat awan tebal tadi berubah menjadi titik-titik air yang kemudian jatuh ke bumi. Itulah yang dinamakan hujan”. … lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan… (al-Baqarah/2: 164) Dengan air inilah timbul kehidupan dengan berbagai tumbuhan di permukaan bumi, yang kemudian dimanfaatkan hewan dan manusia sebagai sumber kehidupan mereka. Akhirnya kehidupan di bumi berkembang sebagaimana bisa kita saksikan. Hal inipun diisyaratkan dalam firman Allah yang artinya sebagai berikut: ….Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah… (al-Ḥajj/22: 5). Turunnya hujan yang menjadi pendukung kehidupan bagi tumbuhan, hewan dan manusia demikian itu merupakan bukti bahwa Allah Maha Esa dan Maha Menciptakan. Dan jika ditinjau dari segi kemanfaatannya, maka kenyataan tersebut merupakan rahmat Ilahi. Hendaklah selalu diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu: 1. Diciptakannya bumi yang didiami manusia ini dan apa yang tersimpan di dalamnya merupakan perbendaharaan dan kekayaan yang tidak akan habis-habisnya baik di darat maupun di laut. Semua itu adalah nikmat dan kasih sayang Allah kepada manusia, oleh karena itu manusia harus memanfaatkan, menjaga dan melestarikannya untuk kehidupan yang baik dari generasi ke generasi berikutnya. 2. Penciptaan langit dengan bintang-bintang dan planet semua berjalan dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan itu, apabila terjadi penyimpangan, akan terjadi tabrakan antara yang satu dengan yang lain dan akan binasalah alam ini seluruhnya. Hal ini tidak akan terjadi kecuali bila penciptanya sendiri yaitu Allah yang Mahakuasa telah menghendaki terjadinya hal tersebut. 3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya waktu malam dan siang pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar bagi manusia. Walaupun sebab-sebabnya telah diketahui dengan perantaraan ilmu falak, tetapi penelitian manusia dalam hal ini harus dipergiat dan diperdalam lagi sehingga dengan pengetahuan itu manusia dapat lebih maju lagi dalam memanfaatkan rahmat Tuhan. 4. Bahtera yang berlayar di lautan untuk membawa manusia dari satu negeri ke negeri lain dan untuk membawa barang-barang perniagaan untuk memajukan perekonomian. Bagi orang yang belum pernah berlayar di tengah-tengah samudera yang luas mungkin hal ini tidak akan menarik perhatian, tetapi bagi pelaut-pelaut yang selalu mengarungi lautan yang menjalani bagaimana hebatnya serangan ombak dan badai apalagi bila dalam keadaan gelap gulita di malam hari, hal ini pasti akan membawa kepada kesadaran bahwa memang segala sesuatu itu dikendalikan dan berada di bawah inayah Allah yang Mahakuasa dan Mahaperkasa. 5. Allah swt menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau kering dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan hidupnya dengan adanya air tersebut. Dapat digambarkan, bagaimana jika hujan tidak turun dari langit, semua daratan akan menjadi gurun, semua makhluk yang hidup akan mati dan musnah kekeringan. 6. Perubahan arah angin dari suatu tempat ke tempat yang lain merupakan suatu tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah serta kebesaran rahmat-Nya bagi manusia. Dahulu, sebelum adanya kapal api, kapal-kapal layarlah yang dipakai mengarungi lautan yang luas; dan bila tidak ada angin tentu kapal itu tidak dapat bergerak ke tempat yang dituju. Di antara angin itu ada yang menghalau awan ke tempat-tempat yang dikehendaki Allah, bahkan ada pula yang mengawinkan sari tumbuhan, dan banyak lagi rahasia-rahasia yang terpendam yang belum dapat diselidiki dan diketahui oleh manusia. 7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas serta diteliti, untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah dijelaskan dalam ayat terdahulu bahwa orang yang menyembunyikan keterangan yang diturunkan Allah dan orang kafir yang mati dalam kekafiran mendapat laknat dari Allah, malaikat dan manusia seluruhnya, maka dalam ayat 163-164 ini ditegaskan bahwa Allah Maha Esa, tidak ada yang patut disembah melainkan Dia, yang Maha Pengasih, Maha Penyayang dan yang menciptakan langit dan bumi. Dialah yang patut disembah, diikuti semua petunjuk-Nya dan tidak disembunyikan petunjuk-petunjuk-Nya; janganlah teperdaya oleh pendapat yang menyimpang dari kebenaran karena berakibat kemurkaan Allah.
ALLAH MAHA ESA DAN MAHA PENCIPTA
Kosakata: al-Khalq اَلْخَلْق (al-Baqarah/2: 164) Al-Khalq arti asalnya adalah “ketentuan yang tepat dan benar” (at-taqdīr al-mustaqīm). Al-Khalq berarti “menciptakan sesuatu yang belum pernah ada”, oleh sebab itu, kata al-khalq hanya dinisbatkan kepada Allah swt. Jika ada kata al-khalq dinisbatkan kepada manusia sebagaimana pada surah al-Mu’minūn, maka Allah di sini ingin menunjukkan bahwa Allah lah Pencipta yang paling baik di antara para pencipta itu. Kata al-khalq terkait dengan ciptaan bentuk lahiriah sesuatu yang bisa dirasakan oleh panca indera. Penciptaan langit dan bumi disebutkan dalam ayat ini dengan maksud menunjukkan bukti-bukti eksistensi dan keesaan Allah swt, sekaligus berisi kecaman terhadap perbuatan orang-orang yang menyekutukan Allah. Ayat ini turun sesudah ayat sebelumnya yang menyebutkan balasan terhadap orang-orang yang menutupi eksistensi Allah dan keesaannya.
null
1. Allah membuktikan bahwa Dia Mahakuasa dan Maha Esa, yaitu dengan tertib dan teraturnya alam semesta yang diciptakan-Nya. 2. Untuk dapat menyadari dan meresapi hal tersebut, manusia hendaklah menggunakan akal dan pikirannya agar mendapat taufik dari Allah swt.
172
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
165
25
3
2
1
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِ ۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِ ۙوَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا ۙوَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
Wa minan-nāsi may yattakhiżu min dūnillāhi andāday yuḥibbūnahum kaḥubbillāh(i), wal-lażīna āmanū asyaddu ḥubbal lillāh(i), wa lau yaral-lażīna ẓalamū iż yaraunal-‘ażāb(a), annal-quwwata lillāhi jamī‘ā(n), wa annallāha syadīdul-‘ażāb(i).
Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal).
null
null
Dan di antara manusia, meski telah menyaksikan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah yang demikian banyak dan jelas, masih ada saja orang yang menyembah tuhan selain Allah. Mereka menjadikannya sebagai tandingan Allah, yang mereka cintai seperti mereka mencintai Allah. Mahasuci Allah dari segala tandingan dan sekutu. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah melebihi cinta orang musyrik kepada sesembahan dan berhala mereka. Mereka tidak mempersekutukan Allah dengan apa pun. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat dan mengetahui, ketika mereka melihat, menerima, dan merasakan azab pada hari kiamat, sedang mereka dan sesembahan mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka mereka baru menyadari bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya. Ketika itulah mereka baru menyesali kezaliman yang telah mereka lakukan, penyesalan yang tidak berguna sedikit pun.
Di antara manusia, baik zaman dahulu maupun zaman sekarang, ada yang menganggap bahwa di samping Allah ada lagi sesembahan yang diagungkan dan dicintai sama dengan mengagungkan dan mencintai Allah, seperti: berhala, pemimpin-pemimpin, arwah nenek moyang dan lain-lain sebagainya. Apabila mereka mendapat nikmat dan kebaikan, mereka panjatkan syukur dan pujian kepada sesembahan tersebut, dan apabila mereka ditimpa kesusahan atau malapetaka mereka meminta dan berdoa kepada Allah dengan harapan mereka akan dapat ditolong dan dilepaskan dari cengkeraman bahaya yang mereka hadapi. Tindakan seperti ini adalah tindakan orang musyrik, bukan tindakan orang mukmin. Seorang mukmin tidak akan melakukan perbuatan seperti itu karena ia percaya dan yakin dengan sepenuh hatinya bahwa yang harus disembah adalah Allah dan yang harus dicintai dan dipanjatkan doa kepadanya hanyalah Allah. Di akhirat nanti orang yang mempersekutukan Allah dengan menyembah berhala, pemimpin dan arwah itu akan kekal di neraka dan akan menyaksikan dengan mata kepala sendiri bahwa Allah sajalah yang Mahakuasa dan Dia sajalah yang berhak menyiksa dan siksa-Nya amat berat.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 163 dan 164, disebutkan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan yang Maha Esa, apa yang diciptakan-Nya seperti langit dan apa yang terdapat di dalamnya merupakan tanda-tanda bagi keesaan dan kekuasaan-Nya; maka tidak sepantasnya bagi manusia yang dianugerahi pikiran dan perasaan, mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan men-cintai sekutu-sekutu itu seperti mencintai Allah. Di dalam ayat ini, disebutkan keadaan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan menyembah berhala dan pemimpin mereka. Mereka mempersamakan berhala dan pemimpin itu dengan Allah dalam beribadah serta dalam mencintai-Nya. Mereka di akhirat nanti akan saling tuduh dan saling menyalahkan.
SIFAT-SIFAT ORANG KAFIR DAN KEADAAN MEREKA DI AKHIRAT
Kosakata: Andādan اَنْدَادًا (al-Baqarah/2: 165) Andādan jamak dari an-nidd artinya “yang sama”, “sepadan”. Maksudnya menyekutukan sesuatu dengan yang lainnya dalam substansi, sesuatu yang disekutukan ini dianggap mempunyai beberapa faktor yang sama meskipun pada hakikatnya sangat kontradiksi dengan yang disekutukan (diserupakan). Yang dimaksud andādan dalam ayat ini adalah patung-patung yang mereka sembah bukan pemimpin-pemimpin mereka. Orang Arab ketika itu mencintai patung-patung yang mereka anggap sebagai tuhan atau pemberi syafaat seperti mereka mencintai Allah yang juga mereka yakini sebagai Tuhan di samping patung-patung tersebut. Kecintaan mereka memang hanya terfokus pada patung-patung tersebut yang mereka anggap sebagai tuhan. Ayat ini menghimbau agar kita tidak menyekutukan Allah dengan benda-benda lain yang mereka anggap tuhan dan yang mereka cintai. Sebuah kezaliman dan ironi jika ada makhluk selain Allah apa pun bentuknya yang tidak mempunyai konstribusi dalam kehidupan manusia, baik memberi manfaat atau madarat, disamakan dengan Allah Maha Pencipta segala sesuatu.
null
null
173
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
166
25
3
2
1
اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ
Iż tabarra'al-lażīnattubi‘ū minal-lażīnattaba‘ū wa ra'awul-‘ażāba wa taqaṭṭa‘at bihimul-asbāb(u).
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti saat mereka (orang-orang yang diikuti) melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus.
null
null
Itulah hari kiamat, hari ketika orang-orang yang diikuti, yakni para pemimpin, berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti atau orang yang mereka pimpin; dan mereka melihat azab pedih yang tidak bisa mereka hindari, dan pada hari itu segala hubungan antara mereka terputus, baik hubungan nasab, persahabatan, percintaan, maupun pekerjaan. Pada hari itu setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatan masing-masing (Lihat: Surah Abasa/80: 34-37).
(166, 167) Pada saat menerima azab di akhirat mereka melihat sesembahan yang mereka sembah selagi di dunia, berlepas diri dari mereka dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas kesesatan dan kekeliruan mereka dalam menyembah selain Allah. Karena itu mereka mengharap-harap kiranya mereka diberi kesempatan hidup kembali di dunia, agar mereka dapat menyembah Allah saja dan berlepas diri dari berhala serta pemimpin-pemimpin yang mereka sembah dahulu. Dengan demikian mereka tidak akan mengalami kepahitan dan kegetiran seperti yang mereka alami itu. Tetapi harapan itu sia-sia belaka karena nasi telah menjadi bubur. Mereka akan tetap berada dalam neraka dan tidak dapat keluar lagi dari sana, baik untuk kembali ke dunia guna memperbaiki akidah dan amalnya, ataupun untuk masuk ke surga, karena pintu surga tertutup bagi orang-orang musyrik.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 163 dan 164, disebutkan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan yang Maha Esa, apa yang diciptakan-Nya seperti langit dan apa yang terdapat di dalamnya merupakan tanda-tanda bagi keesaan dan kekuasaan-Nya; maka tidak sepantasnya bagi manusia yang dianugerahi pikiran dan perasaan, mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan men-cintai sekutu-sekutu itu seperti mencintai Allah. Di dalam ayat ini, disebutkan keadaan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan menyembah berhala dan pemimpin mereka. Mereka mempersamakan berhala dan pemimpin itu dengan Allah dalam beribadah serta dalam mencintai-Nya. Mereka di akhirat nanti akan saling tuduh dan saling menyalahkan.
SIFAT-SIFAT ORANG KAFIR DAN KEADAAN MEREKA DI AKHIRAT
Kosakata: Andādan اَنْدَادًا (al-Baqarah/2: 165) Andādan jamak dari an-nidd artinya “yang sama”, “sepadan”. Maksudnya menyekutukan sesuatu dengan yang lainnya dalam substansi, sesuatu yang disekutukan ini dianggap mempunyai beberapa faktor yang sama meskipun pada hakikatnya sangat kontradiksi dengan yang disekutukan (diserupakan). Yang dimaksud andādan dalam ayat ini adalah patung-patung yang mereka sembah bukan pemimpin-pemimpin mereka. Orang Arab ketika itu mencintai patung-patung yang mereka anggap sebagai tuhan atau pemberi syafaat seperti mereka mencintai Allah yang juga mereka yakini sebagai Tuhan di samping patung-patung tersebut. Kecintaan mereka memang hanya terfokus pada patung-patung tersebut yang mereka anggap sebagai tuhan. Ayat ini menghimbau agar kita tidak menyekutukan Allah dengan benda-benda lain yang mereka anggap tuhan dan yang mereka cintai. Sebuah kezaliman dan ironi jika ada makhluk selain Allah apa pun bentuknya yang tidak mempunyai konstribusi dalam kehidupan manusia, baik memberi manfaat atau madarat, disamakan dengan Allah Maha Pencipta segala sesuatu.
null
null
174
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
167
25
3
2
1
وَقَالَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنَ النَّارِ ࣖ
Wa qālal-lażīnattaba‘ū lau anna lanā karratan fa natabarra'a minhum, kamā tabarra'ū minnā, każālika yurīhimullāhu a‘mālahum ḥasarātin ‘alaihim, wa mā hum bikhārijīna minan-nār(i).
Orang-orang yang mengikuti berkata, “Andaikan saja kami mendapat kesempatan kembali (ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Mereka sungguh tidak akan keluar dari neraka.
null
null
Dan karena dahsyatnya siksa Allah yang mereka saksikan, orang-orang yang mengikuti berkhayal dan berkata, “Sekiranya kami mendapat kesempatan kembali ke dunia, tentu kami akan berlepas tangan dari mereka; kami tidak akan mengikuti mereka sebagaimana pada hari ini mereka berlepas tangan dari kami dan tidak bertanggung jawab atas ajakan dan tipu daya mereka kepada kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka seluruh amal perbuatan mereka, membiarkan mereka larut di dalamnya. Perbuatan itulah yang menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat, penyesalan yang sama sekali tidak berguna. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka; mereka kekal dan abadi di dalamnya.
(166, 167) Pada saat menerima azab di akhirat mereka melihat sesembahan yang mereka sembah selagi di dunia, berlepas diri dari mereka dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas kesesatan dan kekeliruan mereka dalam menyembah selain Allah. Karena itu mereka mengharap-harap kiranya mereka diberi kesempatan hidup kembali di dunia, agar mereka dapat menyembah Allah saja dan berlepas diri dari berhala serta pemimpin-pemimpin yang mereka sembah dahulu. Dengan demikian mereka tidak akan mengalami kepahitan dan kegetiran seperti yang mereka alami itu. Tetapi harapan itu sia-sia belaka karena nasi telah menjadi bubur. Mereka akan tetap berada dalam neraka dan tidak dapat keluar lagi dari sana, baik untuk kembali ke dunia guna memperbaiki akidah dan amalnya, ataupun untuk masuk ke surga, karena pintu surga tertutup bagi orang-orang musyrik.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 163 dan 164, disebutkan bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan yang Maha Esa, apa yang diciptakan-Nya seperti langit dan apa yang terdapat di dalamnya merupakan tanda-tanda bagi keesaan dan kekuasaan-Nya; maka tidak sepantasnya bagi manusia yang dianugerahi pikiran dan perasaan, mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan men-cintai sekutu-sekutu itu seperti mencintai Allah. Di dalam ayat ini, disebutkan keadaan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan menyembah berhala dan pemimpin mereka. Mereka mempersamakan berhala dan pemimpin itu dengan Allah dalam beribadah serta dalam mencintai-Nya. Mereka di akhirat nanti akan saling tuduh dan saling menyalahkan.
SIFAT-SIFAT ORANG KAFIR DAN KEADAAN MEREKA DI AKHIRAT
Kosakata: Andādan اَنْدَادًا (al-Baqarah/2: 165) Andādan jamak dari an-nidd artinya “yang sama”, “sepadan”. Maksudnya menyekutukan sesuatu dengan yang lainnya dalam substansi, sesuatu yang disekutukan ini dianggap mempunyai beberapa faktor yang sama meskipun pada hakikatnya sangat kontradiksi dengan yang disekutukan (diserupakan). Yang dimaksud andādan dalam ayat ini adalah patung-patung yang mereka sembah bukan pemimpin-pemimpin mereka. Orang Arab ketika itu mencintai patung-patung yang mereka anggap sebagai tuhan atau pemberi syafaat seperti mereka mencintai Allah yang juga mereka yakini sebagai Tuhan di samping patung-patung tersebut. Kecintaan mereka memang hanya terfokus pada patung-patung tersebut yang mereka anggap sebagai tuhan. Ayat ini menghimbau agar kita tidak menyekutukan Allah dengan benda-benda lain yang mereka anggap tuhan dan yang mereka cintai. Sebuah kezaliman dan ironi jika ada makhluk selain Allah apa pun bentuknya yang tidak mempunyai konstribusi dalam kehidupan manusia, baik memberi manfaat atau madarat, disamakan dengan Allah Maha Pencipta segala sesuatu.
null
1. Orang yang menyembah berhala (yaitu kaum musyrikin), mencintai berhala itu sama dengan mencintai Allah. Di akhirat nanti mereka disiksa: mereka akan sadar bahwa Tuhan hanyalah Allah. Sedang orang- orang mukmin hanya menyembah dan mencintai Allah. 2. Di akhirat nanti orang-orang musyrik akan saling menyalahkan, antara pengikut-pengikut dengan pemimpin-pemimpin mereka, dan putuslah hubungan antara mereka. 3. Pada saat itulah orang musyrik mengharap kiranya mereka dapat kembali ke dunia memperbaiki akidah dan amalnya dan berlepas diri dari sesembahan mereka, tetapi harapan itu sia-sia belaka.
175
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
168
25
3
2
1
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Yā ayyuhan-nāsu kulū mimmā fil-arḍi ḥalālan ṭayyibā(n), wa lā tattabi‘ū khuṭuwātisy-syaiṭān(i), innahū lakum ‘aduwwum mubīn(un).
Wahai manusia, makanlah sebagian (makanan) di bumi yang halal lagi baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya ia bagimu merupakan musuh yang nyata.
null
null
Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia.
Ibnu ‘Abbās mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu kaum yang terdiri dari Bani Saqif, Bani Amir bin Sa‘sa‘ah, Khuza‘ah dan Bani Mudli. Mereka mengharamkan menurut kemauan mereka sendiri memakan beberapa jenis binatang seperti baḥīrah yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan anak kelima itu jantan, lalu dibelah telinganya; dan wasīlah yaitu domba yang beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina, lalu anak yang jantan tidak boleh dimakan dan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah tidak mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah menjelaskan apa-apa yang diharamkan memakan-Nya dalam firman-Nya: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ لِغَيْرِ اللّٰهِ بِهٖ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوْذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيْحَةُ وَمَآ اَكَلَ السَّبُعُ اِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْۗ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَاَنْ تَسْتَقْسِمُوْا بِالْاَزْلَامِۗ ذٰلِكُمْ فِسْقٌۗ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, dan (hewan yang mati) tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih, dan (diharamkan juga bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, itu adalah suatu kefasikan. (al-Mā’idah/5: 3). Segala sesuatu selain dari yang tersebut dalam ayat ini boleh dimakan, sedangkan baḥīrah dan wasīlah tidak tersebut di dalam ayat itu. Memang ada beberapa ulama berpendapat bahwa di samping yang tersebut dalam ayat itu, ada lagi yang diharamkan memakannya berdasarkan hadis Rasulullah saw seperti makan binatang yang bertaring tajam atau bercakar kuat. Allah menyuruh manusia makan makanan yang baik yang terdapat di bumi, yaitu planet yang dikenal sebagai tempat tinggal makhluk hidup seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Sedang makanan yang diharamkan oleh beberapa kabilah yang ditetapkan menurut kemauan dan peraturan yang mereka buat sendiri halal dimakan, karena Allah tidak mengharamkan makanan itu. Allah hanya mengharamkan beberapa macam makanan tertentu sebagaimana tersebut dalam ayat 3 surah al-Mā’idah dan dalam ayat 173 surah al-Baqarah ini. Selain dari yang diharamkan Allah dan selain yang tersebut dalam hadis sesuai dengan pendapat sebagian ulama adalah halal, boleh dimakan. Kabilah-kabilah itu hanya mengharamkan beberapa jenis tanaman dan binatang berdasarkan hukum yang mereka tetapkan dengan mengikuti tradisi yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan karena memperturutkan hawa nafsu dan kemauan setan belaka. Janganlah kaum Muslimin mengikuti langkah-langkah setan, karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 165 dan 167 yang lalu telah diterangkan nasib orang yang mempersekutukan Tuhan yang telah menetapkan hukum-hukum dan mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah, dan membuat peraturan-peraturan menurut hawa nafsu mereka dan mengikuti langkah-langkah setan. Dengan ayat ini Allah memperingatkan dan memerintahkan manusia agar memakan rezeki pemberian Allah yang halal, dan jangan mengikuti langkah-langkah setan dengan mengikuti jejak pemimpin yang sesat hanya karena berpegang kepada tradisi atau adat istiadat orang-orang terdahulu.
PERINTAH MEMAKAN YANG HALAL DAN LARANGAN MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Kosakata: Ḥalālan Ṭayyiban حَلاَلاً طَيِّبًا (al-Baqarah/2 :168) Ḥalālan terambil dari kata ḥalla yaḥillu ḥallan wa ḥalālan yang berarti menjadi boleh. Dari kata ini diperoleh pengertian “membolehkan sesuatu”. Maksud penyebutan kata ḥalālan dalam ayat ini adalah menjelaskan kesalahan orang musyrik Mekah yang telah mengharamkan berbagai kenikmatan yang sebenarnya tidak diharamkan Allah. Ayat ini membatalkan keharaman beberapa makanan tertentu yang mereka haramkan sendiri atas diri mereka, dan menghalalkan makanan-makanan yang tidak baik yang diharamkan oleh Allah, maka kata ḥalālan diberi kata sifat ṭayyiban, artinya makanan yang dihalalkan Allah adalah makanan yang berguna bagi tubuh, tidak merusak, tidak menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena tidak diharamkan, sehingga kata ṭayyibah menjadi ‘illah (alasan) dihalalkannya sesuatu.
null
null
176
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
169
25
3
2
1
اِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوْۤءِ وَالْفَحْشَاۤءِ وَاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Innamā ya'murukum bis-sū'i wal-faḥsyā'i wa an taqūlū ‘alallāhi mā lā ta‘lamūn(a).
Sesungguhnya (setan) hanya menyuruh kamu untuk berbuat jahat dan keji serta mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui.
null
null
Sebagai musuh manusia, sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat, yaitu perbuatan yang mengotori jiwa dan berakibat buruk terhadap kehidupan meskipun tanpa sanksi hukum duniawi, seperti menyakiti sesama, menebar permusuhan, merusak persatuan dengan cara mengadu domba dan menyebar kebohongan, berhati dengki, angkuh dan sombong, dan setan juga menyuruh manusia berbuat keji, yaitu perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan agama dan akal sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya, seperti zina dan pembunuhan, dan setan juga membisikkan agar kamu mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah dengan mengatakan bahwa Allah punya istri dan punya anak, padahal Allah Mahasuci dari hal tersebut.
Setan selalu menyuruh manusia agar melakukan kejahatan dan mengerjakan yang keji dan yang mungkar. Setan tidak rela dan tidak senang bila melihat seseorang beriman kepada Allah dan menaati segala perintah dan peraturan-Nya. Setan tidak segan-segan menyuruh manusia berdusta terhadap Allah dengan menyuruh membuat peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang bertentangan dengan hukum Allah sehingga dengan demikian akan kacau-balaulah peraturan agama dan tidak dapat diketahui lagi mana peraturan agama dan mana yang bukan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 165 dan 167 yang lalu telah diterangkan nasib orang yang mempersekutukan Tuhan yang telah menetapkan hukum-hukum dan mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah, dan membuat peraturan-peraturan menurut hawa nafsu mereka dan mengikuti langkah-langkah setan. Dengan ayat ini Allah memperingatkan dan memerintahkan manusia agar memakan rezeki pemberian Allah yang halal, dan jangan mengikuti langkah-langkah setan dengan mengikuti jejak pemimpin yang sesat hanya karena berpegang kepada tradisi atau adat istiadat orang-orang terdahulu.
PERINTAH MEMAKAN YANG HALAL DAN LARANGAN MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Kosakata: Ḥalālan Ṭayyiban حَلاَلاً طَيِّبًا (al-Baqarah/2 :168) Ḥalālan terambil dari kata ḥalla yaḥillu ḥallan wa ḥalālan yang berarti menjadi boleh. Dari kata ini diperoleh pengertian “membolehkan sesuatu”. Maksud penyebutan kata ḥalālan dalam ayat ini adalah menjelaskan kesalahan orang musyrik Mekah yang telah mengharamkan berbagai kenikmatan yang sebenarnya tidak diharamkan Allah. Ayat ini membatalkan keharaman beberapa makanan tertentu yang mereka haramkan sendiri atas diri mereka, dan menghalalkan makanan-makanan yang tidak baik yang diharamkan oleh Allah, maka kata ḥalālan diberi kata sifat ṭayyiban, artinya makanan yang dihalalkan Allah adalah makanan yang berguna bagi tubuh, tidak merusak, tidak menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena tidak diharamkan, sehingga kata ṭayyibah menjadi ‘illah (alasan) dihalalkannya sesuatu.
null
null
177
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
170
26
3
2
1
وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ
Wa iżā qīla lahumuttabi‘ū mā anzalallāhu qālū bal nattabi‘u mā alfainā ‘alaihi ābā'anā, awalau kāna ābā'uhum lā ya‘qilūna syai'aw wa lā yahtadūn(a).
Apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab, “Tidak. Kami tetap mengikuti kebiasaan yang kami dapati pada nenek moyang kami.” Apakah (mereka akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka (itu) tidak mengerti apa pun dan tidak mendapat petunjuk?
null
null
Dan apabila dikatakan kepada mereka, yaitu orang-orang musyrik, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah kepada para nabi yaitu tuntunan mengenai kebenaran, mereka menolak nasihat tersebut dan mereka menjawab, Tidak! Kami tidak mau mengikuti nasihat itu, karena cukup bagi kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami. Mereka mengatakan hal ini karena ingin melestarikan tradisi yang dilakukan nenek moyang mereka, antara lain menyembah berhala, meminum minuman keras, dan perilaku tidak terpuji lainnya. Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun tentang tradisi yang dijalankan selain juga mengikuti nenek moyang sebelumnya, dan mereka tidak mendapat petunjuk dasar-dasar kebenaran tradisi tersebut.
Sungguh aneh kemauan dan jalan pikiran pengikut setan. Apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah peraturan yang diturunkan Allah," mereka menjawab, "Kami tidak akan mengikutinya; kami hanya akan mengikuti peraturan yang kami pusakai dari nenek moyang kami." Padahal sudah jelas bahwa peraturan-peraturan itu hanya dibuat menurut hawa nafsu belaka. Apakah mereka tidak dapat memikirkan dan meneliti sehingga dapat mengetahui bahwa peraturan-peraturan itu tidak ada faedah dan manfaatnya?" Apakah mereka akan mematuhi juga peraturan-peraturan itu walaupun nenek moyang mereka yang membuat peraturan-peraturan itu adalah bodoh, tidak mengetahui suatu apa pun dan tidak pula dapat petunjuk dari Allah? Dalam ayat ini dapat diambil suatu kesimpulan yaitu bahwa seorang Muslim tidak boleh bertaklid buta kepada siapa pun karena bertaklid buta itu adalah sifat para pengikut setan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 165 dan 167 yang lalu telah diterangkan nasib orang yang mempersekutukan Tuhan yang telah menetapkan hukum-hukum dan mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah, dan membuat peraturan-peraturan menurut hawa nafsu mereka dan mengikuti langkah-langkah setan. Dengan ayat ini Allah memperingatkan dan memerintahkan manusia agar memakan rezeki pemberian Allah yang halal, dan jangan mengikuti langkah-langkah setan dengan mengikuti jejak pemimpin yang sesat hanya karena berpegang kepada tradisi atau adat istiadat orang-orang terdahulu.
PERINTAH MEMAKAN YANG HALAL DAN LARANGAN MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Kosakata: Ḥalālan Ṭayyiban حَلاَلاً طَيِّبًا (al-Baqarah/2 :168) Ḥalālan terambil dari kata ḥalla yaḥillu ḥallan wa ḥalālan yang berarti menjadi boleh. Dari kata ini diperoleh pengertian “membolehkan sesuatu”. Maksud penyebutan kata ḥalālan dalam ayat ini adalah menjelaskan kesalahan orang musyrik Mekah yang telah mengharamkan berbagai kenikmatan yang sebenarnya tidak diharamkan Allah. Ayat ini membatalkan keharaman beberapa makanan tertentu yang mereka haramkan sendiri atas diri mereka, dan menghalalkan makanan-makanan yang tidak baik yang diharamkan oleh Allah, maka kata ḥalālan diberi kata sifat ṭayyiban, artinya makanan yang dihalalkan Allah adalah makanan yang berguna bagi tubuh, tidak merusak, tidak menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena tidak diharamkan, sehingga kata ṭayyibah menjadi ‘illah (alasan) dihalalkannya sesuatu.
null
null
178
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
171
26
3
2
1
وَمَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا كَمَثَلِ الَّذِيْ يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ اِلَّا دُعَاۤءً وَّنِدَاۤءً ۗ صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ
Wa maṡalul-lażīna kafarū kamaṡalil-lażī yan‘iqu bimā lā yasma‘u illā du‘ā'aw wa nidā'ā(n), ṣummum bukmun ‘umyun fahum lā ya‘qilūn(a).
Perumpamaan (penyeru) orang-orang yang kufur adalah seperti (penggembala) yang meneriaki (gembalaannya) yang tidak mendengar (memahami) selain panggilan dan teriakan (saja). (Mereka) tuli, bisu, dan buta sehingga mereka tidak mengerti.
null
null
Dan perumpamaan bagi penyeru yang mengajak orang yang kafir agar mereka mengikuti kebenaran, yaitu beriman kepada Allah dan hari Akhir, adalah seperti penggembala yang meneriaki binatang gembalaannya yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan. Mereka mendengar panggilan dan ajakan, tetapi mereka tidak memahami maksud dan manfaatnya, sehingga mereka memilih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka. Hal itu karena telinga mereka tuli tidak berfungsi untuk mendengarkan nasihat dan bimbingan, mulut mereka bisu tidak bisa difungsikan untuk bertanya dan berbicara kebenaran, dan mata mereka buta tidak dapat melihat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah yang tersebar di alam nyata, maka mereka tidak mengerti dan tidak menyadari kalau sudah melakukan kesalahan yang besar, yaitu mengikuti tradisi nenek moyang yang keliru padahal telah datang ajaran kebenaran yang dibawa oleh para rasul Allah.
Allah memberikan perumpamaan bagi orang kafir yang menerima saja semua yang diperintahkan pemimpin mereka dan apa yang dilakukan nenek moyang mereka sehingga mereka menolak ajaran Islam yang benar dan sesuai dengan akal pikiran. Mereka seperti hewan piaraan, yang bila dipanggil oleh tuannya, ia datang, bila diusir ia pergi dan bila ia dilarang memasuki suatu padang rumput, ia menghindarinya, sedangkan ia sendiri tidak mengerti apalagi memikirkan untuk apa dipanggil, untuk apa diusir dan untuk apa tidak dibolehkan memasuki suatu tempat. Demikianlah orang kafir itu seakan-akan tidak bertelinga untuk mendengar, tidak berlidah untuk berbicara dan tidak punya mata untuk melihat dan memperhatikan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Dalam ayat 165 dan 167 yang lalu telah diterangkan nasib orang yang mempersekutukan Tuhan yang telah menetapkan hukum-hukum dan mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah, dan membuat peraturan-peraturan menurut hawa nafsu mereka dan mengikuti langkah-langkah setan. Dengan ayat ini Allah memperingatkan dan memerintahkan manusia agar memakan rezeki pemberian Allah yang halal, dan jangan mengikuti langkah-langkah setan dengan mengikuti jejak pemimpin yang sesat hanya karena berpegang kepada tradisi atau adat istiadat orang-orang terdahulu.
PERINTAH MEMAKAN YANG HALAL DAN LARANGAN MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SETAN
Kosakata: Ḥalālan Ṭayyiban حَلاَلاً طَيِّبًا (al-Baqarah/2 :168) Ḥalālan terambil dari kata ḥalla yaḥillu ḥallan wa ḥalālan yang berarti menjadi boleh. Dari kata ini diperoleh pengertian “membolehkan sesuatu”. Maksud penyebutan kata ḥalālan dalam ayat ini adalah menjelaskan kesalahan orang musyrik Mekah yang telah mengharamkan berbagai kenikmatan yang sebenarnya tidak diharamkan Allah. Ayat ini membatalkan keharaman beberapa makanan tertentu yang mereka haramkan sendiri atas diri mereka, dan menghalalkan makanan-makanan yang tidak baik yang diharamkan oleh Allah, maka kata ḥalālan diberi kata sifat ṭayyiban, artinya makanan yang dihalalkan Allah adalah makanan yang berguna bagi tubuh, tidak merusak, tidak menjijikkan, enak, tidak kadaluarsa dan tidak bertentangan dengan perintah Allah, karena tidak diharamkan, sehingga kata ṭayyibah menjadi ‘illah (alasan) dihalalkannya sesuatu.
null
1. Allah menyuruh manusia memakan makanan yang halal lagi baik. 2. Manusia dilarang mengikuti ajaran setan karena setan itu hanya mengajak kepada perbuatan yang keji dan jahat. 3. Pengikut-pengikut setan tidak mau mengikuti ajaran Allah, karena mereka bertaklid buta saja kepada apa yang mereka warisi dari nenek moyang mereka walaupun nenek moyangnya tidak mengetahui apa-apa. 4. Orang kafir itu seolah-olah tuli, bisu, dan buta, tidak mau menerima kebenaran dan ajaran Allah. Mereka seperti hewan yang mengikuti saja kemauan penggembalanya tanpa mengerti dan memikirkan maksud penggembalanya.
179
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
172
26
3
2
1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kulū min ṭayyibāti mā razaqnākum wasykurū lillāhi in kuntum iyyāhu ta‘budūn(a).
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.
null
null
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang sehat, aman dan tidak berlebihan, dari yang Kami berikan kepada kamu melalui usaha yang kamu lakukan dengan cara yang halal. Dan bersyukurlah kepada Allah dengan mengakui bahwa semua rezeki berasal dari Allah dan kamu harus memanfaatkannya sesuai ketentuan Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.
Di dalam ayat ini ditegaskan agar seorang mukmin makan makanan yang baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu haruslah disyukuri. Dalam ayat 168 perintah makan makanan yang baik-baik ditujukan kepada manusia umumnya. Karenanya, perintah itu diiringi dengan larangan mengikuti ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan kepada orang mukmin saja agar mereka makan rezeki Allah yang baik-baik. Sebab itu, perintah ini diiringi dengan perintah mensyukurinya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat 168, dibolehkan untuk memanfaatkan rezeki yang terdapat di bumi sebagai rezeki yang halal dan baik, Allah melarang mengikuti langkah-langkah setan. termasuk mengikuti pemimpin yang tidak bertanggung jawab, yang berani mengharamkan beberapa jenis makanan menurut keinginan dan hawa nafsu mereka sendiri. Di dalam ayat ini, diulangi lagi perintah makan makanan yang baik-baik, dan bersyukur kepada Allah, karena memang Dialah yang berhak disembah dan menerima syukur. Ditegaskan lagi bahwa makanan yang diharamkan Allah hanya empat macam saja yaitu: bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Adapun makanan lain seperti yang diharamkan oleh pemimpin-pemimpin kaum musyrikin itu adalah halal dan baik.
MAKANAN YANG HALAL DAN YANG HARAM
Kosakata: Iḍṭarra اِضْطَرَّ (al-Baqarah/2: 173) Al-Iḍṭirār artinya “sesuatu yang menyebabkan seseorang berada dalam keadaan bahaya dan darurat yang tidak disukainya”. Darurat adalah keadaan dimana apabila seseorang tidak memakan dan atau menggunakan sesuatu yang diharamkan, ia akan mati atau mendekati kematian. Kata dasarnya adalah ḍarara artinya “bahaya, kerusakan, dan lain-lain”. Dalam ayat ini kata iḍṭirār menjadi sebab adanya keringanan hukum bagi orang yang terpaksa makan makanan yang diharamkan dalam ayat 3 surah al-Mā’idah/5, bukan karena ingin melampaui batas atau melampaui hukum Allah tapi karena terpaksa, menurut ayat ini tidak berdosa makan makanan yang diharamkan dalam situasi terpaksa takut kelaparan yang menyebabkan kematian. Apabila situasi terpaksa ini telah berakhir maka hukum memakan barang-barang yang diharamkan berlaku kembali.
null
null
180
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
173
26
3
2
1
اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Innamā ḥarrama ‘alaikumul-maitata wad-dama wa laḥmal-khinzīri wa mā uhilla bihī ligairillāh(i), fa maniḍṭurra gaira bāgiw wa lā ‘ādin falā iṡma ‘alaih(i), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Akan tetapi, siapa yang terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
null
null
Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu beberapa hal. Pertama, bangkai, yaitu binatang yang mati tidak dengan disembelih secara sah menurut ketentuan agama; kedua, darah yang aslinya mengalir, bukan limpa dan hati yang aslinya memang beku; ketiga, daging babi dan bagian tubuh babi lainnya seperti tulang, lemak, dan lainnya serta produk turunannya; dan, keempat, daging hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, yaitu hewan persembahan untuk patung dan roh halus yang dianggap oleh orang musyrik dapat memberikan perlindungan dan keselamatan. Tetapi barang siapa terpaksa memakannya karena kalau tidak memakannya diduga menyebabkan kematian akibat kelaparan, bukan karena menginginkannya tetapi memang tidak ada makanan lain, dan tidak pula melampaui batas karena yang dimakan hanya sekadar untuk bertahan hidup, maka tidak ada dosa baginya memakan makanan yang diharamkan itu. Sungguh, Allah Maha Pengampun terhadap dosa yang dilakukan oleh hamba-Nya, apalagi dosa yang tidak disengaja. Allah Maha Penyayang kepada seluruh hamba-Nya, sehingga dalam keadaan darurat Dia membolehkan memakan makanan yang diharamkan agar hamba-Nya tidak mati kelaparan.
Menetapkan suatu hukum dengan menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, sepenuhnya hak Allah swt, karena Dialah yang berkuasa. Dialah yang disembah, ditaati segala perintah-Nya dan dijauhi segala larangan-Nya. Kalau ada seseorang mengharamkan sesuatu atau menghalalkannya maka sebenarnya orang itu telah menyamakan dirinya dengan Allah, dan tidak boleh diikuti. Membenarkan orang itu sama dengan mempersekutukan Allah dan mengakui bahwa di samping Allah ada yang berhak dibenarkan dan dipatuhi hukumnya. Demikianlah halnya orang musyrik, mereka menyembah dan mematuhi perintah selain Allah berupa berhala-berhala, pemimpin-pemimpin yang menguasai berhala-berhala itu, mereka tidak diakui oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai orang mukmin selama mereka mempunyai kepercayaan seperti itu. Di sini ditegaskan makanan yang diharamkan ada empat macam itu saja. Ada lagi beberapa jenis binatang yang dilarang dimakan berdasarkan ayat seperti yang tersebut di atas. Kemudian dijelaskan lagi bahwa tidak berdosa orang yang dalam keadaan darurat makan makanan yang diharamkan, apabila mereka benar-benar dalam keadaan darurat, seperti tidak ada lagi makanan yang akan dimakan, dan jika tidak dimakan akan membawa bahaya besar atau kematian. Sebenarnya mereka tidak ingin bahkan merasa jijik memakannya, tapi hanya sekadar untuk menyelamatkan jiwanya. Adapun memakan yang lebih dari itu hukumnya tetap haram. Ini kehendak Allah dan Allah tidak memberatkan seorang hamba lebih daripada kesanggupannya. Menurut jumhur ulama, makanan yang haram dimakan, haram pula diperjualbelikan, karena najis, kecuali ulama Hanafi dan Zahiri yang mengatakan bahwa segala yang dapat dimanfaatkan, boleh diperjualbelikan, seperti jual beli kotoran hewan dan sampah-sampah yang najis, karena dibutuhkan penggunaannya di kebun-kebun dan lain-lain. Ayat tersebut menerangkan dengan jelas bahwa umat Islam dilarang memakan bangkai, darah dan daging babi. Darah dan bangkai sudah jelas, karena di dalamnya banyak mengandung racun. Sedangkan mengenai daging babi, mungkin perlu penjelasan lebih lanjut. Menurut saintis, babi adalah binatang yang berbentuk seperti tong, dengan kaki yang pendek. Babi hutan yang ada saat ini diduga sebagai nenek moyang babi peliharaan. Babi hutan dapat berlari sangat cepat dan pandai berenang. Mereka termasuk pemakan segala macam makanan, mulai dari rumput sampai bangkai. Bahkan babi ternak menyukai kotorannya sendiri. Dengan demikian, bukan persoalan kebersihan peternakan babi yang perlu dibicarakan di sini, akan tetapi memang babi secara alami bukan binatang yang bersih. Bagaimanapun canggihnya sistem kebersihan yang diterapkan, sifat babi tersebut tidak berubah. Sesuai dengan cara hidup alaminya yang sangat jorok, maka mereka memiliki kandungan antibodi (suatu zat yang dihasilkan tubuh untuk pertahanan diri terhadap penyakit) yang tinggi. Kandungan antibodi yang tinggi yang tersimpan di dalam daging babi, kurang menguntungkan kesehatan manusia yang memakannya. Termasuk dalam hal ini kandungan kolesterol dan lemak yang tinggi yang ada pada daging babi. Kematangan seksual babi sangat cepat. Babi jantan sudah matang dan dapat membuahi pada umur delapan bulan. Sedangkan babi betina sudah dapat beranak setelah umur enam bulan. Mereka baru berhenti beranak pada umur 15 tahun. Babi betina dapat beranak sampai dengan 20 ekor dalam sekali pembuahan. Dorongan seksual babi sangat besar. Pertumbuhan anak babi sangat cepat. Ketika lahir, beratnya sekitar 2 kg. Setelah enam bulan, beratnya dapat mencapai 100 kg. Berat babi dapat mencapai, yang terbesar ditemukan, 363 kg. Semua ini dapat terjadi karena babi memiliki hormon pertumbuhan dan hormon seksual yang sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan babi banyak memiliki lemak. Kedua hormon tersebut (yang hadir dalam jumlah tinggi) juga menambah panjang daftar penyebab mengapa daging babi tidak baik untuk dikonsumsi. Beberapa penelitian medis menyebutkan bahwa dalam tubuh babi terkandung beberapa virus yang dapat menyebabkan seseorang yang memakannya terjangkit suatu penyakit. Di samping itu satu penelitian menyebutkan bahwa satu dari enam orang di Amerika terserang kuman pada ototnya karena mengkonsumsi babi. Hal ini bisa terjadi karena dalam tubuh babi terkandung beberapa jenis cacing pita yang membahayakan. Seperti sudah banyak diketahui bahwa penyakit cacing pita Trichinellosis ditularkan melalui daging babi. Tenasolium adalah salah satu nama cacing yang berkembang biak dalam pencernaan yang panjangnya dapat mencapai delapan meter. Beberapa penyakit yang merebak secara luas oleh penyakit dengan babi sebagai inangnya dapat disimak di bawah ini. Pada 1968 ditemukan sejenis kuman dari daging babi yang merupakan penyebab dari kematian sekian banyak pasien di Belanda dan Denmark. Pada 1918, flu Babi pernah menyerang banyak bagian dari dunia kita dan menelan korban jutaan orang. Flu ini kembali muncul pada 1977, dan di Amerika Serikat ketika itu dilakukan imunisasi yang menelan biaya mencapai 135 juta dolar. Wabah virus flu burung dan SARS pada tahun 2005-2007 juga tidak lepas dari peran binatang babi sebagai hospes (inang) perantara bagi beberapa virus dari hewan lain yang juga dapat menular pada manusia seperti virus SARS dan flu burung. Beberapa penyakit lainnya yang dapat ditimbulkan babi adalah menularkan penyakit influensa, radang otak (Japanese B. Encephalitis), peradangan mulut dan hati (Stomatitis dan Myocarditis) dan lainnya. Salah satu temuan baru yang terungkap setelah maraknya rekayasa genetika adalah ditemukannya virus-virus yang terdapat pada babi yang tidak terbunuh melalui cara dibakar atau pemasakan biasa. Ada juga cacing yang disebut Trichine yang dapat masuk dan berdiam di tubuh manusia selama bertahun-tahun. Lemak babi mengandung complicated fats antara lain triglycerides, dan dagingnya mengandung kolesterol yang sangat tinggi, mencapai lima belas kali lipat lebih banyak dari daging sapi. Dalam Encydopedia Americana dijelaskan perbandingan antara kadar lemak yang terdapat pada babi, domba, dan kerbau. Dalam kadar berat yang sama, babi mengandung 50% lemak, domba 17%, dan kerbau tidak lebih dari 5%. Beberapa bagian babi diketahui dapat digunakan untuk menggantikan organ manusia. Misalnya saja katup jantung babi adalah pengganti katup jantung manusia yang terbaik. Tetapi perlu dicermati, karena babi juga merupakan tempat hidupnya banyak bakteri, virus dan parasit yang berbahaya untuk manusia, maka kemungkinan akan menulari manusia yang menerima organ babi tersebut menjadi sangat tinggi.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat 168, dibolehkan untuk memanfaatkan rezeki yang terdapat di bumi sebagai rezeki yang halal dan baik, Allah melarang mengikuti langkah-langkah setan. termasuk mengikuti pemimpin yang tidak bertanggung jawab, yang berani mengharamkan beberapa jenis makanan menurut keinginan dan hawa nafsu mereka sendiri. Di dalam ayat ini, diulangi lagi perintah makan makanan yang baik-baik, dan bersyukur kepada Allah, karena memang Dialah yang berhak disembah dan menerima syukur. Ditegaskan lagi bahwa makanan yang diharamkan Allah hanya empat macam saja yaitu: bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Adapun makanan lain seperti yang diharamkan oleh pemimpin-pemimpin kaum musyrikin itu adalah halal dan baik.
MAKANAN YANG HALAL DAN YANG HARAM
Kosakata: Iḍṭarra اِضْطَرَّ (al-Baqarah/2: 173) Al-Iḍṭirār artinya “sesuatu yang menyebabkan seseorang berada dalam keadaan bahaya dan darurat yang tidak disukainya”. Darurat adalah keadaan dimana apabila seseorang tidak memakan dan atau menggunakan sesuatu yang diharamkan, ia akan mati atau mendekati kematian. Kata dasarnya adalah ḍarara artinya “bahaya, kerusakan, dan lain-lain”. Dalam ayat ini kata iḍṭirār menjadi sebab adanya keringanan hukum bagi orang yang terpaksa makan makanan yang diharamkan dalam ayat 3 surah al-Mā’idah/5, bukan karena ingin melampaui batas atau melampaui hukum Allah tapi karena terpaksa, menurut ayat ini tidak berdosa makan makanan yang diharamkan dalam situasi terpaksa takut kelaparan yang menyebabkan kematian. Apabila situasi terpaksa ini telah berakhir maka hukum memakan barang-barang yang diharamkan berlaku kembali.
null
1. Allah memerintahkan agar orang mukmin memakan rezeki yang baik-baik dan mensyukuri nikmat-Nya. 2. Makanan yang diharamkan Allah ialah bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut selain nama Allah. 3. Bagi orang-orang yang berada dalam keadaan darurat, dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh Allah, untuk menyelamatkan dirinya.
181
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
174
26
3
2
1
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْتُمُوْنَ مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ الْكِتٰبِ وَيَشْتَرُوْنَ بِهٖ ثَمَنًا قَلِيْلًاۙ اُولٰۤىِٕكَ مَا يَأْكُلُوْنَ فِيْ بُطُوْنِهِمْ اِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَلَا يُزَكِّيْهِمْ ۚوَلَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Innal-lażīna yaktumūna mā anzalallāhu minal-kitābi wa yasytarūna bihī ṡamanan qalīlā(n), ulā'ika mā ya'kulūna fī buṭūnihim illan-nāra wa lā yukallimuhumullāhu yaumal-qiyāmati wa lā yuzakkīhim, wa lahum ‘ażābun alīm(un).
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab (Taurat), dan menukarkannya dengan harga murah, mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya. Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat dan tidak akan menyucikan mereka. Bagi mereka azab yang sangat pedih.
null
null
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Kitab petunjuk yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan menjualnya dengan harga murah, yaitu menukarnya dengan kepentingan duniawi, harta, dan kedudukan yang sifatnya sementara, maka atas perbuatan tersebut mereka hanya menelan api neraka ke dalam perutnya. Menukar Kitab Suci dan petunjuk yang ada di dalamnya dengan kepentingan duniawi sama halnya dengan merelakan diri untuk masuk ke neraka, dan Allah tidak akan menyapa mereka pada hari Kiamat karena kemurkaan Allah atas perbuatan mereka sekaligus sebagai penghinaan untuk mereka, dan Allah tidak akan menyucikan mereka dari kotoran dosa akibat perbuatan mereka. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih di dalam neraka.
Orang yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya disebabkan memperturutkan keinginan dan hawa nafsunya, serta takut akan kehilangan pengaruh dan kedudukan dan khawatir tidak akan mendapat kekayaan dan harta benda lagi, mereka itu orang yang telah menjual agamanya dengan harga yang amat murah. Apalah arti kesenangan hidup di dunia ini yang bersifat sementara saja kalau dibandingkan dengan kenikmatan hidup di akhirat yang kekal abadi. Barang-barang yang mereka dapatkan di dunia ini dengan jalan yang sesat, di akhirat nanti akan menjadi api yang menyala-nyala yang selalu mereka telan dan masuk ke dalam perut mereka sehingga mereka amat tersiksa. Di samping itu Allah sangat murka kepada mereka, sehingga apa pun yang mereka keluhkan dan dengan cara bagaimanapun mereka memohon ampunan agar dikasihani, Allah tidak akan mendengarkan keluhan dan permintaan mereka. Allah tidak akan mau berbicara dengan orang yang selalu menyembunyikan apa yang diturunkan-Nya dan selalu durhaka kepada-Nya. Allah tidak akan menghapus dosa mereka dan tidak pula akan membersihkan mereka dari kesalahan serta kesesatan di dunia, bahkan bagi mereka telah disediakan azab yang sangat pedih.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat 172 dan 173 diterangkan makanan yang dihalalkan dan yang diharamkan. Dalam ayat 174 dan 175 ini diterangkan sifat dan nasib orang (pemimpin agama) yang mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah dan membuat syariat sendiri menurut hawa nafsu dan keinginan sendiri. Mereka menyembunyikan yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi mereka dan memberikan tafsiran yang jauh menyimpang dari pokok-pokok agama.
ORANG-ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN APA YANG DITURUNKAN ALLAH
Kosakata: Ṡamanan Qalīlan ثَمَنًا قَلِيْلاً (al-Baqarah/2: 174) Aṡ-ṡaman adalah “imbalan yang diperoleh penjual dari barang yang dijualnya.” Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang Yahudi telah memfatwakan kebohongan yang intinya menutupi kebenaran kitab suci mereka atau kebenaran berita datangnya Rasulullah. Dari perbuatan ini mereka mungkin memperoleh imbalan, namun sungguh imbalan yang mereka peroleh sangat kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka bayangkan. Allah menjelaskan imbalan menyembunyikan itu jika mereka makan, tidak akan mengenyangkan perut mereka, tetapi bahkan berubah bagaikan api yang akan membakar perut mereka, di samping Allah tidak akan berbicara pada mereka, tidak akan menyucikan mereka, bahkan disediakan bagi mereka azab yang pedih.
null
null
182
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
175
26
3
2
1
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الضَّلٰلَةَ بِالْهُدٰى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ ۚ فَمَآ اَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ
Ulā'ikal-lażīnasytarawuḍ-ḍalālata bil-hudā wal-‘ażāba bil-magfirah(ti), famā aṣbarahum ‘alan-nār(i).
Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan ampunan. Maka, alangkah beraninya mereka menentang api neraka.
null
null
Mereka yang menyembunyikan isi Kitab Suci itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk, yaitu menukar petunjuk yang berasal dari Allah melalui rasul-Nya dengan kepentingan duniawi karena mengikuti hawa nafsu, dan menukar azab dengan ampunan, yakni lebih memilih azab neraka daripada ampunan Allah. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka, padahal mereka tidak akan sanggup menahan siksa neraka yang sangat pedih dan menyakitkan!
Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk yang diturunkan Allah kepada rasul-rasul-Nya. Bahkan sebenarnya mereka telah membeli siksaan dengan ampunan. Sesungguhnya yang mereka lakukan ini adalah jual-beli yang amat merugikan yang tidak akan dilakukan oleh orang yang waras pikirannya serta dapat mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi meskipun mereka telah diberi akal pikiran, mereka tidak mempergunakannya karena telah dipengaruhi hawa nafsu dan disilaukan pangkat dan kedudukan. Mereka giat dan gigih mengerjakan perbuatan yang akan membawa dan memasukkan mereka ke dalam neraka kelak di akhirat.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat 172 dan 173 diterangkan makanan yang dihalalkan dan yang diharamkan. Dalam ayat 174 dan 175 ini diterangkan sifat dan nasib orang (pemimpin agama) yang mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah dan membuat syariat sendiri menurut hawa nafsu dan keinginan sendiri. Mereka menyembunyikan yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi mereka dan memberikan tafsiran yang jauh menyimpang dari pokok-pokok agama.
ORANG-ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN APA YANG DITURUNKAN ALLAH
Kosakata: Ṡamanan Qalīlan ثَمَنًا قَلِيْلاً (al-Baqarah/2: 174) Aṡ-ṡaman adalah “imbalan yang diperoleh penjual dari barang yang dijualnya.” Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang Yahudi telah memfatwakan kebohongan yang intinya menutupi kebenaran kitab suci mereka atau kebenaran berita datangnya Rasulullah. Dari perbuatan ini mereka mungkin memperoleh imbalan, namun sungguh imbalan yang mereka peroleh sangat kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka bayangkan. Allah menjelaskan imbalan menyembunyikan itu jika mereka makan, tidak akan mengenyangkan perut mereka, tetapi bahkan berubah bagaikan api yang akan membakar perut mereka, di samping Allah tidak akan berbicara pada mereka, tidak akan menyucikan mereka, bahkan disediakan bagi mereka azab yang pedih.
null
null
183
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
176
26
3
2
1
ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ نَزَّلَ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اخْتَلَفُوْا فِى الْكِتٰبِ لَفِيْ شِقَاقٍۢ بَعِيْدٍ ࣖ
Żālika bi'annallāha nazzalal-kitāba bil-ḥaqq(i), wa innal-lażīnakhtalafū fil-kitābi lafī syiqāqim ba‘īd(in).
Yang demikian itu disebabkan Allah telah menurunkan kitab suci dengan hak. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (kebenaran) kitab suci itu benar-benar dalam perpecahan yang jauh.
null
null
Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan Kitab Al-Qur'an dengan membawa kebenaran, tetapi mereka berselisih paham tentang kebenaran informasi Kitab Al-Qur'an, sehingga ada yang menolak isinya secara keseluruhan dan ada yang menolak sebagian isinya dan menerima sebagian yang lain. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang kebenaran informasi Kitab itu, sesungguhnya mereka dalam perpecahan dan penyimpangan yang jauh dari kebenaran.
Allah telah menurunkan Al-Qur’an dan kitab-kitab yang sebelum-nya yang membawa kebenaran. Sedangkan mereka menyembunyikan dan menafsirkannya menurut hawa nafsunya sehingga hal ini menimbulkan perselisihan yang tajam di antara mereka sendiri. Orang yang mempertengkarkan kebenaran yang dibawa oleh kitab itu sudah jauh menyimpang dan terperosok ke dalam jurang kesesatan. Mereka akan mendapat siksaan yang pedih dari Allah.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Di dalam ayat 172 dan 173 diterangkan makanan yang dihalalkan dan yang diharamkan. Dalam ayat 174 dan 175 ini diterangkan sifat dan nasib orang (pemimpin agama) yang mengharamkan apa yang tidak diharamkan Allah dan membuat syariat sendiri menurut hawa nafsu dan keinginan sendiri. Mereka menyembunyikan yang diturunkan Allah kepada nabi-nabi mereka dan memberikan tafsiran yang jauh menyimpang dari pokok-pokok agama.
ORANG-ORANG YANG MENYEMBUNYIKAN APA YANG DITURUNKAN ALLAH
Kosakata: Ṡamanan Qalīlan ثَمَنًا قَلِيْلاً (al-Baqarah/2: 174) Aṡ-ṡaman adalah “imbalan yang diperoleh penjual dari barang yang dijualnya.” Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang Yahudi telah memfatwakan kebohongan yang intinya menutupi kebenaran kitab suci mereka atau kebenaran berita datangnya Rasulullah. Dari perbuatan ini mereka mungkin memperoleh imbalan, namun sungguh imbalan yang mereka peroleh sangat kecil dibandingkan dengan keuntungan yang mereka bayangkan. Allah menjelaskan imbalan menyembunyikan itu jika mereka makan, tidak akan mengenyangkan perut mereka, tetapi bahkan berubah bagaikan api yang akan membakar perut mereka, di samping Allah tidak akan berbicara pada mereka, tidak akan menyucikan mereka, bahkan disediakan bagi mereka azab yang pedih.
null
1. Orang yang menyembunyikan ayat-ayat yang diturunkan Allah dan membelokkan pengertiannya untuk mendapat keuntungan duniawi, akan mendapat azab yang pedih di akhirat. 2. Segala sesuatu yang diturunkan Allah adalah benar.
184
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
177
27
4
2
1
۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ
Laisal-birra an tuwallū wujūhakum qibalal-masyriqi wal-magribi wa lākinnal-birra man āmana billāhi wal-yaumil ākhiri wal-malā'ikati wal-kitābi wan-nabiyyīn(a), wa ātal-māla ‘alā ḥubbihī żawil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīna wabnas-sabīl(i), was-sā'ilīna wa fir-riqāb(i), wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāh(ta), wal mūfūna bi‘ahdihim iżā ‘āhadū, waṣ-ṣābirīna fil-ba'sā'i waḍ-ḍarrā'i wa ḥīnal-ba's(i), ulā'ikal-lażīna ṣadaqū, wa ulā'ika humul-muttaqūn(a).
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
null
null
Ayat ini menjelaskan bahwa kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, yaitu salat tanpa dibarengi kekhusyukan dan keikhlasan, karena menghadapkan hal itu bukanlah pekerjaan yang susah. Tetapi kebajikan yang sesungguhnya itu ialah pada hal-hal sebagai berikut. Kebajikan orang yang beriman kepada a) Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; b) hari akhir yaitu hari pembalasan segala amal perbuatan selama di dunia, sehingga mendorong manusia untuk selalu berbuat baik; c) malaikat-malaikat yang taat menjalankan perintah Allah dan tidak pernah berbuat maksiat sehingga mendorong manusia untuk meneladani ketaatannya; d) kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul; e) dan nabi-nabi yang selalu menyampaikan kebenaran meskipun banyak yang memusuhinya. Kebajikan orang yang memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat yang kurang mampu, anak yatim, karena mereka sudah kehilangan orang tua, sehingga setiap orang beriman patut memberikan kebaikan kepada mereka, orang-orang miskin yang hidupnya serba kekuarangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang-orang yang dalam perjalanan atau musafir yang kehabisan bekal perjalanan, peminta-minta untuk meringankan penderitaan dan kekurangannya, dan untuk memerdekakan hamba sahaya yang timbul akibat praktik perbudakan. Kebajikan orang yang melaksanakan salat dengan khusyuk dan memenuhi syarat dan rukunnya, menunaikan zakat sesuai ketentuan dan tidak menunda-nunda pelaksanaannya, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji dan tidak pernah mengingkarinya, orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan dengan segala kesengsaraan, kepedihan dan berbagai macam kekurangan. Orang yang mempunyai sifat-sifat ini, mereka itulah orang-orang yang benar keimanannya, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa kepada Allah.
Ayat ini bukan saja ditujukan kepada umat Yahudi dan Nasrani, tetapi mencakup juga semua umat yang menganut agama-agama yang diturunkan dari langit, termasuk umat Islam. Pada ayat 177 ini Allah menjelaskan kepada semua umat manusia, bahwa kebajikan itu bukanlah sekadar menghadapkan muka kepada suatu arah yang tertentu, baik ke arah timur maupun ke arah barat, tetapi kebajikan yang sebenarnya ialah beriman kepada Allah dengan sesungguhnya, iman yang bersemayam di lubuk hati yang dapat menenteramkan jiwa, yang dapat menunjukkan kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan hawa nafsu dan kejahatan. Beriman kepada hari akhirat sebagai tujuan terakhir dari kehidupan dunia yang serba kurang dan fana. Beriman kepada malaikat yang di antara tugasnya menjadi perantara dan pembawa wahyu dari Allah kepada para nabi dan rasul. Beriman kepada semua kitab-kitab yang diturunkan Allah, baik Taurat, Injil maupun Al-Qur’an dan lain-lainnya, jangan seperti Ahli Kitab yang percaya pada sebagian kitab yang diturunkan Allah, tetapi tidak percaya kepada sebagian lainnya, atau percaya kepada sebagian ayat-ayat yang mereka sukai, tetapi tidak percaya kepada ayat-ayat yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Beriman kepada semua nabi tanpa membedakan antara seorang nabi dengan nabi yang lain. Iman tersebut harus disertai dan ditandai dengan amal perbuatan yang nyata, sebagaimana yang diuraikan dalam ayat ini, yaitu: 1. a. memberikan harta yang dicintai kepada karib kerabat yang membutuhkannya. Anggota keluarga yang mampu hendaklah lebih mengutamakan memberi nafkah kepada keluarga yang lebih dekat. b. memberikan bantuan harta kepada anak-anak yatim dan orang-orang yang tidak berdaya. Mereka membutuhkan pertolongan dan bantuan untuk menyambung hidup dan meneruskan pendidikannya, sehingga mereka bisa hidup tenteram sebagai manusia yang bermanfaat dalam lingkungan masyarakatnya. c. memberikan harta kepada musafir yang membutuhkan, sehingga mereka tidak terlantar dalam perjalanan dan terhindar dari pelbagai kesulitan. d. memberikan harta kepada orang yang terpaksa meminta minta karena tidak ada jalan lain baginya untuk menutupi kebutuhannya. e. memberikan harta untuk menghapus perbudakan, sehingga ia dapat memperoleh kemerdekaan dan kebebasan dirinya yang sudah hilang. 2. Mendirikan salat, artinya melaksanakannya pada waktunya dengan khusyuk lengkap dengan rukun-rukun dan syarat-syaratnya. 3. Menunaikan zakat kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang tersebut dalam surah at-Taubah ayat 60. Di dalam Al-Qur’an apabila disebutkan perintah: “mendirikan salat”, selalu pula diiringi dengan perintah: “menunaikan zakat”, karena antara salat dan zakat terjalin hubungan yang sangat erat dalam melaksanakan ibadah dan kebajikan. Sebab salat pembersih jiwa sedang zakat pembersih harta. Mengeluarkan zakat bagi manusia memang sukar, karena zakat suatu pengeluaran harta sendiri yang sangat disayangi. Oleh karena itu apabila ada perintah salat, selalu diiringi dengan perintah zakat, karena kebajikan itu tidak cukup dengan jiwa saja tetapi harus pula disertai dengan harta. Oleh karena itulah, sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat sepakat tentang wajib memerangi orang yang tidak mau menunaikan zakat hartanya. 4. Menepati janji bagi mereka yang telah mengadakan perjanjian. Segala macam janji yang telah dijanjikan wajib ditepati, baik janji kepada Allah seperti sumpah dan nazar dan sebagiannya, maupun janji kepada manusia, terkecuali janji yang bertentangan dengan hukum Allah (syariat Islam) seperti janji berbuat maksiat, maka tidak boleh (haram) dilakukan, hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw: اٰيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ (رواه مسلم عن أبي هريرة) Tanda munafik ada tiga: yaitu apabila ia berkata, maka ia selalu berbohong, apabila ia berjanji, maka ia selalu tidak menepati janjinya, apabila ia dipercayai, maka ia selalu berkhianat. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah r.a.). 5. Sabar dalam arti tabah, menahan diri dan berjuang dalam mengatasi kesempitan, yakni kesulitan hidup seperti krisis ekonomi; penderitaan, seperti penyakit atau cobaan ; dan dalam peperangan, yaitu ketika perang sedang berkecamuk. Mereka itulah orang-orang yang benar dalam arti sesuai dengan sikap, ucapan dan perbuatannya dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Semenjak Allah memerintahkan berpindah kiblat dalam salat dari Baitulmakdis di Palestina ke Ka‘bah di Mekah al-Mukarramah, terjadilah pertengkaran dan perdebatan terus-menerus antara Ahli Kitab dan umat Islam. Pertengkaran itu semakin sengit dan memuncak, sampai Ahli Kitab mengatakan, bahwa orang yang salat dengan tidak menghadap ke Baitulmakdis tidak sah salatnya dan tidak akan diterima Allah, dan orang itu tidak termasuk pengikut para nabi. Sedang dari pihak orang Islam mengatakan pula, bahwa salat yang akan diterima Allah ialah dengan menghadap ke Masjidilharam, kiblat Nabi Ibrahim a.s., sebagai bapak dari seluruh Nabi. Ayat ini menegaskan bahwa yang pokok bukanlah menghadapkan muka ke kiblat; dan menghadapkan muka itu bukanlah suatu kebajikan yang dimaksud dalam agama. Sebab kiblat itu hanyalah merupakan suatu tanda dan merupakan syiar untuk kesatuan umat guna mencapai maksud yang satu yaitu mengabdikan diri kepada Allah. Dengan demikian, dapatlah umat membiasakan diri menjaga persatuan dalam segala urusan dan perjuangan.
HAKIKAT KEBAJIKAN
Kosakata: al-Birr اَلْبِرّ(al-Baqarah/2: 177) Al-Birr berbuat kebaikan sebesar-besarnya, berasal dari kata al-barr yaitu “daratan yang luas”. Biasanya dinisbahkan kepada Allah (aṭ-Ṭūr/52: 28) yang berarti pahala, jika dinisbahkan kepada hamba berarti ketaatan. Kata Al-Birr biasanya dikaitkan dengan perbuatan, seperti pada surah al-Baqarah/2:189. Kata al-birr mencakup bukan hanya perbuatan tetapi juga i‘tiqād, kewajiban dan nawāfil. Ketika Rasulullah ditanya tentang al-birr, maka beliau membacakan ayat ini. Di dalam Al-Qur’an kata al-birr tidak ada yang digandengkan dengan al-wālidain yang ada dengan biwālidaih dan biwālidatī (Maryam/19:14 dan 32). Dalam ayat ini al-birr disebutkan untuk membantah perkataan orang-orang Ahli Kitab yang menganggap orang Islam mendapat al-birr (kebaikan) selama mereka salat menghadap kiblat ke Baitulmakdis. Ketika kiblat mereka beralih ke Ka‘bah Baitullāh al-Harām di Mekah, mereka mengejek orang mukmin dengan mengatakan bahwa Muslimin telah kehilangan al-birr, menafikan al-birr, dan menghadap arah kiblat hanyalah sarana jangan sampai orang menyibukkan diri dan menfokuskan perhatian hanya pada hal tersebut. Oleh sebab itu Allah menggugurkan kewajiban menghadap kiblat bagi orang yang lupa dan salat sunnat ketika berada di atas kendaraan, Allah ingin mengingatkan faktor yang lebih penting dari al-birr yaitu iman dan takwa yang menjadi tujuan syariat.
null
1. Kebajikan bukanlah menghadap ke timur atau barat, kebajikan adalah iman yang benar kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab Allah dan para nabi. 2. Kebajikan seseorang dibuktikan dengan kesediaannya memberikan sebagian hartanya kepada orang-orang yang memerlukan, terutama kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang yang sedang dalam perjalanan, orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, serta taat menjalankan ibadah. 3. Kebajikan seseorang juga ditandai dengan tepat memenuhi janji, serta senantiasa bersikap sabar dalam segala keadaan.
185
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
178
27
4
2
1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ اَلْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْاُنْثٰى بِالْاُنْثٰىۗ فَمَنْ عُفِيَ لَهٗ مِنْ اَخِيْهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِ وَاَدَاۤءٌ اِلَيْهِ بِاِحْسَانٍ ۗ ذٰلِكَ تَخْفِيْفٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗفَمَنِ اعْتَدٰى بَعْدَ ذٰلِكَ فَلَهٗ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumul-qiṣāṣu fil-qatlā, al-ḥurru bil-ḥurri wal-‘abdu bil-‘abdi wal-unṡā bil-unṡā, faman ‘ufiya lahū min akhīhi syai'un fattibā‘um bil-ma‘rūfi wa adā'un ilaihi bi iḥsān(in), żālika takhfīfum mir rabbikum wa raḥmah(tun), fa mani‘tadā ba‘da żālika fa lahū ‘ażābun alīm(un).
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu (melaksanakan) kisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, dan perempuan dengan perempuan. Siapa yang memperoleh maaf dari saudaranya hendaklah mengikutinya dengan cara yang patut dan hendaklah menunaikan kepadanya dengan cara yang baik.48) Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Siapa yang melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih.
48
48) Perintah untuk memberikan kebaikan dengan cara yang baik berlaku untuk kedua belah pihak, baik pembunuh maupun wali korban pembunuhan.
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu melaksanakan kisas, hukuman yang semisal dengan kejahatan yang dilakukan atas diri manusia berkenaan dengan orang yang dibunuh apabila keluarga korban tidak memaafkan pembunuh. Ketentuannya adalah orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, yakni keluarga korban, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, yaitu meminta ganti dengan diat (tebusan) secara baik tanpa niat memberatkan, dan pembunuh hendaknya membayar diat kepadanya dengan baik pula dan segera, tidak menunda-nunda dan tidak mengurangi dari jumlah yang sudah disepakati, kecuali jika keluarga pihak terbunuh memaafkan pembunuh dan juga tidak menuntut diat. Ketentuan hukum yang demikian itu, yaitu kebolehan memaafkan pembunuh dan diganti dengan diat atau tebusan, adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu supaya tidak ada pembunuhan yang beruntun dan permusuhan dapat dihentikan dengan adanya pemaafan. Barangsiapa melampaui batas setelah itu dengan berpura-pura memaafkan pembunuh dan menuntut diat, tetapi setelah diat dipenuhi masih tetap melakukan pembunuhan terhadap pembunuh, maka ia telah berbuat zalim dan akan mendapat azab yang sangat pedih kelak di akhirat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa pemaafan itu tidak boleh dipaksakan, sekalipun memaafkan lebih bagus daripada menghukum balik dengan hukuman yang setimpal.
Ayat ini menetapkan suatu hukuman kisas yang wajib dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan: 1. Apabila orang merdeka membunuh orang merdeka, maka kisas berlaku bagi pembunuh yang merdeka tersebut. 2. Apabila seorang budak membunuh budak (hamba sahaya), maka kisas berlaku bagi budak pembunuh. 3. Apabila yang membunuh seorang perempuan, maka yang terkena hukuman mati adalah perempuan tersebut. Demikianlah menurut bunyi ayat ini, tetapi bagaimana hukumannya kalau terjadi hal-hal seperti berikut: a. Apabila orang merdeka membunuh seorang hamba sahaya. b. Apabila seorang Muslim membunuh seorang kafir zimmi (kafir yang menjadi warga negara Islam). c. Apabila orang banyak bersama-sama membunuh seorang manusia d. Apabila seorang laki-laki membunuh seorang perempuan. e. Apabila seorang ayah membunuh anaknya. Para ulama memberikan hasil ijtihadnya masing-masing sebagai berikut: Menurut mazhab Hanafi, pada masalah no. 1 dan no. 2 hukumnya ialah bahwa si pembunuh itu harus dihukum mati, walaupun derajat yang dibunuh dianggap lebih rendah dari yang membunuhnya, dengan alasan antara lain: 1) Dari permulaan ayat 178 ini sampai kepada kata-kata al-qatl sudah dianggap satu kalimat yang sempurna. Jadi, tidak dibedakan antara derajat manusia yang membunuh dan yang dibunuh. Sedang kata-kata berikutnya yaitu orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya dan perempuan dengan perempuan, hanyalah sekadar memperkuat hukum, agar jangan berbuat seperti pada masa jahiliah. 2) Ayat ini dinasakhkan (tidak berlaku lagi hukumannya) dengan ayat 45 surah al-Mā’idah/5 yang tidak membedakan derajat dan agama manusia. Menurut mazhab Maliki dan Syafi'i, pada masalah No. 1 dan No. 2 ini, pembunuh tidak dibunuh, karena persamaan itu adalah menjadi syarat bagi mereka dengan alasan bahwa: 1) Kalimat dalam ayat tersebut belum dianggap sempurna kalau belum sampai kepada kata-kata: وَاْلأُنْـثٰى بِاْلأُنْـثٰى (perempuan dengan perempuan). Jadi merdeka dengan yang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya dan perempuan dengan perempuan. Persamaan itu menjadi syarat, sedang ayat 45 Al-Mā'idah sifatnya umum ditakhsiskan dengan ayat ini. 2) Sabda Rasulullah saw: لاَ يُقْتَلُ الْمُؤْمِنُ بِكَافِرٍ (رواه البخاري عن علي بن أبي طالب) Tidak dibunuh orang mukmin karena membunuh orang kafir. (Riwayat al-Bukhārī dari Ali bin Abī Ṭalib) Masalah no. 3: menurut jumhur ulama, semua dihukum mati karena masing-masing telah mengambil bagian dalam pembunuhan. Masalah no. 4 hukumnya sesuai dengan ijmak sahabat, yaitu pembunuh wajib dihukum mati, karena dianggap tidak ada perbedaan yang pokok antara laki-laki dengan perempuan. Masalah no. 5 hukumnya tidak dihukum mati karena membunuh anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah saw: لاَ يُقْتَلُ وَالِدٌ بِوَلَدِهِ (رواه البخاري عن عمر) Ayah tidak dibunuh karena membunuh anaknya (Riwayat al-Bukhārī dari Umar) Pada masalah yang terakhir ini dan masalah-masalah sebelumnya ditetapkan hukumnya bahwa si pembunuh bebas dari hukuman kisas, tetapi dijatuhkan kepadanya hukuman lain, seperti diat, denda, dan sebagainya, sebagaimana diterangkan secara terinci di dalam kitab-kitab fikih. Selanjutnya Allah swt menerangkan adanya kemungkinan lain yang lebih ringan dari kisas, yaitu "Barang siapa mendapat suatu pemaafan dari saudara yang terbunuh, maka hendaklah orang yang diberi maaf itu membayar diat kepada saudara (ahli waris) yang memberi maaf dengan cara yang baik." Artinya gugurlah hukuman wajib kisas dan diganti dengan hukuman diat yang wajib dibayar dengan baik oleh yang membunuh. Kemudian dalam penutup ayat ini Allah memperingatkan kepada ahli waris yang telah memberi maaf, agar jangan berbuat yang tidak wajar kepada pihak yang telah diberi maaf, karena apabila ia berbuat hal-hal yang tidak wajar, maka artinya perbuatan itu melampaui batas dan akan mendapat azab yang pedih di hari kiamat.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah dalam ayat 174, 175 dan 176 diterangkan kesesatan Ahli Kitab yang menyembunyikan kebenaran Nabi Muhammad saw yang disebutkan dalam Taurat dan Injil, kemudian pada ayat 177 menerangkan pula bahwa hakikat kebajikan itu bukanlah mempertengkarkan persoalan kiblat, ke timur atau ke barat, tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada Allah dengan sepenuhnya, dan dapat menerima kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan nafsu dan kejahatan, maka pada ayat 178 ini, Allah swt menerangkan hukum kisas dan pengaruhnya, yaitu hukuman terhadap orang yang melakukan pembunuhan.
KISAS DAN PENGARUHNYA
Kosakata: al-Qiṣāṣ اَلْقِصَاصُ (al-Baqarah/2 : 178) Kata al-qiṣāṣ berasal dari kata al-qaṣ artinya “mengikuti jejak”. Menurut terminologi agama al-qiṣāṣ adalah pembunuhan dan hukuman yang harus ditanggung oleh pelaku pembunuhan atau tindakan kekerasan sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya seakan-akan pembunuhan dan hukuman tersebut mengikuti jejak orang yang bersalah. Ayat ini mensyariatkan hukuman kisas pada kejahatan pembunuhan secara sengaja, tujuannya untuk mencegah orang yang bermusuhan saling membunuh orang yang tidak berdosa, agar mereka tahu bahwa hukuman menghilangkan nyawa orang lain adalah dibunuh atau dihukum mati, karena nyawa adalah bagian termahal dari manusia. Hukuman kisas juga bertujuan menenangkan keluarga korban pembunuhan, bahwa hukuman kisas akan menuntut balas kepada pelaku kejahatan sesuai dengan kejahatannya.
null
null
186
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
179
27
4
2
1
وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Wa lakum fil-qiṣāṣi ḥayātuy yā ulil-albābi la‘allakum tattaqūn(a).
Dalam kisas itu ada (jaminan) kehidupan bagimu, wahai orang-orang yang berakal agar kamu bertakwa.
null
null
Dan Allah menegaskan pada ayat ini bahwa di dalam kisas itu ada jaminan keberlangsungan kehidupan bagimu, wahai manusia. Sebab, jika seseorang menyadari kalau dia akan dibunuh apabila melakukan pembunuhan, maka dia akan memperhitungkan dengan sangat saksama ketika mau melakukan pembunuhan. Isyarat ayat ini ditujukan kepadamu, wahai orang-orang yang berakal yang mampu memahami hikmah adanya hukuman kisas dan memiliki pikiran yang bersih, agar kamu bertakwa, takut kepada Allah apabila melanggar ke-tentuan hukum yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Pada ayat tersebut diberikan penjelasan tentang hikmah hukuman kisas, yaitu untuk mencapai keamanan dan ketenteraman. Karena dengan pelaksanaan hukum kisas, umat manusia tidak akan sewenang-wenang melakukan pembunuhan dengan memperturutkan hawa nafsunya saja, dan mendasarkan pembunuhan itu kepada perasaan bahwa dirinya lebih kuat, lebih kaya, lebih berkuasa dan sebagainya. Tafsir al-Manār telah memberikan uraian panjang lebar tentang kebaikan hukuman kisas dan hukuman diat yang dibawa oleh Al-Qur’an; dengan memberikan bermacam-macam perbandingan tentang perundang-undangan, serta tingkah laku umat manusia, baik di timur maupun di barat, dan memberikan analisis beberapa pendapat para sarjana hukum. Tafsir al-Manār mengatakan: apabila kita memperhatikan syariat umat yang terdahulu, dan yang sekarang tentang hukuman yang ditetapkan dalam pembunuhan, maka kita melihat bahwa Al-Qur’an benar-benar berada digaris tengah yang sangat wajar. Karena hukuman yang diberikan kepada pembunuh pada periode jahiliah adalah selalu berdasarkan kepada kuat dan lemahnya suku. Seorang yang terbunuh dari suku yang kuat, sebagai balasan biasanya membunuh 10 orang dari pihak suku pembunuh yang lemah. Tafsir al-Manār menambahkan, “.... Sebagian manusia (penjahat-penjahat), kalau hukuman pembunuh hanya ditetapkan sekadar masuk penjara beberapa tahun, mereka tidak akan jera, bahkan ada yang ingin masuk penjara untuk mendapatkan perlindungan dan penghidupan dengan cuma-cuma. Bagi orang seperti ini, tentulah yang paling baik hukumannya ialah kisas, dibunuh apabila ia membunuh orang lain. Tetapi kalau ahli waris yang terbunuh memberikan maaf, maka gugurlah hukuman kisas diganti dengan hukuman lain yaitu membayar diat (denda).” Demikian beberapa uraian ringkasan dari Tafsir al-Manār.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah dalam ayat 174, 175 dan 176 diterangkan kesesatan Ahli Kitab yang menyembunyikan kebenaran Nabi Muhammad saw yang disebutkan dalam Taurat dan Injil, kemudian pada ayat 177 menerangkan pula bahwa hakikat kebajikan itu bukanlah mempertengkarkan persoalan kiblat, ke timur atau ke barat, tetapi kebajikan itu ialah beriman kepada Allah dengan sepenuhnya, dan dapat menerima kebenaran dan mencegah diri dari segala macam dorongan nafsu dan kejahatan, maka pada ayat 178 ini, Allah swt menerangkan hukum kisas dan pengaruhnya, yaitu hukuman terhadap orang yang melakukan pembunuhan.
KISAS DAN PENGARUHNYA
Kosakata: al-Qiṣāṣ اَلْقِصَاصُ (al-Baqarah/2 : 178) Kata al-qiṣāṣ berasal dari kata al-qaṣ artinya “mengikuti jejak”. Menurut terminologi agama al-qiṣāṣ adalah pembunuhan dan hukuman yang harus ditanggung oleh pelaku pembunuhan atau tindakan kekerasan sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya seakan-akan pembunuhan dan hukuman tersebut mengikuti jejak orang yang bersalah. Ayat ini mensyariatkan hukuman kisas pada kejahatan pembunuhan secara sengaja, tujuannya untuk mencegah orang yang bermusuhan saling membunuh orang yang tidak berdosa, agar mereka tahu bahwa hukuman menghilangkan nyawa orang lain adalah dibunuh atau dihukum mati, karena nyawa adalah bagian termahal dari manusia. Hukuman kisas juga bertujuan menenangkan keluarga korban pembunuhan, bahwa hukuman kisas akan menuntut balas kepada pelaku kejahatan sesuai dengan kejahatannya.
null
1. Allah mewajibkan kepada umat manusia yang beriman untuk melaksanakan hukum kisas terhadap orang yang melakukan pembunuhan atau membayar diat kalau dimaafkan oleh ahli waris terbunuh. Kesemuanya itu dilaksanakan oleh pemerintah. 2. Kisas artinya hukuman semisal yang harus dilaksanakan terhadap diri seseorang yang telah melakukan kejahatan terhadap fisik orang lain. 3. Diat ialah hukuman denda yang disetujui oleh kedua belah pihak atau yang ditentukan oleh hakim, apabila ahli waris yang terbunuh memaafkan pembunuh dari hukuman kisas. 4. Dengan ayat 178 ini, disertai dengan dalil-dalil lain dari hadis, ijmak dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam cara menetapkan hukum, para ulama mujtahid memberikan pendapat mengenai masalah-masalah berikut: a. Apabila orang merdeka (laki-laki atau perempuan) membunuh orang merdeka pula (laki-laki atau perempuan), maka yang membunuh itu dikisas (dihukum mati). b. Apabila seorang hamba sahaya (laki-laki atau perempuan) membunuh seorang manusia hamba sahaya (laki-laki atau perempuan), maka yang membunuh itu dihukum mati. c. Apabila orang merdeka membunuh seorang hamba sahaya, atau seorang Muslim membunuh seorang kafir zimmi (yang mempunyai perjanjian keamanan), maka pada kedua masalah tersebut menurut mazhab Hanafi, pembunuh wajib dihukum mati. Adapun menurut mazhab Maliki dan Syafi'i, pembunuh wajib membayar diat. d. Apabila orang banyak secara bersama-sama melakukan pembunuhan terhadap seorang manusia, menurut pendapat kebanyakan ulama, semua orang yang turut membunuh itu harus dihukum mati, walaupun yang dibunuh itu seorang saja, kecuali mazhab Dawud Zahiri yang berpendapat bahwa hanya wajib membayar diat. e. Apabila seorang ayah membunuh anak kandungnya, maka ayah tidak dihukum mati, hanya membayar diat atau hukuman lain yang ditentukan oleh hakim. Kalau terjadi sebaliknya, maka anak dihukum mati karena membunuh ayahnya. 5. Hukuman kisas ini diwajibkan sebagai tindakan pencegahan, untuk memelihara kelangsungan hidup umat manusia yang aman, tenteram dan adil.
187
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
180
27
4
2
1
كُتِبَ عَلَيْكُمْ اِذَا حَضَرَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ اِنْ تَرَكَ خَيْرًا ۖ ۨالْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ بِالْمَعْرُوْفِۚ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ ۗ
Kutiba ‘alaikum iżā ḥaḍara aḥadakumul-mautu in taraka kahirā(n), al-waṣiyyatu lil-wālidaini wal-aqrabīna bil-ma‘rūf(i), ḥaqqan ‘alal-muttaqīn(a).
Diwajibkan kepadamu, apabila seseorang di antara kamu didatangi (tanda-tanda) maut sedang dia meninggalkan kebaikan (harta yang banyak), berwasiat kepada kedua orang tua dan karib kerabat dengan cara yang patut (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.49)
49
49) Menurut mayoritas ulama, ayat ini dinasakh dengan ayat waris dan hadis “lā waṣiyyata li wāriṡin” (Tidak ada wasiat bagi ahli waris).
Diwajibkan atas kamu, wahai orang-orang yang beriman, apabila tanda-tanda maut atau kematian hendak menjemput seseorang di antara kamu seperti usia tua, rambut memutih, gigi rontok, kulit mengendur, jika dia meninggalkan harta yang banyak, maka hendaknya berwasiat dan memberi pesan yang disampaikan kepada orang lain untuk dilaksanakan setelah kamu meninggal dunia. Wasiat tersebut adalah untuk kedua orang tua yang terhalang menerima waris, karena beda agama atau hamba sahaya/tawanan perang dan untuk karib kerabat yang tidak berhak mendapatkan harta warisan, dengan ketentuan wasiat tersebut dilaksanakan dengan cara yang baik dan tidak merugikan ahli waris. Supaya tidak merugikan ahli waris, maka wasiat tidak boleh lebih dari sepertiga harta yang ditinggalkan oleh pemberi wasiat. Ketentuan hukum wasiat ini sebagai kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa yang menaati perintah Allah.
Secara umum menurut bunyi ayat 180 ini, Allah mewajibkan berwasiat bagi orang yang beriman yang merasa bahwa ajalnya sudah dekat, dengan datangnya tanda-tanda bahwa dia akan mati. Kewajiban berwasiat, bagi orang-orang yang mempunyai harta, agar sesudah mati dapat disisihkan sebagian harta yang akan diberikan kepada ibu-bapak dan karib kerabatnya dengan baik (adil dan wajar). Para ulama mujtahid, dalam menetapkan suatu hukum wasiat yang positif dari ayat 180 ini, memerlukan pembahasan dan penelitian terhadap ayat-ayat lain dalam Al-Qur’an dan terhadap hadis-hadis Nabi yang ada hubungannya dengan persoalan ini, sehingga mereka menghasilkan pendapat antara lain: 1. Jumhur ulama memberikan pendapat bahwa ayat wasiat 180 ini telah dinasakhkan (dihapus hukumnya) oleh ayat-ayat harta waris yang diturunkan dengan terperinci pada surah an-Nisā' ayat 11 dan 12 dengan alasan antara lain sebagai berikut: a. Sabda Rasulullah saw: إِنَّ الله َقَدْ اَعْطَى كُلَّ ذِيْ حَقٍّ حَقَّهُ أَلاَ لاَ وَصِيَّةَ لِوَارِثٍ (رواه أحمد والبيهقي عن أبو أمامة الباهلي) Sesungguhnya Allah swt telah memberikan kepada setiap orang haknya masing-masing, maka tidak ada wasiat bagi ahli waris (Riwayat Aḥmad dan al-Baihaqi dari Abū Umāmah al-Bāhilī). Hadis ini walaupun tidak mutawatir, namun telah diterima baik oleh para ulama Islam semenjak dahulu. b. Para ulama sependapat bahwa ayat-ayat harta waris tersebut diturunkan sesudah ayat wasiat ini. 2. Para ulama yang berpendapat bahwa ayat wasiat ini dinasakh oleh ayat-ayat harta waris, terbagi pula kepada 2 golongan: golongan pertama mengatakan, tidak ada wasiat yang wajib, baik kepada kerabat yang ahli waris maupun kerabat yang bukan ahli waris. Golongan kedua berpendapat bahwa yang dinasakhkan hanya wasiat kepada kerabat ahli waris saja, sesuai dengan ayat-ayat mawaris itu tetapi untuk karib kerabat yang tidak termasuk ahli waris, wasiat itu tetap wajib hukumnya sesuai dengan ayat wasiat ini. 3. Menurut Abu Muslim al-Isfahānī (seorang ulama yang tidak mengakui adanya nasakh dalam ayat-ayat Al-Qur’an) dan Ibnu Jarir aṭ-Ṭabari, bahwa ayat wasiat 180 ini, tidak dinasakhkan oleh ayat-ayat mawaris dengan alasan antara lain: a. Tidak ada pertentangan antara ayat wasiat ini dengan ayat-ayat mawaris, karena wasiat ini sifatnya pemberian dari Tuhan. Oleh karena itu, seorang ahli waris bisa mendapat bagian dari wasiat sesuai dengan ayat 180 ini, dan dari warisan sesuai dengan ketentuan ayat-ayat harta waris. b. Andaikata ada pertentangan antara ayat wasiat ini dengan ayat-ayat harta waris, maka dapat dikompromikan yaitu ayat-ayat wasiat ini sifatnya umum, artinya wajib wasiat kepada setiap kerabat, baik ahli waris maupun bukan, sedang ayat-ayat mawaris sifatnya khusus. Jadi kewajiban berwasiat itu seperti dalam ayat 180 tetap berlaku, sehingga tidak bertentangan dengan ayat-ayat harta waris. Pada ayat 180 ini diterangkan lagi bahwa wasiat itu diberlakukan kalau harta yang akan ditinggalkan oleh yang berwasiat itu banyak. Para ulama yang memberi pendapat tentang berapa banyak jumlah harta yang mengharuskan adanya wasiat. Perincian pendapat para ulama ini dapat diketahui dalam kitab fikih. Tetapi bagaimanapun banyaknya dalil yang dikemukakan, pikiran yang sehat dapat mengambil kesimpulan bahwa harta yang ditinggalkan itu tentulah tidak sedikit sebab wasiat tidak boleh melebihi sepertiga dari jumlah seluruh harta yang ditinggalkan, setelah dikeluarkan lebih dahulu apa yang wajib dikeluarkan, seperti utang-utang dan ongkos seperlunya untuk kepentingan penyelenggaraan jenazah. Kalau wasiat itu lebih dari sepertiga, maka harus mendapat persetujuan dari ahli waris. Kalau ada yang tidak setuju, maka wasiat hanya berlaku sepertiga dari jumlah harta yang ditinggalkan, sesuai dengan sabda nabi Muhammad saw: إِنَّ الله َ أَعْطَاكُمْ ثُلُثَ أَمْوَالِكُمْ عِنْدَ وَفَاتِكُمْ زِيَادَةً لَكُمْ فِي أَعْمَالِكُمْ (رواه الدارقطني عن معاذ بن جبل) Sesungguhnya Allah telah membolehkan memberikan sepertiga dari harta kamu sewaktu dekat dengan kematian (ajal) untuk menambah kebajikan kamu. (Riwayat ad-Dāraquṭnī dari Mu‘āż bin Jabal) Jadi kalau harta itu sedikit, wasiat tidak pantas dan tidak wajar dikeluarkan. Sesudah itu ayat ini menekankan, bahwa apa yang diwasiatkan itu diberikan dan dibagi secara makruf, artinya secara baik, adil dan wajar. Jangan ada yang menerima sedikit, sedang yang lain menerima banyak, kecuali dalam hal-hal yang cukup wajar, yaitu orang yang menerima lebih banyak, karena sangat banyak kebutuhannya dibandingkan dengan yang lain.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah Allah pada ayat 178 dan 179 menerangkan tentang hukum kisas yang sangat erat hubungannya dengan kematian, maka pada ayat 180, 181 dan 182 ini, Allah menerangkan pula hukum wasiat bagi setiap orang mukmin yang merasakan ajalnya sudah dekat untuk menghadap Tuhannya, meninggalkan dunia yang fana ini.
WASIAT
Kosakata: Khair خَيْر (al-Baqarah/2: 180) Khair yaitu “semua yang baik bagi manusia”, seperti kecerdasan, kesehatan, kebahagiaan, dan lain-lain yang menguntungkan manusia. Allah berfirman, “Dan jika Allah menimpakan keburukan kepadamu maka tiada seorang pun yang dapat mengatasinya selain Dia, dan bila Ia memberikan kebaikan kepadamu maka Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (al-An‘ām/6:17). Dengan demikian, khair (kebaikan) lawannya adalah syarr (keburukan). Khair dapat pula berarti “harta benda yang banyak”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya manusia mencintai harta benda teramat sangat”, suatu sikap yang dicela oleh Allah dalam al-‘Ādiyāt/100:8. Dalam ayat ini khair berarti harta yang banyak dari orang yang dalam keadaan sekarat, harta yang akan ditinggalkan harus diwasiatkan kepada orang tua dan kerabatnya dengan cara yang ma‘rūf. Para ulama mengatakan bahwa ayat ini di-nasakh oleh ayat waris (an-Nisā’/4: 11 dan 12). Khair dapat pula berbentuk kata sifat yang berarti “lebih baik”. Contohnya firman Allah mengenai orang yang dibolehkan tidak berpuasa karena sakit, dengan menggantinya di hari lain, atau tidak mampu berpuasa karena tua, dengan membayar fidyah, “Bahwa puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” (al-Baqarah/2: 184).
null
null
188
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
181
27
4
2
1
فَمَنْۢ بَدَّلَهٗ بَعْدَمَا سَمِعَهٗ فَاِنَّمَآ اِثْمُهٗ عَلَى الَّذِيْنَ يُبَدِّلُوْنَهٗ ۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ۗ
Famam baddalahū ba‘da mā sami‘ahū fa innamā iṡmuhū ‘alal-lażīna yubaddilūnah(ū), innallāha samī‘un ‘alīm(un).
Siapa yang mengubahnya (wasiat itu), setelah mendengarnya, sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
null
null
Barang siapa mengubahnya, yaitu mengubah isinya saat menyampaikannya dengan menambah atau mengurangi wasiat itu, atau menyembunyikan dan tidak menyampaikannya setelah penerima wasiat mendengarnya, boleh jadi karena dia sebagai penerima wasiat, sebagai pencatat, atau sebagai saksi, maka sesungguhnya dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya dan tidak menyampaikannya kepada yang berhak. Ia sudah mengkhianati amanat yang diterimanya, dan itu sama hukumnya dengan mengkhianati Allah dan rasul-Nya. Sungguh, Allah Maha Mendengar seluruh pembicaraan yang disampaikan oleh pemberi wasiat dan juga bisikan hati orang yang mengubah atau menyembunyikan wasiat. Allah Maha Mengetahui isi wasiat yang dalam bentuk tulisan dan segala perbuatan yang dilakukan oleh pihak yang terlibat.
Ayat 181 ini memperingatkan dengan tegas agar wasiat yang telah dibuat, jangan diubah oleh siapa pun juga. Barang siapa yang mengubah atau menggantinya dan ia telah mengetahui isi yang sebenarnya dari wasiat itu, maka dialah yang akan memikul segala dosa yang tidak dapat dielakkannya, karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah Allah pada ayat 178 dan 179 menerangkan tentang hukum kisas yang sangat erat hubungannya dengan kematian, maka pada ayat 180, 181 dan 182 ini, Allah menerangkan pula hukum wasiat bagi setiap orang mukmin yang merasakan ajalnya sudah dekat untuk menghadap Tuhannya, meninggalkan dunia yang fana ini.
WASIAT
Kosakata: Khair خَيْر (al-Baqarah/2: 180) Khair yaitu “semua yang baik bagi manusia”, seperti kecerdasan, kesehatan, kebahagiaan, dan lain-lain yang menguntungkan manusia. Allah berfirman, “Dan jika Allah menimpakan keburukan kepadamu maka tiada seorang pun yang dapat mengatasinya selain Dia, dan bila Ia memberikan kebaikan kepadamu maka Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (al-An‘ām/6:17). Dengan demikian, khair (kebaikan) lawannya adalah syarr (keburukan). Khair dapat pula berarti “harta benda yang banyak”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya manusia mencintai harta benda teramat sangat”, suatu sikap yang dicela oleh Allah dalam al-‘Ādiyāt/100:8. Dalam ayat ini khair berarti harta yang banyak dari orang yang dalam keadaan sekarat, harta yang akan ditinggalkan harus diwasiatkan kepada orang tua dan kerabatnya dengan cara yang ma‘rūf. Para ulama mengatakan bahwa ayat ini di-nasakh oleh ayat waris (an-Nisā’/4: 11 dan 12). Khair dapat pula berbentuk kata sifat yang berarti “lebih baik”. Contohnya firman Allah mengenai orang yang dibolehkan tidak berpuasa karena sakit, dengan menggantinya di hari lain, atau tidak mampu berpuasa karena tua, dengan membayar fidyah, “Bahwa puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” (al-Baqarah/2: 184).
null
null
189
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
182
28
4
2
1
فَمَنْ خَافَ مِنْ مُّوْصٍ جَنَفًا اَوْ اِثْمًا فَاَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ࣖ
Faman khāfa mim mūṣin janafan au iṡman fa aṣlaḥa bainahum falā iṡma ‘alaih(i), innallāha gafūrur raḥīm(un).
Akan tetapi, siapa yang khawatir terhadap pewasiat (akan berlaku) tidak adil atau berbuat dosa, lalu dia mendamaikan mereka,50) dia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
50
50) Maksud mendamaikan di sini ialah menyuruh orang yang berwasiat untuk berlaku adil dalam berwasiat sesuai dengan ketentuan agama.
Tetapi barang siapa khawatir karena mengetahui atau melihat tanda-tanda bahwa pemberi wasiat berlaku berat sebelah atau berbuat salah, baik disengaja maupun tidak, sehingga menyimpang dari ketentuan Allah, lalu dia mendamaikan antara mereka dengan meminta orang yang berwasiat berlaku adil dalam wasiatnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam, maka dia, yakni orang yang mendamaikan itu, tidak berdosa. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada hambahamba-Nya yang bertobat.
Ayat ini memberikan penjelasan, yaitu kalau seseorang merasa khawatir bahwa orang yang berwasiat itu tidak berlaku adil dalam memberikan wasiatnya, maka tidak ada dosa baginya untuk menyuruh yang berwasiat agar berlaku adil dalam memberikan wasiatnya. Apabila seseorang mengetahui bahwa wasiat yang telah dibuat itu ternyata tidak adil kemudian ia berusaha mendamaikan antara orang-orang yang menerima wasiat itu, sehingga terjadi perubahan-perubahan, maka hal itu tidaklah dianggap perubahan yang mengakibatkan dosa, tetapi perubahan dari yang tidak adil kepada yang adil, yang disetujui oleh pihak yang menerima bagian dari wasiat itu.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah Allah pada ayat 178 dan 179 menerangkan tentang hukum kisas yang sangat erat hubungannya dengan kematian, maka pada ayat 180, 181 dan 182 ini, Allah menerangkan pula hukum wasiat bagi setiap orang mukmin yang merasakan ajalnya sudah dekat untuk menghadap Tuhannya, meninggalkan dunia yang fana ini.
WASIAT
Kosakata: Khair خَيْر (al-Baqarah/2: 180) Khair yaitu “semua yang baik bagi manusia”, seperti kecerdasan, kesehatan, kebahagiaan, dan lain-lain yang menguntungkan manusia. Allah berfirman, “Dan jika Allah menimpakan keburukan kepadamu maka tiada seorang pun yang dapat mengatasinya selain Dia, dan bila Ia memberikan kebaikan kepadamu maka Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (al-An‘ām/6:17). Dengan demikian, khair (kebaikan) lawannya adalah syarr (keburukan). Khair dapat pula berarti “harta benda yang banyak”, sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya manusia mencintai harta benda teramat sangat”, suatu sikap yang dicela oleh Allah dalam al-‘Ādiyāt/100:8. Dalam ayat ini khair berarti harta yang banyak dari orang yang dalam keadaan sekarat, harta yang akan ditinggalkan harus diwasiatkan kepada orang tua dan kerabatnya dengan cara yang ma‘rūf. Para ulama mengatakan bahwa ayat ini di-nasakh oleh ayat waris (an-Nisā’/4: 11 dan 12). Khair dapat pula berbentuk kata sifat yang berarti “lebih baik”. Contohnya firman Allah mengenai orang yang dibolehkan tidak berpuasa karena sakit, dengan menggantinya di hari lain, atau tidak mampu berpuasa karena tua, dengan membayar fidyah, “Bahwa puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” (al-Baqarah/2: 184).
null
1. Apabila seseorang merasa ajalnya sudah dekat dan ia mempunyai harta maka hendaklah ia mewasiatkan sebagian hartanya (paling banyak sepertiga dari seluruh hartanya) kepada karib kerabatnya dengan secara adil dan wajar. 2. Hukum wasiat itu wajib menurut Abu Muslim al-Isfahānī, sesuai dengan bunyi ayat 180, baik kepada karib kerabat ahli waris, maupun kepada karib kerabat yang bukan ahli waris. 3. Menurut Ibnu Jarīr aṭ-Ṭabarī, hukum wasiat itu wajib, tetapi hanya kepada karib kerabat yang bukan ahli waris, karena karib kerabat yang menjadi ahli waris, sudah ada bagian mereka yang ditentukan dalam ayat-ayat waris. 4. Jumhur ulama berpendapat bahwa ayat 180 yang mewajibkan wasiat, telah dinasakhkan (dihapus hukum wajibnya) dengan ayat-ayat waris, sehingga hukumnya hanya sekadar sunah saja. Itu pun hanya kepada karib kerabat yang bukan ahli waris. 5. Wasiat itu, baik menurut pendapat yang mengatakan wajib, maupun menurut pendapat yang mengatakan sunah, hanya berlaku paling banyak sepertiga dari seluruh harta orang yang berwasiat, setelah dikeluarkan lebih dahulu, utang-utang mayit, ongkos penguburannya, dan lain-lain yang diperlukan. Wasiat itu boleh lebih sepertiga apabila semua ahli waris yang berhak menyetujuinya. 6. Wasiat itu, hendaklah dengan adil, jangan sebagian mendapat lebih banyak dari yang lain, agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik antara karib kerabat yang menerima pemberian wasiat itu. 7. Allah telah memperingatkan dengan tegas agar jangan mengubah wasiat yang sudah dibuat, karena dosanya besar, terkecuali perubahan itu dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau untuk mencari islah (perbaikan) yang wajar.
190
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
183
28
4
2
1
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Yā ayyuhal-lażīna āmanū kutiba ‘alaikumuṣ-ṣiyāmu kamā kutiba ‘alal-lażīna min qablikum la‘allakum tattaqūn(a).
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
null
null
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa guna mendidik jiwa, mengendalikan syahwat, dan menyadarkan bahwa manusia memiliki kelebihan dibandingkan hewan, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu dari umat para nabi terdahulu agar kamu bertakwa dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Para ulama banyak memberikan uraian tentang hikmah berpuasa, misalnya: untuk mempertinggi budi pekerti, menimbulkan kesadaran dan kasih sayang terhadap orang-orang miskin, orang-orang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, melatih jiwa dan jasmani, menambah kesehatan dan lain sebagainya. Uraian seperti di atas tentu ada benarnya, walaupun tidak mudah dirasakan oleh setiap orang. Karena, lapar, haus dan lain-lain akibat berpuasa tidak selalu mengingatkan kepada penderitaan orang lain, malah bisa mendorongnya untuk mencari dan mempersiapkan bermacam-macam makanan pada siang hari untuk melepaskan lapar dan dahaganya di kala berbuka pada malam harinya. Begitu juga tidak akan mudah dirasakan oleh setiap orang berpuasa, bahwa puasa itu membantu kesehatan, walaupun para dokter telah memberikan penjelasan secara ilmiah, bahwa berpuasa memang benar-benar dapat menyembuhkan sebagian penyakit, tetapi ada pula penyakit yang tidak membolehkan berpuasa. Kalau diperhatikan perintah berpuasa bulan Ramadan ini, maka pada permulaan ayat 183 secara langsung Allah menunjukkan perintah wajib itu kepada orang yang beriman. Orang yang beriman akan patuh melaksanakan perintah berpuasa dengan sepenuh hati, karena ia merasa kebutuhan jasmaniah dan rohaniah adalah dua unsur yang pokok bagi kehidupan manusia yang harus dikembangkan dengan bermacam-macam latihan, agar dapat dimanfaatkan untuk ketenteraman hidup yang bahagia di dunia dan akhirat. Pada ayat 183 ini Allah mewajibkan puasa kepada semua manusia yang beriman, sebagaimana diwajibkan kepada umat-umat sebelum mereka agar mereka menjadi orang yang bertakwa. Jadi, puasa sungguh penting bagi kehidupan orang yang beriman. Kalau kita selidiki macam-macam agama dan kepercayaan pada masa sekarang ini, dijumpai bahwa puasa salah satu ajaran yang umum untuk menahan hawa nafsu dan lain sebagainya. Perintah berpuasa diturunkan pada bulan Sya‘ban tahun kedua Hijri, ketika Nabi Muhammad saw mulai membangun pemerintahan yang berwibawa dan mengatur masyarakat baru, maka dapat dirasakan, bahwa puasa itu sangat penting artinya dalam membentuk manusia yang dapat menerima dan melaksanakan tugas-tugas besar dan suci.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelum ini menerangkan tentang kisas dan wasiat, maka ayat-ayat ini menerangkan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa. Puasa salah satu sarana untuk memperbaiki dan membersihkan diri.
HUKUM PUASA
Kosakata: aṣ-ṣiyām اَلصِّيَامْ (al-Baqarah/2: 183) Dari segi bahasa berarti “menahan diri dari melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun perkataan”. Dari segi terminologi berarti, “menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan segala yang membatalkan lainnya dari terbit fajar sampai matahari terbenam karena Allah swt”. Kaum Muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadan (al-Baqarah/2:183), karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorang Muslim yang tidak berpuasa di bulan itu berarti keislamannya tidak sempurna. Tujuan puasa Ramadan adalah meraih ketakwaan. Bila ayat-ayat tentang puasa itu dicoba dipahami di dalam hubungannya dengan ayat-ayat lain sebelum dan sesudahnya, misalnya dari ayat 172-188, implementasi ketakwaan itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik, membantu mereka yang kekurangan, dan tidak mau mengambil milik orang lain dengan cara apa pun.
null
null
191
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
184
28
4
2
1
اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗوَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗوَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
Ayyāmam ma‘dūdāt(in), faman kāna minkum marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a), wa ‘alal-lażīna yuṭīqūnahū fidyatun ṭa‘āmu miskīn(in), faman taṭawwa‘a khairan fahuwa khairul lah(ū), wa an taṣūmū khairul lakum in kuntum ta‘lamūn(a).
(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,51) itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
51
51) Siapa yang memberi makan kepada lebih dari seorang miskin untuk sehari, itu lebih baik.
Kewajiban berpuasa itu beberapa hari tertentu pada bulan Ramadan. Maka barang siapa di antara kamu sakit sehingga tidak sanggup berpuasa, atau dalam perjalanan lalu tidak berpuasa, maka ia wajib mengganti puasa sebanyak hari yang ia tidak berpuasa itu pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya karena sakit berat yang tidak ada harapan sembuh atau karena sangat tua, wajib membayar fidyah atau pengganti yaitu memberi makan kepada seorang miskin untuk satu hari yang tidak berpuasa itu. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan lalu memberi makan kepada lebih dari seorang miskin untuk satu hari tidak berpuasa, maka itu lebih baik baginya. Dan kamu sekalian tetap berpuasa, maka pilihan untuk tetap berpuasa itu lebih baik bagi kamu dibandingkan dengan memberikan fidyah, jika kamu mengetahui keutamaan berpuasa menurut Allah.
Ayat 184 dan permulaan ayat 185, menerangkan bahwa puasa yang diwajibkan ada beberapa hari yaitu pada bulan Ramadan menurut jumlah hari bulan Ramadan (29 atau 30 hari). Nabi Besar Muhammad saw semenjak turunnya perintah puasa sampai wafatnya, beliau selalu berpuasa di bulan Ramadan selama 29 hari, kecuali satu kali saja bulan Ramadan genap 30 hari. Sekalipun Allah telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadan kepada semua orang yang beriman, namun Allah yang Mahabijaksana memberikan keringanan kepada orang-orang yang sakit dan musafir, untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantinya pada hari-hari lain di luar bulan tersebut. Pada ayat tersebut tidak dirinci jenis/sifat batasan dan kadar sakit dan musafir itu, sehingga para ulama memberikan hasil ijtihadnya masing-masing antara lain sebagai berikut: 1. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit atau musafir tanpa membedakan sakitnya itu berat atau ringan, demikian pula perjalanannya jauh atau dekat, sesuai dengan bunyi ayat ini. Pendapat ini dipelopori oleh Ibnu Sirin dan Dawud az-Zahiri. 2. Dibolehkan tidak berpuasa bagi setiap orang yang sakit yang benar-benar merasa kesukaran berpuasa, karena sakitnya. Ukuran kesukaran itu diserahkan kepada rasa tanggung jawab dan keimanan masing-masing. Pendapat ini dipelopori oleh sebagian ulama tafsir. 3. Dibolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit atau musafir dengan ketentuan-ketentuan, apabila sakit itu berat dan akan mempengaruhi keselamatan jiwa atau keselamatan sebagian anggota tubuhnya atau menambah sakitnya bila ia berpuasa. Juga bagi orang-orang yang musafir, apabila perjalanannya itu dalam jarak jauh, yang ukurannya paling sedikit 16 farsakh (kurang lebih 80 km). 4. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai perjalanan musafir, apakah dengan berjalan kaki, atau dengan apa saja, asalkan tidak untuk mengerjakan perbuatan maksiat. Sesudah itu Allah menerangkan pada pertengahan ayat 184 yang terjemahannya, “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan orang miskin.” Menurut ayat itu (184), siapa yang benar-benar merasa berat menjalankan puasa, ia boleh menggantinya dengan fidyah, walaupun ia tidak sakit dan tidak musafir. Termasuk orang-orang yang berat mengerjakan puasa itu ialah: a. Orang tua yang tidak mampu berpuasa, bila ia tidak berpuasa diganti dengan fidyah. b. Wanita hamil dan yang sedang menyusui. Menurut Imam Syafi‘i dan Aḥmad, bila wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui khawatir akan terganggu kesehatan janin/bayinya, lalu mereka tidak puasa, maka wajib atas keduanya mengqada puasa yang ditinggalkannya, dan membayar fidyah. Bila mereka khawatir atas kesehatan diri mereka saja yang terganggu dan tidak khawatir atas kesehatan janin/bayinya, atau mereka khawatir atas kesehatan dirinya dan janin/bayinya, lalu mereka tidak puasa, maka wajib atas mereka diqada puasa saja. Sedangkan menurut Abu Hanifah, ibu hamil dan yang sedang menyusui dalam semua hal yang disebutkan di atas, cukup mengqada puasa saja. c. Orang-orang sakit yang tidak sanggup berpuasa dan penyakitnya tidak ada harapan akan sembuh, hanya diwajibkan membayar fidyah. d. Mengenai buruh dan petani yang penghidupannya hanya dari hasil kerja keras dan membanting tulang setiap hari, dalam hal ini ulama fikih mengemukakan pendapat sebagai berikut: 1) Ibnu Hajar dan Imam al-Azra'i telah memberi fatwa, "Sesungguhnya wajib bagi orang-orang pengetam padi dan sebagainya dan yang serupa dengan mereka, berniat puasa setiap malam Ramadan. Apabila pada siang harinya ia ternyata mengalami kesukaran atau penderitaan yang berat, maka ia boleh berbuka puasa. Kalau tidak demikian, ia tidak boleh berbuka. [30] 2) Kalau seseorang yang pencariannya tergantung kepada suatu pekerjaan berat untuk menutupi kebutuhan hidupnya atau kebutuhan hidup orang-orang yang harus dibiayainya dimana ia tidak tahan berpuasa maka ia boleh berbuka pada waktu itu," (dengan arti ia harus berpuasa sejak pagi). Akhir ayat 184 menjelaskan orang yang dengan rela hati mengerjakan kebajikan dengan membayar fidyah lebih dari ukurannya atau memberi makan lebih dari seorang miskin, maka perbuatan itu baik baginya. Sesudah itu Allah menutup ayat ini dengan menekankan bahwa berpuasa lebih baik daripada tidak berpuasa.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelum ini menerangkan tentang kisas dan wasiat, maka ayat-ayat ini menerangkan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa. Puasa salah satu sarana untuk memperbaiki dan membersihkan diri.
HUKUM PUASA
Kosakata: aṣ-ṣiyām اَلصِّيَامْ (al-Baqarah/2: 183) Dari segi bahasa berarti “menahan diri dari melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun perkataan”. Dari segi terminologi berarti, “menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan segala yang membatalkan lainnya dari terbit fajar sampai matahari terbenam karena Allah swt”. Kaum Muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadan (al-Baqarah/2:183), karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorang Muslim yang tidak berpuasa di bulan itu berarti keislamannya tidak sempurna. Tujuan puasa Ramadan adalah meraih ketakwaan. Bila ayat-ayat tentang puasa itu dicoba dipahami di dalam hubungannya dengan ayat-ayat lain sebelum dan sesudahnya, misalnya dari ayat 172-188, implementasi ketakwaan itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik, membantu mereka yang kekurangan, dan tidak mau mengambil milik orang lain dengan cara apa pun.
null
null
192
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
185
28
4
2
1
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Syahru ramaḍānal-lażī unzila fīhil-qur'ānu hudal lin-nāsi wa bayyinātim minal-hudā wal-furqān(i), faman syahida minkumusy-syahra falyaṣumh(u) wa man kāna marīḍan au ‘alā safarin fa ‘iddatum min ayyāmin ukhar(a), yurīdullāhu bikumul-yusra wa lā yurīdu bikumul-‘usr(a), wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullāha ‘alā mā hadākum wa la‘allakum tasykurūn(a).
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.
null
null
Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya untuk pertama kali diturunkan Al-Qur'an pada lailatul qadar, yaitu malam kemuliaan, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang salah. Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada, yakni hidup, di bulan itu dalam keadaan sudah akil balig, maka berpuasalah. Dan barang siapa yang sakit di antara kamu atau dalam perjalanan lalu memilih untuk tidak berpuasa, maka ia wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dengan membolehkan berbuka, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu dengan tetap mewajibkan puasa dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dengan berpuasa satu bulan penuh dan mengakhiri puasa dengan bertakbir mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur atasnya.
Ayat ini menerangkan bahwa pada bulan Ramadan, Al-Qur’an diwahyukan. Berkaitan dengan peristiwa penting ini, ada beberapa informasi Al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menetapkan waktu pewahyuan ini. Ayat-ayat itu antara lain surah al-Qadar/97: 1, ayat ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an diwahyukan pada malam yang penuh dengan kemuliaan atau malam qadar. Surah ad-Dukhān/44: 3, ayat ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam yang diberkahi. Surah al-Anfāl/8: 41, ayat ini mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an itu diturunkan bertepatan dengan terjadinya pertemuan antara dua pasukan, yaitu pasukan Islam yang dipimpin Nabi Muhammad dengan tentara Quraisy yang dikomandani oleh Abu Jahal, pada perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan. Dari beberapa informasi Al-Qur’an ini, para ulama menetapkan bahwa Al-Qur’an diwahyukan pertama kali pada malam qadar, yaitu malam yang penuh kemuliaan, yang juga merupakan malam penuh berkah, dan ini terjadi pada tanggal 17 Ramadan, bertepatan dengan bertemu dan pecahnya perang antara pasukan Islam dan tentara kafir Quraisy di Badar, yang pada saat turun wahyu itu Muhammad berusia 40 tahun. Selanjutnya peristiwa penting ini ditetapkan sebagai turunnya wahyu yang pertama dan selalu diperingati umat Islam setiap tahun di seluruh dunia. Berkenaan dengan malam qadar, terdapat perbedaan penetapannya, sebagai saat pertama diturunkannya Al-Qur’an, dan malam qadar yang dianjurkan Nabi Muhammad kepada umat Islam untuk mendapatkannya. Yang pertama ditetapkan terjadinya pada tanggal 17 Ramadan, yang hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang lagi. Sedangkan yang kedua, sesuai dengan hadis Nabi, terjadi pada sepuluh hari terakhir Ramadan, bahkan lebih ditegaskan pada malam yang ganjil. Malam qadar ini dapat terjadi setiap tahun, sehingga kita selalu dianjurkan untuk mendapatkannya dengan persiapan yang total yaitu dengan banyak melaksanakan ibadah sunah pada sepuluh hari terakhir Ramadan. Ayat ini juga menjelaskan puasa yang diwajibkan ialah pada bulan Ramadan. Untuk mengetahui awal dan akhir bulan Ramadan Rasulullah saw telah bersabda: صُوْمُوْا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِيَ عَلَيْكُمْ (وَفِي رِوَايَةٍ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ) فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِيْنَ (وَفِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ فَاقْدِرُوْا ثَلاَثِيْنَ) (رواه البخاري ومسلم) Berpuasalah kamu karena melihat bulan (Ramadan) dan berbukalah kamu, karena melihat bulan (Syawal), apabila tertutup bagi kamu, (dalam satu) riwayat mengatakan: Apabila tertutup bagi kamu disebabkan cuaca yang berawan), maka sempurnakanlah bulan Sya‘ban tiga puluh hari (dan dalam satu riwayat Muslim "takdirkanlah" atau hitunglah bulan Sya‘ban tiga puluh hari). (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim) Mengenai situasi bulan yang tertutup baik karena keadaan cuaca, atau memang karena menurut hitungan falakiyah belum bisa dilihat pada tanggal 29 malam 30 Sya‘ban, atau pada tanggal 29 malam 30 Ramadan, berlaku ketentuan sebagai berikut: Siapa yang melihat bulan Ramadan pada tanggal 29 masuk malam 30 bulan Sya‘ban, atau ada orang yang melihat bulan, yang dapat dipercayai, maka ia wajib berpuasa keesokan harinya. Kalau tidak ada terlihat bulan, maka ia harus menyempurnakan bulan Sya‘ban 30 hari. Begitu juga siapa yang melihat bulan Syawal pada tanggal 29 malam 30 Ramadan, atau ada yang melihat, yang dapat dipercayainya, maka ia wajib berbuka besok harinya. Apabila ia tidak melihat bulan pada malam itu, maka ia harus menyempurnakan puasa 30 hari. Dalam hal penetapan permulaan hari puasa Ramadan dan hari raya Syawal agar dipercayakan kepada pemerintah, sehingga kalau ada perbedaan pendapat bisa dihilangkan dengan satu keputusan pemerintah, sesuai dengan kaidah yang berlaku: حُكْمُ اْلحَاكِمِ يَرْفَعُ الْخِلاَفَ "Putusan pemerintah itu menghilangkan perbedaan pendapat." Orang yang tidak dapat melihat bulan pada bulan Ramadan seperti penduduk yang berada di daerah kutub utara atau selatan di mana terdapat enam bulan malam di kutub utara dan enam bulan siang di kutub selatan, maka hukumnya disesuaikan dengan daerah tempat turunnya wahyu yaitu Mekah dimana daerah tersebut dianggap daerah mu'tadilah (daerah sedang atau pertengahan) atau diperhitungkan kepada tempat yang terdekat dengan daerah kutub utara dan kutub selatan. Pada ayat 185 ini, Allah memperkuat ayat 184, bahwa walaupun berpuasa diwajibkan, tetapi diberi kelonggaran bagi orang-orang yang sakit dan musafir untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantikannya pada hari-hari lain. Pada penutup ayat ini Allah menekankan agar disempurnakan bilangan puasa dan menyuruh bertakbir serta bersyukur kepada Allah atas segala petunjuk yang diberikan.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Ayat-ayat sebelum ini menerangkan tentang kisas dan wasiat, maka ayat-ayat ini menerangkan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa. Puasa salah satu sarana untuk memperbaiki dan membersihkan diri.
HUKUM PUASA
Kosakata: aṣ-ṣiyām اَلصِّيَامْ (al-Baqarah/2: 183) Dari segi bahasa berarti “menahan diri dari melakukan sesuatu, baik perbuatan maupun perkataan”. Dari segi terminologi berarti, “menahan diri dari makan, minum, hubungan suami istri, dan segala yang membatalkan lainnya dari terbit fajar sampai matahari terbenam karena Allah swt”. Kaum Muslimin diwajibkan berpuasa pada bulan Ramadan (al-Baqarah/2:183), karena puasa itu merupakan salah satu dari lima rukun Islam. Seorang Muslim yang tidak berpuasa di bulan itu berarti keislamannya tidak sempurna. Tujuan puasa Ramadan adalah meraih ketakwaan. Bila ayat-ayat tentang puasa itu dicoba dipahami di dalam hubungannya dengan ayat-ayat lain sebelum dan sesudahnya, misalnya dari ayat 172-188, implementasi ketakwaan itu tercermin dalam pencarian nafkah yang halal dan baik, membantu mereka yang kekurangan, dan tidak mau mengambil milik orang lain dengan cara apa pun.
null
1. Wajib berpuasa bagi setiap orang yang melihat hilal bulan Ramadan atau ia mengetahui hal itu dari orang yang dipercaya. 2. Hikmah berpuasa antara lain untuk membina kekuatan rohaniah dalam rangka menjalankan tugas sebagai hamba Allah yang membutuhkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Oleh karena hikmah puasa itu tidak mudah dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa, maka perintah puasa ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya, sebagai syarat sahnya puasa. 3. Allah membolehkan tidak berpuasa pada bulan Ramadan bagi orang yang sakit dan musafir, tetapi mereka wajib menggantinya pada hari-hari lain di luar bulan Ramadan. 4. Orang yang berat untuk berpuasa ialah: a. Orang yang sudah lanjut usianya, sehingga sukar baginya berpuasa. b. Orang yang sakit berat yang tidak ada harapan akan sembuh atau penyakit menahun. c. Perempuan hamil atau karena menyusui bayi, yang kalau berpuasa khawatir akan terganggu kesehatan dirinya. d. Pekerja berat. Empat macam halangan yang tersebut pada bagian; a, b, c, dan d di atas membolehkan tidak berpuasa dengan ketentuan, bahwa bagian a dan b tidak berpuasa dan tidak mengqadanya tetapi wajib membayar fidyah satu mud makanan setiap hari kepada orang miskin. Tetapi bagian c wanita hamil atau menyusui, baru dapat disamakan hukumnya dengan bagian a dan b, apabila keduanya tidak berpuasa karena takut akan terganggu kesehatan dirinya. Kalau hanya takut akan terganggunya kesehatan anaknya bila ia berpuasa, maka ia wajib membayar fidyah dan mengganti puasanya pada hari lain, sesudah bulan Ramadan. 5. Apabila kehidupan seseorang tergantung kepada pekerjaan besar dan harus membanting tulang setiap hari seperti buruh pelabuhan dan sebagainya, maka hendaklah berniat pada malam hari untuk berpuasa besok harinya. Kalau besok harinya ternyata tidak mampu melangsungkan puasa maka ia boleh berbuka. Tentang menggantinya, dapat dikerjakan sesudah bulan Ramadan. Kalau ia tak sanggup, cukuplah dengan membayar fidyah, dan kalau membayar fidyah pun tidak mampu, maka ditangguhkan sampai ada kemampuan. 6. Wajib berpuasa bagi setiap orang yang melihat hilal awal bulan Ramadan, atau mengetahui dari orang lain yang melihatnya yang dapat dipercayainya, atau telah ditetapkan oleh pemerintah. 7. Orang yang tidak mungkin melihat bulan pada bulan Ramadan karena panjangnya waktu malam atau panjangnya waktu siang, seperti di daerah kutub selatan dan kutub utara, maka waktu puasanya disamakan dengan daerah-daerah normal yang paling dekat.
193
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
186
28
4
2
1
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Wa iżā sa'alaka ‘ibādī ‘annī fa innī qarīb(un), ujību da‘watad-dā‘i iżā da‘ān(i), falyastajībū lī walyu'minū bī la‘allahum yarsyudūn(a).
Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
null
null
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu, Nabi Muhammad, tentang Aku karena rasa ingin tahu tentang segala sesuatu di sekitar kehidupannya, termasuk rasa ingin tahu tentang Tuhan, maka jawablah bahwa sesungguhnya Aku sangat dekat dengan manusia. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa dengan ikhlas apabila dia berdoa kepada-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku yang ditetapkan di dalam Al-Qur'an dan diperinci oleh Rasulullah, dan beriman kepada-Ku dengan kukuh agar mereka memperoleh kebenaran atau bimbingan dari Allah.
Di dalam ayat ini, Allah menyuruh hamba-Nya agar berdoa kepada-Nya, serta Dia berjanji akan memperkenankannya, tetapi pada akhir ayat ini Allah menekankan agar hamba-Nya memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya agar mereka selalu mendapat petunjuk. Di dalam hadis banyak diterangkan hal-hal yang bertalian dengan doa antara lain: 1. Sabda Rasulullah saw: ثَلاَثَـةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ (رواه مسلم) Tiga macam orang tidak ditolak doanya, yaitu Imam yang adil, orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka dan doa seorang yang teraniaya. (Riwayat Muslim) 2. Sabda Rasulullah saw: لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَالَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ مَالَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا اْلاِسْتِعْجَالُ؟ قَالَ: يَقُوْلُ قَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يُسْتَجَابُ لِي فَيَحْسِرُ عِنْدَ ذٰلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ (رواه أحمد والترمذي والنسائي وابن ماجه) "Senantiasa diterima permohonan setiap hamba, selama ia tidak mendoakan hal-hal yang menimbulkan dosa atau memutuskan hubungan silaturrahim (dan) selama tidak meminta agar segera dikabulkan. Rasulullah ditanya, "Apakah maksud segera dikabulkan ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Maksudnya ialah seorang hamba yang berkata, "Saya sesungguhnya telah berdoa, tetapi saya lihat belum diperkenankan, karena itu ia merasa kecewa lalu tidak berdoa lagi". (Riwayat Aḥmad, at-Tirmiżī, an-Nasā’ī dan Ibnu Mājah) Walaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa Allah swt Mahakuasa, Maha Mengetahui dan mengatur segalanya, diminta atau tidak diminta Dia berbuat sekehendak-Nya, sehingga manusia tidak perlu berdoa, tetapi pendapat itu bertentangan dengan ayat ini dan hadis-hadis Nabi Muhammad. Apabila di antara doa yang dipanjatkan kepada Allah ada yang belum dikabulkan, maka ada beberapa sebab: a. Tidak memenuhi syarat-syarat yang semestinya. b. Tidak mutlak Allah memberikan sesuai dengan yang dimohonkan oleh hamba-Nya, tetapi diganti atau disesuaikan dengan yang lebih baik bagi pemohon, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam ayat ini Allah menghubungkan antara doa yang dijanjikan akan dikabulkan-Nya itu dengan ketentuan bahwa hamba-hamba-Nya harus mematuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya. Selain itu doa hendaklah dilakukan dengan khusyuk, sungguh-sungguh dan dengan sepenuh hati, dan bukan doa untuk menganiaya orang, memutuskan hubungan silaturrahim dan lain-lain perbuatan maksiat. Memang segala sesuatu harus menurut syarat-syarat atau tata cara yang baik dan dapat menyampaikan kepada yang dimaksud. Kalau seorang berkata, “Ya Tuhanku berikanlah kepadaku seribu rupiah,” tanpa melakukan usaha, maka dia bukanlah berdoa tetapi sesungguhnya dia seorang jahil. Artinya permohonan serupa itu tidak ada artinya, karena tidak disertai usaha yang wajar.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat yang lalu diperintahkan kepada orang-orang mukmin agar berpuasa pada bulan Ramadan dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya serta mencukupkan bilangannya, lalu mengagungkan Allah dengan bertakbir dan bersyukur atas segala petunjuk yang diberikan-Nya, maka pada ayat ini dijelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan kesempurnaan ibadah puasa.
HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PUASA
Kosakata: ‘Ākifūn عَاكِفُوْنَ (al-Baqarah/2: 187) Disebut juga i‘tikāf, yang dari segi bahasa berarti, “menghadap kepada sesuatu untuk menyatakan hormat kepadanya”. Dalam Islam, i‘tikāf adalah “mengurung diri di dalam masjid untuk mengerjakan ibadah-ibadah dalam waktu tertentu”, seakan-akan orang itu menghadap kepada Allah dalam jangka waktu itu. Oleh karena itu, orang yang beriktikaf tidak boleh memutus hubungan dengan Allah selain untuk keperluan yang amat sangat, seperti makan, buang air, dan sebagainya. Di dalam al-Baqarah/2:187 disebutkan, melakukan hubungan suami istri boleh pada malam-malam bulan Ramadan, tetapi dilarang bagi orang yang beriktikaf. Berdasarkan ayat itu dipahami bahwa lama iktikaf minimal satu malam. Nabi Muhammad mulai sepuluh hari terakhir bulan Ramadan mempererat ikat pinggang beliau dan mengintensifkan ibadah pada malam harinya. Setiap Muslim hendaknya mengikuti sunnah Nabi itu.
null
null
194
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
187
29
4
2
1
اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ
Uḥilla lakum lailataṣ-ṣiyāmir-rafaṡu ilā nisā'ikum, hunna libāsul lakum wa antum libāsul lahunn(a), ‘alimallāhu annakum kuntum takhtānūna anfusakum fatāba ‘alaikum wa ‘afā ‘ankum, fal-āna bāsyirūhunna wabtagū mā kataballāhu lakum, wa kulū wasyrabū ḥattā yatabayyana lakumul-khaiṭul-abyaḍu minal-khaiṭil-aswadi minal-fajr(i), ṡumma atimmuṣ-ṣiyāma ilal-lail(i), wa lā tubāsyirūhunna wa antum ‘ākifūna fil-masājid(i) tilka ḥudūdullāhi falā taqrabūhā, każālika yubayyinullāhu āyātihī lin-nāsi la‘allahum yattaqūn(a).
Dihalalkan bagimu pada malam puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkanmu. Maka, sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Akan tetapi, jangan campuri mereka ketika kamu (dalam keadaan) beriktikaf di masjid. Itulah batas-batas (ketentuan) Allah. Maka, janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.
null
null
Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa untuk bercampur dengan istrimu. Semula hanya dihalalkan makan, minum, dan mencampuri istri hingga salat Isya atau tidur. Setelah bangun tidur semuanya diharamkan. Umar bin Khattab pernah mencampuri istrinya sesudah salat Isya. Beliau sangat menyesal dan menyampaikannya kepada Rasulullah, maka turunlah ayat ini yang memberikan keringanan. Mereka adalah pakaian bagimu yang melindungi kamu dari zina, dan kamu adalah pakaian bagi mereka yang melindungi mereka dari berbagai masalah sosial. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri untuk tidak berhubungan dengan istri pada malam bulan Ramadan, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu karena kamu menyesal dan bertobat kepada-Nya. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu dengan mengharapkan keturunan yang baik. Makan dan minumlah dengan tidak berlebihan hingga jelas bagimu perbedaan antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar, untuk memulai puasa. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai datang malam yang ditandai dengan terbenamnya matahari. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beriktikaf dalam masjid pada malam hari Ramadan. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya, yakni istri ketika beriktikaf, apalagi berhubungan intim. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa, menjaga dan mengendalikan diri dengan penuh kesadaran.
Pada ayat ini Allah menerangkan 'uzur atau halangan yang membolehkan untuk meninggalkan puasa, serta hukum-hukum yang bertalian dengan puasa. Banyak riwayat yang menceritakan tentang sebab turunnya ayat ini, antara lain: pada awal diwajibkan puasa, para sahabat Nabi dibolehkan makan, minum, dan bersetubuh sampai salat Isya atau tidur. Apabila mereka telah salat Isya atau tidur, kemudian bangun maka haramlah bagi mereka semua itu. Pada suatu waktu, ‘Umar bin al-Khaṭṭāb bersetubuh dengan istrinya sesudah salat Isya, dan beliau sangat menyesal atas perbuatan itu dan menyampaikannya kepada Rasulullah saw. Maka turunlah ayat ini menjelaskan hukum Allah yang lebih ringan daripada yang telah mereka ketahui dan mereka amalkan. Bahwa sejak terbenamnya matahari (magrib) sampai sebelum terbit fajar (subuh), dihalalkan semua apa yang tidak diperbolehkan pada siang hari pada bulan Ramadan dengan penjelasan sebagai berikut: "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari Ramadan bersetubuh dengan istri kamu, karena mereka adalah pakaian bagi kamu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu telah mengkhianati diri kamu, yakni tidak mampu menahan nafsu dengan berpuasa seperti yang kamu lakukan, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi keringanan pada kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang ditetapkan bagimu". (al-Baqarah/2:186) Artinya sekarang kamu diperbolehkan bersetubuh dengan istri kamu dan berbuat hal-hal yang dibolehkan untuk kamu. Makan dan minumlah sehingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu sampai terbit fajar, sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam. Selain dari itu kamu dilarang pula bersetubuh dengan istrimu ketika kamu sedang beriktikaf di dalam masjid. Kemudian Allah menutup ayat ini dengan menegaskan bahwa larangan-larangan yang telah ditentukan Allah itu tidak boleh kamu dekati dan janganlah kamu melampaui dan melanggarnya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada umat manusia, agar mereka bertakwa.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
null
HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PUASA
Kosakata: ‘Ākifūn عَاكِفُوْنَ (al-Baqarah/2: 187) Disebut juga i‘tikāf, yang dari segi bahasa berarti, “menghadap kepada sesuatu untuk menyatakan hormat kepadanya”. Dalam Islam, i‘tikāf adalah “mengurung diri di dalam masjid untuk mengerjakan ibadah-ibadah dalam waktu tertentu”, seakan-akan orang itu menghadap kepada Allah dalam jangka waktu itu. Oleh karena itu, orang yang beriktikaf tidak boleh memutus hubungan dengan Allah selain untuk keperluan yang amat sangat, seperti makan, buang air, dan sebagainya. Di dalam al-Baqarah/2:187 disebutkan, melakukan hubungan suami istri boleh pada malam-malam bulan Ramadan, tetapi dilarang bagi orang yang beriktikaf. Berdasarkan ayat itu dipahami bahwa lama iktikaf minimal satu malam. Nabi Muhammad mulai sepuluh hari terakhir bulan Ramadan mempererat ikat pinggang beliau dan mengintensifkan ibadah pada malam harinya. Setiap Muslim hendaknya mengikuti sunnah Nabi itu.
null
1. Berdoa kepada Allah, hendaklah dilakukan dengan penuh khidmat dan khusyuk tanpa suara yang keras (berteriak-teriak), karena Tuhan sangat dekat kepada hamba-Nya, mengetahui segala gerak-gerik serta perbuatannya dan mengabulkan permohonannya. 2. Allah akan memperkenankan semua doa hamba-Nya, selama doa itu wajar disertai dengan usaha-usaha yang wajar pula, bukan doa yang jahat yang menimbulkan dosa, memutuskan hubungan silaturrahim dan sebagainya. 3. Allah swt tidak mutlak memperkenankan doa sesuai yang dimohonkan, tetapi Allah Maha Mengetahui yang lebih baik bagi setiap hamba-Nya. 4. Seorang suami dibolehkan bersenggama dengan istrinya pada malam hari bulan Ramadan sampai waktu terbit fajar. 5. Puasa orang yang junub (berhadas besar) adalah sah karena makan, minum, dan bersenggama dengan istri dibolehkan pada malam hari sampai terbit fajar. Apabila ia tidak sempat mandi junub sebelum terbit fajar, maka ia masih tetap berjunub setelah terbit matahari, ia harus segera mandi suci, namun puasanya tetap sah.
195
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
188
29
4
2
1
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Wa lā ta'kulū amwālakum bainakum bil-bāṭili wa tudlū bihā ilal-ḥukkāmi lita'kulū farīqam min amwālin-nāsi bil-iṡmi wa antum ta‘lamūn(a).
Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui.
null
null
Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil seperti dengan cara korupsi, menipu, ataupun merampok, dan jangan pula kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim untuk bisa melegalkan perbuatan jahat kamu dengan maksud agar kamu dapat memakan, menggunakan, memiliki, dan menguasai sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa karena melanggar ketentuan Allah, padahal kamu mengetahui bahwa perbuatan itu diharamkan Allah.
Pada bagian pertama dari ayat ini Allah melarang makan harta orang lain dengan jalan bāṭil. "Makan" ialah "mempergunakan atau memanfaatkan", sebagaimana biasa dipergunakan dalam bahasa Arab dan bahasa lainnya. Batil ialah cara yang dilakukan tidak menurut hukum yang telah ditentukan Allah. Para ahli tafsir mengatakan banyak hal yang dilarang yang termasuk dalam lingkup bagian pertama ayat ini, antara lain: 1. Makan uang riba. 2. Menerima harta tanpa ada hak untuk itu. 3. Makelar-makelar yang melaksanakan penipuan terhadap pembeli atau penjual. Kemudian pada ayat bagian kedua atau bagian terakhir yang melarang menyuap hakim dengan maksud untuk mendapatkan sebagian harta orang lain dengan cara yang batil, dengan menyogok atau memberikan sumpah palsu atau saksi palsu. Rasulullah saw bersabda: إِنَّمَا اَنَا بَشَرٌ وَإِنَّكُمْ تَخْتَصِمُوْنَ إِلَيَّ، وَلَعَلَّ بَعْضُكُمْ أَنْ يَكُوْنَ أَلْحَنَ بِحُجَّتِهِ مِنْ بَعْضٍ فَأَقْضِي لَهُ بِنَحْوِ مَا أَسْمَعُ، فَمَنْ قَضَيْتُ لَهُ مِنْ حَقِّ أَخِيْهِ شَيْئًافَلَايَأْخُذُهُ، فَإِنَّمَا أَقْطَعُ لَهُ قِطْعَةً مِنَ النَّارِ، فَبَكَى الْخَصْمَانِ وَقَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا: اَنَا حِلٌّ لِصَاحِبِي فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ اِذْهَبَا فَتَوَخَّيَا ثُمَّ اسْتَهِمَا ثُمَّ لِيُحْلِلْ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا صَاحِبَهُ (رواه مالك وأحمد والبخاري ومسلم و غيرهم) "Sesungguhnya saya adalah manusia dan kamu datang membawa suatu perkara untuk saya selesaikan. Barangkali di antara kamu ada yang lebih pintar berbicara sehingga saya memenangkannya, berdasarkan alasan- alasan yang saya dengar. Maka siapa yang mendapat keputusan hukum dari saya untuk memperoleh bagian dari harta saudaranya (yang bukan haknya) kemudian janganlah ia mengambil harta itu, maka ini berarti saya memberikan sepotong api neraka kepadanya". (Mendengar ucapan itu) keduanya saling menangis dan masing-masing berkata. Saya bersedia mengikhlaskan harta bagian saya untuk teman saya. Lalu Rasulullah saw memerintahkan, "Pergilah kamu berdua dengan penuh rasa persaudaraan dan lakukanlah undian dan saling menghalalkan bagianmu masing-masing menurut hasil undian itu ". (Riwayat Mālik, Aḥmad, al-Bukhārī, Muslim, dan lain-lain)
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat-ayat yang lalu sudah disebutkan hal ihwal tentang puasa dan hukum-hukumnya, pada ayat 188 ini diterangkan hukum memakan atau mempergunakan harta satu sama lain dengan cara yang batil atau dengan cara yang tidak sah.
MENYOGOK DAN MEMAKAN HARTA DENGAN CARA YANG TIDAK BENAR
Kosakata: Tudlū تُدْلُوْا (al-Baqarah/2: 188) Dari segi bahasa, tudlū berarti “mengulurkan sesuatu kepada sesuatu untuk mengailnya”. Kata dasarnya adalah ad-dalw artinya “ember”. Di dalam Al-Qur’an, kata itu misalnya terdapat dalam surah Yūsuf/12: 19 tentang sebuah kafilah yang singgah di tempat itu mengulurkan embernya ke dalam sebuah sumur untuk memperoleh air, tetapi yang diperolehnya adalah seorang anak laki-laki, yang kelak menjadi nabi yaitu Nabi Yusuf. Di dalam al-Baqarah/2: 188 umat yang beriman dilarang oleh Allah memperoleh harta benda secara tidak sah, di antaranya, yang ditekankan sekali adalah memberi sogokan kepada hakim agar hakim menjatuhkan putusan yang menguntungkannya sehingga milik orang lain jatuh menjadi miliknya. Penggunaan kata tudlū ini mengisyaratkan rendahnya martabat hakim yang mau menerima sogokan, seakan ia berada di dasar sumur menanti uluran dari atas.
null
1. Tidak boleh makan harta orang lain dengan jalan yang tidak sah. 2. Tidak boleh menyogok dan menerima sogokan untuk memperoleh sesuatu yang tidak sah dan membuat sumpah palsu atau menjadi saksi palsu.
196
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
189
29
4
2
1
۞ يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ الْبِرُّ بِاَنْ تَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ ظُهُوْرِهَا وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنِ اتَّقٰىۚ وَأْتُوا الْبُيُوْتَ مِنْ اَبْوَابِهَا ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Yas'alūnaka ‘anil-ahillah(ti), qul hiya mawāqītu lin-nāsi wal-ḥajj(i), wa laisal-birru bi'an ta'tul-buyūta min ẓuhūrihā wa lākinnal-birra manittaqā, wa'tul-buyūta min abwābihā, wattaqullāha la‘allakum tufliḥūn(a).
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit.52) Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.” Bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu adalah (kebajikan) orang yang bertakwa. Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
52
52) Bulan sabit adalah bukti meyakinkan pergantian bulan. Setelah bulan sabit akhir bulan tampak tipis seperti pelepah kurma (surah Yāsīn [36]: 39) menjelang pagi, pada malam berikutnya bulan ‘mati’ (tidak tampak sama sekali), kemudian disusul tampaknya bulan sabit tipis sesaat setelah magrib. Itulah awal bulan yang digunakan untuk perhitungan waktu ibadah, seperti puasa Ramadan dan haji.
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya menerangkan masalah-masalah tentang puasa dalam bulan Ramadan dan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa, maka ayat ini menerangkan waktu yang diperlukan oleh umat manusia dalam melaksanakan ibadahnya. Jika Mereka yakni para sahabatmu bertanya kepadamu wahai Muhammad tentang bulan sabit. Katakanlah kepada mereka, “fenomena perubahan bulan Itu adalah sebagai penunjuk waktu bagi manusia untuk mengetahui waktu-waktu yang telah ditentukan Allah seperti waktu salat, puasa dan untuk melakukan ibadah haji.” Dan bukanlah suatu kebajikan ketika berihram baik dalam haji maupun umrah memasuki rumah dari atasnya sebagaimana yang sering dilakukan pada masa jahiliyah, tetapi kebajikan adalah melakukan kebajikan sebagaimana orang yang bertakwa, menunaikan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Karenanya, ketika berihram, Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung sehingga memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
Pada ayat ini Allah mengajar Nabi Muhammad saw menjawab pertanyaan sahabat tentang guna dan hikmah "bulan" bagi umat manusia, yaitu untuk keperluan perhitungan waktu dalam melaksanakan urusan ibadah mereka seperti salat, puasa, haji, dan sebagainya serta urusan dunia yang diperlukan. Allah menerangkan perhitungan waktu itu dengan perhitungan bulan kamariah, karena lebih mudah dari perhitungan menurut peredaran matahari (syamsiah) dan lebih sesuai dengan tingkat pengetahuan bangsa Arab pada zaman itu. Para ulama tafsir menjelaskan bahwa banyak dari kaum Anṣār, apabila mereka telah mengerjakan ihram atau haji, maka mereka tidak mau lagi memasuki rumah dari pintu yang biasa, tetapi masuk dari pintu belakang, dan itu dianggap sebagai suatu kebajikan. Ayat ini menerangkan bahwa kebajikan itu bukanlah menurut perasaan dan tradisi yang berbau khurafāt, seperti memasuki rumah dari belakang atau dari atas, [31] tetapi kebajikan itu ialah bertakwa kepada Allah, dan ditetapkan kepada mereka agar memasuki rumah dari pintunya. Menurut saintis, bulan adalah satelit bumi yang berukuran sekitar seperempat dari ukuran bumi. Ia beredar mengelilingi bumi pada jarak rata-rata 384,400 kilometer di bawah tarikan gaya gravitasi bumi. Akibat peredarannya inilah bulan mengalami fase-fase dan di antaranya terjadi fenomena bulan sabit, bulan purnama, bulan baru dan bulan mati. Semuanya terjadi karena posisi bulan dan bumi yang bergeser secara teratur terhadap posisi matahari. Ketika bulan berada diantara bumi dan matahari, sisinya yang gelap menghadap ke bumi sehingga bulan tidak terlihat oleh kita yang berada di bumi. Fase ini dinamakan fase bulan baru. Kemudian bergeser dari fase bulan baru ke fase bulan purnama dan dan dari fase bulan purnama menuju ke fase bulan mati. Pada fase bulan mati bulan kembali tidak nampak sama sekali. Sementara bulan sabit terjadi antara fase bulan baru ke fase bulan separuh pertama (minggu pertama, sebelum bulan purnama) dan antara fase bulan separuh yang kedua (minggu ke empat, setelah purnama) menuju fase bulan mati. Dari fase bulan baru menuju fase bulan purnama maka yang terjadi fase bulan sabit yang nampak seperti benang yang bisa kita lihat di langit barat sesudah matahari tenggelam. Lama kelamaan bulan sabit tersebut menjadi lebar hingga menjadi separuh. Fase bulan ini kita sebut dengan fase bulan separuh. Kemudian tujuh hari setelah fase bulan separuh, kita bisa melihat gambaran penuh dari bulan. Fase bulan ini kita sebut dengan bulan purnama. Tujuh hari kemudian penampakan bulan kembali menyusut sehingga kembali lagi kepada fase bulan separuh. Begitulah seterusnya hingga bulan kembali mengalami fase bulan sabit yang kemudian pada akhirnya dia menghilang. Fase ini kita sebut dengan fase bulan mati. Jadi fase bulan sabit terjadi 2 kali dalam sebulan, yakni di minggu pertama dan minggu ke empat. Jarak antara fase bulan baru ke bulan baru berikutnya atau dari bulan purnama ke bulan purnama berikutnya adalah 29,5306 hari yang kita sebut dengan periode sinodik. Inilah menjadi dasar penanggalan yang dibuat dengan menggunakan sistem kalender peredaran bulan yang kita kenal dengan kalender kamariah. Maha Bijaksana Allah yang telah menciptakan bulan dengan hikmah yang luar biasa terkandung di dalamnya.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Setelah pada ayat-ayat sebelumnya menerangkan masalah-masalah tentang puasa dalam bulan Ramadan dan hukum-hukum yang bertalian dengan puasa, maka ayat ini menerangkan waktu yang diperlukan oleh umat manusia dalam melaksanakan ibadahnya, seperti puasa, salat, haji, dan lain-lain serta dalam melaksanakan tugas hidupnya seperti hal-hal yang bertalian dengan urusan perdagangan, perjanjian dan lain-lain. Sabab Nuzul Tentang sebab turun ayat ini banyak riwayat yang dikemukakan antara lain: 1. Menurut riwayat Ibnu Abī Ḥātim, para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang bulan sabit, maka turunlah ayat ini. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abī Ḥātim juga, bentuk pertanyaan itu ialah, untuk apa bulan diciptakan dengan bentuk yang demikian? Maka turunlah ayat ini. 2. Menurut riwayat Abī Ḥātim dan Ibnu 'Aṡīr, bahwa Mu'āż bin Jabal, dan Ṡa‘labah bin Ganīmah bertanya, "Ya Rasulullah, apa sebab bulan itu kelihatan mula-mula halus seperti benang kemudian bertambah besar, sampai rata dan bundar, kemudian terus berkurang dan mengecil kembali seperti semula, dan tidak dalam satu bentuk yang tetap?" Maka turunlah ayat ini. Menurut riwayat pertama, yang ditanya ialah hubungan atau hikmahnya. Allah menjawab bahwa hikmahnya untuk perhitungan waktu bagi umat manusia. Dengan demikian jawaban itu sesuai dengan pertanyaan. Menurut riwayat yang kedua, bahwa yang ditanya sebab hakiki yaitu mengapa bulan itu mula-mula kecil, kemudian membesar sampai bundar, kemudian mengecil kembali sampai pada keadaan semula? Dengan demikian jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan karena yang dijawab ialah tentang gunanya atau hikmahnya, sedang yang ditanyakan ialah hakikatnya. Menurut riwayat kedua para ulama berpendapat bahwa Allah memberi-kan jawaban yang lebih pantas bagi mereka untuk mengetahuinya pada waktu itu, yaitu tentang guna atau hikmahnya, bukan sebab hakikinya tentang keadaan bulan secara ilmiah. Lagi pula fungsi seorang nabi atau rasul bukanlah menjelaskan ilmu-ilmu bintang, matematika, dan sebagainya, tetapi untuk membentuk manusia-manusia mukmin yang berakhlak tinggi menempuh hidup sebagai hamba Allah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini bukan berarti bahwa ajaran Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad saw mengabaikan kepentingan dan perkembangan ilmu, sebaliknya, tidak sedikit ayat Al-Qur’an dan hadis yang menyuruh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan duniawi sebanyak mungkin. Hanya ayat Al-Qur’an tidak memberikan rincian, tetapi hanya memberikan petunjuk mencari dan membahas, sesuai dengan kemampuan, keadaan dan perkembangan zaman, sebagai umat yang diamanatkan Allah menjadi khalifah di bumi ini.
HIKMAH PERUBAHAN BENTUK BULAN DAN MENGUBAH ADAT JAHILIAH
Kosakata: Mawāqītمَوَاقِيْتُ (al-Baqarah/2: 189) Kata mawāqīt adalah jamak dari kata mīqāt yang berarti “waktu yang ditentukan untuk mengerjakan sesuatu”. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa awal bulan berbentuk bulan sabit berguna untuk menentukan waktu-waktu pelaksanaan ibadah, seperti awal puasa, akhir puasa, waktu haji, dan sebagainya. Penyebutan ibadah haji secara tersendiri dalam ayat itu adalah untuk menekankan bahwa ibadah haji waktunya tertentu, yaitu pada bulan Zulhijah, tidak boleh dipindah-pindahkan ke bulan lain sebagaimana dilakukan oleh orang Arab pada zaman jahiliah. Juga untuk keperluan aktivitas sosial, seperti penentuan jangka waktu utang-piutang, idah istri, dan sebagainya.
null
1. Allah memberi petunjuk dan mengajari umat Nabi Muhammad saw tentang segala persoalan waktu dan perhitungannya menurut tahun kamariah (bulan) untuk kepentingan mereka dalam melaksanakan amal ibadahnya dan segala macam tugas hidupnya. 2. Allah melarang segala macam tradisi yang berbau khurafāt, takhayul, seperti memasuki rumah dari belakang atau dari atas tidak dari pintunya yang biasa.
197
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
190
29
4
2
1
وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ
Wa qātilū fī sabīlillāhil-lażīna yuqātilūnakum wa lā ta‘tadū, innallāha lā yuḥibbul-mu‘tadīn(a).
Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
null
null
Dan perangilah di jalan Allah, untuk membela diri dan kehormatan agamamu, orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas dengan tidak membunuh wanita, anak-anak, orang lanjut usia, tuna netra, lumpuh, dan orang-orang yang tidak ada hubungannya dengan perang. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas dengan melanggar etika perang tersebut.
Ayat ini adalah ayat Madaniyah yang termasuk ayat-ayat pertama yang memerintahkan kaum Muslimin untuk memerangi orang-orang musyrik, apabila kaum Muslimin mendapat serangan yang mendadak, meskipun serangan itu terjadi pada bulan-bulan haram, yaitu pada bulan Rajab, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam, seperti dijelaskan pada ayat yang lalu. Pada zaman jahiliah, bulan-bulan tersebut dianggap bulan larangan berperang. Larangan itu oleh Islam diakui, tetapi karena orang-orang musyrik melanggarnya terlebih dahulu, maka Allah swt mengizinkan kaum Muslimin membalas serangan mereka. Sebelum hijrah, tidak ada ayat yang membolehkan kaum Muslimin melakukan peperangan. Di kalangan mufasir pun tidak ada perselisihan pendapat, bahwa peperangan itu dilarang dalam agama Islam pada masa itu. Ayat ini sampai dengan ayat 194, diturunkan pada waktu diadakan perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian damai antara kaum musyrikin Mekah dan umat Islam dari Medinah. Perjanjian itu diadakan di salah satu tempat di jalan antara Jeddah dengan Mekah. Dahulu yang dinamakan Hudaibiah, ialah sumur/mata air yang terdapat di tempat itu. Peristiwa itu terjadi pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijri. Rasulullah saw dengan para sahabatnya meninggalkan Medinah menuju Mekah untuk mengerjakan umrah. Setelah rombongan itu sampai di Hudaibiah, mereka dihalangi oleh orang-orang musyrik dan tidak boleh masuk ke Mekah, sehingga rombongan Rasulullah saw terpaksa berada di Hudaibiah sampai satu bulan lamanya. Akhirnya diadakan perjanjian damai yang isinya antara lain sebagai berikut: a. Rombongan Rasulullah saw harus pulang kembali ke Medinah pada tahun itu. b. Pada tahun berikutnya, yaitu tahun ketujuh Hijri, Rasulullah saw dan para sahabatnya diperkenankan memasuki kota Mekah, untuk mengerjakan umrah. c. Di antara kaum musyrikin dan Muslimin tidak akan ada peperangan selama sepuluh tahun. Pada tahun berikutnya, Rasulullah berangkat kembali ke Mekah dengan rombongannya untuk mengerjakan umrah, yang lazim disebut umrah qaḍā, karena pada tahun sebelumnya mereka tidak berhasil melakukannya. Pada waktu itu kaum Muslimin khawatir kalau-kalau kaum musyrikin melanggar janji perdamaian tersebut, sedang kaum Muslimin tidak senang berperang di tanah Haram (Mekah) apalagi di bulan Syawal, Zulkaidah, Zulhijah, dan Muharam, yang biasa disebut "bulan-bulan haram". Karena keadaan dan peristiwa yang demikian itulah maka ayat-ayat tersebut diturunkan. Dalam ayat 190 ini Allah memerintahkan agar kaum Muslimin memerangi kaum musyrik yang memerangi mereka. Peperangan itu hendaklah bertujuan fī sabīlillāh (untuk meninggikan kalimah Allah dan menegakkan agama-Nya). Perang yang disebut " fī sabīlillāh" adalah sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis riwayat al-Bukhārī dan Muslim: عَنْ أَبِي مُوْسَى اْلأَشْعَرِي قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الرَّجُلِ يُقَاتِلُ شَجَاعَةً وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً وَيُقَاتِلُ رِيَـاءً. أَيُّ ذٰلِكَ فِي سَبِيْلِ اللهِ؟ فَقَالَ: مَنْ قَاتَلَ لِتَكُوْنَ كَلِمَةُ اللهِ هِيَ اْلعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيْلِ اللهِ (رواه البخاري ومسلم) "Dari Abū Mūsā al-Asy‘ary, bahwa Rasulullah saw pernah ditanya tentang seorang laki-laki yang berperang karena keberaniannya dan yang berperang karena sakit hati, atau yang berperang karena ingin mendapat pujian saja, manakah di antara mereka itu yang berperang di jalan Allah? Rasulullah menjawab, "Orang yang berperang untuk meninggikan kalimah Allah maka berperangnya itu fī sabilillāh." (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim) Dalam perang suci ini orang mukmin dilarang melanggar berbagai ketentuan, seperti membunuh anak-anak, orang lemah yang tidak berdaya, orang yang telah sangat tua, wanita-wanita yang tidak ikut berperang, orang yang telah menyerah kalah dan para pendeta, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat 189 telah diterangkan bahwa hikmah perubahan bentuk bulan, adalah untuk menentukan waktu bagi manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan kehidupannya terutama yang berhubungan dengan waktu haji, waktunya ditetapkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Pada bulan-bulan itu menurut tradisi masyarakat jahiliah dilarang berperang. Pada ayat ini kaum Muslimin diizinkan berperang (sekalipun di dalam bulan haram) jika mereka diserang musuh, dengan ketentuan bahwa berperang itu adalah untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
PERANG FĪ SABĪLILLĀH DAN TATA CARANYA
Kosakata: At-Tahlukah اَلتَّهْلُكَة (al-Baqarah/2: 195) Kata ini bentuk masdar dari halaka, yahliku, halkan, tahlukatan, halukan. Artinya “sesuatu yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran, kematian, dan lain sebagainya”. Ayat ini mempunyai beberapa kemungkinan arti, yaitu: Larangan bunuh diri atau melakukan hal-hal yang menyebabkan kematian seseorang. Larangan enggan berinfak. Larangan meninggalkan jihad
null
null
198
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
191
30
4
2
1
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ وَالْفِتْنَةُ اَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ ۚ وَلَا تُقٰتِلُوْهُمْ عِنْدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ حَتّٰى يُقٰتِلُوْكُمْ فِيْهِۚ فَاِنْ قٰتَلُوْكُمْ فَاقْتُلُوْهُمْۗ كَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ
Waqtulūhum ḥaiṡu ṡaqiftumūhum wa akhrijūhum min ḥaiṡu akhrajūkum wal-fitnatu asyaddu minal-qatl(i), wa lā tuqātilūhum ‘indal-masjidil-ḥarāmi ḥattā yuqātilūkum fīh(i), fa'in qātalūkum faqtulūhum, każālika jazā'ul-kāfirīn(a).
Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah53) itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir.
53
53) Fitnah dalam ayat ini berarti perbuatan yang menimbulkan kekacauan, seperti mengusir orang dari kampung halamannya, merampas harta, menyakiti orang lain, menghalangi orang dari jalan Allah Swt., atau melakukan kemusyrikan (lihat catatan kaki surah al-Baqarah [2]: 102).
Dan bunuhlah mereka di mana kamu temui mereka dalam keadaan perang. Kaum muslim tidak boleh lengah terhadap musuh, sebab mereka, dalam perang, akan membinasakan kamu. Dan usirlah mereka dari mana mereka telah mengusir kamu. Sebanding dengan kejahatan mereka mengusir kamu dari kota Mekah, mereka pun harus diusir dari kota yang sama. Dan fitnah, yakni tindakan mereka menghalangi orang yang akan masuk Islam, mempertahankan kemusyrikan, mengisolasi sesama warga kota hanya karena meyakini tidak ada tuhan selain Allah, dan mengintimidasi orang yang berbeda keyakinan, itu lebih kejam daripada pembunuhan. Dan janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam demi menghormati tempat suci, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Sebab, dalam Islam, menghormati tempat suci tidak boleh mengalahkan keselamatan jiwa yang terancam dan membiarkan agama Allah diinjak-injak oleh orang yang tidak mencintai perdamaian. Jika mereka memerangi kamu terlebih dahulu di tempat suci seperti Masjidilharam, maka perangilah mereka di tempat tersebut untuk membela diri dan kehormatan agama. Demikianlah balasan bagi orang kafir yang telah bertindak zalim.
(191, 192) Orang mukmin diperintahkan memerangi orang musyrik yang memerangi mereka di mana saja dijumpai, baik di tanah halal maupun di tanah haram (Mekah dan sekitarnya). Dasarnya Mekah dan sekitarnya menjadi tanah haram ialah sebagaimana dalam sebuah hadis sahih pula: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي فَتْحِ مَكَّةَ: إِنَّ هٰذَا اْلبَلَدَ حَرَّمَهُ الله ُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضَ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَلَمْ يَحِلَّ اِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ وَاِنَّهَا سَاعَتِي هٰذِهِ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ يُعْضَدُ شَجَرُهُ وَلاَ يُخْتَلَى خُلاَهُ. فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ بِقِتَالٍ كَانَ فَعَلَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُوْلُوْا: اِنَّ الله َ أَذِنَ لِرَسُوْلِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ (متفق عليه) Dari Ibnu 'Abbas disebutkan bahwa Rasulullah pada hari pembebasan kota Mekah bersabda, bahwa negeri ini menjadi tanah haram semenjak Allah menciptakan langit dan bumi sampai hari kiamat nanti. Tidak pernah dihalalkan kecuali pada saat di siang hari ini dan saat itu ialah saatku ini. Tanah haram Mekah itu menjadi tanah haram sampai hari kiamat tidak boleh dicabut tanam-tanaman dan tidak boleh dirusak padang luasnya. Jika ada seorang diperkenankan berperang di Mekah dengan alasan bahwa Rasulullah pernah melakukan serupa itu, katakanlah kepadanya, bahwa Allah mengizinkan hal itu kepada Rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kamu. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim) Orang-orang mukmin diperintahkan pula mengusir kaum musyrik dari Mekah, karena kaum musyrik itu pernah mengusir mereka dari sana, dan keberadaan orang-orang musyrik di Mekah (tanah haram) berbahaya bagi kemurnian agama dan akan menimbulkan fitnah yang lebih besar bahayanya daripada berperang di tanah haram. Maksud fitnah di sini ialah penganiayaan oleh kaum musyrik terhadap kaum Muslimin dengan pengusiran, penyiksaan, perampasan harta, serta merintangi pelaksanaan ibadah dan sebagainya. Jika demikian maka orang mukmin diperintah untuk membalasnya dengan peperangan juga. Demikianlah balasan yang harus diberikan kepada kaum musyrikin, tetapi jika kaum musyrikin itu menghentikan peperangan dan akhirnya menjadi mukmin, maka mereka tidak boleh diganggu, karena hal-hal yang menyebabkan mereka harus diperangi tidak ada lagi, Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat 189 telah diterangkan bahwa hikmah perubahan bentuk bulan, adalah untuk menentukan waktu bagi manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan kehidupannya terutama yang berhubungan dengan waktu haji, waktunya ditetapkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Pada bulan-bulan itu menurut tradisi masyarakat jahiliah dilarang berperang. Pada ayat ini kaum Muslimin diizinkan berperang (sekalipun di dalam bulan haram) jika mereka diserang musuh, dengan ketentuan bahwa berperang itu adalah untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
PERANG FĪ SABĪLILLĀH DAN TATA CARANYA
Kosakata: At-Tahlukah اَلتَّهْلُكَة (al-Baqarah/2: 195) Kata ini bentuk masdar dari halaka, yahliku, halkan, tahlukatan, halukan. Artinya “sesuatu yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran, kematian, dan lain sebagainya”. Ayat ini mempunyai beberapa kemungkinan arti, yaitu: Larangan bunuh diri atau melakukan hal-hal yang menyebabkan kematian seseorang. Larangan enggan berinfak. Larangan meninggalkan jihad
null
null
199
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
192
30
4
2
1
فَاِنِ انْتَهَوْا فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Fa'inintahau fa'innallāha gafūrur raḥīm(un).
Namun, jika mereka berhenti (memusuhimu), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
null
null
Tetapi jika mereka berhenti melakukan tindakan agresif, menyerang umat Islam di tempat suci, kemudian mengajak berdamai, dan mempertimbangkan untuk menerima ajaran Allah; maka sikap mereka itu harus dihargai, bahkan jika mereka mengubah pola pikir dan benarbenar masuk Islam, kekejaman mereka diampuni Allah, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(191, 192) Orang mukmin diperintahkan memerangi orang musyrik yang memerangi mereka di mana saja dijumpai, baik di tanah halal maupun di tanah haram (Mekah dan sekitarnya). Dasarnya Mekah dan sekitarnya menjadi tanah haram ialah sebagaimana dalam sebuah hadis sahih pula: عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي فَتْحِ مَكَّةَ: إِنَّ هٰذَا اْلبَلَدَ حَرَّمَهُ الله ُ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوَاتِ وَاْلأَرْضَ فَهُوَ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَلَمْ يَحِلَّ اِلاَّ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ وَاِنَّهَا سَاعَتِي هٰذِهِ حَرَامٌ بِحُرْمَةِ اللهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لاَ يُعْضَدُ شَجَرُهُ وَلاَ يُخْتَلَى خُلاَهُ. فَإِنْ أَحَدٌ تَرَخَّصَ بِقِتَالٍ كَانَ فَعَلَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُوْلُوْا: اِنَّ الله َ أَذِنَ لِرَسُوْلِهِ وَلَمْ يَأْذَنْ لَكُمْ (متفق عليه) Dari Ibnu 'Abbas disebutkan bahwa Rasulullah pada hari pembebasan kota Mekah bersabda, bahwa negeri ini menjadi tanah haram semenjak Allah menciptakan langit dan bumi sampai hari kiamat nanti. Tidak pernah dihalalkan kecuali pada saat di siang hari ini dan saat itu ialah saatku ini. Tanah haram Mekah itu menjadi tanah haram sampai hari kiamat tidak boleh dicabut tanam-tanaman dan tidak boleh dirusak padang luasnya. Jika ada seorang diperkenankan berperang di Mekah dengan alasan bahwa Rasulullah pernah melakukan serupa itu, katakanlah kepadanya, bahwa Allah mengizinkan hal itu kepada Rasul-Nya dan tidak mengizinkan kepada kamu. (Riwayat al-Bukhārī dan Muslim) Orang-orang mukmin diperintahkan pula mengusir kaum musyrik dari Mekah, karena kaum musyrik itu pernah mengusir mereka dari sana, dan keberadaan orang-orang musyrik di Mekah (tanah haram) berbahaya bagi kemurnian agama dan akan menimbulkan fitnah yang lebih besar bahayanya daripada berperang di tanah haram. Maksud fitnah di sini ialah penganiayaan oleh kaum musyrik terhadap kaum Muslimin dengan pengusiran, penyiksaan, perampasan harta, serta merintangi pelaksanaan ibadah dan sebagainya. Jika demikian maka orang mukmin diperintah untuk membalasnya dengan peperangan juga. Demikianlah balasan yang harus diberikan kepada kaum musyrikin, tetapi jika kaum musyrikin itu menghentikan peperangan dan akhirnya menjadi mukmin, maka mereka tidak boleh diganggu, karena hal-hal yang menyebabkan mereka harus diperangi tidak ada lagi, Allah Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat 189 telah diterangkan bahwa hikmah perubahan bentuk bulan, adalah untuk menentukan waktu bagi manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan kehidupannya terutama yang berhubungan dengan waktu haji, waktunya ditetapkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Pada bulan-bulan itu menurut tradisi masyarakat jahiliah dilarang berperang. Pada ayat ini kaum Muslimin diizinkan berperang (sekalipun di dalam bulan haram) jika mereka diserang musuh, dengan ketentuan bahwa berperang itu adalah untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
PERANG FĪ SABĪLILLĀH DAN TATA CARANYA
Kosakata: At-Tahlukah اَلتَّهْلُكَة (al-Baqarah/2: 195) Kata ini bentuk masdar dari halaka, yahliku, halkan, tahlukatan, halukan. Artinya “sesuatu yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran, kematian, dan lain sebagainya”. Ayat ini mempunyai beberapa kemungkinan arti, yaitu: Larangan bunuh diri atau melakukan hal-hal yang menyebabkan kematian seseorang. Larangan enggan berinfak. Larangan meninggalkan jihad
null
null
200
2
البقرة
Al-Baqarah
Al-Baqarah
Sapi
286
2
Madaniyah
193
30
4
2
1
وَقٰتِلُوْهُمْ حَتّٰى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَّيَكُوْنَ الدِّيْنُ لِلّٰهِ ۗ فَاِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ اِلَّا عَلَى الظّٰلِمِيْنَ
Wa qātilūhum ḥattā lā takūna fitnatuw wa yakūnad-dīnu lillāh(i), fa inintahau falā ‘udwāna illā ‘alaẓ-ẓālimīn(a).
Perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama (ketaatan) hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (melakukan fitnah), tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.
null
null
Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, yakni hingga keadaan kondusif untuk menciptakan perdamaian dengan berakhirnya teror, rintangan dan gangguan keamanan dan ketertiban, dan agama hanya bagi Allah semata sehingga setiap orang bisa menjalankan agama dengan tenang. Jika mereka berhenti dari berbuat teror, gangguan keamanan dan ketertiban, maka tidak ada lagi alasan bagi umat Islam untuk menampakkan permusuhan di antara umat manusia kecuali terhadap orang-orang zalim, yakni orang-orang yang tidak memiliki tekad untuk berdamai dengan kaum Muslim.
Orang-orang mukmin diperintah agar tetap memerangi kaum musyrikin yang memerangi mereka sehingga mereka tidak mempunyai kekuatan lagi untuk menganiaya kaum Muslimin dan merintangi mereka dalam melaksanakan perintah agamanya, sehingga agama Islam dapat dijalankan sepenuhnya oleh setiap Muslim dengan tulus ikhlas, bebas dari ketakutan, gangguan dan tekanan. Jika kaum musyrikin telah menghentikan segala tindakan jahat dan mereka telah masuk Islam, maka kaum Muslimin tidak diperbolehkan mengadakan pembalasan atau tindakan yang melampaui batas, kecuali terhadap mereka yang zalim, yaitu orang-orang yang memulai lagi atau kembali kepada kekafiran dan memfitnah orang-orang Islam.
Surah al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat adalah termasuk golongan surah Madaniyah yang diturunkan pada tahun-tahun permulaan periode Nabi Muhammad saw di Medinah. Ia merupakan surah yang terpanjang dan terbanyak ayat-ayatnya di antara surah yang ada di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai “al-Baqarah” yang berarti “seekor sapi”, karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil. Dalam pelaksanaan penyembelihan sapi betina itu tampak dengan jelas sifat dan watak orang-orang Yahudi pada umumnya. Dinamakan juga fusṭaṭ al-Qur’ān yang berarti “puncak Al-Qur’an” karena surah ini memuat beberapa hukum yang tidak disebut di surah-surah yang lain. Juga dinamakan Alīf Lām Mīm, karena surah ini dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah (abjad) alif lām mīm. Di antara pokok-pokok isinya ialah: 1. Keimanan: Dakwah Islamiah yang ditujukan kepada umat Islam, Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. 2. Hukum: Perintah mengerjakan salat, perintah menunaikan zakat, puasa, haji dan umrah, qiṣaṣ, yang halal dan yang haram, bernafkah di jalan Allah, minum arak dan berjudi, cara bergaul dengan anak yatim, prinsip-prinsip ekonomi, larangan memakan riba, utang piutang, nafkah dan yang berhak menerimanya, wasiat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat, hukum sumpah, kewajiban menyampaikan amanat, sihir, hukum merusak masjid, hukum mengubah kitab-kitab Allah, haid, idah, talak, khulu‘, ilā, hukum susuan, meminang, mahar, menikahi wanita musyrik dan sebaliknya, hukum perang, dan lain-lain. 3. Kisah: Penciptaan Nabi Adam a.s., kisah Nabi Ibrahim a.s., dan kisah Nabi Musa a.s. dengan Bani Israil. 4. Lain-lain, seperti: sifat orang yang bertakwa, sifat-sifat orang munafik, sifat-sifat Allah, perumpamaan-perumpamaan, kiblat, dan kebangkitan sesudah mati.
null
1. Surah al-Fātiḥah merupakan pokok-pokok pembahasan yang akan dirinci dalam surah al-Baqarah dan surah-surah sesudahnya. 2. Di bagian akhir surah al-Fātiḥah disebutkan permohonan hamba, agar diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus, sedang surah al-Baqarah dimulai dengan ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menunjukkan jalan yang dimaksudkan itu. 3. Di akhir surah al-Fātiḥah disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu yang diberi nikmat, yang dimurkai Allah dan orang yang sesat, sedangkan di awal surah al-Baqarah juga disebutkan tiga kelompok manusia, yaitu orang yang bertakwa, orang kafir, dan orang munafik.
Pada ayat 189 telah diterangkan bahwa hikmah perubahan bentuk bulan, adalah untuk menentukan waktu bagi manusia dalam melaksanakan ibadah dan urusan kehidupannya terutama yang berhubungan dengan waktu haji, waktunya ditetapkan pada bulan Syawal, Zulkaidah, dan Zulhijah. Pada bulan-bulan itu menurut tradisi masyarakat jahiliah dilarang berperang. Pada ayat ini kaum Muslimin diizinkan berperang (sekalipun di dalam bulan haram) jika mereka diserang musuh, dengan ketentuan bahwa berperang itu adalah untuk membela dan mempertahankan agama Allah.
PERANG FĪ SABĪLILLĀH DAN TATA CARANYA
Kosakata: At-Tahlukah اَلتَّهْلُكَة (al-Baqarah/2: 195) Kata ini bentuk masdar dari halaka, yahliku, halkan, tahlukatan, halukan. Artinya “sesuatu yang membawa kepada kebinasaan, kehancuran, kematian, dan lain sebagainya”. Ayat ini mempunyai beberapa kemungkinan arti, yaitu: Larangan bunuh diri atau melakukan hal-hal yang menyebabkan kematian seseorang. Larangan enggan berinfak. Larangan meninggalkan jihad
null
null